• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis hukum tentang modifikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "analisis hukum tentang modifikasi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

A. Judul

ANALISIS HUKUM TENTANG MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR BAGI PENGGUNA DIFABEL MENURUT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

.

B. Baris Kepemilikan (Nama, Alamat Institusi, E-mail);

Nama:

Alamat Institusi:

Email:

C. Abstrak;

Komitmen pemerintah Indonesia untuk menjamin hak-hak penyandang disabilitas negara Indonesia juga telah meratifikasi konvensi mengenai hak-hak penyandang disabilitas (convention on the rights of persons with disabilitis) dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas. Ratifikasi adalah sebagai suatu bentuk persetujuan yang ditingkatkan dalam perjanjian yang kemudian mengikat para pihak peserta perjanjian. Jenis penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah yuridis normatif. Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah pendekatan perundang-undangan atau (statute approach).

Hasil 1) Di dalam memenuhi hak, kewajiban, dan kedudukan warga negaranya, salah satuupaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan memberikan pelayanan publik. Pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah dapat berupa fisik maupun non fisik. Keberadaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB XV Perlakuan khusus bagi penyandang cacat, Manusia usia lanjut, anak-anak, wanita hamil, dan orang sakit.. 2) Adapun penjelasan dari pasal 47 ayat (1) poin (e) mengenai kendaraan khusus. adalah Kendaraan Bermotor yang dirancang khusus yang memiliki fungsi dan rancang bangun tertentu, antara lain: a) Kendaraan Bermotor Tentara Nasional Indonesia; b) Kendaraan Bermotor Kepolisian Negara Republik Indonesia; c) Alat berat antara lain bulldozer, traktor, mesin gilas (stoomwaltz), forklift, loader, excavator, dan crane; serta d) Kendaraan khusus penyandang cacat

D. Kata Kunci; modifikasi, difabel, kendaraan bermotor E. Pendahuluan;

Komitmen pemerintah Indonesia untuk menjamin hak-hak penyandang disabilitas negara Indonesia juga telah meratifikasi konvensi mengenai hak-hak penyandang disabilitas (convention on the rights of persons with disabilitis) dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas. Ratifikasi adalah sebagai suatu bentuk persetujuan yang ditingkatkan dalam perjanjian yang kemudian mengikat para pihak peserta perjanjian.

Sebagai suatu negara hukum, Indonesia dalam menjalankan setiap tindakan pemerintahannya harus berdasarkan atas hukum, tujuannya agar setiap tindakan pemerintah memiliki legitimasi sehingga kepastian hokum tetap ditegakkan, hanya ada satu negara yang berkuasa yaitu pemerintah pusat yang mempunyai

(2)

kekuasaan tertinggi, pemerintahan pusat inilah yang pada tingkat akhir dan tertinggi dapat memutuskan segala sesuatu di dalam negara tersebut walaupun dalam negara Indonesia terdapat asas desentralisasi, kewenangan tetap ada pada pemerintah pusat, pemerintah daerah yang dilimpahkan kekuasaan tidak boleh sewenang-wenang dalam menjalankan pemerintahannya, segala tindakan pemerintah daerah harus sesuai dengan aturan yang dimiliki oleh pemerintah pusat, inilah yang disebut sebagai hukum administrasi Negara.

F. Metode Penelitian;

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah yuridis normatif. Penelitian normatif adalah suatu penelitian yang mempergunakan sumber data sekunder. Penelitian hukum normatif adalah suatu penelitian, penelitian hukum normatif yang mempergunakan sumber data sekunder.1

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah pendekatan perundang-undangan atau (statute approach), pendekatan perundang-undangan adalah pendekatan yang di lakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang di tangani.2

2 . S u mbe r B a ha n H u ku m a. Bahan hukum primer

1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan

4) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabiltas 5) Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011

Tentang Pengesahan CRPD

b. Bahan hukum sekunder, digunakan untuk membantu memahami berbagai konsep hukum dalam bahan hukum primer, analisis bahan hukum primer dibantu oleh bahan hukum sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber baik jurnal, buku-buku, berita, dan ulasan media, dan sumber-sumber lain yang relevan

c. Bahan hukum tersier diperlukan dipergunakan untuk berbagai hal dalam hal penjelasan makna-makna kata dari bahan hukum sekunder dan bahan hukum primer, khususnya kamus-kamus hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kamus hukum yang digunakan adalah Black’s Law Dictionary.

3 . Teknik Pengumpulan Data

Teknik untuk memperoleh bahan hukum pada penelitian ini adalah dengan cara melakukan library research (studi kepustakaan) dan akses internet. Kemudian analisis bahan hukum, teknik analisis bahan hukum yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis interprestasi, yaitu dengan penggunaan metode yuridis dalam membahas suatu persoalan hukum.3

4. Analisis Data

1Dyah Ochtorina, A’an Efendi, (2014), Penelitian Hukum (Legal Research), Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 20.

2Peter Mahmud Marzuki, (2005), Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hlm. 93.

3 Johan, Bahder Nasution, (2008), Metode Penelitian Ilmu Hukum, Bandung: Mandar Maju, hlm. 93.

(3)

Metode penafsiran yang digunakan dalam penelitian ilmu hukum normatif terdapat dua metode. Pertama, penafsiran gramatikal yaitu penafsiran menurut tata bahasa dan kata-kata yang merupakan alat bagi pembuat undang-undang untuk menyatakan maksud dan kehendaknya. Kedua, penafsiran sistematis yaitu penafsiran yang menghubungkan pasal yang satu dengan pasal yang lain dalam suatu perundang- undangan yang bersangkutan atau pada perundang-undangan yang bersangkutan atau pada perundang-undangan hukum lainnya, atau membaca penjelasan suatu perundang-undangan, sehungga dapat mengerti maksudnya.

Kemudian dalam penelitian ini selain metode interprestasi, teknik analisis bahan hukum yang digunakan adalah content analysis. Content analysis (analisis isi) menunjukan pada metode analisis yang integratif dan secara konseptual cenderung diarahkan untuk menemukan, mengidentifikasi, mengolah, dan menganalisis bahan hukum untuk memahami makna signifikan dan relevasinya.4 G. Hasil dan Pembahasan;

1. Hak Difabel Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

Pemerintah telah menetapkan beberapa undang-undang untuk kaum disabilitasseperti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Perlindungan Penyandang Cacat, khususnya dalam Pasal 6tentang hak dan kewajiban penyandang cacat. Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun

2016 tentang

Penyandang Disabilitasdisebutkan bahwa Penyandang Disabilitas adalah setiap orangyang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungandapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. Bertahun tahun lamanya para pengguna kursi roda terbelenggu olehkebutuhan transportasi yang tidak aksesibel, sehingga akses mereka dibatasi dengan mahalnya ongkos taksi, salah satu alat transportasi umum yang dapat melayani mereka.

Orang-orang dengan disabilitas pada kakinya mengalami kesulitan dalamperjalanan dan tidak dapat bepergian dalam jarak yang jauh. Mereka menggunakan alat berupa kursi roda, kruk, dantungkai buatan untuk mobilitas.

Bagaimanapun alat-alat itu tidak dapat membantu mereka dalam perjalanan jauh.

Olehkarena itu, banyak langan difabel yangmerancang kendaraan roda tiga dengan sistem kemudi ganda untuk orang-orang disabilitas.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat Pasal 1 ayat 4 menyatakan „„Aksesibilitas‟ adalah kemudahan yang disediakan bagi penyandang cacat guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan‟‟. Setidaknya terdapat empat azas yang dapat menjamin kemudahan atau aksesibilitas difabel tersebut yang mutlak mestinya harus dipenuhi oleh pemerintah yakninya:

a. Azas kemudahan;

b. Azas kegunaan

c. Azas keselamatan; dan d. Azas kemandirian.

4 Ibid, hlm. 93.

(4)

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Undangundang ini juga mengatur dan merumuskan secara khusus hak penyandang disabilitas. Hal tersebut ditentukan dalampasal 41 ayat (2) yang menyatakan bahwa: “Setiap penyandang disabilitas, orang yang berusia lanjut, wanita hamil, dan anak-anak berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus”.

Selanjutnya pasal 42 menegaskan bahwa “Setiap warga negara yang berusia lanjut, cacat fisik atau cacat mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin kehidupan

Lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas dilatarbelakangi bahwa Negara menjamin kelangsungan hidup setiap warganegara, termasuk para penyandang disabilitas. Mereka memiliki kedudukan hokum dan hak asasi manusia yang sama sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Hal tersebut merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, untuk hidup maju dan berkembang secara adil dan bermartabat.

Di dalam memenuhi hak, kewajiban, dan kedudukan warga negaranya, salah satuupaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan memberikan pelayanan publik. Pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah dapat berupa fisik maupun non fisik. Keberadaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB XV

2. Analisis Hukum Tentang Modifikasi Kendaraan Bermotor Bagi Pengguna Difabel Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan

Seorang penyandang disabilitas mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat biasa lainnya, penyandang disabilitas juga memiliki kesempatan untuk turut serta berpartisipasi dalam rangka pembangunan nasional, hal ini dijelaskan pada Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Penyandang Disabilitas bahwa ada istilah kesamaan kesempatan. Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Penyandang Disabilitas: „‟Kesamaan kesempatan adalah keadaan yang memberikan peluang dan/atau menyediakan akses kepada penyandang disabilitas untuk menyalurkan potensi dalam segala aspek penyelenggaraan negara dan masyarakat”.

Subjek hukum selaku pemilik hak dan pelaksana kewajiban, dapat melakukan perbuatan hukum yang menimbulkan akibat hukum berdasarkan kemampuan atau kewenangan yang dimiliki subjek hukum. Dalam kehidupan di dalam masyarakat, sering terjadi hubungan-hubungan hukum yang timbul sebagai akibat adanya perbuatan hukum dari subjek hukum itu, yakni interaksi antara subjek hukum satu dengan subjek hukum lain yang memiliki relevansi hukum atau menimbulkan akibat-akibat hukum. agar hubungan hukum antara subjek hukum itu berjalan secara harmonis, seimbang, dan adil atau dalam arti lain setiap objek hukum mendapatkan apa yang menjadi haknya setelah ia melaksanakan kewajiban yang diberikan kepadanya, maka hukum ada sebagai aturan main dalam mengatur hubungan hukum tersebut.khusus. adalah Kendaraan Bermotor yang dirancang khusus yang memiliki fungsi dan rancang bangun tertentu, antara lain: a) Kendaraan Bermotor Tentara Nasional Indonesia; b) Kendaraan Bermotor Kepolisian Negara Republik Indonesia; c) Alat berat antara lain bulldozer, traktor, mesin gilas (stoomwaltz), forklift, loader, excavator, dan crane; serta d) Kendaraan khusus penyandang cacat

(5)

H. Simpulan;

1. 1) Di dalam memenuhi hak, kewajiban, dan kedudukan warga negaranya, salah satuupaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan memberikan pelayanan publik. Pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah dapat berupa fisik maupun non fisik. Keberadaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB XV Perlakuan khusus bagi penyandang cacat, Manusia usia lanjut, anak-anak, wanita hamil, dan orang sakit.. 2) Adapun penjelasan dari pasal 47 ayat (1) poin (e) mengenai kendaraan 2. khusus. adalah Kendaraan Bermotor yang dirancang khusus yang memiliki fungsi dan

rancang bangun tertentu, antara lain: a) Kendaraan Bermotor Tentara Nasional Indonesia; b) Kendaraan Bermotor Kepolisian Negara Republik Indonesia; c) Alat berat antara lain bulldozer, traktor, mesin gilas (stoomwaltz), forklift, loader, excavator, dan crane; serta d) Kendaraan khusus penyandang cacat

I. Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA BUKU

Ahmad Azhar Basyir, (2000), Negara dan Pemerintahan dalam Islam, Yogyakarta:

UII Pres

Akhmad soleh, (2016) Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Terhadap Perguruan

Tinggi, Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara

Angkasa, (2010), Filsafat Hukum, Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman

Aqila Smart, (2014), Anak Cacat Bukan Kiamat: Metode Pembelajaran dan Terapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus Jogjakarta: Katahati

Bambang Sungguno, (2003), Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Depdiknas, (2008), Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa ,Edisi Ke empat, (Jakarta: Gramedia

Eko Riyadi, (2012), Vulnerable Groups: Kajian dan Mekanisme Perlindungannya, Yogyakarta: PUSHAM UII

Elfrida Gultom, (2007), Refungsional Pengaturan Pelabuhan untuk Meningkatkan Ekonomi Nasional, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Esthy Wikasanti, (2014), Pengembangan Life Skills untuk Anak Berkebutuhan Khusus Jogjakarta: Redaksi Maxima

Fajri Nursyamsi, (2015), Menuju Indonesia Ramah Disabilitas, Jakarta, PSHK

Hardiyansyah, (2011), Kualitas Pelayanan Publik ”Konsep, Dimensi, Indikator dan Implementasinya”, Yogyakarta: GavaMedia

Irwanto, Kasim,& Rahmi (2010), Analisis Situasi Penyandang Disabilitas di Indonesia. Pusat Kajian Disabilitas. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial &Politik,

Majda El Muhtaj, (2008), Dimensi-Dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Satya Arinanto, (2008), Hak Asasi Manusia dan Transisi Politik di Indonesia, Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara FHUI

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudi, (1986), Penelitian Hukum Normatif, Jakarta:

CV. Rajawali

Somatri Sutjihati, (2006), Psikologi anak Luar Biasa, Bandung: Refika Aditama

(6)

Suthihati Somantri, (2007), Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung: PT Refika Aditama

Eny Hikmawati dan Chatarina Rusmiyati, (2011), “Kebutuhan Pelayanan Sosial Penyandang Cacat”, Jurnal Informasi Volume 16 Nomor 1 Tahun 2011

M. Syafi'ie, (2014), Pemenuhan Aksesibilitas Bagi Penyandang Disabilitas, Inklusi, Vol.1, No. 2 Juli - Desember 2014

Marwandianto, Pelayanan Transportasi Publik Yang Mudah Diakses Oleh Penyandang Disabilitas Dalam Perspektif Ham (Public Transportation Services Easily Accessed by People with Disabilityin Human Rights Perspective ), Jurnal HAM Vol. 9 No. 2, Desember 2018

Marye Agung Kusmadi, (2010), Selamat Berkendara DI Jalan Raya, Jakarta: Raih Asa Sukses

Mohammad Efendi, (2006), Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, Jakarta:

Bumi Aksara

Mumpuniarti, (2001). Pendidikan Anak Tuna Daksa. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Ni‟matul Huda, (2012), Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers

Nukthoh Arfawie, (2005), Telaah Kritis Teori Negara Hukum: Konstitusi dan Demokrasi dalam Kerangka Pelaksanaan Desentralisasi dan otonomi Daerah Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, Yogyakarta: Pustaka PelajaNur Kholis Reefani, (2013), Panduan Anak Berkebutuhan Khusus, Yogyakarta:

Imperium

Permanarian Somad dan Tati Hernawati, (1996), Ortopedagogik Anak Tunarungu, Bandung: DEBDIKBUD Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru

Pipih Sopiah, (2010), Demokrasi di Indonesia. Jakarta: Nobel Edumedi

Pusat Penelitian dan Pengembangan Fakultas Hukum Tarumanegara (editor: Soerjono Soekanto), (1984), inventarisasi dan Analisa terhadap Perundang-Undangan Lalu Lintas, Jakarta: CV. Rajawali

Sugi Rahayu, Utami Dewi, Marita Ahdiyana, (2013), Pelayanan Publik Bidang Transportasi bagi Difabel di Daerah Istimewa Yogyakarta, Socia; Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, Vol. 10, Nomor 2 , September 2013, Yogyakarta

Teguh Imanto, (2014), Proses Visualisasi Modifikasi Motor, Inosains, 2 Agustus, 2014

Referensi

Dokumen terkait

22 Tahun 2009 Di Kota Makassar, Universitas Islam Negeri Uin Alauddin, 2015 Waliyul Ahdi, Implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Studi

JURNAL Agus Setiawan, “Tindak Pidana Lalu Lintas Atas Tabrak Lari Dihubungkan Dengan Pasal 312 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan”, Jurnal Ilmu