ANALISIS IMPLEMENTASI APLIKASI E-FAKTUR DALAM SISTEM AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT PADA PERUSAHAAN DAGANG (STUDI PADA PT. ANUGRAH ARGON MEDICA CABANG SURABAYA)
Oleh:
Irma Elsa Putri
([email protected]) Dosen Pembimbing:
Hendi Subandi, MA., Ak ([email protected])
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan aplikasi e-Faktur dalam sistem akuntansi penjualan kredit pada PT Anugrah Argon Medica Cabang Surabaya. Metode yang digunakan dalam proses penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus, serta teknik pengumpulan data penelitian menggunakan studi lapangan (wawancara, observasi, dan dokumentasi). Semakin banyaknya kasus penyalahgunaan faktur pajak yang dilakukan Wajib Pajak serta besarnya biaya administrasi faktur pajak memicu Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk menerapkan aplikasi e-Faktur pada 1 juli 2015.
Penerapan aplikasi e-Faktur pada PT Anugrah Argon Medica mengakibatkan berubahnya prosedur penjualan kredit. Penulis menganalisis proses penerapan aplikasi e-Faktur, manfaat serta hambatan penerapan aplikasi e-Faktur, serta perbedaan sistem akuntansi penjualan sebelum dan sesudah penerapan aplikasi e-Faktur. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengerjaan faktur pajak dengan aplikasi e-Faktur di PT Anugrah Argon sesuai dengan dasar hukum PER-16/PJ/2014. Penerapan aplikasi e-Faktur memiliki beberapa manfaat dan juga hambatan serta menimbulkan perubahan dalam sistem akuntansi penjualan kredit pada PT Anugrah Argon Medica.
Kata Kunci : Aplikasi e-Faktur, Faktur Pajak, Sistem Akuntansi Penjualan Kredit
THE IMPLEMENTATION ANALYSIS OF E-INVOICE IN ACCOUNTING SYSTEM OF CREDIT SALES ON TRADING COMPANY
(Case Study on PT Anugrah Argon Medica Surabaya Branch ) By:
Irma Elsa Putri
([email protected]) Supervisor:
Hendi Subandi, MA., Ak ([email protected])
Abstract
This research aims to assess the implementation of e-Invoice in the accounting system of credit sales of PT Anugrah Argon Medica Surabaya Branch. The method used in the research process is a descriptive qualitative approach by adopting case study. Data are collected using field studies (interviews, observation, and documentation). The increasing number of cases of tax invoice manipulation by Taxpayers and the amount of administrative costs of tax invoices has triggered the Directorate General of Taxation to implement e-Invoice application on 1 July 2015. The implementation of e-Invoice in PT Anugrah Argon Medica causes changes in credit sales procedures. The author analyzes the process, benefits and barriers of implementing e- Invoice application as well as differences in accounting systems sales before and after the implementation. This study concludes that the tax invoice process using e-Invoice application of PT Anugrah Argon Medica has been handled well because it is according to the legal regulation of PER-16/PJ/ 2014. The implementation of e-Invoice application has several benefits and barriers as well as makes changes in the accounting system of credit sales of PT Anugrah Argon Medica.
Keywords: e-Invoice Application, Invoice Tax, Accounting System Credit Sales
PENDAHULUAN Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan terbesar bagi Indonesia, yang digunakan untuk pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan,
“pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang- undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi kemakmuran rakyat”. Pajak dikenakan kepada rakyat Indonesia dikarenakan dua hal yaitu untuk mengisi kas negara dan untuk mengatur sumber penerimaan negara. Dalam menjalankan fungsi ini, pajak tidak lepas dari bagaimana pemungutan pajak tersebut dilakukan. Pemungutan dimaksudkan untuk mempermudah pengumpulan pajak yang terutang. Pemungutan pajak pada umumnya merupakan proses kerja yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak.
Menurut penyataan Sigit Pramudito, selaku direktur Direktorat Jenderal Pajak, menyatakan bahwa pada kenyataanya rasio pajak di Indonesia masih relatif rendah yaitu sebesar 11,9%, sedangkan negara tetangga seperti Filipina 12,9%, Malaysia 16,1%, dan Singapura 22% (Info Bank News, 2015)1. Rasio pajak merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan pajak terhadap produk domestik bruto (PDB) dalam periode satu tahun fiskal.
Rendahnya rasio pajak di Indonesia menunjukkan bahwa kepatuhan wajib pajak terhadap kewajiban perpajakannya masih kurang. Oleh karena itu dibutuhkan upaya dari pemerintah untuk menciptakan sistem perpajakan yang sesuai dengan kondisi perekonomian di Indonesia.
Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak yang cukup baik yaitu dengan adanya reformasi perpajakan pada tahun 1983. Pada tahun tersebut dilakukan perubahan sistem pelaporan dari sistem pelaporan model official assessment menjadi self assessment system. Official Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pemerintah (petugas pajak) untuk menentukan besarnya pajak terhutang wajib pajak. Sedangkan Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menghitung, melaporkan, dan membayar sendiri pajak terhutang yang seharusnya dibayar (Resmi,2014: 11).
Setelah adanya reformasi perpajakan pada tahun 1983 sistem pelaporan di indonesia menggunakan self assessment system. Menurut Resmi (2012: 11) model sistem pelaporan tersebut mengacu pada inisiatif wajib pajak dengan jujur untuk menghitung, menyetor dan melapor jumlah pajak yang ditanggung. Dengan dibelakukannya sistem pelaporan tersebut inisiatif dan kepatuhan wajib pajak merupakan faktor kunci dalam menentukan keberhasilan penerimaan pajak negara.
Salah satu sumber penerimaan pajak negara yang cukup besar adalah pajak pertambahan nilai (PPN). Menurut Waluyo (2011: 9) PPN dan PPnBM adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi barang atau jasa oleh orang pribadi atau badan di dalam negeri (daerah pabean)
Menurut Pohan (2013: 177) setiap penyerahan Barang kena Pajak (BKP)/ Jasa Kena Pajak (JKP) yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak harus dibuat faktur pajak. Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat PKP yang melakukan penyerahan BKP atau JKP, atau bukti pungutan pajak karena impor BKP yang digunakan oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai (Pohan, 2013: 185).
Berdasarkan data laporan tahunan Direktorat Jenderal Pajak tahun 2013, terjadi kenaikan kasus penyalahgunaan faktur pajak dari tahun 2012 hingga 2013. Rata-rata kasus penyalahgunaan faktur pajak dari tahun 2009 sampai dengan 2013 sebesar 49.78%. Kondisi tersebut
1http://infobanknews.com/dirjen-pajak-tax-ratio-indonesia-sangat-rendah/
menunjukkan bahwa pada prakteknya para pengusaha kena pajak (PKP) belum sepenuhnya menjalankan kewajiban perpajakannya, terutama untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Hal ini mendorong DJP untuk melakukan pembenahan pada sistem administrasi PPN, terutama mengenai faktur pajak. Pembenahan ini berfungsi untuk mengurangi ketidakpatuhan PKP dan untuk menyediakan sistem administrasi DJP yang lebih efektif dan efisien. Rencana pembenahan administrasi PPN sudah dilakukan sejak tahun 2011 yang meliputi: evaluasi bentuk pelaporan SPT, registrasi ulang PKP, evaluasi sistem Value Added Tax (VAT) dan Pertimbangan untuk mengadopsi sistem Pajak Konsumsi (GST - Goods and Sales Tax), Penggunaan e-SPT bagi wajib pajak badan dan PKP individu tertentu, kenaikan batas omzet pengusaha kecil, serta penerapan aplikasi faktur pajak elektonik (e- faktur).
Penerapan aplikasi e-Faktur diberlakukan sejak 1 Juli 2015, dengan dikeluarkannya surat edaran DJP Nomor S-23/PJ. 02/2015 tentang implementasi e-Faktur. Alasan diterbitkan e-Faktur adalah banyaknya kasus penyalahgunaan faktur pajak yang dilakukan WP serta besarnya biaya administrasi faktur pajak. Menurut PER 16/PJ/2014 e-Faktur adalah faktur pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan disediakan oleh Direktorat Jendral Pajak. E-Faktur wajib dibuat oleh PKP yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jedral Pajak.
Terdapat 3 (tiga) gelombang perbedaan periode penerapan aplikasi e-Faktur menurut surat edaran Direktorat Jendral Pajak. Melalui KEP-136/PJ/2014 mewajibkan 45 WP PKP menerapkan aplikasi e-Faktur pada tanggal 1 Juli 2014. Berdasarkan KEP-136/PJ/2014 untuk WP PKP di pulau Jawa dan Bali diwajibkan menerapkan aplikasi e-Faktur pada 1 Juli 2015.
Sedangkan WP PKP di seluruh Indonesia diwajibkan menerapkan aplikasi e-Faktur pada tanggal 1 Juli 2016. Salah satu perusahaan yang telah mengimplementasikan e-Faktur pada tanggal 1 Juli 2015 adalah PT. Anugrah Argon Medica. PT Anugrah Argon Medica adalah perusahaan distribusi farmasi terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini memiliki lebih dari 40 kantor cabang dan kantor penjualan yang tersebar di setiap kota besar di Indonesia.
Penerapan aplikasi e-Faktur pada PT Anugrah Argon Medica mengakibatkan berubahnya prosedur dalam sistem akuntansi penjualan kredit. Perubahan prosedur penjualan kredit tersebut terletak pada pencatatan faktur pajak, sebelum diterapkannya aplikasi e-Faktur pencatatan penjualan dan faktur pajak dibuat saat barang keluar dari gudang, namun setelah diterapkannya aplikasi e-Faktur proses tersebut dilakukan setelah barang diterima oleh konsumen (pembeli).
Penerapan aplikasi e-Faktur pada PT. Anugrah Argon Medica juga mengakibatkan berubahnya batas tutup order pembelian dari konsumen setiap bulan. Batas tutup order sebelum adanya penerapan aplikasi e-Faktur dapat dilakukan pada akhir bulan, namun setelah diterapkan aplikasi e-Faktur berubah menjadi tanggal 28 atau 29 setiap bulannya, hal ini dilakukan oleh PT Anugrah Argon Medica agar tidak terjadi melesetnya jumlah target penjualan. Adanya perubahan prosedur penjualan dan batas tutup order pembelian yang dilakukan PT. Anugrah Argon Medica yang menjadikan alasan peneliti memilih PT Anugrah Argon Medica sebagai tempat studi penelitian yang dilaksanakan.
Penelitian mengenai e-Faktur sudah pernah dilakukan di kota surabaya oleh Kurniawan (2016), penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui bagaimana penerapan e-Faktur pajak terhadap pengusaha kena pajak yang ada di kota Surabaya dengan KPP Pratama Wonocolo Surabaya sebagai tempat dilaksanakan penelitian. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, peneliti akan menganalisis penerapan aplikasi e-Faktur pada PT Anugrah Argon Medica.
Tempat dilakukan penelitian ini fokus pada Pengusaha Kena Pajak yang mana perusahaan ini bergerak dalam bidang distribusi farmasi.
Penerapan sebuah aplikasi baru pada instansi tentunya menimbulkan pro dan kontra.
Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2015) bertujuan mengetahui kelebihan dan kekurangan dari penerapan aplikasi e-Faktur serta apakah penerapan e-Faktur tersebut dalam mengurangi
tingkat pembetulan SPT PPN oleh wajib pajak. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penulis akan meneliti keuntungan serta hambatan yang dihadapi PT Anugrah Argon Medica.
Penelitian ini dianggap penting untuk dilakukan karena hasil dari penelitian dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi atas penerapan aplikasi e-Faktur yang belum dieksplorasi. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan wawasan kepada masyarakat bahwa e-Faktur dapat memudahkan administrasi dalam dunia bisnis.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan aplikasi e-Faktur pada PT Anugrah Argon Medica?
2. Bagaimana kelebihan dan kendala terkait penerapan aplikasi e-Faktur pada PT Anugrah Argon Medica?
3. Bagaimana sistem akuntansi penjualan kredit sebelum dan sesudah penerapan aplikasi e- Faktur pada PT Anugrah Argon Medica?
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian E-Faktur
Menurut Peraturan Direktur jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2014 e-Faktur atau disebut dengan Elektronik Faktur adalah Faktur yang dibuat melalui Aplikasi elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jendral Pajak. Tujuan dari program e-Faktur sesuai dengan PMK-151/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata Cara Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak adalah untuk mempermudah pengusaha kena pajak dalam membuat faktur pajak dengan memanfaatkan teknologi informasi secara aman
Dasar Hukum E-Faktur
Dasar Hukum dan peraturan yang mengatur teknis tata pelaksanaan e-Faktur yaitu sebagai berikut:
1. Undang-Undang PPN Tahun 2009, Pasal 13 (8)
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.011/2013 tentang Tata Cara Pembuatan Dan Tata Cara Pembetulan Atau Penggantian Faktur Pajak.
3. Peraturan Dirjen Pajak, PER-16/PJ/2014 (berlaku sejak 1 Juli 2014) tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik.
4. PER-17/PJ/2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-24/PJ/2012 Tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan Atau Penggantian, Dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak.
5. Peraturan Dirjen Pajak, PER-24/PJ/2014
6. Keputusan Dirjen Pajak, KEP-136/PJ/2014 (berlaku sejak 1 Juli 2014) tentang Penetapan PKP yang Diwajibkan Membuat Faktur Pajak Berbentuk Elektronik.
7. SE-21/PJ/2014 tentang Tata Cara Permintaan Data Faktur Pajak Berbentuk Elektronik.
8. SE-20/PJ/2014 tentang Tata Cara Permohonan Kode Aktivasi Dan Password, Permintaan Aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak Dan Sertifikat Elektronik, Serta Permintaan, Pengembalian, Dan Pengawasan Nomor Seri Faktur Pajak.
Bentuk dan Proses Penerbitan E-Faktur
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Mulai 1 Januari 2014, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.011/2013 tentang Tata Cara Pembuatan Dan Tata Cara
Pembetulan Atau Penggantian Faktur Pajak. Bentuk Faktur Pajak ditetapkan terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu berbentuk:
- kertas (hardcopy), adalah Faktur Pajak yang dibuat secara manual (tidak secara elektronik). Bentuk Faktur Pajak kertas ini adalah yang digunakan dan berlaku selama ini.
- elektronik, adalah Faktur Pajak yang dibuat secara elektronik. Bentuk dan tata cara pembuatan Faktur Pajak elektronik ini akan ditetapkan melalui Peraturan Direktur Jenderal Pajak yaitu PER-16/PJ/2014 dan PER-17/PJ/2014.
Pengerjaan E-Faktur
Proses pengerjaan E-Faktur dilakukan dengan dasar hukum PER-16/PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik. Pada peraturan ini dijelaskan komponen yang harus dicantumkan dalam pengerjaan E-Faktur. Komponen tersebut berkaitan dengan penyerahan BKP/JKP dimana harus memuat :
1. Nama, alamat serta NPWP yang menyerahkan BKP/JKP 2. Nama, alamat serta NPWP pembeli BKP/JKP
3. Jenis barang atau jasa, jumlah harga jual atau penggantian serta potongan harga apabila ada
4. Jumlah PPN yang dipungut
5. Jumlah PPNBM yang dipungut bila ada
6. Kode, nomor seri serta tanggal pembuatan faktur pajak
7. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani faktur pajak yang diterbitkan.
Manfaat dan Hambatan Penerapan E-Faktur
E-Faktur memiliki beberapa manfaat dan kendala yang dihadapi dalam penerapan di Indonesia. Manfaat E-Faktur adalah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi Pengusaha Kena Pajak
Pada PER 16/PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik sudah dijabarkan kemudahan-kemudahan dari penggunaan E- Faktur yaitu:
a. Bagi PKP Penjual :
1. Tanda tangan basah digantikan tanda tangan elektronik.
2. E-Faktur Pajak tidak harus dicetak sehingga mengurangi biaya kertas, biaya cetak, dan biaya penyimpanan dokumen.
3. Aplikasi E-Faktur Pajak juga membuat SPT masa PPN sehingga PKP tidak perlu lagi membuatnya.
4. PKP yang menggunakan E-Faktur Pajak juga dapat meminta nomor seri faktur pajak melalui situs pajak dan tidak perlu lagi datang ke KPP.
b. Bagi PKP Pembeli :
1. Terlindungi dari penyalahgunaan faktur pajak yang tidak sah, karena cetakan E- Faktur dilengkapi dengan pengaman berupa QR code. QR code menampilkan informasi tentang transaksi penyerahan seperti nilai DPP dan PPN.
2. Informasi dalam QR code dapat dilihat menggunakan aplikasi QR code scanner yang terdapat di smartphone atau gadget lainnya.
3. Apabila informasi yang terdapat dalam QR code tersebut berbeda dengan yang ada dalam cetakan E-Faktur Pajak maka Faktur Pajak tersebut tidak valid.
2. Manfaat dari Aspek Lingkungan
Sejak tahun 1983 faktur pajak dibuat secara manual menggunakan kertas.
Penggunaan kertas yang terus bertambah dapat menyebabkan global warming karena banyaknya pohon yang harus ditebang.
3. Manfaat dari Aspek Pemerintahan
Bagi Pemerintah penggunaan E-Faktur sangat berguna dalam:
1. Kemudahan pengawasan dengan adanya proses validasi Pajak Keluaran (PK) dan Pajak Masukan (PM) serta adanya data lengkap dari setiap faktur pajak.
2. Mempermudah pelayanan karena akan mempercepat proses pemeriksaan, pelaporan, dan pemberian nomor seri faktur pajak.
3. Sistem berbasis elektronik ini akan meminimalkan penyalahgunaan penggunaan faktur pajak oleh perusahaan fiktif atau pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga potensi pajak yang hilang menjadi sangat kecil.
Sertifikat Elektronik
Sertifikat elektronik akan diberikan DJP kepada PKP yang akan digunakan untuk memperoleh layanan perpajakan secara elektronik. Fungsi sertifikat adalah untuk mengakses layanan permintaan NSFP via website yang digunakan, untuk registrasi aplikasi e-Faktur, dan untuk upload data faktur pajak ke dalam sistem DKP. Pengajuan permintaan sertifikat elektronik dapat dilakukan di tempat PKP dikukuhkan mulai 1 januari 2015. Layanan elektronik tersebut berupa:
1. Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak melalui laman (website) yang ditentukan dan/atau disediakan oleh DJP.
2. Penggunaan aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh DJP untuk pembuatan e-Faktur. (www.sadarpajak.com)3
Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit
Sistem akuntansi penjualan kredit menurut Mulyadi (2001: 210) yaitu penjualan kredit dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai dengan order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut. Jadi pada sistem akuntansi penjualan terdapat unsur-unsur yang mendukung dan semua unsur tersebut diorganisasi dalam sebuah sistem akuntansi yang disebut sistem akuntansi penjualan kredit.
Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem Akuntansi Penjualan Kredit
Menurut Mulyadi (2001: 219-220) jaringan prosedur yang membentuk sistem akuntansi penjualan kredit meliputi:
1. Prosedur order penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi penjualan menerima order dari pembeli dan menambahkan informasi penting pada surat order dari pembeli.
2. Prosedur persetujuan kredit
Prosedur ini, fungsi penjualan meminta persetujuan penjualan kredit kepada pembeli dari fungsi kredit.
3. Prosedur pengiriman
Prosedur ini, fungsi pengiriman mengirimkan barang kepada pembeli sesuai dengan informasi dalam surat order pengiriman.
3http://www.sadarpajak.com/2015/06/faktur-pajak-berbentuk-elektronik-e.html
4. Prosedur penagihan
Prosedur ini, fungsi penagihan membuat faktur penjualan dan mengirimkannya kepada pembeli.
5. Prosedur pencatatan piutang
Prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat tembusan faktur penjualan ke dalam kartu piutang.
6. Prosedur distribusi penjualan
Prosedur ini, fungsi akuntansi mendistribusikan data penjualan menurut informasi yang diperlukan oleh manajemen.
7. Prosedur pencatatan harga pokok penjualan
Prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat secara periodik total harga pokok produk yang dijual dalam periode tertentu.
Dokumen yang digunakan dalam Sistem Akuntansi Penjualan Kredit
Menurut Mulyadi (2001:205), dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi penjualan kredit adalah:
1. Surat order Pengiriman dan tembusanya a. Tembusan Kredit (Credit Copy)
b. Surat pengakuan (Acknowledgement Copy) c. Surat Muat (Bill of loading)
d. Slip Pembungkus
e. Tembusan Gudang (Warehouse Copy)
f. Arsip Pengendalian Pengiriman (Sales Order Follow Up Copy) g. Arsip Index Silang (Cross Index File Copy)
2. Faktur dan tembusanya
a. Tembusan Piutang (Account Receivable Copy) b. Tembusan Jurnal Penjualan (Sales JournalCopy) c. Tembusan Analisis (Analisys Copy)
d. Tembusan Wiraniaga (Salesperson Copy) 3. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan
Rekapitulasi harga pokok penjualan merupakan dokuman pendukung yang digunakan untuk menghitung total harga pokok produk yang dijual selama periode akuntansi tertentu.
4. Bukti Memorial
Bukti memorial merupakan dokuman sumber untuk dasar pencatatan kedalam jurnal umum.
Catatan Akuntansi yang digunakan dalam Sistem Akuntansi Penjualan Kredit Menurut Mulyadi (2001: 218), catatan akuntansi yang digunakan adalah:
1. Jurnal Penjualan
Jurnal penjualan digunakan untuk mencatat transaksi penjualan baik penjualan tunai maupun kredit.
2. Kartu Piutang
Catatan akuntansi ini merupakan buku pembantu yang berisi mutasi piutang perusahaan kepada tiap debiturnya.
3. Kartu Persediaan
Catatan akuntansi ini merupakan buku pembantu yang berisi rincian mutasi setiap jenis persediaan.
4. Kartu Gudang
Catatan akuntansi ini diselenggarakan oleh fungsi gudang untuk mencatat mutasi dan persediaan fisik barang yang ada di gudang.
5. Jurnal Umum
Jurnal ini digunakan untuk mencatat harga pokok produk yang dijual selama periode tertentu
Unit Organisasi yang terkait Sistem Akuntansi Penjualan Kredit
Menurut Mulyadi (2001:219), unit organisasi yang terkait dalam sistem akuntansi penjualan kredit yaitu:
1. Fungsi Penjualan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima order dari pelanggan, mengedit order dari pelanggan, meminta otorisasi kredit, menentukan tanggal pengiriman barang.
Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk membuat back order pada saat tidak tersedianya persediaan untuk memenuhi order dari pelanggan.
2. Fungsi Kredit
Fungsi ini bertanggung jawab untuk meneliti status kredit pelanggan dan memberikan otorisasi pemberian kredit kepada pelanggan.
3. Fungsi Gudang
Fungsi ini bertanggung jawab menyimpan dan menyiapkan barang yang dipesan oleh pelanggan serta menyerahkan barang ke bagian pengiriman.
4. Fungsi Pengiriman
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyerahkan barang atas dasar surat order pengiriman yang diterima dari fungsi penjualan.
5. Fungsi Penagihan
Fungsi ini bertanggung jawab membuat dan mengirimkan faktur penjualan kepada pelanggan.
6. Fungsi Akuntansi
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat piutang dari transaksi penjualan kredit, membuat serta mengirimkan pernyataan piutang kepada debitur, dan membuat laporan penjualan, serta mencatat harga pokok persediaan yang dijual kedalam kartu persediaan.
Unsur Pengendalian Intern dalam Sistem Akuntansi Penjualan Kredit Menurut Mulyadi (2001:221) unsur pengendalian intern terdiri dari:
1. Organisasi
a. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kredit.
b. Fungsi Akuntansi harus terpisah dari fungsi penjualan dan fungsi kredit.
c. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi kas.
d. Transaksi penjualan kredit harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi kredit, fungsi pengiriman, fungsi penagihan dan fungsi akuntansi.
2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
a. Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan b. Persetujuan kredit diberikan oleh fungsi kredit.
c. Pengiriman barang kepada pelanggan diotorisasi oleh fungsi pengiriman.
d. Penetapan harga jual, syarat penjualan, syarat pengangkutan barang dan potongan penjualan berada ditangan Direktur.
e. Pemasaran dengan penerbitan surat keputusan mengenai hal tersebut.
f. Terjadinya utang diotorisasi oleh fungsi penagihan dengan membutuhkan tanda tangan pada faktur penjualan.
g. Pencatatan ke dalam kartu piutang dan jurnal penjualan, jurnal penerimaan kas dan jurnal umum diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan cara memberikan tanda tangan pada dokumen sumber (faktur penjualan, bukti kas masuk, dan memo kredit).
h. Pencatatan terjadinya piutang didasarkan pada faktur penjualan yang didukung dengan surat order pengiriman dan surat muat.
3. Praktik yang sehat
a. Surat order pengiriman bernomor urut tercetak dan pemakaiannya di pertanggung jawabkan oleh fungsi penjualan.
b. Faktur penjualan bernomor urut tercetak dan pemakaiannya di pertanggung jawabkan oleh fungsi penagihan.
c. Secara periodik fungsi akuntansi mengirim pernyataan piutang kepada setiap debitur.
d. Secara periodik diadakan rekonsiliasi kartu piutang dengan rekening kontrol piutang dalam buku besar.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif pendekatan studi kasus, agar dapat memberikan keadaan sebenarnya terhadap fenomena yang diteliti oleh penulis yaitu dengan cara penyelidikan mendalam ke PT. Anugrah Argon Medica. Penelitian ini dimaksudkan fokus pada implementasi e-Faktur dalam akuntansi penjualan kredit. Penelitian ini dilaksanakan di PT Anugrah Argon Medica yang berlokasi di Ruko Klampis Jaya Blok J, K dan L Surabaya.
Sumber data yang diperoleh peneliti adalah sumber data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi. Data Sekunder yang diperoleh peneliti berupa dokumen-dokumen terkait penjualan kredit perusahaan.
PEMBAHASAN
Proses Penerbitan e-Faktur
Gambar 1.1
Proses Penerbitan e-Faktur
Setuju/Tidak
Scan Surat Pesanan
(SP)
Delivery Order (DO)
Kirim DO ke Pelanggan
DO kembali ke Perusahaan
Faktur Penjualan
Proses inp ut e-Faktur
Proses penerbitan e-Faktur pada PT Anugrah Argon Medika diawali dengan dengan adanya surat pesanan (SP) yang dikirim oleh relasi. Permintaan produk melalui surat pesanan
(SP) dapat dilakukan dengan telepon langsung ke Customer Service Office (CSO), tim salesman, dan tim marketing yang datang. Customer service office (CSO) atau salesman yang telah menerima surat pesanan (SP) dari pelanggan, kemudian mengetik pesanan serta menerbitkan delivery order (DO). Setelah delivery order (DO) dan barang yang telah disiapkan oleh bagian gudang dikirim ke pelanggan. Delivery order (DO) yang telah diterima dan disetujui pelanggan selanjutnya dikirim kembali ke PT Anugrah Argon Medica. Delivery order (DO) yang telah diterima customer service office (CSO) kemudian di-scan. Setelah delivery order (DO) di-scan, maka customer service office (CSO) menerbitkan faktur penjualan. Faktur penjualan ini adalah yang dijadikan dasar untuk upload ke aplikasi e-Faktur.
Proses awal penggunaan aplikasi e-Faktur pada PT Anugrah Argon Medica dilakukan dengan mengajukan nomor seri faktur ke server DJP. Pengajuan nomor seri ke DJP dilakukan dengan menggunakan surat elektronik dari pusat. Hal ini dilakukan supaya e-Faktur yang telah dibuat dapat dicetak dengan mudah oleh perusahaan cabang. Setelah nomor seri diberikan oleh DJP, maka customer service office (CSO) meng-input data serta melaporkan faktur pajak ke aplikasi e-Faktur. Setelah faktur pajak dilaporkan kemudian customer service office (CSO) menunggu persetujuan dari DJP terlebih dahulu. Ketika faktur pajak sudah disetujui oleh DJP maka customer service office (CSO) bisa langsung mencetak faktur pajak tersebut sesuai kebutuhan.
Kelebihan Penerapan Aplikasi E-Faktur pada PT Anugrah Argon Medica 1. E-Faktur lebih aman dan pasti
Penerapan aplikasi e-Faktur pada PT Anugrah Argon Medica lebih aman dan pasti karena stock opname lebih nyata. Ketika perusahaan mendapatkan order dari relasi maka bagian customer sales office (CSO) dan bagian Gudang tidak perlu kebingungan lagi memastikan ketersediaan barang yang tersedia untuk dikirim.
Berbeda dengan sistem sebelum e-Faktur, bagian customer service office (CSO) sering mengalami kesalah pahaman dengan bagian gudang mengenai ketersediaan barang.
2. E-Faktur hemat biaya
Penerapan aplikasi e-Faktur pada PT Anugrah Argon medica dirasa lebih menghemat biaya karena langsung bisa dikirim melalui e-mail pelanggan. Sebelum penerapan aplikasi e-Faktur, faktur pajak harus dicetak sebagai bukti kepada pelanggan bahwa PT Anugrah Argon Medica telah membayar kewajiban pajak atas penyerahan BKP/JKP.
3. E-Faktur Menghemat Waktu
Tanda tangan elektronik yang diterapkan pada aplikasi e-Faktur membuat proses kerja customer service office (CSO) lebih cepat. Pada saat aplikasi e-Faktur belum diterapkan, Kepala Seksi Administrasi (KSA) kantor cabang Surabaya harus menunggu tanda tangan basah terlebih dahulu dari kepala bagian pajak PT Anugrah Argon Medica pusat. Setelah diterapkan aplikasi e-Faktur, tanda tangan diganti dengan tanda tangan elektronik sehingga proses pembuatan faktur pajak lebih cepat.
Kendala Penerapan Aplikasi E-Faktur pada PT Anugrah Argon Medica 1. Kendala Jaringan/Server Aplikasi E-Faktur
Hambatan yang dialami PT Anugrah Argon Medica dalam penerapan aplikasi e-Faktur adalah jika terdapat error saat upload faktur pajak. Banyaknya pengguna aplikasi e-Faktur pada saat akhir bulan mengakibatkan server terlalu banyak menerima data dari PKP pengguna e-Faktur sehingga beberapa faktur pajak gagal untuk proses upload. Sebagian besar pelanggan komplain kepada customer sales office bahwa mereka belum menerima email dari sistem. Hal inilah yang menjadi hambatan dari sisi
customer service office karena bagian ini tidak dapat mengetahui secara langsung faktur yang belum atau sudah diproses oleh DJP.
2. Kendala Pemahaman Aplikasi E-Faktur
Kurangnya pemahaman relasi atas penerapan e-Faktur yang tergolong baru menimbulkan beberapa pertanyaan yang ditujukan relasi kepada PT Anugrah Argon Medica. Jika relasi kurang paham atas peraturan yang baru dikeluarkan oleh DJP tersebut, maka proses bisnis tidak akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu, PT Anugrah Argon Medica harus memberikan edukasi seputar penerapan e-Faktur. Pada awal pernerapan e-Faktur, pihak perusahaan merasa kesulitan karena harus memberikan surat edaran DJP Nomor S-23/PJ. 02/2015 tentang implementasi e-Faktur serta harus memberikan penjelasan mengenai isi dari surat edaran tersebut beserta sistem Delivery Order yang perusahaan terapkan.
Perbedaan Sistem Akuntansi Penjualan Kredit Sebelum dan Sesudah Penerapan E- Faktur pada PT Anugrah Argon Medica
1. Perbedaan penerbitan Faktur Penjualan
Sebelum aplikasi e-Faktur diterapkan pada PT Anugrah Argon Medica, penerbitan faktur penjualan dilakukan setelah Kepala Seksi Administrasi memberikan otorisasi bahwa relasi tidak memiliki piutang dan bisa melakukan order. Kemudian faktur penjualan dikirim oleh bagian pengiriman kepada relasi beserta barang yang telah diorder. sedangkan penerbitan faktur penjualan setelah aplikasi e-Faktur pada PT Anugrah Argon Medica tidak bersamaan dengan pengiriman barang. Namun setelah Kepala Seksi Administrasi memberikan otorisasi mengenai order maka Customer Sales Office (CSO) menerbitkan delivery order (DO) terlebih dahulu untuk mencegah adanya retur penjualan. Hal ini dilakukan oleh perusahaan karena mengantisipasi rumitnya proses retur penjualan pada faktur penjualan yang telah diterbitkan dengan menggunakan aplikasi e-Faktur. Setelah delivery prder (DO) diterima oleh relasi dan sesuai dengan pesanan maka delivery order DO dikembalikan oleh relasi ke perusahaan untuk dibuatkan faktur penjualan.
2. Perbedaan Pemberian Faktur Pajak
Sebelum penerapan aplikasi e-Faktur, PT Anugrah Argon Medica menyerahkan faktur pajak kepada pelanggan. Penyerahan faktur pajak dilakukan sebagai bukti pajak masukan bagi pelangan. Sedangkan setelah penerapan aplikasi e-Faktur faktur pajak hanya dicetak dan diserahkan kepada pelanggan yang berstatus non PKP. Bukti pajak masukan bagi pelanggan yang berstatus PKP dapat dilihat dengan cara scan barcode yang ada pada faktur penjualan. Namun pada kenyataannya masih banyak pelanggan yang berstatus sebagai PKP meminta print-out faktur pajak dengan alasan digunakan sebagai bukti pajak masukan.
3. Perbedaan Pemberian Tanda Terima Faktur Asli ke Pelanggan
Sebelum aplikasi E-Faktur diterapkan pada PT Anugrah Argon Medica, pelanggan menerima tanda terima faktur asli yang diterbitkan oleh customers sales office (CSO) bersamaan dengan penerbitan faktur penjualan. Tanda terima faktur asli ini terbitkan oleh perusahaan sebagai bukti bahwa pelanggan telah menerima barang sesuai permintaan serta digunakan sebagai dokumen penagihan apabila faktur penjualan rusak atau hilang. Sedangkan setelah penerapan aplikasi e-Faktur tanda terima faktur asli tidak diterbitkan oleh perusahaan karena pada faktur penjualan sudah terdapat barcode. Baik perusahaan maupun pelanggan dapat mengecek invoice secara elektronik dengan cara scan barcode yang ada pada faktur penjualan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dapat ditarik kesimpulan bahwa proses penerbitan telah sesuai dengan PER-16/PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik. Pada kenyataanya PT Anugrah Argon Medica telah menerapkan beberapa tahapan untuk membuat dan menerbitkan faktur pajak elektronik sesuai dengan Peraturan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Penerapan aplikasi e-Faktur pada PT Anugrah Argon Medica menimbulkan dampak positif dan negarif. Dampak postif penerapan aplikasi e-faktur adalah e-Faktur pada PT Anugrah Argon Medica lebih aman dan lebih pasti karena stock opname perusahaan lebih nyata, kemudian penerapan aplikasi e-Faktur pada PT Anugrah Argon medica lebih menghemat biaya karena faktur pajak langsung bisa dikirim melalui e-mail pelanggan. Dampak positif selanjutnya adalah tanda tangan elektronik yang diterapkan pada aplikasi e-Faktur membuat proses kerja customer service office (CSO) lebih cepat. Sedangkan dampak negarif setelah penerapan aplikasi e-Faktur adalah sering terjadi error saat upload faktur pajak pada aplikasi e-Faktur . Kemudian pada awal pernerapan e-Faktur, pihak perusahaan merasa kesulitan karena harus memberikan surat edaran DJP Nomor S-23/PJ. 02/2015 tentang implementasi e-Faktur serta harus memberikan penjelasan mengenai isi dari surat edaran tersebut beserta sistem delivery order (DO) yang terapkan PT Anugrah Argon Medica.
Sistem akuntansi penjualan kredit PT Anugrah Argon Medica memiliki beberapa perbedaan antara sebelum dan setelah penerapan aplikasi e-Faktur. Perbedaan tersebut teretak pada proses penerbitan faktur penjualan, penerbitan tanda terima faktur asli, serta pemberian dokumen faktur pajak. Sebelum aplikasi e-Faktur diterapkan faktur penjualan langsung dibuat bersamaan dengan pengiriman barang, sedangkan setelah penerapan aplikasi e-Faktur faktur penjualan baru diterbitkan ketika delivery order (DO) telah diterima dan disetujui oleh pelanggan. Sebelum aplikasi e-Faktur diterapkan pelanggan dibuatkan tanda terima faktur asli yang digunakan sebagai dokumen penagihan jika faktur penjualan hilang atau rusak, sedangkan setelah penerapan aplikasi e-Faktur tidak dibuatkan tanda terima faktur asli. Kemudian yang terakhir sebelum aplikasi e-Faktur diterapkan cetakan faktur pajak selalu diberikan kepada pelanggan sebagai bukti pajak masukan, sedangkan setelah aplikasi e-Faktur diterapkan dokumen faktur pajak hanya dicetak sesuai kebutuhan
Saran dan Keterbatasan
Staff yang menangani e-Faktur pada PT Anugerah Argon Medica harus lebih proaktif dalam menyesuaikan atas penerapan aplikasi e-Faktur. Sikap proaktif dapat dilakukan dengan melakukan konsultasi serta bimbingan kepada pihak Account Representative (AR) pada KPP setempat. Direktorat Jenderal Pajak diharapkan untuk menambah jumlah server yang tersedia dalam melayani permintaan nomor faktur pajak yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan memperdalam konteks. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar mengetahui secara mendalam perbedaan sistem akuntansi penjualan kredit yang diterapkan perusahaan pada saat sebelum dan sesudah penerapan apikasi e-Faktur hingga batas tutup order.
DAFTAR PUSTAKA
Abuyamin, O. (2010). Perpajakan Pusat Dan Daerah. Bandung: Humaniora
Annonymous. “Realisasi Penerimaan Pajak per 31 Mei 2015”. (2015) . Retrived from: http://www.pajak.go.id/content/realisasi-penerimaan-pajak-31-mei- 2015.
Apriyani. “Tax Ratio Indonesia Sangat Rendah”.(2015). Retrived from:
http://infobanknews.com/dirjen-pajak-tax-ratio-indonesia-sangat-rendah/.
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi).
Jakarta : Rineka Cipt.
Arsyie, S. (2014). Analisis Penerapan E-Filling dalam Praktik Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada PT XYZ. Skipsi. Universitas Bakri, Jakarta.
Darudiato, S. (2007). Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Pt. Maju Bersama (Studi Kasus: Penjualan Dan Piutang Usaha) . Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi. ISSN: 1907-5022.
Dewi, S. N.”Dirjen Pajak:Tax Ratio Indonesia Masih Rendah”. (2015). Retrived from: http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/634900-dirjen-pajak--tax- ratio-indonesia-masih-rendah.
Herdiansyah, H. (2012) . Metodologi Penelitian Kualitatif: untuk ilmu-ilmu sosial.
Jakata: Salemba Humanika.
Indriani, S. (2011). Analisis penggunaan e-Spt Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada CV Serasan Sekundang Mandiri Di Muara Enim. STIE MDP. Retrived from:
http://eprints.mdp.ac.id/728/1/Jurnal%20Sofi%20Indriani%202009210014.
pdf.
Juliana.(2013). Penerapan e-SPT Pajak Pertambahan Nilai dalam Penyampaian Pelaporan Masa Pada PT Dwi Urip. Jurnal Ilmiah Mahasiswa STIE MDP.
Retrived from :
http://eprints.mdp.ac.id/928/1/jurnal%20juliana.pdf.
Keraf, G. (2004). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Korkman, O. , Storbacka K., & Harald, B. Practices as markets: Value co-creation in e- invoicing. Australasian Marketing Journal, Vol 18.
Kurniawan, A. (2016). Penerapan E-Faktur Pajak Terhadap Pengusaha kena Pajak Di Kota Surabaya (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wonocolo Surabaya). Jurnal Ilmiah Universitas Negeri Surabaya. Vol. 4, no. 2.
Moleong, L. J. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyadi. (2001). Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat
Nurdiyansyah. (2015). PER 16/PJ/2014 Tentang Tata Cara Pembuatan Dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik (e-Faktur). Oktober 17, 2015.
Retrived from:
http://www.sadarpajak.com/2015/06/faktur-pajak-berbentuk-elektronik- e.html.
Oktaviarini,T. (2015) . Analisis Penerapan E-Faktur Dalam Melaporkan SPT Masa PPn (Studi Kasus pada PT. Imbema Pasific Indonesia Masa Januari-Oktober 2015). Skripsi. Universitas Bakrie, Jakarta. Retrived from:
http://journal.bakrie.ac.id/index.php/jurnal_ilmiah_ub/article/view/1560.
Permatasari, S. A. (2015) . Penerapan E-faktur sebagai perbaikan sistem administrasi PPN. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB UB. Retrived from:
(http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/viewFile/2360/2149).
Prahaji,M. (2015) . Analisis Penerapan Elektronik Nomor Faktur Sebagai Upaya Untuk Mencegah Penerbitan Faktur Pajak Fiktif (Suatu Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Tiga). Skripsi. Tidak dipublikasikan.
Universitas Brawijaya, Malang.
Purwaningsih,N. (2014) . Evaluasi Penerapan Aplikasi Surat Pemberitahuan Elektronik Pajak Pertambahan Nilai (E-Spt Ppn) Pada Pt. Indo Acidatama Tbk. Skripsi.
Universitas Negeri Surabaya,Surabaya. Retrived from:
http://dglib.uns.ac.id/dokumen/detail/37870/Evaluasi-Penerapan-Aplikasi- Surat-Pemberitahuan-Elektronik-Pajak-Pertambahan-Nilai-E-Spt-Ppn- Pada-Pt-Indo-Acidatama-Tbk.
Pohan, C. A. (2013). Manajemen Perpajakan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Resmi, S. (2014). Perpajakan Teori dan Kasus, Buku 1 edisi 8. Salemba Empat.
Jakarta
Sekaran, U. (2011). Metode Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D.Bandung:
Alfabeta.
Susanto, E. (2016) . Elektronik Faktur (E-Faktur) : Apakah Sudah Efektif Bagi Pengusaha Kena Pajak Dalam Pelaporan Spt Masa Pajak Pertambahan Nilai. Jurnal STIE Semarang, Vol. 8, No.1.
Untari, F. C. M. (2012). Aplikasi Elektronik Surat Pemberitahuan (E-Spt) Di PT Kalbe Farma, Tbk. Skripsi. Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. Retrived from:
http://dglib.uns.ac.id/dokumen/detail/25968/Aplikasi-Elektronik-Surat- Pemberitahuan-E-Spt-Di-Pt-Kalbe-Farma-Tbk.
Widodo dan Widyadnyana. (2015) . “E-faktur: Satu Aplikasi Berbagai Manfaat”.
Retrived from:
http://ortax.org/ortax/?mod=issue&page=show&id=68.
Wulandari, E. P. (2015) . Analisis Penerapan Layanan Pendaftar Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi secara E-registration. Jurnal Perpajakan,Vol 2 No 2.
Lian, W. J. (2014) . Critical factors for cloud based e-invoice service adoption in Taiwan: An empirical study. International Journal of Information Management, Vol 35, No 2.