• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Beban Kerja pada Karyawan Divisi Produksi PT. Empat Perdana Carton dengan Metode Full Time Equivalent (FTE)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Beban Kerja pada Karyawan Divisi Produksi PT. Empat Perdana Carton dengan Metode Full Time Equivalent (FTE)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Beban Kerja pada Karyawan Divisi Produksi PT. Empat Perdana Carton dengan Metode Full Time Equivalent

Mochammad Haris Wibisono1*, Dene Herwanto2

1,2Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa Karawang Indonesia

*Koresponden email: hariswibisono2001@gmail.com

Diterima: 24 Desember 2022 Disetujui: 4 Februari 2023

Abstract

PT. Empat Perdana Carton is a company engaged in the field of carton and foam and packaging for vehicle spare parts and piano packaging. The company produces every day with a large number of companies are therefore required to work hard to provide good service to customers in order to compete with other companies and produce quality products. It is known that the production division of PT. Four prime Carton is still not optimal and there is still an imbalance of operator workload. The workload experienced by the operator is divided into 3 categories: very high workload or overload, normal workload or fit, and very low workload or underload. To cover the workload experienced by employees of PT. Empat Perdana Carton, there are methods that can be used, one of which is the Full Time Equivalent (FTE) method. From the results of the study using the FTE method showed that three of the six operators experienced a very low and high level of workload. Company must readjust the level of the workload of each operator in order to produce the same level of productivity.

Keywords: ergonomic, full time equivalent (FTE), allowance, workload, PT. empat perdana carton, work performance

Abstrak

PT. Empat Perdana Carton merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang carton dan foam serta packaging untuk sparepart kendaraan serta packaging piano. Perusahaan tersebut memproduksi setiap hari dengan jumlah yang besar, maka dari itu perusahaan yang bersangkutan diperintahkan untuk dapat bekerja keras dan memberikan pelayanan yang baik terhadap konsumen agar dapat bersaing dengan pasar yang ada dan bekerja secara optimal serta memberikan produk yang unggul. Diketahui bahwa divisi bagian produksi PT. Empat Perdana Carton masih kurang optimal dan masih mempunyai ketidakseimbangan pada beban kerja operator. Beban kerja yang dialami pada operator dibagi menjadi 3 kategori: beban kerja yang sangat tinggi atau overload, beban kerja yang normal atau fit, dan beban kerja yang sangat rendah atau underload.

Untuk menutupi beban kerja yang dialami oleh karyawan PT. Empat Perdana Carton, terdapat metode yang dapat digunakan yaitu salah satunya adalah metode Full Time Equivalent (FTE). Dari hasil penelitian dengan menggunakan metode FTE didapatkan bahwa tiga dari enam operator mengalami tingkat beban kerja yang sangat rendah dan tinggi. Perusahaan harus menyesuaikan kembali tingkat beban kerja tiap operator agar menghasilkan tingkat produktivitas yang sama.

Kata Kunci: ergonomi, full time equivalent (FTE), allowance, beban kerja, PT. empat perdana carton, kinerja karyawan

1. Pendahuluan

Sektor industri, dalam hal ini adalah industri manufaktur, biasanya tumbuh dan berkembang lebih cepat daripada sektor pertanian. Oleh karena itu, peranan sektor industri pada perekonomian suatu negara pasti lambat laun akan menjadi sangat penting. Bidang industri sangat berkait dengan kesejahteraan rakyat dalam pembangunannya. Pembangunan industri harus mampu meningkatkan pendapatan sebesar-besarnya, sehingga kesejahteraan rakyat sebagai tujuan akhir dapat tercapai melalui adanya peningkatan pendapatan masyarakat. Industri merupakan bidang yang memegang kontribusi penting dalam pengembangan daerah.

Kapasitas karyawan adalah salah satu faktor yang dapat menjadi penyebab keberhasilan atau tidaknya sebuah organisasi atau bisnis tersebut. Hal ini dimungkinkan untuk mencapai hasil yang optimal dengan kinerja yang telah ditetapkan. Maka dari itu, beban kerja seorang karyawan yang terasa cukup berat menyebabkan kinerja karyawan tersebut menjadi kurang baik, karena karyawan tersebut akan tertekan dan merasa tidak nyaman untuk menjalankan aktivitasnya, yang dapat menyebabkan penurunan kinerja karyawan pada perusahaan tersebut, yang pada akhirnya dapat berdampak negatif bagi perusahaan [1].

(2)

PT. Empat Perdana Carton merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang karton dan foam serta packaging untuk sparepart kendaraan serta packaging piano. Perusahaan tersebut memproduksi setiap hari dengan jumlah yang besar, maka dari itu perusahaan akan dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen agar bisa bersaing dengan perusahaan yang lain dan dapat menciptakan produk yang bermutu. Dengan demikian perusahaan tersebut akan terus mendapatkan konsumen serta produksi pada perusahaan tersebut dapat lebih meningkat.

Akurasi waktu untuk menyelesaikan setiap proses adalah salah satu petunjuk penilaian kinerja umum, maka dari itu karyawan dituntut untuk menyelesaikan tugasnya tepat waktu. Hal tersebut menyebabkan beban kerja yang dimiliki oleh karyawan akan menjadi sangat tinggi. Terdapat tiga kategori yang termasuk ke dalam beban kerja yaitu beban kerja yang sangat rendah atau underload, beban kerja normal atau fit dan beban kerja yang sangat tinggi atau overload [2], [3].

Ergonomi yang berawal dari kata Latin “ergon” dan “nomos” (hukum alam) atau juga dapat diartikan sebagai studi mengenai sudut manusia dari lingkungan kerja yang dipertimbangkan dalam hal anatomi, fisiologi, psikologi, teknik, manajemen, dan desain. Dari uraian tersebut dapat dirumuskan bahwa

“Ergonomi adalah ilmu, seni dan implementasi teknologi untuk menyelaraskan atau menyetarakan segala sesuatu antara ruang untuk beraktivitas, kapasitas dan keterbatasan manusia, baik dari segi fisik maupun segi mental, untuk mencapai peningkatan mutu hidup secara keseluruhan”. Memahami prinsip-prinsip ergonomi memudahkan setiap orang untuk mengevaluasi aktivitas atau pekerjaan, bahkan ketika ilmu ergonomi terus berkembang dan teknologi yang dipakai dalam pekerjaan berubah [4]–[6].

Beban kerja adalah pengorbanan yang harus dilakukan seseorang untuk menawarkan kemampuan mereka untuk mencapai tingkat kinerja tertentu [7], [8]. Dalam tuntutan pekerjaan terdapat tiga jenis aspek beban kerja, timbul perasaan bosan. Di sisi lain, jika keterampilan karyawan lebih lemah dari yang dibutuhkan pekerjaan, lebih banyak terjadi kelelahan [9]. Beban kerja juga bersifat kuantitatif, yang dimana terlalu banyak atau terlalu sedikit sebuah beban kerja pada pekerjaan tersebut, yang disebabkan karena tenaga kerja atau karyawan yang diberikan tugas menerima beban kerja yang sangat banyak atau terlalu sedikit. Beban kerja berkualitas terjadi ketika seseorang merasa tidak dapat mengatasi tugas atau situasi di mana seseorang harus bekerja dalam jangka waktu yang lama, yang dapat menjadi sumber stres muncul.

Pada saat yang sama, pekerjaan kuantitatif yang terlalu sedikit juga dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis, misalnya dalam kegiatan sederhana dengan banyak pengulangan gerakan, kebosanan, dan monoton [10].

Beban kerja yang terlalu berlebihan (overload) menandakan bahwa total pegawai tidak setimpal dengan jumlah pekerjaan yang diberikan, sehingga akan menimbulkan kelelahan fisik dan mental yang berujung pada penurunan kapasitas produksi. Pada saat yang sama, pada beban kerja yang sedikit (underload) menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang banyak, maka perusahaan harus menambahkan beban kerja para pekerja untuk produktivitas yang sama [11].

Full Time Equivalent (FTE) adalah metode analisis beban kerja berbasis waktu yang menimbang atau mengukur waktu yang dibutuhkan untuk mengakhiri suatu pekerjaan dan kemudian mengubahnya menjadi indeks nilai FTE [12], [13]. Metode FTE ini mempunyai tujuan untuk memudahkan pengukuran kerja dengan mengganti jam beban kerja ke jumlah karyawan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut [14], [15].

2. Metode Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk memperkecil pengukuran kerja dengan cara mengganti jam beban kerja menjadi jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Pada penelitian ini digunakan pendekatan melalui metode Full Time Equivalent (FTE) dan observasi. Agar dapat mengetahui apa saja aktivitas karyawan di lapangan, awal penelitian diawali dengan melaksanakan observasi dan wawancara secara langsung kepada karyawan. Data yang diambil langsung dari responden sebanyak 6 karyawan bagian produksi kemudian dilakukan pengolahan data menggunakan metode Full Time Equivalent (FTE).

Metode Full Time Equivalent (FTE)

Metode Full Time Equivalent (FTE) adalah sebuah metode dengan membandingkan waktu untuk mengakhiri suatu pekerjaan dengan waktu kerja yang tersedia secara subyektif. Nilai FTE diukur melalui perhitungan beban kerja seluruh pegawai karyawan pada suatu unit kerja dalam jangka waktu tertentu.

Metode ini juga mengukur beban kerja selama periode setahun dan menghitung semua bagian yang ada berdasarkan job description. Nilai yang diperoleh menunjukkan jumlah aktivitas dan juga jumlah SDM yang diperlukan untuk menyelesaikan aktivitas tersebut [16].

(3)

Waktu kerja efektif

Pada penyusunan data untuk waktu kerja menggunakan data kalender kerja tahun 2021 yang telah ditetapkan secara resmi oleh pemerintah. Setelah melakukan perhitungan maka ditemukan jumlah jam kerja efektif pada tahun 2021 yaitu 1.960 jam.

Allowance

Allowance adalah waktu khusus yang diperlukan untuk keperluan pribadi, seperti keperluan melepas lelah dan keperluan lainnya yang berada di luar kendali operator. Nilai faktor kelonggaran diamati secara langsung oleh peneliti dan telah disetujui pihak perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan pengamatan secara langsung di lapangan maka didapatkan nilai allowance atau kelonggaran yaitu sebesar 20%.

3. Hasil dan Pembahasan

Dalam penelitian ini, tahap awal yaitu pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara secara langsung di bagian produksi PT. Empat Perdana Carton di setiap mesin. Informasi yang dikumpulkan terdiri dari perincian masing-masing karyawan terkait dengan uraian tugas, durasi jam kerja, frekuensi pekerjaan dan jenis pekerjaan apakah aktivitas tersebut bersifat tahunan, bulanan, mingguan, atau harian.

Tabel 1 menunjukkan jumlah karyawan yang ditugaskan pada setiap mesin di divisi produksi, sedangkan Tabel 2 menunjukkan hari kerja efektif yang digunakan dalam satu tahun kerja.

Tabel 1. Jumlah karyawan pada divisi produksi

Mesin Total karyawan

Slitter 1

Stitching 1

Sablon 2

Edseal 1

Pond 1

Slotter 1

Sumber: Data penelitian, 2022

Tabel 2. Hari kerja efektif

Uraian Total

Hari dalam setahun 365 hari

Cuti bersama 7 hari

Cuti individu 12 hari

Hari libur nasional 15 hari

Hari minggu dalam setahun 51 hari

Jumlah hari kerja efektif 280 hari

Sumber: Data penelitian, 2022

3.1. Aktivitas operator

Agar dapat mengetahui aktivitas pekerja pada bagian produksi, maka peneliti secara langsung melakukan interview kepada pekerja produksi terkait untuk mendapatkan informasi detail tentang aktivitas yang dilakukan setiap hari. Kegiatan dari masing-masing operator pada divisi produksi di PT. Empat Perdana Carton ditunjukkan pada Tabel 3 hingga Tabel 8.

Tabel 3. Aktivitas slitter operator

Aktivitas Periode Waktu

(menit) Frekuensi Jumlah SDM

Hari dalam satu tahun

Beban kerja (orang/menit)

Menyiapkan bahan awal harian 4 50 1 280 56000

Memasukkan bahan ke dalam

mesin harian 1 30 1 280 8400

Merapikan hasil pemotongan harian 2 50 1 280 28000

Memindahkan hasil pemotongan harian 4 50 1 280 56000

Beban kerja unit per hari 148400

Sumber: Data penelitian, 2022

(4)

Tabel 4. Aktivitas stitching operator

Aktivitas Periode Waktu

(menit) Frekuensi Jumlah SDM

Hari dalam satu tahun

Beban kerja (orang/menit)

Mengambil bahan harian 4 50 1 280 56000

Memasukan bahan ke dalam mesin harian 0,5 1 1 280 140

Merapikan hasil jadi harian 4 25 1 280 28000

Beban kerja unit per hari 84140

Sumber: Data penelitian, 2022

Tabel 5. Aktivitas sablon operator

Aktivitas Periode Waktu

(menit) Frekuensi Jumlah SDM

Hari dalam satu tahun

Beban kerja (orang/menit)

Mengambil bahan awal harian 3 50 2 280 84000

Proses sablon harian 1 10 2 280 5600

Memindahkan hasil penyablonan harian 2 50 2 280 84000

Beban kerja unit per hari 173600

Sumber: Data penelitian, 2022

Tabel 6. Aktivitas edseal operator

Aktivitas Periode Waktu

(menit) Frekuensi Jumlah SDM

Hari dalam satu tahun

Beban kerja (orang/menit)

Mengambil bahan awal harian 5 1 1 280 1400

Menempelkan kedua bahan harian 2 30 1 280 16800

Memindahkan hasil pemotongan harian 2,5 50 1 280 35000

Memindahkan stasiun kerja harian 10 1 1 280 2800

Beban kerja unit per hari 56000

Sumber: Data penelitian, 2022

Tabel 7. Aktivitas pond operator

Aktivitas Periode Waktu

(menit) Frekuensi Jumlah SDM

Hari dalam satu tahun

Beban kerja (orang/menit)

Menyiapkan bahan awal harian 4 50 1 280 56000

Memasukan bahan ke dalam mesin harian 1 30 1 280 8400

Memindahkan hasil pemotongan harian 4 50 1 280 56000

Membersihkan stasiun kerja harian 15 1 1 280 4200

Beban kerja unit per hari 124600

Sumber: Data penelitian, 2022

Tabel 8. Aktivitas slotter operator

Aktivitas Periode Waktu

(menit) Frekuensi Jumlah SDM

Hari dalam satu tahun

Beban kerja (orang/menit)

Menyiapkan bahan awal harian 4 50 1 280 56000

Memasukan bahan ke dalam mesin harian 1 20 1 280 5600

Memindahkan hasil pemotongan harian 4 50 1 280 56000

Membersihkan stasiun kerja harian 20 1 1 280 5600

Beban kerja unit per hari 123200

Sumber: Data penelitian, 2022

3.2. Perhitungan Full Time Equivalent (FTE)

Untuk mendapatkan nilai perhitungan setiap mesin dapat dilakukan dengan menggunakan aturan- aturan sebagai berikut:

a. Allowance = Kelonggaran x total hari dalam setahun x menit kerja dalam satu hari b. Jumlah waktu aktivitas = Beban kerja unit per hari.

c. Jumlah waktu tersedia = Total hari dalam setahun x total jam kerja dalam satu hari.

𝐹𝑇𝐸 =(𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠+𝐴𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒) 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑇𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎

(5)

Nilai Indeks FTE:

< 1 (Underload atau rendah) 1–1,28 (Normal atau fit)

> 1,28 (Overload atau tinggi)

Tabel 9. Total tenaga kerja aktual Nama jabatan

Beban kerja/Indeks

FTE

Total tenaga kerja berdasarkan perhitungan (orang)

Jumlah tenaga kerja nyata

Slitter operator 1,46 2 1

Stitching operator 0,91 1 1

Sablon operator 1.67 2 2

Edseal operator 0,67 1 1

Pond operator 1,25 1 1

Slotter operator 1,24 1 1

Sumber: Data penelitian, 2022

Setelah dilakukan pengkajian beban kerja melalui metode Full Time Equivalent pada operator divisi produksi, diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Slitter Operator

Untuk mendapatkan beban kerja normal, nilai indeks FTE harus mencapai 1−1,28. Jika beban kerja dinyatakan melebihi batas normal maka diperlukan penambahan karyawan dan jika beban kerja dinyatakan rendah maka diperlukan penambahan beban kerja pada stasiun kerja tersebut. Beban kerja pada Slitter Operator yaitu 1,46. Perusahaan dapat menutupi beban kerja yang sangat tinggi tersebut dengan menambahkan 1 orang karyawan pada bagian Slitter Operator agar beban kerja dapat terpenuhi.

Pada kondisi saat ini pada bagian Slitter Operator hanya diisi oleh 1 orang karyawan sehingga perhitungan tidak sesuai dengan kondisi di lapangan saat ini.

b. Stitching Operator

Untuk mendapatkan beban kerja normal, nilai FTE harus memperoleh angka 1−1,28. Jika beban kerja dinyatakan melebihi batas normal maka diperlukan penambahan karyawan dan jika beban kerja dinyatakan rendah maka diperlukan penambahan beban kerja pada stasiun kerja tersebut. Beban kerja pada Stitching Operator yaitu 0,91. Agar beban kerja sesuai dengan standar normal maka perusahaan harus menambahkan kembali beban kerja pada posisi tersebut sehingga mendapatkan tingkat produktivitas yang sama.

c. Sablon Operator

Untuk mendapatkan beban kerja normal, nilai FTE harus memperoleh angka 1−1,28. Jika beban kerja dinyatakan melebihi batas normal maka diperlukan penambahan karyawan dan jika beban kerja dinyatakan rendah maka diperlukan penambahan beban kerja pada stasiun kerja tersebut. Beban kerja pada Sablon Operator yaitu 1,67. Perusahaan dapat menutupi beban kerja yang sangat tinggi tersebut dengan menambahkan 1 orang karyawan pada bagian Sablon Operator agar beban kerja dapat terpenuhi.

Pada kondisi saat ini pada bagian Sablon Operator hanya terdapat 2 orang karyawan sehingga perhitungan tidak sesuai dengan kondisi di lapangan saat ini.

d. Edseal Operator

Untuk mendapatkan beban kerja normal, nilai FTE harus memperoleh angka 1−1,28. Jika beban kerja dinyatakan melebihi batas normal maka diperlukan penambahan karyawan dan jika beban kerja dinyatakan rendah maka diperlukan penambahan beban kerja pada stasiun kerja tersebut. Beban kerja pada Edseal Operator yaitu 0,67. Agar beban kerja sesuai dengan standar normal maka perusahaan harus menambahkan kembali beban kerja pada posisi tersebut sehingga mendapatkan tingkat produktivitas yang sama.

e. Pond Operator

Untuk mendapatkan beban kerja normal, nilai FTE harus memperoleh angka 1−1,28. Jika beban kerja dinyatakan melebihi batas normal maka diperlukan penambahan karyawan dan jika beban kerja dinyatakan rendah maka diperlukan penambahan beban kerja pada stasiun kerja tersebut. Beban kerja pada Pond Operator yaitu 1,25. Pada kondisi saat ini dan hasil dari perhitungan maka beban kerja tersebut dikategorikan normal atau telah sesuai antara perhitungan metode dengan kondisi saat ini pada perusahaan.

(6)

f. Slotter Operator

Untuk mendapatkan beban kerja normal, nilai FTE harus memperoleh angka 1−1,28. Jika beban kerja dinyatakan melebihi batas normal maka diperlukan penambahan karyawan dan jika beban kerja dinyatakan rendah maka diperlukan penambahan beban kerja pada stasiun kerja tersebut. Beban kerja pada Slotter Operator yaitu 1,24. Pada kondisi saat ini dan hasil dari perhitungan maka beban kerja tersebut dikategorikan normal atau telah sesuai antara perhitungan metode dengan kondisi saat ini pada perusahaan.

4. Kesimpulan

Pada perhitungan beban kerja dengan metode Full Time Equivalent menunjukkan bahwa nilai indeks FTE pada bagian slitter operator yaitu sebesar 1,46, yang berarti beban kerja slitter operator ini tergolong tinggi (overload). Untuk dapat memenuhi beban kerja tersebut maka diperlukan 2 orang pekerja agar beban kerja pada bagian slitter operator dapat tergolong normal. Kemudian nilai indeks FTE pada edseal operator yaitu 0,67 yang berarti bahwa beban kerja edseal operator sangat rendah (underload). Hal tersebut menunjukkan bahwa beban kerja edseal operator terlalu sedikit sehingga perusahaan harus kembali menyesuaikan beban kerja atau menambahkan kembali beban kerja pada bagian tersebut agar tidak ada kecemburuan antar karyawan.

Nilai indeks FTE pada sablon operator adalah sebesar 1,67, yang berarti bahwa beban kerja sablon operator ini tergolong sangat tinggi (overload), sehingga untuk dapat memenuhi beban kerja tersebut maka diperlukan 3 orang pekerja agar beban kerja pada bagian sablon operator dapat tergolong normal. Nilai indeks FTE pada bagian stitching operator yaitu 0,91, yang berarti beban kerja yang sangat rendah (underload) serta menunjukkan bahwa beban pekerja sangat sedikit sehingga perusahaan harus kembali menyesuaikan beban kerja atau menambahkan kembali beban kerja pada bagian tersebut agar tidak ada kecemburuan antar karyawan.

5. Referensi

[1] B. Latief, “Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan PT. Mega Mulia Servindo di Makasar,” J. Manaj. dan Akunt., vol. 1, no. 2, pp. 61–70, 2012.

[2] A. S. Putra and M. Hubeis, “Analisis Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Divisi Marketing dan Kredit PT. Finance Cabang Depok,” Institut Pertanian Bogor, 2012.

[3] U. Dewi and A. Satrya, “Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja Berdasarkan Beban Kerja Karyawan pada PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Bidang Sumber Daya Manusia dan Organisasi,” Universitas Indonesia, Depok, 2012.

[4] F. Fyanidah, “Kesehatan dan Keselamatan Kerja: Faal dan Ergonomi Kerja,” 2016.

https://himatekkim.ulm.ac.id/id/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-faal-dan-ergonomi-kerja/

(accessed Dec. 08, 2022).

[5] H. Okitasari and D. Pujotomo, “Analisis Beban Kerja Mental dengan Metode NASA TLX pada Divisi Distribusi Produk PT. Paragon Technologi and Innovation,” Ind. Eng. Online J., vol. 5, no.

3, 2016.

[6] H. R. Diniari, “Analisis Stres Kerja Akibat Beban Kerja Mental Pada Pekerja Pt. Kerta Rajasa Raya,” Med. Technol. Public Heal. J., vol. 3, no. 2, pp. 133–140, 2019.

[7] N. N. Sunarto, “Analisis Beban Kerja Karyawan dengan Menggunakan Metode SWAT dan Metode NASA TLX (Studi Kasus di PT. LG Electronics Indonesia),” Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2018.

[8] Sunarso and Kusdi, “Pengaruh Kepemimpinan, Kedisiplinan, Beban Kerja Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar,” J. Manag. Sumber Daya Manusia., vol. 4, no. 1, pp. 72–79, 2010.

[9] A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2007.

[10] F. Taruh, Motivasi Kerja: Meniti Suara Hati Menolak Perilaku Korupsi. Sleman, Yogyakarta:

Deepublish, 2020.

[11] W. Novera, “Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan Karyawan Bagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (Studi Kasus Unit Tata Usaha Departemen pada Institut Pertanian Bogor),” Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2011.

[12] M. A. D. Matiro, R. S. Mau, A. Rasyid, and F. A. Rauf, “Pengukuran Beban Kerja Menggunakan Metode Full Time Equivalent (FTE) Pada Divisi Proses PT. Delta Subur Permai,” Jambura Ind.

Rev., vol. 1, no. 1, pp. 30–39, 2021.

(7)

[13] E. Fetrina, “Analisis Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Perhitungan Beban Kerja Pegawai (Studi Kasus: Fakultas Sains Dan Teknologi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta,” Stud. Inform. J. Sist. Inf., vol. 10, no. 2, pp. 71–76, 2017.

[14] Y. W. Pambudi, “Skripsi Analisis Beban Kerja Karyawan Dengan Metode Full Time Equivalent (Studi Kasus Ukm Unlogic Projeck),” Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2017.

[15] W. Adawiyah and A. Sukmawati, “Analisis Beban Kerja Sumber Daya Manusia dalam Aktivitas Produksi Komoditi Sayuran Selada (Studi Kasus: CV Spirit Wira Utama),” J. Manaj. dan Organ., vol. 4, no. 2, pp. 128–143, 2013.

[16] Y. Supriyatna, “Analisis Kesesuaian Antara Beban Kerja Terhadap Jumlah SDM SAP Operasional Divisi Information Technology Shared Services: Studi Kasus PT XYZ,” Universitas Indonesia, Depok, 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan konsep rezim internasional dan sustainable tourism, untuk menjelaskan keterkaitan strategi pariwisata Project Ten New Bali Indonesia sebagai