Analisis Beban Kerja Mental Menggunakan Metode NASA-TLX pada Divisi Produksi Perusahaan Empat Perdana Carton
Mohammad Al-Farizi Fian Saputra1*, Dene Herwanto2
1,2Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa Karawang Indonesia
*Koresponden email: alfarizifiansaputra78@gmail.com
Diterima: 22 November 2022 Disetujui: 3 Desember 2022
Abstract
PT. Empat Perdana Carton uses human resources for its operations. Companies produce a very large number of products every day, because of the high demand that needs to be achieved by employees. This can put employees under a lot of mental stress, and if not corrected immediately, employees can experience stress at work. The purpose of the study is to identify factors that influence mental workload and offer suggestions for improvement. NASA-TLX is a method for subjectively assessing mental workload. This method uses a questionnaire that will be distributed to 10 employees in the production division. This study's calculations show that the average WWL score is 61.27, which puts it in the high category. After the calculation, it is known that the influencing factors include the lack of rest time given, the lack of work facilities provided, and the lack of motivation in working, affecting when doing work. Some suggested improvements that should be implemented include increased rest periods, comfortable facilities, and activities that increase employee morale and are intended to motivate workers.
Keywords: NASA-TLX, physical workload, mental workload, work performance, PT. Empat Perdana Carton
Abstrak
PT. Empat Perdana Carton menggunakan sumber daya manusia untuk operasinya. Perusahaan memproduksi setiap harinya dengan jumlah yang sangat besar, karena tingginya angka permintaan yang perlu dicapai oleh para karyawan. Hal ini dapat menempatkan karyawan di bawah banyak tekanan mental dan jika tidak segera diperbaiki, karyawan dapat mengalami stres di tempat kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja mental dan menawarkan saran untuk perbaikan. NASA-TLX adalah metode untuk menilai beban kerja mental secara subyektif.
Metode ini menggunakan media kuesioner yang nantinya akan disebar untuk 10 karyawan pada Divisi Produksi. Perhitungan studi ini menunjukkan bahwa rata-rata skor WWL adalah 61,27 yang masuk dalam kategori tinggi. Setelah dilakukan perhitungan maka diketahuilah faktor yang mempengaruhi diantaranya yaitu kurangnya waktu istirahat yang diberikan kemudian kurangnya fasilitas kerja yang diberikan serta kurangnya motivasi dalam bekerja sehingga berpengaruh saat melakukan pekerjaan. Beberapa saran perbaikan yang perlu dilaksanakan termasuk peningkatan waktu istirahat, fasilitas yang nyaman, dan kegiatan yang meningkatkan semangat kerja karyawan dan dimaksudkan untuk memotivasi pekerja.
Kata Kunci: NASA-TLX, beban kerja mental, beban kerja fisik, kinerja karyawan, PT. Empat Perdana Carton
1. Pendahuluan
Pertumbuhan industri adalah strategi pembangunan ekonomi jangka panjang untuk mencapai struktur ekonomi yang seimbang. Memproses atau mengolah barang menggunakan fasilitas seperti halnya mesin, merupakan kegiatan industri. Kegiatan yang menghasilkan barang berharga dari bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi bernilai tinggi untuk penggunaan yang dimaksudkan juga termasuk dalam definisi industri [1]. Sumber daya manusia (SDM) sangat penting bagi suatu proses produksi pada perusahaan maka dari itu faktor sumber daya manusia perlu diperhatikan. Sumber daya pada organisasi yang paling berharga adalah sumber daya manusianya. Pada perusahaan orang bertindak sebagai operator dan memainkan peran penting dalam menyelesaikan tugas. Akurasi pekerja mengungkapkan hasil positif dan negatif dari pekerjaan [2]. Namun perlu diperhatikan juga terkait aspek dari kesejahteraan pekerja dalam sebuah perusahaan adalah salah satu faktor untuk menciptakan dan mengatasi daya saing [3].
Beban kerja tentu meningkat dengan setiap proses produksi. Beban kerja disebabkan oleh ketidakseimbangan antara tingkat keahlian dan kemampuan yang diinginkan. Karena itu, ketika karyawan
bahwa ada keinginan kuat untuk menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, beban kerja berperan dalam hal ini [4]. Beban kerja fisik dan mental adalah dua kategori yang berbeda. Mendorong, menarik, mengangkat, dan membawa unduhan adalah contoh pekerjaan fisik yang dilakukan oleh pekerja [5]. Sedangkan derajat kemampuan dan pelaksanaan yang dimiliki oleh setiap karyawan dengan karyawan lain berbeda-beda merupakan suatu tanggung jawab mental/jiwa yang dipikul oleh karyawan setelah melakukan pekerjaan. Sebaliknya, beban kerja mental dan psikologis karyawan setelah bekerja terdiri dari tingkatannya. kemahiran dan kinerja dalam hubungannya dengan karyawan lain.[6].
PT. Empat Perdana Carton perusahaan yang bergerak pada bidang carton dan foam serta packaging untuk sparepart kendaraan serta packaging piano. Perusahaan tersebut memproduksi setiap hari dengan jumlah yang besar maka dari itu untuk bersaing dengan bisnis lain dan menghasilkan barang berkualitas tinggi, perusahaan harus berusaha keras untuk menyediakan layanan kepada pelanggan dengan menghasilkan produk yang berkualitas. Dengan demikian perusahaan tersebut akan terus mendapatkan konsumen serta lebih meningkat terkait produksi pada perusahaan tersebut. Proses produksi di PT. Empat Perdana Carton menggunakan beberapa mesin yang ketelitiannya tinggi dengan ketentuan waktu yang telah ditentukan agar proses tersebut tidak menghasilkan produk yang cacat atau produk not good. Ketika setiap proses selesai tepat waktu merupakan salah satu indikator umum evaluasi kinerja. Akibatnya, pekerja harus berusaha menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu. Sebagai akibatnya, beban kerja mental sangat tinggi bagi karyawan.
Beban kerja mental sebelumnya telah menjadi subyek banyak penelitian. Analisis dan evaluasi beban kerja mental karyawan sering dilakukan dengan menggunakan metode National Aeronautics and Space Administration (NASA) - Task Load Index (TLX) atau sering disebut sebagai metode NASA-TLX [7–9].
Penentuan tingkat beban kerja mental dalam metode NASA-TLX dilakukan melalui perhitungan nilai skor weight workload (WWL) yang dirasakan oleh pekerja selama melakukan aktivitas pekerjaannya berdasarkan enam dimensi ukuran.
Metode NASA-TLX ini mengukur beban kerja mental dalam enam subskala: Mental Demand (MD), Physical Demand (PD), Temporal Demand (TD), Performance (P), Effort (EF), and Frustration Demand [10]. Dengan menggunakan metode tersebut diharapkan agar karyawan bisa memperbaiki sistem kerja yang ada agar tercipta kenyamanan dan produktivitas kerja meningkat. Sehingga proses manufaktur dapat berjalan dengan lancar dan bisnis dapat menghasilkan keuntungan yang lebih banyak.
2. Metode Penelitian
Pada Penelitian ini bertujuan mempelajari tentang tuntutan mental dan fisik yang ditempatkan pada setiap karyawan pada PT. Empat Perdana Carton Divisi Produksi. Penelitian ini menggunakan pendekatan NASA-TLX dengan alat bantu kuesioner. Untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan karyawan selama berada di lapangan, penelitian ini diawali dengan observasi karyawan secara langsung. Data yang diperlukan diambil langsung dari responden, yaitu 10 karyawan pada bagian produksi yang selanjutnya diolah dengan menggunakan metode NASA-TLX.
2.1. Metode NASA-TLX
National Aeronautics and Space Administration (NASA) - Task Load Index (TLX) merupakan singkatan dari NASA-TLX. Pada tahun 1981, Sandra G. Hart dan Lowell E. Staveland dari Universitas Negeri San Jose memperkenalkan pendekatan ini. Hal ini dilakukan secara langsung dengan meminta evaluasi dari subjek untuk setiap skala yang telah disebutkan. Kemudian dilakukan metode perbandingan dan bobot untuk WWL. NASA-TLX adalah salah satu metode pengukuran beban kerja subjektif. [11].
Beban kerja mental keseluruhan diukur dengan menggunakan enam subskala: Mental Demands, Physical Demands, Temporal Demands, Own Performance, Effort dan Frustrations [12]. Pekerja dan responden diminta untuk memberikan pendapat mereka dalam perbandingan berpasangan aspek dan rentang pekerjaan mereka menggunakan metode NASA-TLX.
2.2. Pembobotan
Pada bagian ini, responden diminta untuk memilih salah satu dari dua faktor yang mereka yakini berkontribusi pada beban kerja mental di tempat kerja. Perbandingan berpasangan digunakan dalam kuesioner NASA-TLX. Total setiap indikator yang dianggap paling berpengaruh dihitung dengan menggunakan hasil kuesioner ini. Setiap indikator beban mental diberi berat total. Metode perbandingan berpasangan ini digunakan untuk meminta responden melingkari salah satu dari dua dimensi yang berbeda.
Terdapat 15 perbandingan di antara enam dimensi secara keseluruhan untuk perbandingan total keseluruhannya. Tally dari jumlah total dimensi ini, yang akan digunakan sebagai bobot dimensi [13].
Pembobotan ditunjukan pada Tabel 1.
Tabel 1. Pembobotan pada NASA-TLX Indikator Pembobotan
Mental Demand (MD) atau Physical Demand (PD) Mental Demand (MD) atau Temporal Demand (TD) Mental Demand (MD) atau Own Performance (OP) Mental Demand (MD) atau Effort (EF) Mental Demand (MD) atau Frustation Level (FR) Physical Demand (PD) atau Temporal Demand (TD) Physical Demand (PD) atau Own Performance (OP) Physical Demand (PD) atau Effort (EF) Physical Demand (PD) atau Frustation Level (FR) Temporal Demand (TD) atau Own Performance (OP) Temporal Demand (TD) atau Effort (EF) Temporal Demand (TD) atau Frustation Level (FR)
Own Performance (OP) atau Effort (EF) Own Performance (OP) atau Frustation Level (FR)
Effort (EF) atau Frustation Level (FR) Sumber: Hasil pengolahan data (2022)
2.3. Pemberian Rating
Responden diminta untuk menilai enam indikator beban mental di bagian ini. Persepsi responden terhadap beban mental yang dirasakan menjadi dasar penilaian subjektif yang diberikan. Dimana nantinya mendapatkan skor beban mental NASA-TLX. Tabel 2 menampilkan angka lembar rating untuk enam indikator.
Tabel 2. Rating Metode NASA-TLX
Indikator Pertanyaan Skala
Mental Demand (Kebutuhan Mental)
Berapa banyak upaya yang diperlukan untuk pekerjaan anda, seperti: mengingat, melihat, memutuskan, dan mempertimbangkan apakah pekerjaan itu mudah atau sulit, longgar atau ketat, sederhana atau rumit?
Physical Demand (Kebutuhan Fisik)
Berapa banyak aktivitas fisik yang perlu Anda lakukan untuk pekerjaan Anda (seperti mengontrol, mendorong, memutar, berlari, dan aktivitas lainnya). Apakah pekerjaan itu sederhana atau menantang, cepat atau tenang?
Temporal Demand (Kebutuhan Waktu)
Berapa banyak tingkat stres yang anda rasakan pada waktu Anda ketika bekerja atau melakukan bagian dari pekerjaan anda? apakah kecepatan kerja santai dan lambat, atau cepat dan melelahkan?
Own Performance (Performa)
Seberapa puas anda dengan performasi untuk mencapai tujuan pekerjaan anda?
Seberapa besar keberhasilan anda dengan seberapa baik anda dalam mencapai target pada pekerjaan anda?
Low High
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0
Low High
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0
Low High
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0
Low High
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0
Indikator Pertanyaan Skala Effort (Tingkat Usaha) Berapa banyak upaya mental
dan fisik yang Anda lakukan untuk melakukan yang terbaik?
Frustration Level (Tingkat Frustasi)
Bagaimana perasaan Anda di tempat kerja ketika Anda merasa tidak aman, putus asa, tersinggung, stres, dan kesal?
Sumber: Hasil pengolahan data (2022)
2.4. Menghitung Nilai Produk
Dimana dengan mengalikan peringkat masing-masing deskriptor dan faktor pembobot. Hasilnya, keenam indikator penilaian (MD, PD, TD, PO, FL, dan EF) mendapatkan enam skor produk [14].
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 = 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑥 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
2.5. Menghitung Weighted Workload (WWL)
Diperoleh dengan menambahkan enam nilai produk:
𝑊𝑊𝐿 = ∑ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
2.6. Menghitung Rata-rata WWL
Rata-rata WWL ditentukan dengan membagi WWL dengan berat total, yaitu sama dengan 15. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:
𝑊𝑊𝐿 =𝑊𝑊𝐿
15
2.7. Interpretasi Hasil Nilai Skor
Keluaran dari perhitungan NASA-TLX adalah tingkat beban kerja mental yang dialami responden.
Beban kerja mental rata-rata dipecah menjadi lima kategori, seperti yang tertera pada Tabel 3 [15].
Tabel 3. Interpretasi Skor NASA-TLX
Golongan Beban Kerja Nilai
Sangat rendah 0-20
Rendah 21-40
Sedang 41-60
Tinggi 61-80
Sangat Tinggi 81-100
Sumber: [6]
3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Pembobotan
Adapun untuk rekapitulasi data yang diperoleh untuk pembahasan ini yaitu diperoleh melalui wawancara serta mengisi kuesioner pembobotan dengan jumlah responden yaitu 10 karyawan pada PT.
Empat Perdana Carton di bagian Divisi Produksi, untuk tabel dari rekapitulasi pembobotan tertera pada Tabel 4.
Low High
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0
Low High
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0
Tabel 4. Rekapitulasi pembobotan
Nama Indikator Pembobotan
Total
MD PD TD OP EF FR
Pekerja 1 3 4 2 1 4 1 15
Pekerja 2 2 3 2 3 2 3 15
Pekerja 3 3 3 3 1 3 2 15
Pekerja 4 3 3 2 4 1 2 15
Pekerja 5 4 3 3 2 2 1 15
Pekerja 6 3 3 1 3 4 1 15
Pekerja 7 2 3 1 4 4 1 15
Pekerja 8 3 3 1 5 1 2 15
Pekerja 9 3 1 3 3 1 4 15
Pekerja10 2 2 2 3 3 3 15
Sumber:Hasil pengolahan data (2022)
3.2. Pemberian Rating
Tahapan selanjutnya yaitu rekapitulasi data pemberian nilai rating yang didapatkan melalui pengisian kuesioner NASA-TLX oleh karyawan pada PT. Empat Perdana Carton dengan memilih skala rating mulai dari 0-100 dimana berdasarkan keluhan kerja yang dirasakan oleh para karyawan pada perusahaan, seperti yang ditunjukan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rekapitulasi nilai rating
No. Karyawan Dimensi
Nama Jabatan MD PD TD OP EF FR
1. Pekerja 1 Operator 80 80 50 50 50 60
2. Pekerja 2 Operator 60 60 60 50 60 50
3. Pekerja 3 Operator 80 70 70 60 60 60
4. Pekerja 4 Operator 60 50 60 50 60 50
5. Pekerja 5 Operator 60 50 50 60 50 60
6. Pekerja 6 Operator 60 60 50 50 50 50
7. Pekerja 7 Operator 50 60 50 60 60 50
8. Pekerja 8 Operator 70 70 50 70 60 50
9. Pekerja 9 Operator 50 80 80 80 60 90
10. Pekerja10 Operator 70 50 70 60 60 70
Sumber:Hasil pengolahan data (2022)
Dari Tabel 5 terlihat dari 10 karyawan yang sudah diamati terdapat memiliki nilai yang berbeda- beda pada setiap dimensinya. Dimana hal tersebut dapat terjadi karena setiap pekerja miliki beban kerja yang berbeda serta mengoperasikan mesin yang berbeda-beda maka dari itu faktor yang mempengaruhinya juga dapat berbeda. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1, hasil penilaian diketahui dengan dimensi nyeri yang dominan dirasakan oleh karyawan.
Gambar 1. Persentase perbandingan dimensi Sumber:Hasil pengolahan data (2022)
Dimana pada persentase dari enam dimensi NASA-TLX ditunjukkan pada Gambar 1 diantaranya, mental demand (MD) dengan nilai persentase 18%, physical demand (PD) dengan nilai persentase 17%,
0%
5%
10%
15%
20%
MD PD TD OP EF FR
18% 17%
16% 16% 16% 16%
temporal demand (TD) dengan nilai persentase 16%, own performance (OP) dengan nilai persentase 16%, effort (EF) dengan nilai persentase 16%, frustration level (FR) dengan nilai persentase 16%. Dari 6 dimensi tersebut, didapatkan bahwa dimensi mental demand (MD) memiliki nilai persentase tertinggi yaitu sebesar 18%.
3.3. Perhitungan Nilai Produk dan Rata-rata WWL
Setelah didapatkan rating dari 10 pekerja, selanjutnya adalah perhitungan WWL. Pada perhitungan WWL untuk hasil rata-rata WWL dibagi ke dalam 5 klasifikasi. Untuk nilai WWL 0-20 maka menunjukkan beban mental yang sangat rendah, untuk nilai WWL 21-40 maka beban mental tersebut termasuk rendah, kemudian untuk nilai WWL 41-60 maka beban mental tersebut termasuk sedang, untuk nilai WWL 61-80 maka beban mental tersebut termasuk tinggi dan yang terakhir jika nilai WWL 81-100 maka beban mental termasuk sangat tinggi. Adapun untuk hasil perhitungan pada pengolahan data sebagai berikut.
1. Menghitung nilai produk dari dimensi beban kerja a. Mental Demand
Nilai produk = 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 × 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = 80 × 3
= 240 b. Physical Demand
Nilai produk = 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 × 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = 80 × 4
= 320 c. Temporal Demand
Nilai produk = 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 × 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = 50 × 2
= 100 d. Own Performance
Nilai produk = 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 × 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = 50 × 1
= 50 e. Effort
Nilai produk = 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 × 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = 50 × 4
= 200 f. Frustration Level
Nilai produk = 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 × 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = 60 × 1
= 60
2. Menghitung nilai rata-rata WWL WWL = ∑ 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
= 240 + 320 + 100 + 50 + 200 + 60 = 970
3. Menghitung skor NASA-TLX Rata-rata WWL = ∑ 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
=𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑊𝑊𝐿
15
=970
15 = 64,67
Tabel 6. Perhitungan nilai produk dan rata-rata WWL
No. Indikator Bobot Rating WWL
1. Mental Demand (MD) 3 80 240
2. Physical Demand (PD) 4 80 320
3. Temporal Demand (TD) 2 50 100
4. Own Performance (OP) 1 50 50
5. Effort (EF) 4 50 200
6. Frustration Level (FR) 1 60 60
Jumlah WWL 970
Rata-rata WWL 64,67
Sumber: Hasil pengolahan data (2022)
3.4. Interpretasi Skor Beban Kerja
Sementara itu, pda rata-rata WWL Divisi Produksi dapat dilihat pada Tabel 7 setelah produk dan WWL dihitung.
Tabel 7. Rekapitulasi perhitungan WWL No.
Karyawan
Skor WWL Klasifikasi
Nama Jabatan
1. Pekerja 1 Operator 64,67 Tinggi
2. Pekerja 2 Operator 56,00 Sedang
3. Pekerja 3 Operator 68,00 Tinggi
4. Pekerja 4 Operator 54,00 Sedang
5. Pekerja 5 Operator 54,67 Sedang
6. Pekerja 6 Operator 54,00 Sedang
7. Pekerja 7 Operator 57,33 Sedang
8. Pekerja 8 Operator 65,33 Tinggi
9. Pekerja 9 Operator 75,33 Tinggi
10. Pekerja10 Operator 63,33 Tinggi
Sumber: Pengolahan data (2022)
Berdasarkan Tabel 7, didapatkan hasil pengolahan data karyawan pada PT. Empat Perdana Carton dengan hasil pengolahan data yang berbeda-beda dari pekerja 1 hingga pekerja 10. Mulai dari kategori data yang terkecil pada pekerja 4 dan pekerja 5 dengan nilai skor WWL 54,00 hingga ke kategori data yang tinggi pada pekerja 9 dengan nilai skor WWL 75,33 sehingga termasuk ke dalam klasifikasi tinggi. Setelah dilakukan perekapan mengenai data karyawan dari PT. Empat Perdana Carton didapatkan total rata-rata dari WWL tersebut dengan rata-rata 61,27 maka dari itu beban kerja mental pada PT. Empat Perdana Carton termasuk ke dalam kategori tinggi. Akibatnya, total pengukuran beban kerja mental yang diperoleh, maka perlu adanya usulan perbaikan yang dapat membantu para pekerja untuk meminimalisir rasa stres sehingga hal-hal yang mempengaruhi tingginya beban kerja mental dapat diminimalisir serta di antisipasi.
3.5. Usulan Perbaikan
Berdasarkan permasalahan yang sudah dianalisis sebelumnya, maka perlu adanya usulan perbaikan agar tingkat kerja beban mental yang tinggi bisa diminimalisir sehingga karyawan bisa bekerja dengan maksimal serta nyaman dalam bekerja. Adapun untuk beberapa usulan perbaikan, di antaranya:
1. Menambahkan waktu istirahat yang cukup misal pada waktu istirahat sebelumnya yaitu 30 menit maka ditambahkan waktu sekitar 15 menit untuk waktu istirahat serta waktu ibadah agar para pekerja tidak merasa terbebani saat kerja serta tidak terganggu waktu ibadahnya. Karena untuk waktu istirahat kerja paling sedikit yaitu 30 menit menurut UU Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003.
2. Memberikan fasilitas yang nyaman serta diberikan perlengkapan pelindung diri (APD) dalam menjalankan atau mengoperasikan suatu mesin. Adapun fasilitas yang diberikan berupa ruangan makan atau tempat istirahat sehingga karyawan bisa memanfaatkan waktu istirahat diruangan tersebut agar karyawan pada PT. Empat Perdana Carton tidak terbebani dalam mentalnya. Serta diberikan APD seperti topi pelindung, kacamata pelindung, masker, sarung tangan, serta sepatu pelindung.
3. Kedepannya kegiatan seperti berbagi motivasi dapat diadakan untuk meningkatkan semangat kerja karyawan dan membuat pekerja merasa lebih baik dan percaya diri di tempat kerja. Kemudian pelaksanaan kegiatannya diadakan setiap satu bulan sekali atau lebih dari satu kali.
4. Kesimpulan
Beban kerja mental karyawan PT. Empat Perdana Carton berdasarkan metode NASA-TLX termasuk ke dalam klasifikasi tinggi dengan nilai WWL rata-rata sebesar 61,27 maka perlu adanya perbaikan kerja.
Kemudian ada beberapa faktor yang mempengaruhi beban kerja mental pada karyawan PT. Empat Perdana Carton diantaranya yaitu kurangnya waktu istirahat yang diberikan kepada karyawan sehingga menyebabkan terjadinya beban kerja pada setiap masing-masing karyawannya. Kemudian fasilitas kerja yang diberikan masih sangat kurang, seperti tidak adanya Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja menggunakan mesin dan kurangnya motivasi dalam bekerja sehingga berpengaruh saat melakukan pekerjaan.
5. Referensi
[1] F. Ishartomo and W. Sutopo, “Satu Dekade (2008-2017) Riset Ergonomi Di Indonesia Dalam Perspektif Teknik Industri: Suatu Studi Bibliometrik,” pp. 978–979, 2018.
[2] Sunarto, Analisis Beban Kerja Karyawan dengan menggunakan Metode Swat dan Metode NASA- TLX (Studi Kasus di PT. LG Elctronics Indonesia). Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2018.
[3] H. Qonita and P. W. Laksono, “Analisis Beban Kerja Mental dengan Metode NASA-TLX pada Operator Recycling Warehouse Material di PT.XYZ,” Pros. Semin. dan Konf. Nas. IDEC 2022, p.
A22.1-A22.7, 2022.
[4] R. Nabawi, “Pengaruh Lingkungan Kerja, Kepuasan Kerja dan Beban Kerja Terhadap Kinerja Pegawai,” Maneggio J. Ilm. Magister Manaj., vol. 2, no. 2, pp. 170–183, 2019, doi:
10.30596/maneggio.v2i2.3667.
[5] A. Octaviana and D. A. Rachmawati, “Hubungan antara Beban Kerja Fisik dengan Kualitas Hidup Kuli Panggul,” Sci. J., vol. 11, pp. 18–30, 2019.
[6] S. Fauzi, “Analisis Beban Kerja Mental Menggunakan Metode NASA-TLX Untuk Mengevaluasi Beban Kerja Operator Pada Lantai Produksi PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk, Turangie Palm Oil Mill, Kabupaten Langkat,” pp. 1–50, 2017, [Online]. Available:
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/7972/1/138150009.pdf
[7] A. T. Septiansyah, R. Fitriani, and B. Nugraha, “Mental Work Load Analysis Melalui National Aeronautics and Space Administration (Nasa)-Task Load Index (Tlx),” J. Sains dan Teknol. J.
Keilmuan dan Apl. Teknol. Ind., vol. 21, no. 2, p. 282, 2021, doi: 10.36275/stsp.v21i2.419.
[8] M. R. Asyidikiah and D. Herwanto, “Analisis Beban Kerja Mental Manajemen Divisi Engineering Menggunakan National Aeronautical and Space Administration (NASA)-TLX,” J. Serambi Eng., vol. 7, no. 2, pp. 2983–2990, 2022, doi: 10.32672/jse.v7i2.3937.
[9] G. A. Yudhistira, M. A. Febrianti, and M. A. Fathurrohman, “Analisis Beban Mental Pekerja untuk Perbaikan Sistem Kerja pada Konveksi XYZ dengan Metode NASA-TLX,” Performa Media Ilm.
Tek. Ind., vol. 19, no. 2, pp. 103–112, 2020, doi: 10.20961/performa.19.2.46426.
[10] D. C. Dewi, “Analisa Beban Kerja Mental Operator Mesin Menggunakan Metode Nasa Tlx Di Ptjl,”
J. Ind. View, vol. 2, no. 2, pp. 20–28, 2020, doi: 10.26905/4881.
[11] V. M. Afma, “Analisa Beban Kerja Operator Inspeksi Dengan Metode NASA-TLX (Task Load Index) Di PT. XYZ,” Profisiensi, vol. 4, no. 2, pp. 118–122, 2016.
[12] A. Maretno and Haryono, “Analisa Beban Kerja Fisik dan Mental dengan Menggunakan Work Sampling dan NASA-TLX Untuk Menentukan Jumlah Operator Analysis Physical and Mental Workload Uses Work Sampling and NASA-TLX To Decide Operator Number,” Din. Rekayasa, vol. 11, no. 2, pp. 54–62, 2015.
[13] H. Widananto and D. D. Nugraheni, “Analisis Beban Kerja Mental Pada Pekerja Di Industri Pembuatan Tempe,” Tekinfo J. Ilm. Tek. Ind. dan Inf., vol. 7, no. 2, pp. 87–94, 2019, doi:
10.31001/tekinfo.v7i2.607.
[14] R. D. Akbar and Sunardi, “Analisa Beban Kerja Menggunakan Nasa- Task Load Index Di Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia ( Ppsdm) Migas Cepu,” Juminten J. Manaj. Ind. dan Teknol., vol. 01, no. 04, pp. 151–162, 2020.
[15] R. Taslim and A. U. Afifah, “Pengukuran Beban Kerja Fisik dan Mental Welder dengan Metode Nordic Body Map dan Metode Nasa TLX,” Semin. Nas. Teknol. Informasi, Komun. dan Ind., no.
November, pp. 199–206, 2021.