• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kasus Pelanggaran UU PTPE Hukum Pidana Ekonomi

Faizah Uhti Rianda

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Kasus Pelanggaran UU PTPE Hukum Pidana Ekonomi "

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Name : Faizah Uhti Rianda NIM : 210202110145 Class : HES ICP

TUGAS ANALISIS KASUS HUKUM PIDAN AEKONOMI

A. Kronologi Kejadian

Pada tanggal 4 Juli 2021 Djoko Tjandra seorang pengusaha divonis 4,5 tahun penjara dan denda Rp 100 juta subsidair enam bulan kurungan penjara oleh majelis hakim Tindak Pidana Korupsi pada tahun 2021 lalu. Djoko Tjandra dianggap terbukti menyuap sejumlah aparat penegak hukum terkait pengecekan status red notice, serta penghapusan nama dari Daftar Pencarian Orang (DPO) dan pengurusan fatwa Mahkamah Agung (MA). Tindakan Djoko Tjandra membuatknya dijatuhkan hukuman pidana penjara 4 tahun dan 6 bulan dan pidana denda Rp 100 juta dengan ketentuan jika denda tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 6 bulan dalam putusannya yang dibacakan oleh ketua majelis hakim, Muhammad Damis.

Keputusan yang diberikan majelis hakim diketahui lebih berat ketimbang tuntutan yang diajukan Jaksa Penuntut Umum (JPU) yakni 4 tahun penjara dan denda Rp 100 juta subsidair enam bulan kurungan. Pada putusannya majelis hakim mempertimbangkan hal yang memberatkan dan meringankan Djoko Tjandra. Hal yang memberatkan adalah perbuatan Djoko yang tidak mendukung upaya pemerintah dalam melakukan pemberantasa korupsi dan dilakukan untuk menghindari keputusan pengadilan. Sementara itu, hal yang meringankan adalah perilaku Djoko yang dinilai sopan selama proses persidangan berlangsung.

Adapun, Djoko Tjandra dinilai terbukti menyuap dua jenderal polisi terkait pengecekan status red notice dan penghapusan nama dari DPO di Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM. Djoko terbukti memberikan uang sejumlah 200 ribu dolar Singapura dan 379 ribu dolar AS, melalui rekannya Tommy Sumardi, pada mantan Kepala Divisi Hubungan Internasional (Karivhubinter) Polri, Irjen Pol Napoleon Bonaparte. Terdakwa juga terbukti memberikan uang sebesar 100 ribu dolar AS pada mantan Kepala Biro Koordinasi dan Pengawas PPNS Bareskrim Polri, Brigjen Pol Prasetijo Utomo.

Djoko juga terbukti menyuap mantan Kepala Sub Bagian Pemantauan dan Evaluasi 2 pada Biro Perencanaan Jaksa Agung Muda Bidang Pembinaan Kejaksaan Agung, Pinangki Sirna Malasari guna sebesar 500 ribu dolar AS untuk mengurus Fatwa MA agar lolos dalam pidana kasus Bank Bali. Majelis hakim

(2)

juga menilai Djoko terbukti melakukan pemufakatan jahat dengan Pinangki dan Andi Irfan Jaya dalam pengurusan fatwa MA. Ketiganya menjanjikan pemberian 10 juta dolar AS pada pejabat di Kejaksaan Agung dan MA.

Kasus Djoko Tjandra adalah salah satu kasus yang mencuat dalam konteks pelanggaran hukum dan khususnya terkait dengan UU Pemberantasan Tindak Pidana Ekonomi (UU PTPE) di Indonesia. Djoko Tjandra adalah seorang terpidana korupsi yang memiliki beberapa kasus hukum, termasuk terkait dengan suap dalam pengurusan red notice dan fatwa Mahkamah Agung. Berikut adalah analisis kasus tersebut:

B. Analisis Kasus

1. Pelanggaran Pasal UU PTPE

Kasus Djoko Tjandra melibatkan berbagai pelanggaran hukum yang bisa terkait dengan UU PTPE. Beberapa pasal yang dilanggar dalam konteks kasus ini adalah:

 Pasal 2 UU PTPE

Pasal ini mengatur tentang tindak pidana korupsi. Djoko Tjandra dinyatakan bersalah dalam kasus korupsi terkait dengan pengurusan fatwa Mahkamah Agung dan mendekam di penjara sebagai akibatnya.

 Pasal 3 UU PTPE

Pasal ini mengatur tentang tindak pidana pencucian uang, yang bisa relevan jika terdapat bukti bahwa Djoko Tjandra mencoba menyembunyikan atau mencuci aset hasil tindak pidana korupsi.

 Pasal 10 UU PTPE

Pasal ini mengatur tentang pelanggaran kewajiban melaporkan harta kekayaan yang mencurigakan. Jika terdapat bukti bahwa Djoko Tjandra tidak melaporkan kekayaan yang mencurigakan, maka dia juga dapat dijerat dengan pasal ini.

2. Sanksi yang Diberikan

Sanksi yang diberikan dalam kasus Djoko Tjandra akan bervariasi tergantung pada pasal-pasal yang dilanggar dan keputusan pengadilan.

Namun, secara umum, pelanggaran Pasal 2 UU PTPE tentang tindak pidana korupsi dapat dikenakan sanksi berupa pidana penjara. Sanksi ini bisa bervariasi tergantung pada sejumlah faktor, termasuk besarnya kerugian negara dan beratnya tindak pidana yang dilakukan.

Selain itu, jika terbukti melanggar Pasal 3 UU PTPE tentang pencucian uang, Djoko Tjandra juga dapat dikenakan sanksi pidana penjara serta konfiskasi aset yang digunakan dalam kegiatan pencucian uang.

Selanjutnya, pelanggaran Pasal 10 UU PTPE dapat mengakibatkan sanksi berupa denda atau pidana penjara, tergantung pada keputusan pengadilan.

Referensi

Dokumen terkait

UU TNI sebagai salah satu produk hukum reformasi, yang dalam Pasal 65 ayat 2- nya mengamanatkan bahwa Prajurit TNI yang melakukan pelanggaran hukum pidana umum ditundukkan pada