Available online: https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/tamancendekia
Analisis kebutuhan pengembangan model pembelajaran Pendidikan Jasmani berbasis Multiple Intelligence di
sekolah dasar
Ismail Gani * 1 a, Tomoliyus 2 b, Awan Hariono 3 c, Willy Ihsan Rizkyanto4 d, Tito Pangesti Adji5 e
1,2,3,4 Universitas Negeri Yogyakarta, Jl. Colombo Yogyakarta No.1, Karang Malang, Caturtunggal, Kec.
Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281, Indonesia
5 Universitas Safin Pati, Jl. Raya Pati - Tayu No.Km 13, Ketanen, Kec. Trangkil, Kabupaten Pati, Jawa Tengah 59153, Indonesia
a [email protected]; b [email protected]; c [email protected]; d [email protected];
* Corresponding Author
Received: 14-06-2023; Revised: 26-06-2023; Accepted: 27-06-2023
Abstract: This study aims to determine the level of need for physical education teachers to develop multiple intelligence-based learning models at the elementary school level. This research is descriptive research with a quantitative approach. The sample in this study was 48 elementary school PJOK teacher respondents from five districts/cities in the DIY province who were obtained using a purposive sampling system. Data collection in this study was carried out using an instrument in the form of a questionnaire consisting of 15 statement items using a Likert scale of 1 – 5. Quantitative data analysis techniques were carried out using descriptive statistical tests with the help of SPSS software. The data obtained through the score of the questionnaire items are then converted into percentages and categories. The study results illustrate that the need for developing a physical education model based on multiple intelligences in DIY elementary schools is 87.00 and is in the very high category. The five factors of the learning model are included in the very high category, including the syntax factor of 87.63%, the social system factor of 81.11%, the principle of reaction of 85.97%, the support system of 87.39%, and the impact factor of instructional and accompaniment of 88.12%. These results need to be followed up for developing a multiple intelligence-based physical education learning model in elementary schools based on supporting theory, tested, and effective for implementation.
Keywords: elementary school; model; multiple intelligence; needs analysis; physical education
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebutuhan guru pendidikan jasmani dalam pengembangan model pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk pada jenjang Sekolah Dasar. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah 48 responden guru PJOK sekolah dasar dari lima kabupaten/kota di propinsi DIY yang didapatkan menggunakan sistem purpose sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrument berupa angket (kuesioner) yang terdiri dari 15 butir pernyataan dengan menggunakan skala likert skala 1 – 5. Teknik analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji statistik deskriptif dengan bantuan software SPSS seri 26. Data yang telah diperoleh melalui skor butir angket kemudian dikonversi menjadi persentase dan kategori. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa kebutuhan pengembangan model pendidikan jasmani berbasis kecerdasan majemuk di sekolah dasar DIY dengan persentase 87% dan masuk dalam kategori sangat tinggi. Kelima faktor dari model pembelajaran masuk dalam kategroi sangat tinggi; diantaranya faktor sintax sebesar 87.63%, faktor sistem sosial sebesar 81.11%, prinsip reaksi sebesar 85.97%, sistem
perlu ditindak lanjuti untuk pengembangan sebuah model pembelajaran pendidikan jasmani berbasis kecerdasan majemuk di Sekolah Dasar yang berlandaskan teori pendukung, teruji, serta efektif untuk diimplementasikan.
Kata Kunci: analisis kebutuhan; kecerdasan majemuk; model; pendidikan jasmani; sekolah dasar
How to Cite: Gani, I., Tomoliyus, T., Hariono, A., Rizkyanto, W. I., & Adji, T. P. . (2023).
Analisis Kebutuhan Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Berbasis Multiple Intelligence di Sekolah Dasar. Taman Cendekia: Jurnal Pendidikan Ke-SD- an, 7(01), 82–93. https://doi.org/10.30738/tc.v7i01.15197
Pendahuluan
Kecerdasan majemuk merupakan ragam kecerdasaan yang memiliki keunikan dan dominasi yang berbeda dalam diri setiap orang. Teori Kecerdasan majemuk diperkenalkan oleh Howard Gardner pada awal 1980-an. Teori Kecerdasan majemuk menjelaskan bahwa setiap individu memiliki perbedaan tingkat keterampilan dan dipengaruhi oleh tingkat setiap kecerdasan (Estaji & Nafisi, 2014; Kirkgöz, 2010). Kecerdasan majemuk merupakan bakat atau kemampuan yang dimiliki peserta didik yang meliputi interpersonal, intrapersonal, visual- spasial, ritmik music, verbal-linguistik, logis-matematis, fisik-kinestetik, kecerdasan naturalistic (Ardha et al., 2018; Yaumi et al., 2018).
Guru pendidikan jasmani dapat mendesain model pembelajaran dengan mempertimbangkan berbagai kecerdasaan peserta didik. Menurut Kagan (Martin & Morris, 2013), guru perlu memahami kecerdasan utama yang diminati peserta didiknya sebagai langkah awal. Hal ini dapat memberikan informasi tentang kekuatan dan kelemahan siswa, serta dapat membantu memandu keputusan kurikuler. Untuk menjadi pendidik jasmani yang efektif, guru perlu merancang dan memberikan pengalaman yang memelihara perkembangan semua anak (Mitchell & Kernodle, 2004). Guru sebaiknya lebih memperhatikan kecerdasan ganda dalam mempersiapkan pelajaran (Griggs et al., 2009).
Beberapa literature mengkaji kecerdasan majemuk dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga. Literature tentang kecerdasan majemuk dalam pengajaran tenis (Mitchell &
Kernodle, 2004) menjelaskan guru atau pelatih dapat mengembangkan kecerdasan verbal/linguistik pembelajar dengan menawarkan pengalaman belajar yang lebih luas selama pengajaran keterampilan teknik dan taktik permainan. Peserta didik yang berbakat secara matematis-logis dapat difasilitasi menjadi ahli statistika permainan (Martin & Morris, 2013).
Salah satu studi menjelaskan bahwa pengajaran bola basket di sebuah perguruan tinggi dengan pengajaran berbasis kecerdasan majemuk memperkuat inisiatif dan semangat siswa untuk belajar bola basket (Xie & Xu, 2022).
Model pendidikan jasmani di sekolah dasar belum dilaksanakan terus menerus secara humanis serta memfasilitasi kecerdasan majemuk peserta didik. Hasil wawancara dengan 30 guru menyimpulkan bahwa metode teacher centered atau pembelajaran yang berpusat pada guru masih dominan yang digunakan oleh guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar (Sujarwo et al., 2021). Pernyataan serupa menjelaskan bahwa guru pendidikan jasmani dominan menggunakan gaya mengajar tradisional, pembelajaran masih berpusat pada guru. Kondisi demikian menyebabkan fungsi pengajaran pendidikan jasmani sebagai medium pendidikan menjadi tidak optimal untuk pengembangan pribadi anak seutuhnya (Rachman, 2011). Guru banyak menekankan pembelajaran yang menitikberatkan
pada keterampilan teknis terstruktur, tidak memperhatikan lingkungan dan keinginan siswa (Kaloka et al., 2023). Pengajaran pendidikan jasmani telah bergeser menjadi pendidikan olahraga, situasi belajar berorientasi pada penguasaan ketrampilan gerak cabang olahraga.
Pendidikan jasmani seharusnya mempelajari banyak hal melalui situasi gerak aktivitas jasmani (Widodo, 2018). Orientasi pembelajaran pendidikan jasmani ditujukan pada perkembangan peserta didik seutuhnya, bukan hanya mengembangkan keterampilan olahraga (Taryatman &
Rahim, 2018).
Peneliti merasa perlu adanya pengembangan sebuah model pembelajaran yang memfasilitasi ragam kecerdasan peserta didik dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
Sehingga proses pembelajaran tidak terfokus hanya kecerdasan kinestetik semata dengan harapan seluruh peserta didik nyaman mengikuti proses belajar. Sebagai langkah awal, peneliti merasa membutuhkan data yang lebih mendalam terkait analisis kebutuhan untuk mengembangkan model pembelajaran pendidikan jasmani berbasis kecerdasan majemuk disekolah dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebutuhan guru pendidikan jasmani dalam pengembangan model pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk pada jenjang Sekolah Dasar.
Berdasarkan hasil beberapa penelitian relevan ditemukan diantaranya; penelitian dengan tujuan menganalisis model pembelajaran SD PJOK berbasis permainan tradisional Bali untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa (Yoda et al., 2022), penelitian bertujuan menganalisis berbagai kebutuhan untuk terlaksananya pembelajaran pendidikan jasmani olahraga kesehatan yang terintegrasi dengan mata pelajaran lain (Saryono & Nopembri, 2013). Peneliti merasa ini merupakan sebuah riset yang memiliki nilai kebaruan tentang kecerdasan majemuk dalam pendidikan jasmani. Berdasarkan beberapa literature, belum terdapat studi yang mengkaji tentang kebutuhan guru sekolah dasar terhadap pengembangan model pembelajaran pendidikan jasmani berbasis kecerdasan majemuk. Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan “seberapa tingkat kebutuhan guru pendidikan jasmani sekolah dasar di Yogyakarta terhadap pengembangan model pembelajaran jasmani berbasis kecerdasan majemuk?”. Lima sub variabel dari model pembelajaran menjadi focus penelitian diantaranya;
1) syntax; 2) sistem sosial; 3) prinsip reaksi; dan 4) sistem pendukung, dan 5) dampak instruksional dan pengiring. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dikembangkannya sebuah model pembelajaran pendidikan jasmani berbasis kecerdasan majemuk. Hasil kajian dapat bermanfaat bagi para pakar pendidikan dan pejabat pendidikan tentang pentingnya kecerdasan majemuk dalam pengembangan dan penyempurnaan kurikulum di masa yang akan datang.
.
Metode Model Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan pendekatan kuantitatif.
Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui tingkat kebutuhan model pembelajaran bebasis kecerdasan majemuk dalam mata pelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar. Fokus penelitian diarahkan pada lima faktor yaitu; 1) syntax; 2) sistem sosial; 3) prinsip reaksi; dan 4) sistem pendukung, dan 5) dampak.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini sejumlah 48 responden guru Pendidikan Jasmani Sekolah
Dasar. Pemilihan sampel menggunakan sistem purposive sampling. Sampel terdiri dari lima kabupaten di propinsi DIY yang mewakili gambaran tingkat kebutuhan model pembelajaran pendidikan jasmani berbasis kecerdasan majemuk di Sekolah Dasar (Tabel 1).
Tabel 1. Sebaran Responden pada Setiap Kabupaten di DIY
Instrumen
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan instrument berupa angket (kuesioner) kepada guru-guru PJOK Sekolah Dasar di Provinsi DIY. Instrumen menggunakan skala likert skala 1 – 5, dengan konstruksi pilihan jawaban 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju, 3 = Ragu Ragu, 4 = Setuju dan 5 = Sangat Setuju. Instrumen disusun berdasarkan kajian teori dan telah disesuaikan untuk mengukur setiap faktor, serta telah dikonsultasikan ke ahli.
Instrumen telah teruji valid dengan mengunakan bantuan SPSS dengan uji Pearson Product Moment Correlation. Validitas setiap butir digambarkan pada tabel berikut;
Tabel 2. Validitas Instrumen
Faktor Item Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Syntax 1 .760** .000
2 .792** .000
3 .823** .000
Sistem Sosial 4 .890** .000
5 .855** .000
6 .819** .000
Prinsip Reaksi 7 .841** .000
8 .568** .000
9 .827** .000
Sistem Pendukung 10 .847** .000
11 .830** .000
12 .667** .000
13 .782** .000
Dampak 14 .856** .000
15 .761** .000
Instrumen telah teruji reliabel dengan menggunakan uji Alpha Cronbach’s SPSS. Hasil uji reliabilitas nilai alpha cronbach’s masing masing faktor lebih besar dari 0,60. Dapat disimpulkan bahwa semua item pertanyaan dinyatakan reliabel atau konsisten. Adapun rincian nilai alpha cronbach’s dapat diperjelas pada tabel 3. sebagai berikut.
Tabel 3. Reliabilitas instrumen
Faktor Cronbach's Alpha N of Items
Syntax .855 3
Sistem Sosial .914 3
Prinsip Reaksi .747 3
Sistem Pendukung .858 4
Dampak .832 2
.096 15
No Kabupaten Jumlah Responden Laki-Laki Perempuan
1 Sleman 11 7 4
2 Bantul 9 6 3
3 Kulon Progo 8 5 3
4 Gunung kidul 6 4 2
5 Kota Madya 14 9 5
Total 48 31 17
Analsisis Data
Teknik analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji statistik deskriptif dengan bantuan software SPSS seri 26. Data yang telah diperoleh melalui skor butir angket kemudian digunakan untuk mengetahui kriteria pada setiap sub variabel dengan kriteria skala likert sangat setuju, setuju, ragu ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Skor nilai tiap butir jawaban yang diperoleh kemudian dijumlahkan dan selanjutnya dikonversi ke dalam bentuk nilai dengan digunakan rumus Persentase=(Skor yang diperoleh)/(Skor Maksimal) x100.
Untuk mengetahui tingkat kebutuhan model pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk di Sekolah Dasar, skor dihitung berdasarhkan hasil yang diperoleh menggunakan persentase. Rumus perhitungan persentase yang digunakan adalah sebagaimana (Tabel 4):
Tabel 4. Tingkat Capaian Kebutuhan Pengembangan Model
Presentase Kategori
81-100% Sangat Tinggi
61-80% Tinggi
41-60% Cukup
21-40% Rendah
0-20% Sangat Rendah
(Riduwan, 2015).
Hasil dan Pembahasan
Hasil survey yang dilakukan terhadap 48 guru pendidikan jasmani di wilayah Daerah Istimewa memberikan gambaran bahwa kebutuhan pengembangan model pendidikan jasmani berbasis kecerdasan majemuk di Sekolah Dasar dengan persentase 87.00 dan kategori sangat tinggi. Kelima faktor dari model pembelajaran masuk dalam kategroi sangat tinggi; dinataranya faktor sintax sebesar 87.63%, faktor sistem sosial sebesar 81.11%, prinsip reaksi sebesar 85.97%, sistem pendukung sebesar 87.39%, dan faktor dampak instruksional dan pengiring sebesar 88.12%. Hasil analisis data dapat diperjelas dala tabel berikut
Tabel 5. Analisis Kebutuhan Pengembangan Model Pendidikan Jasmani berbasis kecerdasan majemuk.
Faktor N Sum Mean Maximum Persentase Kategori
Syntax 48 631.00 13.1458 15.00 87.63 Sangat Tinggi
Sistem Sosial 48 620.00 12.9167 15.00 86.11 Sangat Tinggi Prinsip Reaksi 48 619.00 12.8958 15.00 85.97 Sangat Tinggi Sistem Pendukung 48 839.00 17.4792 20.00 87.39 Sangat Tinggi
Dampak 48 423.00 8.8125 10.00 88.12 Sangat Tinggi
Total 48 3132.00 65.2500 75.00 87.00 Sangat Tinggi
Analisis kebutuhan pengembangan model pembelajaran pendidikan jasmani berbasis kecerdasan majemuk di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta masuk dalam kategori sangat tinggi. Hasil analisis kebutuhan senada dengan kesimpulan yang menjelaskan bahwa terdapat kebutuhan untuk menanggapi paradigma manusia multidimensi dalam proses membangun kehidupannya, pendidikan jasmani mendukung garis integral kesejahteraan dan pengembangannya dalam konteks yang berbeda (Rivera Sosa et al., 2020). Menurut Chen et al. (2009), beberapa sekolah telah mengintegrasikan teori kecerdasaan majemuk ke dalam
misi, sistem pendidikan, isi pendidikan, dan metode pengajaran mereka. Sektor pendidikan dalam beberapa dekade terakhir telah menyaksikan transformasi pendidikan yang penting dan kritik besar terhadap kurikulum tradisional dan metode pengajaran (Alsalhi, 2020). Agar tujuan pembelajaran disetiap jenjang pendidikan dapat berhasil tercapai, model pembelajaran penddikan jasmani merupakan bagian peenting yang perlu diperhatikan (Budi
& Listiandi, 2021).
Kebutuhan atas pengembanagn sintax dalam pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk sangat dibutuhkan dengan besaran 87.63 % oleh guru pendidikan jasmani DIY. Langkah- langkah dalam pembelajaran diharapkan dapat membantu guru dalam melaksanakan model pembelajaran. Kondisi tersebut disimpulkan dari 3 butir pernyataan dalam kuisioner diantaranya;1) Alur/ langkah pembelajaran pendidikan jasmani berbasis kecerdasan majemuk diperlukan oleh guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar sebagai pedoman dalam mengajar, 2) Pedoman perencanaan pembelajaran pendidikan jasmani berbasis kecerdasan majemuk dibutuhkan guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar, dan 3) Pengembangan pembelajaran pendidikan jasmani berbasis kecerdasan majemuk yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku dibutuhkan oleh guru pendidikan jasamani Sekolah Dasar. Sintaks model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik hendaknya dapat dikuasai oleh guru (Widada, 2016). Kesimpulan dalam pengembangan sejenis yang menjelaskan bahwa penyusunan dan mengabungkan Standar Kompetensi- Kompetensi Dasar merupakan kebutuhan guru berdasarkan analisis kebutuhan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga kesehatan berbasis integrated physical education di Sekolah Dasar Kota Yogyakarta (Saryono & Nopembri, 2013).
Kebutuhan atas pengembangan sistem sosial dalam pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk sangat dibutuhkan dengan besaran 86.11 % oleh guru pendidikan jasmani DIY.
Sistem sosial memberikan gambaran tentang peran dan hubungan guru dan peserta didik, serta ragam norma yang dianjurkan (Joyce & Weil, 1992). Terkait dengan sistem sosial, berbagai peran guru memiliki perbedaan antara satu model pembelajaran dengan model pembelajaran yang lain. Hasil pengembangan sistem sosial dilihat dari 3 butir pernyataan yang meliputi 1) Pedoman pembelajaran pendidikan jasmani berbasis kecerdasan majemuk diperlukan oleh guru pendidikan jasmani sekolah dasar sebagai pedoman aktivitas guru dalam mengajar, 2) Pedoman pembelajaran pendidikan jasmani berbasis kecerdasan majemuk diperlukan oleh guru pendidikan jasmani sekolah dasar sebagai pedoman aktivitas peserta didik dalam proses belajar pendidikan jasmani, dan 3) Pedoman pembelajaran pendidikan jasmani berbasis kecerdasan majemuk diperlukan untuk mengetahui interaksi peserta didik dan guru dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Model pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru untuk mewujudkan proses interaksi dengan peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung (Sulistyo, 2016).
Kebutuhan atas pengembangan model berdasarkan prinsip reaksi sebesar 85.97%.
Pendapat Arends (Joyce & Weil,1992) menjelaskan bahwa pandangan dan respon terhadap apa yang dilakukan peserta didik merupakan gambaran dari prinsip reaksi dalam sebuah model pembelajaran. Dalam penelitian ini, data kebutuhan faktor prinsip reaksi diperoleh dari hasil respon guru pendidikan jasmani sekolah dasar DIY terhadap butir penyataan dalam kuisioner. Terdapat tiga butir pernyataan yang meliputi; 1) diperlukan pembelajaran pendidikan jasmani yang memberikan kesempatan peserta didik untuk mengembangkan kekuatan peserta didik di setiap bidang kecerdasan, 2) diperlukan pembelajaran pendidikan
jasmani yang memberikan kesempatan peserta didik memperkuat kelemahan peserta didik di setiap bidang kecerdasan tertentu, dan 3) diperlukan pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk menghargai setiap kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh peserta didik lain.
Hasil ini didukung pernyataan bahwa guru harus memiliki keterampilan yang tepat untuk mengembangkan isi dan mengembangkan strategi sesuai dengan kecerdasan yang paling ada pada peserta didiknya, pembelajaran sebaiknya dapat mengungkapkan sebanyak mungkin keterampilan dan pengetahuan peserta didik dalam memecahkan masalah tanpa membatasi dan mengunggulkan keterampilan yang tidak distimulasi dalam kelas tradisional (Asqui et al., 2017). Sangat penting bahwa semua materi pembelajaran harus mencakup kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kekuatan mereka dan memperkuat kelemahan mereka di setiap bidang kecerdasan tertentu (Lash, 2004). Seorang guru tidak boleh memperlakukan siswa secara esensial sama, setiap otak adalah unik dengan kecerdasan yang dominan, yang memainkan peran penting dalam pembelajaran (Abdelhak &
Romaissa, 2022).
Faktor sistem pendukung sebesar 87.39% dengan kategori sangat tinggi. Alat, bahan, dan seluruh sarana yang dibutuhkan dalam penerapan model pembelajaran merupakan pengertian system pendukung sebagai komponen model pembelajaran (Joyce & Weil, 1992).
Persiapan yang dilakuan oleh guru terkait sarana, bahan dan alat sangat diperlukan dalam melaksanakan model pembelajaran . Dalam penelitian ini, data kebutuhan faktor sistem pendukung diperoleh dari hasil respon guru pendidikan jasmani sekolah dasar DIY terhadap 4 butir penyataan dalam kuisioner; 1) Lembar kerja Peserta Didik perlu dikembangkan dengan mempertimbangkan kecerdasan majemuk peserta didik, 2) Media pendukung dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang dapat memfasilitasi berbagai kecerdasan majemuk peserta didik diperlukan dalam proses pembelajaran. 3) Sarana dan prasana pendukung dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang dapat memfasilitasi berbagai kecerdasan majemuk peserta didik diperlukan dalam proses pembelajaran, dan 4) diperlukan sistem pendukung dalam pembelajaran pendidikan jasmani berbasis kecerdasan majemuk yang mudah didapatkan guru dan peserta didik. Hasil ini didukung pernyataan bahwa peserta didik memiliki kebutuhan dan cara belajar terbaik untuk peserta didik dengan keragaman kecerdasan majemuk (Razmjoo, 2008). Kebutuhan tersebut dapat dicontohkan peserta didik dengan kecerdasan verbal linguistik embutuhkan buku, kecerdasan visual membutuhkan gambar, kecerdasan musical membutuhkan instrumen musik, dsb. Kondisi ini diperkuat pernyataan bahwa stimulan dan alat bantu sangat diperlukan untuk mengembangkan kecerdasan majemuk yang beragam dimilki oleh peserta didik (Andrianie et al., 2019).
Faktor dampak instruksional dan pengiring sebesar 88.12%. Hasil belajar yang dicapai secara langsung dengan cara mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang diharapkan merupakan dampak instruksional. Sedangkan hasil belajar lain sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh peserta didik tanpa diarahkan langsung oleh guru merupakan dampat pengiring (Utomo, 2020). Contoh yang sesuai pengertian tersebut terdapat dalam model pembelajaran matematika yang dikembangkan memiliki dampak instruksional yang meliputi penguasaan kompetensi Dasar (KD) dan kemampuan komunikasi peserta didik (Aliim Hidayat & Wijayanto, 2021). Dampak langsung dan tidak langsung akan muncul dari lingkungan belajar yang tercipta pada pelaksanaan sebuah model pembelajaran (Joyce & Weil, 1992). Didalam kuisoner diwakili oleh dua penyataan diantaranya; 1) pembelajaran pendidikan jasmani dengan mempertimbangkan kecerdasan majemuk dengan tujuan untuk meningkatkan minat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran perlu
dikembangkan, dan 2) proses pembelajaran pendidikan jasmani yang dilaksankan untuk membantu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik perlu dikembangkan.
Pernyataan tersebut linear dengan penjelasan bahwa penerapan teori kecerdasan majemuk dalam pembelajaran membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menarik baik bagi peserta didik, serta berkontribusi terhadap peningkatan prestasi sekolah anak (Petruţa, 2013).
Hasil analisis keseluruhan dapat menggambarkan bahwa pembelajaran pendidikan jasmani perlu dikembangkan dengan mempertimbangkan kecerdasan majemuk peserta didik. Hasil ini senada dalam kesimpulan sebuah artikel yang menyatakan bahwa komitmen dan kesadaran untuk aktif dan berinisiatif untuk meningkatkan berbagai aspek kecerdasan majemuk perlu ditumbuhkan oleh guru, sehingga guru harus aktif dalam kegiatan penguatan kemampuan tersebut (Abdurahman et al., 2023). Kesimpulan serupa menjelaskan bahwa guru pendidikan jasmani perlu melatih keterampilan didaktis untuk membuat rencana pembelajaran dengan pendekatan kecerdasan majemuk, proses pembelajaran tersebut memungkinkan peserta didik mencapai perkembangan (Martínez Aguilera, 2022). Guru sebaiknya lebih memperhatikan kecerdasan ganda dalam mempersiapkan pelajaran (Griggs et al., 2009).
Proses belajar pendidikan jasmani yang didasarkan kecerdasan majemuk mempengaruhi efektifitas proses belajar. Setiap individu memiliki karakteristik yang unik, sehingga proses belajar menjadi efektif apabila sesuai dengan karakteristik kecerdasaan individu itu sendiri (Kılıç & Sert, 2015). Strategi pembelajaran yang berfokus pada identifikasi kecerdasan, bakat, dan preferensi belajar peserta didik dan memberikan cara terbaik untuk belajar merupakan intruksi berbasis kecerdasn majemuk (Yaumi et al., 2018). Lingkungan belajar-mengajar perlu diciptakan secara beragam di sekolah, sehingga memberikan penghargaan potensi individu setiap peserta didik (Barrientos Hernán et al., 2018). Penerapan teori kecerdasan majemuk dalam pembelajaran membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menarik baik bagi peserta didik, serta berkontribusi terhadap peningkatan prestasi sekolah anak (Petruţa, 2013).
Ditemukan juga bahwa siswa menikmati kegiatan dalam proses pembelajaran dengan pendekatan kecerdasan majemuk (Kumalasari et al., 2017). Salah satu studi menjelaskan bahwa pengajaran bola basket di sebuah perguruan tinggi dengan pengajaran berbasis kecerdasan majemuk memperkuat inisiatif dan semangat peserta didik untuk belajar bola basket (Xie & Xu, 2022). Motivasi belajar, daya ingat, dan percepatan proses belajar dapat dioptimalkan melalui kesadaran guru akan perbedaan kecerdasan peserta didik dan perbedaan strategi mengajar (Sulaiman et al., 2010).
Hasil analisis kebutuhan dan urgensi implementasi teori kecerdasan majemuk dalam pembelajaran pendidikan jasmani dapat dijadikan landasan untuk mengembangkan sebuah model pembelajaran pendidikan yang efektif dan humanis. Pendidikan yang menghargai, menggali, melayani, membantu anak untuk mengembangkan berbagai macam potensi yang dimiliki oleh peserta didik merupakan konsep dan tujuan humanisme pendidikan (Sarnoto, 2017). Individu yang belajar mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya merupakan konsep penting dalam teori humanitistik (Boiliu et al., 2022). Perbedaan yang terdapat dalam diri peserta didik harus disikapi dunia pendidikan dengan mempersiapkan model pendidikan yang disesuaikan dengan kondisi tersebut (Setianingsih & Listyarini, 2019). Pengembangan model pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk sinergis dengan kebijakan “Merdeka Belajar” di Indonesia dalam rangka menghadapi tantangan era globalisasi. Masyarakat global abad ke-21 kita menuntut agar kita menerima perbedaan, Teori Kecerdasan Majemuk sebagai platform yang paling layak dan efektif untuk metodologi pendidikan dan pengajaran
abad ke-21 (Donovan & Farlane, 2011). Mewujudkan proses pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan siswa (student-centered) dan inovatif adalah tujuan kurikulum merdeka belajar yang merupakan salah satu kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Indarta et al., 2022). Sektor pendidikan dalam beberapa dekade terakhir telah menyaksikan transformasi pendidikan yang penting dan kritik besar terhadap kurikulum tradisional dan metode pengajaran (Alsalhi, 2020). Teori Kecerdasan majemuk telah diadopsi dalam kurikulum di tingkat SD, SMP bahkan perguruan tinggi (Botelho, 2003; Sinder, 2001). Menurut Chen et al. (2009), beberapa sekolah telah mengintegrasikan teori kecerdasaan majemuk ke dalam misi, sistem pendidikan, isi pendidikan, dan metode pengajaran mereka. Dari beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran pendidikan jasmani yang berorientasi pada kebutuhan peserta didik perlu dikembangkan dengan mempertimbangakan keragaman kecerdasan majemuk yang dimiliki peserta didik.
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa kebutuhan pengembangan model berbasis kecerdasan majemuk untuk peserta didik sekolah dasar dengan persentase 87% dan kategori sangat tinggi. Kelima faktor dari model pembelajaran masuk dalam kategroi sangat tinggi; diantaranya faktor sintax sebesar 87.63%, faktor sistem sosial sebesar 81.11%, prinsip reaksi sebesar 85.97%, sistem pendukung sebesar 87.39%, dan faktor dampak instruksional dan pengiring sebesar 88.12%. Hasil ini perlu ditindak lanjuti untuk pengembangan sebuah model pembelajaran pendidikan jasmani berbasis kecerdasan majemuk disekolah dasar yang berlandaskan teori pendukung, teruji, serta efektif untuk diimplementasikan.
Daftar Pustaka
Abdelhak, H., & Romaissa, C. (2022). Incorporating Multiple Intelligences Theory in the Learning and Teaching Operation: Teacher’s Guide. British Journal of Teacher Education and Pedagogy, 1(1), 83–89. https://doi.org/10.32996/bjtep.2022.1.1.9
Abdurahman, A., Nainggolan, H., Hikmah, N., Yustitia, V., & Budianingsih, Y. (2023). Urgensi Penguatan Kompetensi Pedagogik Guru Berbasis Multiple Intelegensi Pada Sekolah Dasar.
05(03), 10387–10398.
Aliim Hidayat, R., & Wijayanto, Z. (2021). Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Sosial Humanistik Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik Sekolah Dasar. Taman Cendekia: Jurnal Pendidikan Ke-SD-An, 5(2), 655–669.
https://doi.org/10.30738/tc.v5i2.11115
Alsalhi, N. R. I. (2020). The representation of multiple intelligences in the science textbook and the extent of awareness of science teachers at the intermediate stage of this theory.
Thinking Skills and Creativity, 38(August), 100706.
https://doi.org/10.1016/j.tsc.2020.100706
Andrianie, P. S., Yuniati, R., & Giyanti, I. (2019). Pendayagunaan Alat Permainan Edukatif (APE) Berbasis Multiple Intelligences (MI) di Keluarahan Mojosongo. Abdimas Dewantara, 2(2),
182. https://doi.org/10.30738/ad.v2i2.3003
Ardha, M. A. Al, Yang, C. ., Adhe, K. ., Khoiry, F. ., Hartoto, S., & Putra, K. . (2018). Multiple Intelligences and Physical Education Curriculum: Application and Reflection of Every Education Level in Indonesia. 212(ICEI), 587–592. https://doi.org/10.2991/icei- 18.2018.129
Asqui, J. E., León, J. C., Santillán, R. R., Santillán, H. R., Obregón, G. A., & Calero, S. (2017).
Influencia De La Teoria De Las Inteligencias Múltiples En La Educación Física: Estudio De Casos. Revista Cubana de Investigaciones Biomédicas, 36(3), 12.
Barrientos Hernán, E., López Pastor, V. M., & Pérez-Brunicardi, D. (2018). ¿Por qué hago evaluación formativa y compartida y/o evaluación para el aprendizaje en EF? La influencia de la formación inicial y permanente del profesorado (Why do I do Formative and Share Assessment and/or Assessment For Learning in Physical Education?). Retos, 2041(36), 37–43. https://doi.org/10.47197/retos.v36i36.66478
Boiliu, E. R., Boiliu, N. I., & Rantung, D. A. (2022). Teori Belajar Humanistik Sebagai Landasan dalam Teknologi Pendidikan Agama Kristen. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(2), 1767–
1774.
Budi, D. R., & Listiandi, A. D. (2021). Model Pembelajaran Dalam Pendidikan Jasmani.
Supplemental Materials for Preprint: Model Pembelajaran Dalam Pendidikan Jasmani., January. https://doi.org/10.31219/osf.io/xzh3g
Donovan, A., & Farlane, M. (2011). Multiple Intelligences: The Most Effective Platform for Global 21st Century Educational and Instructional Methodologies. College Quarterly, 14(4), 1–18.
Estaji, M., & Nafisi, M. (2014). Multiple intelligences and their representation in the EFL young learners’ textbooks. International Journal of Research Studies in Language Learning, 1(1), 61–72. https://doi.org/10.5861/ijrsll.2014.731
Griggs, L., Barney, S., Brown, J.-S., Collins, E., Keith, S., & Iannacci, L. (2009). Varying pedagogy to address student multiple intelligences. HUMAN ARCHITECTURE : JOURNAL OF THE
SOCIOLOGY OF SELF -KNOWLEDGE, VII(1), 55–60.
https://books.google.be/books?hl=en&lr=&id=93TNDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA55&d q=varying+teaching+methods&ots=GEIdHLEvmG&sig=AunK7drVFuRBImmS0xh6RVUlS J4
Indarta, Y., Jalinus, N., Waskito, W., Samala, A. D., Riyanda, A. R., & Adi, N. H. (2022). Relevansi Kurikulum Merdeka Belajar dengan Model Pembelajaran Abad 21 dalam Perkembangan Era Society 5.0. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(2), 3011–3024.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i2.2589
Joyce, B., & Weil. (1992). Models of Teaching. Boston: Allyn and Bacon.
Kaloka, P. T., Nopembri, S., & Yudanto. (2023). Nonlinear learning pedagogy: Does it have an
impact on physical education in elementary schools? Pedagogía del aprendizaje no lineal:
¿tiene impacto en la educación física en las escuelas primarias? Pasca Tri Kaloka, Soni Nopembri, Yudanto. 2041, 1078–1085.
Kirkgöz, Y. (2010). Catering for multiple intelligences in locally-published ELT textbooks in Turkey. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 3(1), 127–130.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2010.07.023
Kılıç, M. S., & Sert, H. (2015). Primary School 5th Grade Science and Technology Lesson Book’s Investigation of Multiple Intelligence Theory. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 174, 2577–2581. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.935
Kumalasari, L., Hilmi, Y. A., & Priyandoko, D. (2017). The application of multiple intelligence approach to the learning of human circulatory system. Journal of Physics: Conference Series, 909(1). https://doi.org/10.1088/1742-6596/909/1/012066
Martin, M., & Morris, M. (2013). Sport Education and Multiple Intelligences: A Path to Student Success. Strategies, 26(4), 31–34. https://doi.org/10.1080/08924562.2013.799931
Martínez Aguilera, G. D. R. (2022). Las inteligencias múltiples en la clase de educación física;
una experiencia formativa con alumnos de educación primaria (Multiple intelligences in physical education class; a formative experience in primary school students). Retos, 44, 774–782. https://doi.org/10.47197/retos.v44i0.89393
Mitchell, M., & Kernodle, M. (2004). Using Multiple Intelligences to Teach Tennis. Journal of Physical Education, Recreation & Dance, 75(8), 27–32.
https://doi.org/10.1080/07303084.2004.10607286
Petruţa, G.-P. (2013). Multiple Intelligences Stimulated within the Lessons by the Practicant Students from the Faculty of Sciences. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 76, 676–
680. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.04.185
Rachman, H. A. (2011). Keterlaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, 8(1), 38–47.
Razmjoo, S. A. (2008). on the Relationship Between Multiple Intelligences and. The Reading Matrix, 8(2), 155–174.
Rivera Sosa, J. M., Arras Vota, A. M. de G., Tarango, J., Mendoza Meraz, G., & López Alonzo, S.
J. (2020). Educación física: Referentes y nociones conceptuales del personal docente en Educación Primaria (Physical education: Conceptual guidelines and notions of elementary education teaching staff). Retos, 2041(39), 298–305.
https://doi.org/10.47197/retos.v0i39.58114
Sarnoto, A. Z. (2017). Aspek Kemanusiaan Dalam Pembelajaran Humanistik Pada Anak Usia Dini. Profesi: Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Keguruan, 6(1), 11–16.
https://jurnal.pmpp.or.id/index.php/profesi/article/view/159
Saryono, & Nopembri, S. (2013). Analisis Kebutuhan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan Berbasis Integrated Physical Education Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, 9(2), 81–86.
Setianingsih, E. S., & Listyarini, I. (2019). Implementasi Pelaksanaan Pendidikan Inklusi Di Sd Bina Harapan Semarang. Taman Cendekia: Jurnal Pendidikan Ke-SD-An, 3(1), 257–268.
https://doi.org/10.30738/tc.v3i1.2980
Sujarwo, Suharjana, Rachman, H. A., & Ardha, M. A. Al. (2021). The development of physical education learning models for mini-volleyball to habituate character values among elementary school students. Sport Mont, 19(2), 29–33.
https://doi.org/10.26773/smj.210605
Sulaiman, T., Abdurahman, A. R., & Rahim, S. S. A. (2010). Teaching strategies based on multiple intelligences theory among science and mathematics secondary school teachers. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 8(5), 512–518.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2010.12.070
Taryatman, T., & Rahim, A. (2018). Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar Inklusif Kota Yogyakarta. Taman Cendekia: Jurnal Pendidikan Ke-SD-An, 2(2), 212–
222. https://doi.org/10.30738/tc.v2i2.3143
Utomo, D. P. (2020). Mengembangkan Model Pembelajaran: Merancang dan Memadukan Tujuan, Sintaks, Sistem Sosial, Prinsip Reaksi, dan Sistem Pendukung Pembelajaran.
Bildung, 150.
Widada, W. (2016). Sintaks Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Perkembangan Kognitif Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, 1(2), 163–172.
Widodo, A. (2018). Makna Dan Peran Pendidikan Jasmani Dalam Pembentukan Insan Yang Melek Jasmaniah/Ter-Literasi Jasmaniahnya. Motion: Jurnal Riset Physical Education, 9(1), 53–60. https://doi.org/10.33558/motion.v9i1.1432
Xie, M., & Xu, X. (2022). Construction of a College Physical Education Teaching Model Using Multiple Intelligences Theory. Scientific Programming, 2022.
https://doi.org/10.1155/2022/1837512
Yaumi, M., Sirate, S. F. S., & Patak, A. A. (2018). Investigating Multiple Intelligence-Based Instructions Approach on Performance Improvement of Indonesian Elementary Madrasah Teachers. SAGE Open, 8(4). https://doi.org/10.1177/2158244018809216
Yoda, I. K., Wibowo, I. P. A., Rusiawati, R. T. H. D., Kusuma, K. C. A., & Tisna, G. D. (2022).
Analysis of Needs for the Development of Physical Education Learning Model in Elementary School Based on Traditional Game. Proceedings of the 4th International Conference on Innovative Research Across Disciplines (ICIRAD 2021), 613(Icirad), 63–68.
https://doi.org/10.2991/assehr.k.211222.009