• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEGIATAN PENUNJANG MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENGGUNAKAN PENGANTAR BAHASA ARAB DAN INGGRIS (STUDI KASUS PENGALAMAN DI PONDOK MODERN BAITUSSALAM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS KEGIATAN PENUNJANG MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENGGUNAKAN PENGANTAR BAHASA ARAB DAN INGGRIS (STUDI KASUS PENGALAMAN DI PONDOK MODERN BAITUSSALAM)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

316

ANALISIS KEGIATAN PENUNJANG MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENGGUNAKAN PENGANTAR BAHASA

ARAB DAN INGGRIS (STUDI KASUS PENGALAMAN DI PONDOK MODERN BAITUSSALAM)

Cecep Sobar Rochmat, Andi Tryawan, Chindy Chintya Cahya Universitas Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur Indonesia

cecep.rochmat@unida.gontor.ac.id,

Abstrak

Pondok pesantren yang telah terbukti berhasil melahirkan alumni yang mahir berbahasa Arab dan Inggris adalah Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG). PMDG memiliki peraturan yang ketat dalam segala aspek kegiatan santrinya. Melihat keberhasilan PMDG dalam mendidik santrinya, beberapa pondok alumni Gontor juga telah mengadopsi sistem yang ada di PMDG. Salah satunya adalah pondok modern Baitussalam. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa kegiatan penunjang apa saja yang mampu meningkatkan santri dalam memahami materi Pendidikan Agama Islam yang menggunakan bahasa arab dan Inggris, Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dengan model penelitian lapangan (field reseach), Hasil penelitian ini adalah bahwa dalam menertibkan santrinya dalam berbahasa, PM Baitussalam menerapkan sistem Jasus (mata-mata), selain itu untuk mengembangkan bahasa Arab dan Inggris santrinya, Baitussalam menerapkan program penambahan kosakata melalui kegiatan Mufrodat (Vocabulary), Muhadatsah (percakapan), serta Muhadhoroh (latihan podato berbahasa). Seluruh program tersebut bertujuan untuk menunjang kemampuan santri dalam berbahasa.

Kata Kunci: Pendidikan Bahasa, PMDG, PM Baitussalam, Santri, Program berbahasa Abstract

The pesantren that has proven successful in producing alumni who are fluent in Arabic and English is the Darussalam Gontor Modern Islamic Boarding School (PMDG). PMDG has strict regulations in all aspects of its santri activities. Seeing the success of PMDG in educating its students, several Gontor alumni lodges have also adopted the existing system in PMDG. One of them is the Pondok Modern Baitussalam. The purpose of writing this paper is to analyze what supporting activities can improve students’ understanding of Islamic Religious Education Subjects that use Arabic and English,The reseach method uses a descriptive qualitative approach that is field reseach. The results of this study are ;In order to discipline his students in Baitussalam using the Jasus (spy) system, in addition to developing Arabic and English for his students, Baitussalam implements a vocabulary addition program through Mufrodat (Vocabulary), Muhadatsah (conversation), and Muhadhoroh (Public Speaking). The entire program aims to support the students' language skills.

Key Word: Language Education, PMDG, PM Baitussalam, Santri, Language program

(2)

317 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendidikan ialah suatu sistem yang digunakan dengan perpaduan sistem yang lainnya untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan kehidupan serta untuk meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan sendiri memiliki proses yang sangat panjang dan akan berlangsung secara continue seiring dengan perubahan social budaya dimasyarakat dari waktu ke waktu (Syamsul Hidayat dkk, 2015).

Pendidikan menduduki posisi yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Mengingat akan arti pentingnya pendidikan dalam kehidupan manusia, maka Islam hadir sebagai agama yang rahmatan lil

‘alamiin dan memerikan perhatian terhadap perkembangan pendidikan dalam keberlangsungan hidup manusia (Ismatul Izzah, 2018).

Pendidikan Islam bersumber atas Al-Qur’an dan diperjelas melalui perkataan Nabi Muhammad SAW (Sunnah), namun pendidikan Nasional berlandaskan Undang-Undang 1945 serta Pancasila. Tujuan pendidikan sendiri telah disebutkan dalam

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 yang berbunyi tujuan pendidikan adalah untukk membangun manusia yang beriman dan bertakwa kepasa Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Syamsul Hidayat, 2015). Dari tujuan pendidikan yang telah disebutkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan Nasional tidak bisa dipisahkan dengan pendidikan Islam. Karena untuk membangun manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan, memiliki akhlak mulia serta berilmu, seseorang harus memahami Al-quran karena sumber ilmu sendiri adalah Al-qur’an.

Dalam memahami Al-qur’an sendiri dibutuhkan pembelajaran bahasa arab untuk mendalami arti dan maknanya.

dan dalam untuk berkompetitif dalam bidang keilmuan Nasionl maupun Internasional seseorang harus mendalami bahasa Ingris sebagai bahasa yang telah diakui secara Internasional. Salah satu lembaga pendidikan Islam yang telah menerapkan sistem berbahasa Arab

(3)

318 dan Inggris serta berkurikulum islami adalah pesantren.

Apabila diadakan perbandingan antara sekolah konvensional dan pondok pesantren, maka dapat dipastikan bahwa pondok pesantren terbukti lebih kuat dalam melatih dan menggembleng para santrinya dalam menggunakan multi bahasa yaitu bahasa Arab dan Bahasa Inggris.

Dapat dilihat dari cara lembaga membuat peraturan, misalnya penjadwalan penggunaan bahasa pada setiap minggunya, pemberian hukuman untuk santri yang menggunakan bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah lainnya, hingga pemberian reward bagi pengguna bahasa terbaik. Pemberian reward dan punishment ternyata terbukti ampuh dalam mengasah jiwa kompetitif santri dalam berbahasa (Ahmad Fuadi, 2009).

Hampir seluruh pondok pesantren di Indonesia telah mewajibkan kepada santrinya dalam menguasai bahasa asing, terutama bahasa Arab dan Inggris. Salah satu pondok pesantren yang mewajibkan dua bahasa asing untuk dikuasai para santri adalah

Pondok Pesantren Darussalam Gontor.

Gontor memimiliki metode yang unik dalam menerapkan pembelajaran bahasa asing yang dikenal dengan istilah Jasus. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) Jasus (Arab) berarti orang yang bertugas melakukan penyelidikan, mata-mata atau spionase.

Metode ini telah diterapkan Gontor selama berpuluh-puluh tahun untuk menggembleng santrinya.(Puji Anto dkk, 2018) Metode jasus diterapkan Untuk melatih berbahasa Arab dan Inggris santri dalam kesehariannya.

Selain menggunakan metode itu, Gontor juga memiliki beberapa rentetan kegiatan yang juga akan mendorong dan melatih santri- santrinya dalam berbahasa Arab dan Inggris seperti, adanya Conversation (Muhadatdsah) disetiap minggunya, penambahan setiap kosa kata (Mufrodat) disetiap paginya, serta latihan berpidato (public speaking) yang diadakan setiap minggunya.

Dilain itu juga ada berbagai rentetan acata seperti pentas seni, drama arena, dan Miss language dll, dalam keseluruhannya santri diwajibkan untuk berbahasa.

(4)

319 Beberapa kegiatan diatas juga telah diterapkan oleh pondok-pondok alumni gontor yang juga memiliki tujuan yang sama yakni mendidik para santrinya untuk mampu berbahasa Arab dan Inggris. Dalam hal ini, dikarenakan penulis berasal dari pondok Alumni maka penulis akan menjadikan salah satu pondok alumni yang berada di Sumatera sebagai objek pembahasan, pondok tersebut adalah pondok modern Baitussalam yang juga menerapkan sistem KMI karena pondok ini merupakan turunan dari pondok pesantren Darussalam Gontor.

2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menegetahui kegiatan-kegiatan penunjang yang bisa meningkatkan pemehaman santri dalam materi Pendidikan Agama Islam yang menggunakan bahasa arab dan Inggris dan untuk menganalisa kegiatan

=kegiatan kebahasaan yang ada di Pondok Modern Baitussalam.

METODE

Penelitian ini adalah bagian dari studi lapangan (field reseach) dengan pendekatan kualitatif deskriptif

“prosedur penelitian yang menghasilkan data yang bersifat deskriftif ialah berupa kata-kata yang tertulis atau tidak tertulis seperti ungkapan lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati” (Moleong, 2011). Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumen. Analisis data menggunakan Model Miles dan Huberman. Langkah-langkah penelitian dengan cara Analysis Interactive yaitu, pengumpulan data (data collection). Reduksi data (data reduction). Penyajian data (data display). Dan penarika kesimpulan atau verifikasi data (conclucion). Latar dasarnya adalah Pondok Modern Baitussalam Desa Simpang Mangga, Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun, Medan Sumatera utara.

Pondok alumni yang berjumlahkan 500 santri dan santriwati ini dipimpin oleh KH.Miftah Junaidi, dengan jumlah imforman sebanyak 3 orang dari pihak Ustadz dan 10 orang dari pihak santri, dengan pengamatan dilakukan selama 14 hari.

PEMBAHASAN

(5)

320 1. Pendidikan Agama Islam di Pesantren Modern

Pendidikan merupakan salah satu tradisi umat manusia sebagai upaya menyiapkan generasi penerus agar dapat bersosialisasi dan beradaptasi dengan budaya yang mereka anut.

Dalam arti bahwa pendidikan merupakan upaya regenerasi sehingga eksistensi peradaban manusia dapat terjaga dan berkembang.(Syamsul Hidayat dkk, 2015) Menurut Dr.

Nurkholis, pendidikan merupakan suatu proses mencangkup tiga dimensi yaitu, individu, masyarakat atau komunitas nasional dari individu tersebut, dan seluruh kandungan realitas, baik material maupun spiritual yang mmainkan peranan dalam menentukan sifat, nasib, bentuk

manusia maupun

masyarakat.(Nurkholis, 2013) Pendidikan merupakan suatu proses yang dipelukan untuk mendapatkan keseimbangan dan kesempurnaan dalam perkembangan individu maupun masyarakat. Penekanan pendidikan terletak pada transfer ilmu dan keahlian dari pendidik untuk peserta didik. Dalam proses seperti ini, Negara

maupun bangsa akan dapat mewariskan nilai-nilai keagamaan, kebudayaan, pemikiran dan keahlian kepada generasi selanjutnya. Sehingga mereka lebih siap dalam menghadapi masa depan bangsa dan Negara yang cerah (Nurkholis, 2013).

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal dari kata didik (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran, kepemimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

Sedangkan pendidikan memiliki pengertian proses mengubah sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dam pelatihan, proses pembuatan, dan cara mendidik (Nurkholis, 2013).

Dalam UU No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha dasar atau terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaraan agar peserta didik dalap secara aktif dalam mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

(6)

321 dirinya, masyarakat dan Negara (Haryanto, 2012).

Beberapa Pesantren Modern yang berafiliasi kepada Kementrian agama secara otomatis beberapa materi ajarnyapun menyesuaikan dengan kurikulum Pendidikan Agama Islam dari kementrian Agama. Sebagaimana yang diketahui menurut Muhaimin, dalam PAI secara umum terdiri atas beberapa mata pelajaran yang memiliki karakteristik sendiri-sendiri seperti Alquran-Hadits, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Aspek fiqh menekankan pada kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik. Aspek tarikh &

kebudayaan Islam menekankan pada kemampuan mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, ipteks dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

Aspek bahasa Arab yang menekankan

kosakata dan pemahaman kata dalam bahasa Arab secara sederhana, sedangkan aspek akidah-akhlak yakni, aspek akidah menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma’ al- husna dan aspek akhlak menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari (Muqarramah, 2016).

Di madrasah materi Pendidikan Agama Islam tersebut diajarkan memakai bahasa Indonesia, sedangkan di beberapa Pesantren Modern diberikan dengan menggunakan bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa pengantarnya, dengan beberapa kegiatan kebahasaan yang menunjang penguasaan para santri dalam berbahasa, sehingga kegiatan-kegiatan tersebut mempercepat para santri untuk memahami materi Pendidikan Agama Islam di kelas.

2. Definisi Pendidikan Bahasa Bahasa merupakan produk budaya yang sekaligus produk social suatu masyarakat. Bahasa juga merupakan

(7)

322 kecenderungan budaya untuk mengatakan hal-hal tertentu, sebagai kompetisi linguistic yang kompetitif untuk menegatakan sesuatu secara benar dan kapasitas social untuk menggunakan kompetisi itu secara tepat (Abd Razak, 2018). Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan yang dimiliki manusia untuk membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Bahasa memungkinkan manusia untuk menyampaikan informasi dan meneruskan informasi tersebut dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Melalui ungkapan secara tertulis maupun langsung melalui ucapan (Rina Devianti, 2017).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan pendidikan bahasa adalah pengajaran dan pembelajaran bahasa asing atau bahasa kedua.

Pendidikan bahasa merupakan cabang lunguistik terapan. Pendidikan bahasa juga dapat diberikan sebagai salah satu mata pelajaran pada sekolah umum, namun lembaga pendidikan yang telah menerapkan bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa pengantar dalam proses

belajar mengajar hanyalah Pesantren Modern.

Dalam taraf internasional bahasa Inggris merupakan bahasa pengantar dalam berkomunikasi, bahasa Inggris juga telah diakui secara internasional sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar dan mengajar. Disamping itu, bahasa arab juga menjadi bahasa pengantar dalam memahami ilmu agama melalui kitab Al-Qur’an.

Bahasa arab juga menjadi sejarah peradaban islam yang pada masa ini telah diterapkan diseluruh pesantren, bahkan keduanya menjadi bahasa pengantar dalam proses belajar mengajar dikelas maupun diluar kelas.

3. Macam Macam Program Pendidikan Bahasa di Pesantren

Pesantren ialah lembaga pendidikan yang islami dan merupakan salah satu lembaga tertua di Indonesia.

Pada awalnya mula didirikannya, pondok pesantren memiliki karakteristik unik dibandingkan dengan lembaga pendidikan lainnya, serta karakteristik ini tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan lain selain

(8)

323 pesantren.(Zamakhsari Dhofier, 1982) Salah satu karakteristik pesantren ialah mewajibkan para santrinya dalam berbahasa arab dan inggris dalam setiap kegiatan sehari. Baik di dalam kelas sebagai bahasa pengantar belajar mengajar maupun diluar kelas. Dalam mengkoordinasi bahasa para santri setiap pesantren memiliki beberapa kepengurusan khususnya dibidang bahasa (qismu Lughoh). Bagian ini memiliki tugas untuk menggerakkan bahasa arab atau inggris para santri.

Berikut macam-macam program pendidikan dan pengembangan berbahasa diberbagai pesantren di Indonesia adalah:

a) Vocabulary (Mufrodat) yaitu pemberian kosakata baru sesudah melaksanakan shalat subuh

b) Conversation (Muhadatsah) yaitu pelatihan berbicara menggunakan bahasa Inggris atau Arab antara 2 santri atau lebih

c) Public Speaking (Muhadharah) yaitu pelatihan pidato 3 bahasa yaitu bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan bahasa Arab.

Disamping itu para santri juga di tuntut untuk belajar dengan bahasa pengantar Arab dan Inggris di dalam kelas dan untuk agar para santri menguasai bahasa sesuai dengan kaidah maka pesantren meenerapkan pembelajaran nahwu dan shorof untuk bahasa Arab dan Grammer untuk bahasa Inggris, selain itu para santri diwajibkan untuk berbahasa ketika berbicara dengan para guru (Ustadz/Ustadzah). Beberapa kegiatan yang mendorong keahlian santri dalam berbahasa adanya acara-acara yang mendukung dalam berbahasa seperti, pentas seni, pekan bahasa, drama arena, Miss language, dan acara demonnstrasi bahasa. Apabila suatu lembaga pendidikan baik pesantren maupun bukan pesantren mampu menerapkan beberapa program diatas untuk melatih peserta didiknya dalam berbahasa,.maka dapat dipastikan bahwa lembaga pendidikan tersebut akan dapat melahirkan generasi kompetitif dalam berbahasa.

Diantara lembaga pendidikan lain, pondok pesantren memiliki kekhususan dalam sistemnya sebab

(9)

324 para anak didik (santri) tinggal bersama guru ngaji, sehingga mampu menumbuhkan ciri khas pesantren.

Pendidikan pesantren seharusnya bisa bernilai lebih unggul karena mampu mengintegrasikan ilmu-ilmu umum dengan ilmu-ilmu agama, karena sistem pesantren yang sangat ketat karena selama dua puluh empat jam santri dalam bimbingan ustadz atau guru, selama dua puluh empat jam tersebut dalam bimbingan guru mampu mengurangi santri dari pengaruh buruk dari luar sekolah. Selain itu, di lingkungan pesantren para santri diajarkan pola hidup kebersamaan, kesederhanaan dan yang paling utama adalah akhlak mulia (Jazuli Juwaini, 2011).

4. Penerapan Program Bahasa yang menunjang para santri di dalam memahami materi Pendidikan Agama Islam di Pesantren Modern Baitussalam (berdasarkan pengalaman)

Pesantren Modern Darussalam Gontor (PMDG) tersebar di beberapa kawasan Indonesia sejak tahun 1926 hingga saat ini, popularitas pondok

gontor dikenal oleh masyarakat sebagai wadah belajar yang berbeda dengan lembaga lainnya. (kebanyakan di daerah Jawa). Menghampiri 100 tahun berkiprah di kancah pendidikan, pondok pesantren Gontor semakin memperkokoh eksistensinya dengan mengembangkan daya tarik yang dimilikinya. Pada mulanya hanya didirikan untuk kategori putra, namun selang beberapa tahun kemudian kategori putri juga didirikan untuk memenuhi permintaan masyarakat, baik yang berada di sekitar lingkungan pesantren maupun yang berada di luar kota lokasi pesantren (Imelda Wahyuni, 2018). Disamping pondok cabang, PMDG juga memiliki ratusan pondok alumni. Dikatakan pondok alumni karena sistem pendidikan yang diterapkan dalam lembaga tersebut sama dengan sistem yang ada di PMDG. Kebanyakan pemimpin lembaga tersebut alumni dari PMDG.

Termasuk Pondok Modern Baitussalam.

Pondok Modern Baitussalam adalah pondok alumni yang terletak di Desa Simpang Mangga, Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten

(10)

325 Simalungun, Medan Sumatera utara.

Pondok alumni yang berjumlahkan 500 santri dan santriwati ini dipimpin oleh KH.Miftah Junaidi, yang juga alumni dari PMDG. PM Baitussalam ini menerapkan 3 sistem yang berbeda yaitu sistem KTSP (Kurikulum Pemerintah), Kulliyatul Mu’allimin Al- Islamiyyah (KMI) serta sistem boarding school (Muh, Ariadi Muslim, 2016). Selain itu juga PM Baitussalam memiliki kepengurusan atau organisasi yang disebut dengan Organisasi Pengurus Pondok Modern Baitussalam (OPPMB). OPPMB terbagi menjadi bebrapa kepengurusan diantaranya kepengurusan dibagian Keamanan, Bahasa, Spiritual/Keilmuan, Kepramukaan, Kebersihan, Olahraga dan bagian dapur.

Salah satu bagian inti yang sangat penting dalam kepengurusan di setiap pesantren adalah bagian bahasa, yaitu bagian yang bergerak dalam bidang bahasa para santri. Setiap pondok pesantren pada umumnya memiliki motto yaiti “Allughotu taajul Ma’had”

yang artinya bahasa merupakan mahkota pondok. Begitu pula dengan

PM Baitussalam, memiliki keahlian dalam berbahasa Arab dan Inggris merupakan salah satu tujuan utamanya.

Manajemen program bahasa yang diterapkan dalam PM. Baitussalam adalah:

a) Perencanaan

Adapun program mufrodat, muhadharah, muhadatsah, barnamij berbahasa, serta berbagai perlombaan bahasa Arab Inggris yang rancang dan direncanakan serta disusun dengan matang oleh musrif maupun musrifah (Intan Yuliani Belani, 2017).

b) Pengorganisasian

Mekanisme yang dilakukan pesantren adalah dengan membentuk kepengurusan yang disebut OPPM khususnya dibidang bahasa. Dan akan melaksanakan kewajibannya sebagai penggerak bahasa serta pelaksana program yang telah direncanakan sebelumnya oleh musrif dan Musrifah di PM Baitussalam seperti program mufrodat, muhadharah, muhadatsah, barnamij berbahasa, serta berbagai perlombaan bahasa Arab dan inggris.

c) Pengawasan

(11)

326 Pengawasan dilakukan para pengurus OPPM ketika acara dari program mufrodat, muhadharah, muhadatsah, barnamij berbahasa, serta berbagai perlombaan bahasa Arab berlangsung. pengawasan ataupun penilaian dilaksanakan ketika diakhir berjalannya program. Yaitu dengan memasukkan saran serta memberi masukan kepada santri dengan lisan maupun tulisan.

Kegiatan pemberian mufrodat atau vocabulary menerapkan metode langsung dan menulis dalam pembelajaran. Kegiatan rutin dilaksanakan setiap hari sabtu di ruang kelas masing-masing. Santri menulis materi yang diberikan oleh pemateri di papan tulis kemudian menghafal dan hafalan sebelum keluar kelas. Kegiatan muhadasah atau conversation menerapkan metode berbicara dalam pembelajaran. Kegiatan ini rutin setiap hari senin, selasa dan jum’at. Santri bercakap-cakap secara berpasangan menggunkaan bahasa asing sesuai tema yang diberikan oleh pengurus OPPM bagian bahasa di awal kegiatan.

Kegiatan muhadoroh menerapkan

metode berbicara dan menulis dalam pembelajaran. Kegiatan ini rutin setiap hari senin malam kamis dan kamis malam. Santri berlatih pidato menggunakan bahasa asing sesuai jadwal dan mengumpulkan teks pidato sebelum berpidato. Kegiatan majalah dinding tiga bahasa asing menerapkan metode menulis dalam pembelajaran.

Kegiatan terjadwal setiap bulan bergilir setiap kamar. PM Baitussalam juga mengadakan berbagai acara pendukung untuk para santri berbahasa seperti panggung gembira, drama arena, demonstrasi bahasa, dll

Selain itu juga PM. Baitussalam telah menerapkan metode Jasus dalam menegakkan berbahasa para santri (Puji Anto, 2018). Metode ini juga diadopsi dari PMDG, karena PMDG telah membuktikan bahwa lulusannya selalu memiliki mental yang kuat dan mampu berbahasa Asing baik Arab maupun Inggris sehingga mereka siap untuk bersaing saat terjun ke masyarakat baik masyarakat yang bersifat nasional maupun Internasional (Adiwidjaya, 2010). Oleh karena itu PM Baitussalam juga termotivasi

(12)

327 untuk menerapkan metode Jasus untuk menegakkan bahasa bagi santri- santrinya.

A. PENUTUP Kesimpulan

Pemahaman santri dalam Materi Pendidikan Agama Islam yang pengajarannya menggunakan bahasa Arab dan Inggris harus diikuti dengan kegiatan-kegiatan di luar kelas yang menunjang penguasaan mereka dalam memahami materi Pendidikan Agama Islam yang bahasa pengantarnya menggunakan bahasa Arab dan Inggris.

Pendidikan bahasa adalah pengajaran dan pembelajaran bahasa asing atau bahasa kedua. Pendidikan bahasa merupakan cabang lunguistik terapan. Pendidikan bahasa juga dapat diberikan sebagai salah satu mata pelajaran pada sekolah umum, namun lembaga pendidikan yang telah menerapkan bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar mengajar hanyalah Pesantren Modern.

Beberapa program pendidikan bahasa yang diterapkan pondok

pesantren Baitussalam adalah seperti Mufrodat (penabahan kosakata), Muhadatsah (berbincang-bincang), Muhadharah (Latihan public speaking) serta beberapa acara yang dapat mendukung berbahasa santri seperti acara demonstrasi bahasa, panggung gembira, drama arena dll.

Disamping itu PM Baitussalam juga menerapkan metode jasus (mata-mata) dalam menegakkan bahasa.

(13)

328 Daftar Pustaka

Adiwidjaya, Amroeh. 2010. Opera van Gontor. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Anto, Puji dan Fauzi Rahman, Jasus bahasa: Suatu metode pembelajaran arab bahasa asing dipesantren modern (Representasi dalam novel berlatar belakang Pondok Modern Gontor), Proseding pecan seminar Nasional 2018

Ariadi Muhammad Muslim,

“Manajemen Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Pesantren Nurul Hakim (Putra) Kediri NTB” (Tesis, UIN Sunan Kalijaga, 2016)

Devianty, Rina, Bahasa sebagai cermin kebudayaan, Jurnal Tarbiyah, Vol.24, No.2 Tahun 2017, UIN SU Medan

Dhofier, Zamakhsyari,Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta:LP3ES,1982)

Fuadi, Ahmad. 2009. Negeri 5 Menara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Haryanto, 2012: dalam artikel

“pengertian pendidikan menurut para akhli http://belajarpsikologi.

com/pengertianpendidikan-menurut- ahli/ diakes pada tanggal 17 Oktober 2020

Hidayat, Syamsul & Ana Nur Wakhidah, Konsep Pendidikan Islam Ibnu Khaldun dan relevansinya terhadap pendidikan nasional. Jurnal Profetka (Jurnal studi Islam) Vol.16 No.1 Juni 2015

Izzah, Ismatul, Peran pendidikan agama islam dalam membentuk masyarakat madani, Jurnal Pedagogik, Vol.5 No.1 Juni 2018, IAI Zainul Hasan Genggong Probolinggo

Jazuli Juwaini, Revitalisasi Pendidikan Islam (Taushiyah dan pemikiran Kiai Syahid), (Jakarta:Bening Citra,2011)

Moleong, L. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosda Karya 2011.

Muqarramah. Pendekatan Student Centereded Learning: Design

Pembelajaran Akidah-Akhlak untuk Madrasah Ibtidaiyah, 2016. Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah

Kependidikan), Vol. 5, No. 2, Juli- Desember 2016.

Nurkholis, Pendidikan dalam upaya memajukan teknologi, Jurnal Kependidikan, Vol.1 No.1 2013, STAIN Purwokerto

Rozak, Abd, Modernisme pembelajaran bahasa Arab berrbasis pesantren di rangkasbitung Banten, Journal of Arabic studies, Vol. 3, No.2, 2018, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Wahyuni, Imelda, Tantangan dan peluang pengembangan keterampilan bahasa arab komunikatif dipesantren modern Gontor putri 4 Sulawesi Tenggara, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol.4 No.1 Tahun 2018, IAIN Kendari

Yuliani, Intan Belani et al, Pengaruh kinerja musyrif terhadap motivasi belajar Lansia, Jurnal Pendidikan Luar Sekolah , Vol.1 No.1 tahun 2017, UPI Fakultas Luar Sekolah

Referensi