• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kekuasaan dan Komodifikasi Media dalam Jaringan Global: Perspektif Castells dan Mosco

N/A
N/A
Ahmad Mursyid

Academic year: 2025

Membagikan "Analisis Kekuasaan dan Komodifikasi Media dalam Jaringan Global: Perspektif Castells dan Mosco"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Konsep Kekuasaan dan Komodifikasi Media Menurut Vincent Mosco dalam Konteks Jaringan Global Manuel Castells

Ahmad Mursyid Amri Pendahuluan

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah secara drastis cara manusia berinteraksi, berkomunikasi, dan mengakses kekuasaan. Media tidak lagi hanya menjadi saluran informasi, melainkan ruang utama di mana kekuasaan diproduksi, disebarluaskan, dan dilawan.

Dalam masyarakat digital saat ini, pertarungan ideologi, representasi politik, dan resistensi kultural berlangsung intens di berbagai platform digital. Dua tokoh penting yang banyak membahas hal ini adalah Manuel Castells dan Vincent Mosco.

Castells memperkenalkan konsep masyarakat jaringan (network society) yang menekankan pentingnya komunikasi sebagai alat utama dalam membentuk makna sosial dan struktur kekuasaan. Di sisi lain, Vincent Mosco melalui pendekatan ekonomi politik komunikasi menekankan bagaimana media tunduk pada logika kapitalisme dan proses komodifikasi. Artikel ini bertujuan untuk mengelaborasi hubungan antara konsep kekuasaan Castells dan proses komodifikasi media ala Mosco dalam konteks masyarakat jaringan global.

Abstrak

Artikel ini mengkaji bagaimana konsep kekuasaan dan media saling berinteraksi dalam era digital melalui pendekatan Manuel Castells dan Vincent Mosco. Castells melihat media sebagai arena utama pertarungan kekuasaan, sedangkan Mosco menyoroti bagaimana media dan data digital telah menjadi komoditas dalam sistem kapitalisme global. Penulis menggabungkan dua kerangka teori ini untuk menjelaskan fenomena komunikasi diri massal, dominasi korporat terhadap ruang digital, serta tantangan strukturisasi dalam masyarakat jaringan. Analisis ini menunjukkan bahwa meskipun media digital membuka ruang resistensi, dominasi korporasi atas infrastruktur komunikasi membatasi potensi emansipatoris masyarakat jaringan.

(2)

Latar Belakang

Media digital telah membawa perubahan besar dalam cara kekuasaan dijalankan. Dahulu kekuasaan banyak dipertaruhkan di ruang fisik melalui kontrol institusi dan sumber daya politik.

Kini, kekuasaan justru sering dipertaruhkan dalam ruang simbolik—yaitu media. Castells menunjukkan bahwa komunikasi merupakan alat utama pembentukan makna dalam masyarakat jaringan. Kontrol terhadap informasi menjadi bentuk baru kekuasaan.

Namun, media digital tidak berdiri di ruang hampa. Vincent Mosco menekankan bahwa media, termasuk digital, tunduk pada logika kapitalisme yang menjadikannya komoditas. Melalui konsep komodifikasi, spasialisasi, dan strukturisasi, Mosco menunjukkan bahwa media bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga sarana produksi nilai ekonomi. Inilah ketegangan antara potensi demokratis media dan realitas ekonominya.

Analisis dan Pembahasan

1. Komunikasi dan Kekuasaan dalam Masyarakat Jaringan

Castells berargumen bahwa komunikasi menentukan struktur kekuasaan dalam masyarakat jaringan. Komunikasi diri massal memungkinkan individu memproduksi dan menyebarkan informasi secara luas. Fenomena ini terlihat dalam penggunaan blog, media sosial, dan kanal digital lainnya. Media menjadi medan pertarungan antara kekuasaan dominan dan kekuasaan tandingan.

Contoh konkret disampaikan Castells melalui kasus politik skandal seperti Clinton-Lewinsky atau insiden George Allen. Media mampu membangun atau menghancurkan citra politik seseorang, bahkan menjadi alat oposisi dalam merusak kredibilitas penguasa. Di Indonesia, hal serupa terjadi dalam pencitraan Presiden Jokowi melalui aktivitas blusukan yang sangat fenomenl pada saat itu.

Sehingga hal tersebut diduplikasi oleh banyak politis setelahnya yang mana memanfaatkan media untuk membuat citra politiknya menarik bagi masyarakat.

(3)

Namun, Castells menyadari bahwa akses terhadap media tidak selalu menjamin kemenangan kekuasaan tandingan. Sering kali media arus utama tetap dikendalikan oleh pihak dominan yang memiliki sumber daya dan akses lebih besar terhadap teknologi dan distribusi informasi.

2. Komodifikasi Media dalam Perspektif Mosco

Vincent Mosco menyatakan bahwa media mengalami komodifikasi dalam tiga level: isi (konten), audiens (data), dan platform (infrastruktur). Komodifikasi konten berarti mengubah informasi menjadi produk yang bisa diperjualbelikan. Skandal politik, seperti yang dibahas oleh Castells, menjadi komoditas media untuk mendulang trafik dan iklan.

Komodifikasi data terjadi saat pengguna dianggap sebagai 'produk' melalui data yang mereka hasilkan. Di platform seperti MySpace dan kini Facebook atau TikTok, data pengguna dikumpulkan, dianalisis, dan dijual kepada pihak ketiga. Castells menyebutkan bahwa platform tampak “bebas” tetapi sebenarnya mengumpulkan data secara sistematis.

Contoh di Indonesia adalah perhatian media terhadap isu selebriti atau politisi, seperti kasus Ridwan Kamil. Meskipun tidak menghasilkan uang langsung, perhatian publik tersebut menarik pengiklan dan memperkuat ekosistem kapitalisme media.

3. Spasialisasi: Media dan Ruang Tanpa Batas

Mosco menjelaskan bahwa media global menciptakan ruang komunikasi tanpa batas geografis. Ini memungkinkan pertukaran informasi secara cepat dan masif. Namun, dominasi perusahaan media besar seperti Google dan Meta menunjukkan bahwa ruang ini bukanlah ruang publik netral, melainkan dimiliki dan diatur oleh entitas korporat.

Castells mengakui bahwa masyarakat jaringan memungkinkan komunikasi horizontal, tetapi Mosco menyoroti bahwa platform-platform yang tampaknya otonom sering kali telah diakuisisi oleh korporasi besar. Facebook membeli WhatsApp dan Instagram adalah bukti nyata dominasi spasialisasi korporasi.

(4)

Fenomena algoritma juga menunjukkan kontrol spasialisasi. Algoritma YouTube atau TikTok lebih mempromosikan konten viral dan menguntungkan secara ekonomi, sementara suara alternatif atau kontra-hegemonik sering kali tenggelam.

4. Strukturisasi: Hubungan Media dan Perilaku Sosial

Konsep strukturisasi menjelaskan bahwa struktur sosial membentuk perilaku individu, dan sebaliknya. Mosco menyoroti bahwa pesan media tidak hanya mencerminkan realitas, tetapi juga membentuknya. Media arus utama membentuk preferensi politik, selera budaya, dan bahkan perilaku konsumsi.

Castells menunjukkan bahwa gerakan sosial dapat mengubah struktur melalui media digital.

Contoh nyatanya adalah protes di Spanyol tahun 2004 yang dimobilisasi melalui SMS dan internet.

Namun, struktur digital juga bisa menjadi alat represi, terutama jika dikendalikan oleh pihak berkepentingan.

Di Indonesia, penggunaan media sosial dalam pemilu dan kampanye politik menunjukkan bagaimana struktur media digital mempengaruhi perilaku politik masyarakat. Pengguna media bukan hanya konsumen pasif, tetapi juga agen yang turut membentuk struktur digital tersebut.

5. Ketegangan Mosco dan Castells: Otonomi atau Kooptasi?

Meskipun keduanya membicarakan peran penting media dalam era digital, terdapat perbedaan penting antara Castells dan Mosco. Castells optimis terhadap potensi komunikasi diri massal untuk menciptakan ruang demokratis baru, sedangkan Mosco lebih skeptis—menekankan bahwa sistem kapitalisme global memiliki daya tahan dan fleksibilitas tinggi untuk mengkooptasi ruang-ruang resistensi.

Mosco mempertanyakan otonomi komunikasi digital, sebab infrastruktur digital—meski terlihat demokratis—masih dikuasai oleh korporasi global. Gerakan sosial memang bisa viral, tetapi perubahan nyata sering kali dibatasi oleh kepentingan ekonomi platform yang menampungnya. Ini menunjukkan bahwa pertarungan kekuasaan di masyarakat jaringan tidak lagi sekadar antara negara dan rakyat, tetapi antara jejaring warga dan korporasi teknologi.

(5)

Kesimpulan

Analisis ini menunjukkan bahwa masyarakat jaringan menurut Castells membuka ruang partisipasi dan perlawanan melalui komunikasi diri massal. Namun, seperti yang diingatkan Mosco, media digital tidak lepas dari logika kapitalisme yang mengkomodifikasi segala aspek komunikasi.

Komodifikasi konten, data pengguna, dan infrastruktur media menunjukkan bahwa kekuasaan dalam masyarakat digital bukan hanya dimiliki negara atau elit politik, tetapi juga korporasi teknologi.

Kekuatan Mosco terletak pada kritiknya terhadap dominasi kapitalisme digital, sementara Castells menawarkan optimisme terhadap kapasitas resistensi masyarakat jaringan. Meskipun media digital memberikan ruang untuk resistensi, struktur kekuasaan korporasi yang menguasai data, algoritma, dan platform membatasi potensi emansipatoris tersebut.

Pertarungan kekuasaan saat ini telah bertransformasi: bukan lagi hanya antara negara dan masyarakat, tetapi antara jejaring warga dan kekuatan korporat global. Oleh karena itu, untuk mewujudkan ruang digital yang benar-benar demokratis, dibutuhkan kesadaran kritis terhadap struktur ekonomi media serta dorongan untuk menciptakan sistem komunikasi yang lebih adil dan inklusif.

Daftar Pustaka

Castells, Manuel. (2007). Communication, Power and Counter-power in the Network Society.

International Journal of Communication.

Mosco, Vincent. (2009). The Political Economy of Communication. SAGE Publications.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, penulis ingin melihat seberapa jauh hubungan sudut interinsisal dengan profil jaringan lunak wajah menurut analisis Holdaway pada mahasiswa ras campuran Proto

Hubungan sudut interinsisal dengan profil jaringan lunak wajah menurut.. analisis Holdaway pada mahasiswa FKG USU ras campuran Proto

6 Sedangkan menurut Susilowati, tidak ada hubungan yang bermakna antara sudut interinsisal dengan konveksitas jaringan lunak wajah pada. laki-laki dan perempuan suku Bugis

Dalam Tugas Akhir ini dilakukan optimasi jaringan WLAN existing IT Telkom khususnya gedung A menggunakan Global Optimization Algorithm dengan memperhatikan spot – spot yang

Dalam konteks jaringan sosial tersebut akan terlihat bagaimana para migran sirkuler mengembangkan dan memelihara hubungan-hubungan sosial dengan sesama migran sedesa

Tesis yang berjudul ” Analisis Optimasi Hasil Implementasi ”Global Frequency Planning” Pada Jaringan GSM Paska Migrasi Frekuensi CDMA. StarOne (Studi Kasus PT. Indosat)”

Metarouter berfungsi sebagai router virtual untuk menggantikan router 2 yang terdapat dalam topologi sebelumnya yang diterapkan pada jaringan Global Media Solusindo