E-ISSN: 2775-6750 Print ISSN: 2774-2652
228 ANALISIS KELAYAKAN USAHA TANI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L) DENGAN
PEMANFAATAN KOMPOS KULIT SINGKONG
FEASIBILITY ANALYSIS OF CORN (Zea mays L) FARMING WITH USING CASSAVA PEEL COMPOST
Zulpadli Hutapea 1) Dedeh Kurniasih 2)*
1) Alumni Program Studi Teknologi Produksi Tanaman Pangan, Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, Lima Puluh Kota, Indonesia
2) Dosen Program Studi Teknologi Produksi Tanaman Pangan, Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, Lima Puluh Kota, Indonesia
*penulis korespondensi [email protected]
Abstrak
Produktivitas jagung di Kabupaten Limapuluh Kota rata-rata tahun 2018 adalah sebesar 38.839,8 ton/tahun dan mengalami penurunan pada tahun 2021 sebesar 37.906,26 ton/tahun. Oleh karena itu, diperlukan pengaplikasian teknologi yang bisa diterapkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman, salah satunya dengan pemberian pupuk organik kompos kulit singkong. Kulit singkong dapat dimanfaatkan sebagai pupuk alternatif bagi tanaman karena mengandung terdapat adanya unsur C, H, O, Mg, P, Ca. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi mengetahui kelayakan usaha tani budi daya jagung dengan penggunaan perlakuan kompos kulit singkong. Dosis kompos kulit singkong yang digunakan dalam penelitian ini adalah 16 ton/ha, penelitian dilaksanakan dari bulan September 2022 sampai Januari 2023 di Kebun Percobaan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, Tanjung Pati Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Ukuran lahan yang digunakan untuk kegiatan budi daya tanaman jagung adalah 150 m2 dengan metode penelitian eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian perlakuan kompos kulit singkong pada budidaya tanaman jagung secara finansial menguntungkan dan layak diusahakan dengan R/C ratio 1,36, profitabilitas 36% dan Produksi yang hasilkan 10,6 ton/ha.
Kata Kunci: jagung, kompos, singkong, usahatani.
Abstract
The average productivity of corn in Limapuluh Kota Regency in 2018 was 38,839.8 tons/year and decreased in 2021 by 37,906.26 tons/year. Therefore it is necessary to apply technology that can be applied to increase crop productivity, one of them is by providing organic fertilizer with cassava peel compost. Cassava peel can be used as an alternative fertilizer for plants because it contains the elements C, H, O, Mg, P, Ca. This study aims to identify the feasibility of farming corn cultivation using cassava peel compost treatment. The dosage of cassava peel compost used in this study was 16 tons/ha. The research was conducted from September 2022 to January 2023 at the Experimental Garden of the Payakumbuh State Agricultural Polytechnic, Tanjung Pati, Limapuluh Kota Regency, West Sumatra. The size of the land used for corn cultivation is 150 m^2 using experimental research methods. The results showed that applying cassava peel compost to corn cultivation was financially profitable and feasible with an R/C ratio of 1.36, a profitability of 36% and a production yield of 10.6 tonnes/ha..
Keywords: corn, compost, cassava, farming.
zulpadli hutapea JFCAA
229 Pendahuluan
Jagung (Zea mays L) merupakan tanaman asli Benua Amerika dan telah ditanam oleh suku Indian jauh sebelum ditemukan di Benua Amerika. Tanaman pangan ini adalah makanan utama orang Indian. Daerah yang di anggap sebagai asal tanaman jagung adalah Meksiko tempat tersebut ditemukan biji jagung dalam gua-gua suku Indian (Purwono dan Purnamawati, 2009).
Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman terpenting di Indonesia setelah beras karena jagung saat ini berperan sebagai bahan konsumsi dan pakan. Oleh sebab itu, permintaan akan jagung selalu meningkat, sehingga Indonesia melakukan impor yang jumlahnya cenderung selalu meningkat untuk menutupi permintaan yang tinggi.
Jagung biasanya paling sering digunakan untuk pakan unggas. Khusus pada pakan unggas, jagung berperan penting baik untuk produksi telur maupun produksi daging. Tangenjaya, dkk. (2002) menjelaskan bahwa komposisi pakan yang berasal dari jagung untuk ayam pedaging adalah sekitar 54% dan dari ayam petelur adalah sebesar 47,14%. Proporsi penggunaan jagung oleh industri pakan ternak telah mencapai lebih dari 50% dari total kebutuhan nasional menurut penjelasan (Utomo, 2012)
Haryono (2012) menyatakan bahwa proporsi penggunaan jagung dalam pakan terhadap total kebutuhan jagung dapat mencapai 83%. Kebutuhan jagung di Indonesia tinggi dan diketahui Indonesia masih sering mengimpor jagung untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan dan produksi jagung di Indonesia berdasarkan laporan dari laman website milik Kementrian Pertanian Republik Indonesia (2021) melaporkan bahwa ketersediaan komoditas pangan terutama jagung akan terus didorong produksinya hingga memenuhi kebutuhan atau bahkan mencapai surplus untuk dapat melakukan kegiatan ekspor. Dari tahun ke tahun kebutuhan jagung terus mengalami peningkatan yang sejalan dengan peningkatan taraf hidup ekonomi masyarakat dan juga kemajuan industri pakan ternak sehingga perlu upaya untuk meningkatkan produksi melalui sumber daya manusia dan alam, ketersediaan lahan maupun potensi hasil dan teknologi (Purwono dan Hartono, 2007).
Peternak ayam di Kabupaten Limapuluh Kota mengeluhkan tingginya harga jagung padahal jagung menjadi salah satu bahan pencampur pakan ternak selain dedak padi. Salah satu penyebabnya karena produksi komoditas di daerah tersebut hanya mampu memenuhi 10% dari total kebutuhan, sedangkan peternak di Kabupaten Limapuluh Kota memerlukan 350 ton setiap harinya. Kebutuhan pakan dalam satu tahun (365 hari) memerlukan 127.750 ton.
Produktivitas jagung di Kabupaten Limapuluh Kota rata-rata tahun 2018 adalah sebesar 38.839,8 ton/tahun dan mengalami penurunan pada tahun 2021 sebesar 37.906,26 ton/tahun (BPS Kabupaten Limapuluh Kota, 2022). Dari data diatas diketahui produktivitas jagung mengalami penurunan sehingga diperlukan pengaplikasian teknologi yang bisa diterapkan untuk meningkatkan produktivitatas tanaman, salah satunya dengan pemberian pupuk organik. Hal ini sejalan dengan pernyataan Darwis (2013) yang mengemukakan bahwa Pupuk organik merupakan salah satu unsur penting dalam peningkatan produksi dan produktivitas tanaman.
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman hewan yang telah mengalami rekayasa berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memasok bahan organik, memiliki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Menurut Samekto (2006) pupuk organik tidak meninggalkan sisa asam anorganik didalam tanah dan mempunyai kadar persenyawaan C-organik yang tinggi dan kaya akan hara. Banyak jenis pupuk organik yang bisa digunakan untuk meningkatkan produktivitas tanaman jagung salah satunya adalah pupuk organik kulit singkong (kompos kulit singkong).
Menurut Migusnawati dan Utami (2016) penggunaan pupuk organik dari kulit singkong mampu menurunkan kadar logam berat pada tanah tercemar agrokimia. Singkong (Manihot utilisima) disebut juga ubi kayu atau ketela pohon merupakan bahan baku pada industri makanan dan tepung tapioka. Kulit singkong merupakan limbah
zulpadli hutapea JFCAA
230 singkong yang umumnya sudah tidak dimanfaatkan dan terbuang. Limbah kulit singkong tersusun atas dua jenis, yaitu kulit dalam dan kulit luar. Persentase jumlah limbah kulit bagian luar sebesar 0,5-2% dari berat total singkong segar dan limbah kulit bagian dalam sebesar 8-15%.
Berdasarkan hasil penelitian (Nahrisah, 2020), kulit singkong dapat dijadikan bahan pembuatan pupuk organik padat ataupun cair, karena kulit singkong bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi tanaman. Menurut Aprilia (2021) menyatakan bahwa kulit singkong memiliki kandungan yang dibutuhkan tanaman diantaranya yaitu; C (Karbon) sebesar 59,31% yang berarti terdapat carbon yang tinggi pada kulit singkong, H (Hidrogen) sebesar 9,78%, O (Oksigen) sebesar 28,74%, N (Nitrogen) sebesar 2,06 %, S (Sulfur) sebesar 0,11% dan H2O (Air) sebesar 11,4%. Kompos kulit singkong terdapat adanya unsur C, H, O, Mg, P, Ca (Hasrianti, 2013).
Pemberian kompos kulit singkong selain sebagai sumber hara dapat juga memperbaiki struktur tanah yang terus menurun akibat budidaya intensif dengan menggunakan agrokimia yang berlebihan.
Kulit singkong dapat dimanfaatkan sebagai pupuk alternatif bagi tanaman dengan berbagai kandungan tersebut kulit singkong diduga kuat dapat menjadi bahan kompos yang mampu menghasilkan pertumbuhan secara merata pada semua bagian tanaman dengan pemberian dosis 16 ton/ha memberikan hasil yang baik terhadap pertumbuhan dan produksi jagung (Syafriliandi, 2016). Berdasarkan hasil penelitian Sugianto (2019) menyatakan penggunaan kompos kulit singkong mampu memberikan produksi sebanyak 12 ton/ha. Berdasarkan uraian diatas maka perlu rasanya dilakukan analisis usaha tani jagung dengan menggunakan perlakuan kompos kulit singkong dalam budidaya tanaman jagung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan usaha tani budi daya jagung dengan penggunaan perlakuan kompos kulit singkong.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2022 sampai Januari 2023 di Kebun Percobaan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, Tanjung Pati Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Ukuran lahan yang digunakan untuk kegiatan budi daya tanaman jagung adalah 150 m2. Metode penelitian ini yaitu experiment. Alat digunakan untuk Proyek Usaha Mandiri ini yaitu, cangkul, garu, koret, tugal, meteran, ember, dan knapsack sprayer. Bahan yang digunakan adalah benih jagung varietas Pioneer 32, pupuk kandang sapi, kulit singkong, EM4, pupuk urea, KCL, SP-36, Lannate 25 WP, tali raffia, karung, dan plastik hitam.
Kompos kulit singkong diberikan dengan dosis 16 ton/ha sehingga untuk luasan lahan 150 m2 dibutuhkan kompos kulit singkong sebanyak 240 kg. Dengan komposisi kulit singkong sebanyak 168 kg dan pupuk kandang sapi sebanyak 168 kg dengan Penyusutan 40% jadi jumlah seluruh bahan, total akhir pembuatan kompos adalah 240 kg. Prosedur pembuatan kompos kulit singkong dimulai dengan mencincang 168 kg kulit singkong menjadi ukuran 2-3 cm. Kemudian melarutkan 200 mL EM4 ke dalam 10 L air dengan menambahkan 200 g gula merah.
Kulit singkong yang telah dicincang kemudian disusun di atas plastik hitam. Selanjutnya mencampurkan kulit singkong tersebut dengan 168 kg kotoran sapi dan kemudian mengaduknya secara merata. Bahan kompos yang telah disiapkan disiram dengan larutan EM4 dipercik dan diaduk. Proses pencampuran dilakukan perlahan dan merata hingga kandungan air 30-40%. Selanjutntya bahan yang telah tercampur rata kemudian ditutup dengan plastik dan didiamkan untuk mengalami proses dekomposisi selama 4 minggu. Untuk pembalikan dilakukan 1 kali seminggu, guna merangsang aktivator dalam penguraian tersebut tidak mati dan suhunya turun hingga stabil, penyiraman dilakukan apabila kompos terlihat kering. Setelah bahan siap menjadi kompos, maka plastik di buka, kompos yang telah jadi ditandai dengan warna hitam, tidak panas, gembur dan, tidak berbauPemberian perlakuan kompos kulit singkong dilakukan sebelum tanam, yaitu seminggu sebelum tanam. Dosis yang digunakan 16 ton/ha
zulpadli hutapea JFCAA
231 atau 240 kg untuk luas lahan 150 m2. Pemberiannya ditaburkan secara merata pada lahan dan diaduk menggunakan cangkul agar pupuk tercampur rata dengan tanah.
Hasil dan Pembahasan
A. Aspek Pembiayaan
Biaya merupakan nilai dari semua korbanan (input) ekonomis yang diperlukan dan yang dapat diukur dalam satuan uang untuk menghasilkan suatu produk dan tujuan tertentu (Aji, Mulyadi, dan Widjajanta. 2018). Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani) dalam mengelola usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal. Biaya diklasifikasi kan menjadi dua jenis yaitu biaya tidak tetap dan biaya tetap. Biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Biaya ini juga dapat disebut sebagai biaya operasional. Biaya yang tergolong dalam kelompok ini antara lain; biaya untuk pupuk, bibit, obat pembasmi hama dan penyakit, buruh atau tenaga kerja upahan, biaya panen, biaya pengolahan tanah baik yang merupakan kontrak maupun upah harian dan sewa tanah.
Biaya tetap ini didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Biaya yang tergolong dalam kelompok ini antara lain: pajak tanah, pajak air, penyusutan alat dan bangunan pertanian, pemeliharaan pompa air, traktor dan lain sebagainya. Rincian biaya usahatani jagung (Zea mays L.) dengan menggunakan kompos kulit singkong dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rincian biaya operasional usahatani Jagung (Zea mays L.) dengan menggunakan Kompos Kulit Singkong
No. Jenis Biaya Jumlah (Rp)
Menggunakan kompos kulit singkong
Jumlah (Rp) Tanpa kompos kulit
singkong
1 Biaya Saprodi 212.800 156.000
2 3 4 5 6
Biaya Tenaga Kerja Biaya depresiasi alat Biaya sewa lagan Biaya transportasi Bunga Modal
213.200 28.023 20.000 20.000 10.236
175.600 28.023 20.000 20.000 10.236
Total 504.259 409.589
Berdasarkan Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa hasil rincian biaya produksi dan pendapatan, terlihat bahwa hasil produksi dan hasil pendapatan sangat berbeda antara lahan yang diberi perlakuan kompos kulit singkong dengan tanpa perlakuan kompos kulit singkong. Puwaji, dkk (2016) menyatakan bahwa biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi atau mendapatkan suatu Produk, biaya produksi terdiri dari biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Biaya produksi terdapat biaya bahan yang dikeluarkan untuk lahan yang diberi perlakuan kompos kulit singkong sebesar Rp. 212.800 dan untuk lahan tanpa perlakuan sebesar Rp. 156.000, sedang selisih biaya sebesar Rp. 5`6.800. Perbedaan jumlah biaya bahan yang dikeluarkan antara lahan perlakuan kompos kulit singkong dan lahan tanpa perlakuan disebabkan oleh adanya biaya tambahan untuk lahan perlakuan kompos kulit singkong yaitu adanya biaya untuk bahan pembuatan kompos kulit singkong.
Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan sebagai akibat pemanfaatan tenaga kerja dalam melakukan produksi, biaya tenaga kerja dibagi atas Tenaga kerja langsung dan biaya kerja tidak langsung (Dewi 2013). Biaya tenaga kerja yang secara langsung berperan dalam proses produksi dan biaya tenaga kerja tidak langsung berperan
zulpadli hutapea JFCAA
232 dalam proses produksi dan biayanya dikaitkan pada biaya overhead pabrik. Biaya yang dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja dihitung berdasarkan kebutuhan jam tenaga kerja yang dikeluarkan. Perbandingan biaya tenaga kerja untuk lahan perlakuan kompos kulit singkong lebih tinggi dibandingkan tanpa perlakuan. Perbedaan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan disebabkan oleh pembuatan kompos dan pengaplikasiannya yaitu sebesar Rp. 37.600. Total biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja pada lahan perlakuan kompos kulit singkong sebesar Rp. 213.200.
Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan pada lahan tanpa perlakuan sebesar Rp. 175.600.
Penyusutan merupakan penyesuaian nilai yang terus menerus sehubungan dengan penurunan kapasitas suatu aset, baik penurunan kualitas, kuantitas, maupun nilai. Penurunan kapasitas terjadi karena aset digunakan dalam operasional suatu entitas. Penyusutan dilakukan dengan mengalokasikan biaya perolehan suatu aset menjadi beban penyusutan secara periodik sepanjang masa manfaat aset. Biaya penyusutan alat tidak ada perbedaan antara biaya lahan perlakuan kompos kulit singkong dengan lahan tanpa perlakuan, dikarenakan alat yang digunakan untuk kedua perlakuan sama. Biaya penyusutan alat yang dikeluarkan selama pelaksanaan proyek usaha mandiri untuk kedua perlakuan sebesar Rp. 28.023.
B. Aspek Produksi dan Pendapatan
Produksi budi data tanaman jagung (Zea mays L.) dengan menggunakan kompos kulit singkong dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Perkiraan proyeksi produksi dan pendapatan pada budi daya jagung dengan luasan lahan masing-masing 150 m2 selama satu periode tanam
No Perlakuan Produksi
(kg) Harga (Rp/kg) TR (Rp)
1. Kompos kulit singkong 159 4.350 691.650
2. Tanpa kompos 107 4.350 465.450
Jumlah 266 1.157.100
Keterangan : TR= Total Revenue (Total Pendapatan)
Hasil produksi adalah hasil akhir dari suatu proses produksi dalam memanfaatkan (mengorbankan) input adalah output atau produk (Machfudz, 2007). Menurut Sochib (2018) pendapatan merupakan aliran masuk aktiva yang timbul dari penyerahan barang/jasa yang dilakukan oleh suatu unit usaha selama periode tertentu.
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa produksi budi daya tanaman jagung dengan perlakuan kompos kulit singkong lebih tinggi yaitu 159 kg/150 m2 dibandingkan tanpa kompos kulit singkong yaitu sebesar 107 kg/150 m2.
C. Aspek Finansial
Analisis finansial adalah analisis kelayakan yang melihat dari sudut pandang Analisis finansial diperhatikan didalamnya adalah dari segi cash-flow yaitu perbandingan antara hasil penerimaan dengan jumlah biaya-biaya (total cost) yang dinyatakan dalam nilai sekarang untuk mengetahui kriteria kelayakan atau keuntungan suatu proyek (Robinson, 2015).
zulpadli hutapea JFCAA
233 Tabel 3. Rekapitulasi finansial untuk budi daya jagung dengan perlakuan kompos kulit singkong dan tanpa
perlakuan kompos kulit singkong.
No Keterangan Perlakuan kompos
kulit singkong
Tanpa perlakuan kompos kulit
Singkong
1 Profiabilitas % 36 13
2 R/C ratio 1.36 1.13
3 BEP harga (Rp) 3.190 3.834
4 BEP hasil (Rp) 116 94
5 BEP lahan (Rp) 109 134
Berdasarkan Tabel 3 dapat dijeaskan bahwa R/C rasio dapat dilihat pendapatan yang diperoleh untuk lahan yang diberi perlakuan kompos 1,36 yang artinya dari 1 rupiah yang di tabung maka akan menghasilkan 36 rupiah.
Sedangkan lahan tanpa perlakuan kompos kulit singkong yaitu sebesar 1,13 yang artinya dari 1 rupiah yang di tabung maka akan menghasilkan 13 rupiah. R/C ini erat kaitannya dengan profitabilitas, dimana R/C Ratio menggambarkan tentang keuntungan yang didapatkan berdasarkan besarnya bunga bank. Jadi biasanya besar angka akhir (setelah koma) pada R/C akan sama dengan angka awal pada profitabilitas, jika R/C Ratio >1 maka dikatakan usaha tersebut layak. Hal ini dapat diartikan budidaya tanaman jagung dengan perlakuan kompos kulit singkong dan tanpa perlakuan layak untuk dibudidayakan.
BEP hasil didapatkan sebesar 116 kg untuk lahan perlakuan kompos kulit singkong. Dengan artinya, usaha akan balik modal jika diperoleh produksi jagung sebesar 116 kg. BEP hasil untuk lahan tanpa perlakuan sebesar 94 kg. BEP hasil pada lahan perlakuan kompos kulit singkong akan lebih besar dibandingkan dengan tanpa perlakuan.
Hal ini dikarenakan terjadinya penambahan biaya untuk perlakuan kompos yang dilakukan.
BEP harga yang diperoleh sebesar Rp. 3.190/kg untuk kompos kulit singkong, dan Rp. 3.834/kg untuk lahan tanpa perlakuan. Dengan artian usaha yang dilakukan akan mengalami titik impas (pulang modal) pada harga penjualan sebesar Rp. 3.190/kg untuk perlakuan kompos kulit singkong dan sebesar Rp. 3.834/kg tanpa perlakauan. Tinggi rendahnya BEP harga sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi yang didapatkan, semakin tinggi BEP harga maka bisa dikatakan bahwa jumlah produksinya rendah dan sebaliknya semakin rendah BEP harganya maka semakin jumlah produksinya. Pada usaha yang dilakukan dijual dengan harga Rp. 4.350/kg. Dari segi skala lahan untuk usaha didapatkan BEP lahan perlakuan kompos kulit singkong 109 m2, lahan tanpa perlakuan BEP lahan 134 m2.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan penelitian ini adalah budi daya tanaman jagung yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa pemberian perlakuan kompos kulit singkong pada budidaya tanaman jagung secara finansial menguntungkan, keuntungan yang didapatkan jauh lebih tinggi dibandingkan tanpa pemberian perlakuan.
Perlakuan kompos kulit singkong ini layak diusahakan dengan R/C ratio 1,36 dan profitabilitas 36%.
Usaha tani budidaya jagung dengan pemberian perlakuan kompos kulit singkong sebaiknya dilaksanakan dalam skala besar agar hasil produksinya tinggi. Keuntungan yang diperoleh dapat menutupi biaya yang cukup besar.Pendapatan akan lebih meningkat apabila pengendalian hama dan gulma dilakukan sebaik mungkin.
zulpadli hutapea JFCAA
234 Daftar Pustaka
Purwaji, A., dkk. 2016. Akuntansi Biaya. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Aji, S. P., H. Mulyadi., dan B. Widjajanta. 2018. Keterampilan Wirausaha Untuk Keberhasilan Usaha. Journal of Business Management Education, 3, 111–122.
Aprillia, N., dan Davili. 2021. Potensi kulit singkong (Manihot esculenta) sebagai Pupuk Organik Cair (POC) bagi pertumbuhan tanaman sayuran dan sumbangannya pada pembelajaran Biologi di SMA. Universitas Sriwijaya. Sumatera Selatan.
BPS Kabupaten Limapuluh Kota. 2022. Limapuluh Kota dalam angka. BPS Limapuluh Kota, Sumatera Barat.
Darwis, V., dan B. Rachman. 2013. Potensi pengembangan pupuk organik insitu mendukung percepatan penerapan pertanian organik. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Dewi, A. S. M., dan A. Wirajaya. 2013. Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan pada Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 4(2), 358–372. https://doi.org/10.1111/j.1748- 1716.2008.01865.x.
Haryono. 2012. Jagung untuk Pangan, Pakan dan Bahan Bakar di Indonesia: Tantangan dan Peluang. Makalah yang dipresentasikan dalam International Maize Conference 2012. Gorontalo Indonesia.
Hasrianti. 2013. Adsorpsi Ion Cd2+ Pada Limbah Cair Menggunakan Kulit Singkong. Jurnal Dinamika, 4 (2): 59- 76.
Kementerian Pertanian. 2021. Statistik Konsumsi Pangan Tahun 2021. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Pangan. Jakarta.
Mahchfudz., dan Masyhuri. 2007. Dasar-Dasar Ekonomi Mikro. Malang: Prestasi Pustaka Publisher.
Migusnawati., dan P.R. Utami. 2016. Kajian lama inkubasi dan dosis Kompos Kulit Singkong terhadap penurunan logam berat pada tanah tercemar Agrokimia. Sekolah Tinggi Pertanian Haji Agus Salim. Bukittinggi.
Nahrisah, E., dan S. Imelda 2019. Dimensi Organizational Citizenship Behavior Dalam Kinerja Organisasi. Jurnal Ilmiah Kohesivol. 3 No.3 juli2019.
Purwono, M., dan R. Hartono. 2007. Bertanam jagung manis. Penebar Swadaya. Bogor. 68 Hal.
Purwono., dan H. Purnamawati. 2009. Budidaya 8 jenis tanaman pangan unggul. Penebar Swadaya Jakarta.
Robinson, T.R., dan E. Henry., dkk. 2015. Laporan Keuangan Internasional Analisis, Edisi Ketiga. New Jersey:
Seri Investasi Institut CFA.
Samekto., dan Rio. 2006. Pupuk Kompos. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama.
Sochib. 2018. Buku Ajar Pengantar Akuntansi. Yogyakarta: Deepublish.
Sugianto., Aprilli., dan S. Rahman. 2019. Pengaruh Kualitas Produk, Harga dan Promosi Keputusan Pembelian Lampu Shinyoku di CV. Sinar Abadi. Pekanbaru. Jurnal Ilmiah Manajemen. 7(2), 174-184.
Syafriliandi., Murniatidan., dan Idwar. 2016. Pengaruh Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt). Jurnal Online. Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau, 3(2), 1–9. https://www.neliti.com/publications/202367/.
Tangenjaya, B., Y. Yusmichad., dan Ilham. 2002. Analisa ekonomi permintaan jagung untuk pakan. Diskusi Nasional Agribisnis Jagung departemen Pertanian Bogor. Bogor.
Utomo, S. 2012. Dampak Impor dan Ekspor jagung terhadap produktivitas jagung di Indonesia. Universitas Sahid Jakarta. Jakarta