• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis kemampuan memecahkan masalah matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "analisis kemampuan memecahkan masalah matematika"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan pembelajaran di sekolah tersebut di atas pada dasarnya menekankan bahwa peserta didik mempunyai “kemampuan pemecahan masalah”, “kemampuan penalaran”, dan “kemampuan komunikasi”. Hal ini dapat dimengerti karena pemecahan masalah dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan juga karena pemecahan masalah akan membuat siswa menjadi lebih analitis dan kritis dalam mengambil keputusan dan menerapkannya pada situasi yang berbeda. Ketika menyelesaikan masalah, siswa melakukan proses berpikir dalam pikirannya sehingga siswa dapat sampai pada suatu jawaban.

Polya (Maimunah, 2018:6) mengartikan pemecahan masalah sebagai upaya mencari jalan keluar dari suatu kesulitan untuk mencapai suatu tujuan yang tidak begitu mudah untuk dicapai. Pemecahan masalah mempunyai arti khusus dalam pembelajaran matematika. Istilah ini mempunyai penafsiran yang berbeda-beda, misalnya menyelesaikan cerita non-rutin dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Siswa yang memiliki AQ tinggi tentunya lebih mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya dalam memecahkan masalah.

Namun siswa dengan tingkat AQ yang rendah cenderung melihat kesulitan dalam menyelesaikan masalah seperti akhir pertandingan dan menyebabkan motivasi berprestasi siswa menjadi rendah. Motivasi untuk terus berkembang juga sejalan dengan rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

Pertanyaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan guru dalam pengembangan model pembelajaran yang disesuaikan dengan AQ siswa. Hal ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan kepada guru ketika merancang pembelajaran untuk melatih keterampilan pemecahan masalah. Hal ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi guru dalam merancang pembelajaran untuk melatih kemampuan pemecahan masalah siswa serta masukan positif bagi pimpinan sekolah dan pihak terkait untuk memperlancar pembelajaran.

KAJIAN PUSTAKA

Landasan Teori

  • Pembelajaran Matematika
  • Kemampuan Pemecahan Masalah
  • Adversity Quotient

Kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah melibatkan suatu aktivitas kognitif dimana siswa tidak hanya harus mampu melakukan hal tersebut, namun juga harus yakin bahwa dirinya mampu memecahkan masalah tersebut. Polya (Maimunah, 2018:17) mengartikan pemecahan masalah sebagai upaya mencari jalan keluar dari suatu kesulitan untuk mencapai suatu tujuan yang tidak begitu mudah untuk dicapai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa dengan tipe AQ ​​climbing menyelesaikan masalah sesuai dengan langkah-langkah Polya yaitu siswa melakukan proses berpikir asimilasi, baik dalam memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana. , serta dalam menyelesaikannya secara mendalam.

Tipe AQ-camper dalam menyelesaikan masalah sesuai langkah Polya yaitu siswa melakukan proses berpikir asimilasi dengan mempertimbangkan kembali hasil yang diperoleh. Sedangkan tipe AQ ​​adalah quitter dalam menyelesaikan masalah sesuai langkah Polya, yaitu siswa tidak melakukan proses berpikir asimilasi atau akomodasi dalam menyelesaikan masalah sesuai rencana. Penelitian yang dilakukan oleh Yuniara Catur Pratiwi (2016) dengan judul “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Sekolah Menengah”.

Hasil penelitian menunjukkan perbedaan keterampilan pemecahan masalah berdasarkan karakteristik AQ yaitu Quitters, Campers dan Hikers. Ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan yaitu keterampilan pemecahan masalah matematis dilihat dari QA.

Tabel 2.1 Indikator Pemecahan Masalah Tahap Polya
Tabel 2.1 Indikator Pemecahan Masalah Tahap Polya

Kerangka Pikir

Hal ini bertujuan agar siswa lebih mahir dalam melakukan prosedur penyelesaian masalah dengan cepat dan hati-hati. Ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan masalah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah Adversity Quotient (AQ). Adversity Quotient (AQ) merupakan kemampuan seseorang dalam bertahan menghadapi kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup.

Oleh karena itu, QA menjadi faktor penting dan berkaitan erat dengan siswa dalam proses pembelajaran. Karena setiap siswa mempunyai AQ yang berbeda-beda, yaitu yang mempunyai AQ putus sekolah, camper, pendaki. Dalam menyelesaikan soal matematika berdasarkan langkah Polia, seorang pendaki akan berusaha keras menyelesaikan soal tersebut.

Perbedaan karakteristik tersebut diduga juga akan membawa perbedaan pemahaman siswa dalam menyelesaikan masalah. Untuk itu, mendeskripsikan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah berdasarkan langkah-langkah Polya ditinjau dari QA menarik dan penting untuk penelitian.

METODE PENELITIAN

  • Jenis Penelitian
  • Subjek Penelitian
  • Fokus Penelitian
  • Prosedur Penelitian
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Teknik Analisis Data

Berdasarkan hasil Tes Langkah-langkah Pemecahan Masalah Polya yang merupakan indikator pemahaman masalah pada soal pertama, diperoleh data sebagai berikut. Berikut hasil tes kemampuan pemecahan masalah berbasis langkah pendakian Polya AQ, indikator pelaksanaan rencana pada soal pertama. Berdasarkan hasil tes kemampuan pemecahan masalah berdasarkan langkah-langkah Polya, indikator realisasi rencana pada soal pertama, diperoleh data sebagai berikut.

Berikut hasil tes kemampuan pemecahan masalah AQ Climber tipe Polya, pengujian ulang soal pertama. Berdasarkan hasil tes kemampuan pemecahan masalah berdasarkan indikator Polya langkah pengecekan ulang soal pertama diperoleh data sebagai berikut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penyelesaian soal matematika berdasarkan langkah-langkah Polya dalam memeriksa indikator adalah valid.

Di bawah ini adalah hasil tes kemampuan pemecahan masalah berdasarkan langkah-langkah kubu tipe Polya AQ yang menunjukkan keterlaksanaan rencana pada soal pertama. Di bawah ini adalah hasil tes keterampilan pemecahan masalah berdasarkan langkah-langkah indikator kamp tipe Polya AQ untuk memeriksa kembali masalah pertama.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

44 4.2 Hasil tes tertulis S1C1 Dengan pendaki Tipe AQ ​​pada indikator Plan pemecahan masalah pada masalah pertama. Berikut hasil tes kemampuan pemecahan masalah berdasarkan langkah-langkah tipe Polya AQ Climber, indikasi untuk memahami soal pada soal pertama. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data kemampuan pemecahan masalah matematis berdasarkan langkah-langkah Polya pada indikator pemahaman masalah adalah valid.

Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil tes dan hasil wawancara, kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memiliki tipe AQ ​​camper adalah S3M3 dan S4M4. Berdasarkan analisis kemampuan pemecahan masalah siswa dengan tipe AQ ​​climbing yaitu S1C1 dan S2C2 serta tipe AQ ​​camper yaitu S3M3 dan S4M4 dapat disimpulkan bahwa kedua tipe tersebut mempunyai kemampuan pemecahan masalah yang berbeda yaitu siswa dengan tipe camper AQ kurang mampu melakukan tahap pemecahan masalah Polya karena belum mampu mengimplementasikan semua petunjuk untuk menyelesaikan masalah Polya. Sedangkan tipe AQ ​​climbing mampu melakukan tahapan-tahapan penyelesaian masalah Polya dengan baik karena mampu melakukan seluruh indikator penyelesaian masalah Polya.

Sedangkan tipe AQ ​​climbing mampu melakukan tahap penyelesaian masalah Polya dengan baik karena mampu melakukan seluruh indikator dalam penyelesaian masalah Polya. Berdasarkan analisis kemampuan pemecahan masalah AQ individu yaitu camper dan climbing diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah camper kurang maksimal dalam menyelesaikan masalah, karena tidak mampu. melakukan semua indikator, mis. dalam tahap verifikasi ulang. Jika seluruh indikator dapat diterapkan dengan baik dalam pemecahan masalah maka akan mempengaruhi hasil belajar siswa yang baik.

Sebaliknya jika seluruh indikator dalam pemecahan masalah tidak dapat dilaksanakan dengan baik maka akan berdampak pada hasil belajar siswa yang tidak maksimal. Peneliti hanya mengkaji proses kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam menyelesaikan masalah berdasarkan langkah-langkah Polya ditinjau dari AQ. Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini juga tidak mengungkapkan secara mendalam kemampuan pemecahan masalah matematis masing-masing AQ.

Diharapkan kepada penelitian selanjutnya dapat menggali lebih dalam informasi mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis masing-masing AQ. Sebaiknya guru memberikan latihan pemecahan masalah kepada siswa camper AQ untuk melatih kemampuan pemecahan masalah menjadi lebih baik. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa yang masih kurang berdasarkan AK siswa. Dalam penelitian ini dengan terlebih dahulu meningkatkan AK siswa guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

Profil Pemecahan Masalah Aljabar Berpedoman Taksonomi Solo Ditinjau dari Gaya Kognitif Tempo-Konseptual Siswa SMAN 1 Makale Tana Toraja. Analisis Pemecahan Masalah Matematis Dilihat dari Gaya Kognitif dan Kecemasan Matematis pada Siswa Kelas VII SMP Frater Makassar. Metode pemecahan masalah menurut Polya untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika di sekolah menengah.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Siswa bertipe AQ ​​Climbers dalam pemecahan masalah mampu melakukan empat tahap Polya, yaitu mampu memahami masalah dengan menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan, dan menjelaskan masalah dengan mengadopsi bahasa masalah, mampu mampu merencanakan penyelesaian dengan membuat contoh-contoh data yang diketahui dalam bentuk yang sesuai dengan permasalahan dan menuliskan rumus-rumus yang sesuai dengan permasalahan, mampu melaksanakan rencana sesuai dengan strategi yang telah disusunnya dan melaksanakan penyelesaian secara runtut dan benar , dan mampu melakukan pengecekan ulang dengan menuliskan cara pengecekan kembali hasil dan proses serta menyimpulkan hasil penyelesaiannya. Siswa dengan tipe AQ ​​camper dalam pemecahan masalah mampu melakukan tiga fase Polya, yaitu memahami masalah, merencanakan solusi, dan melaksanakan rencana tersebut meskipun tidak terstruktur dan tidak tepat.

Saran

Guru perlu membiasakan siswa dalam pemecahan masalah menggunakan langkah-langkah Polya untuk memudahkan pemecahan masalah siswa. Hal ini dikarenakan AQ dapat ditingkatkan dengan memberikan pelatihan khusus, salah satunya penelitian Santos (2019) yaitu mengembangkan program AQ bagi guru sekolah berkebutuhan khusus. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kemampuan Berpikir Kritis, dan Efikasi Diri Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri Di Kota Palopo.

Analisis Kemampuan Penyelesaian Masalah Matematika Berdasarkan Langkah Polya Ditinjau dari Adversity Siswa Mts Syekh Yusuf Gowa. Deskripsi proses berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah matematika ditinjau dari gaya kognitif siswa Persada Wajo pendidikan vokasi. Pengaruh jenis kelamin, kecerdasan emosional dan motivasi belajar matematika terhadap minat belajar lebih lanjut pendidikan matematika dan prestasi belajar matematika siswa SMA Kelas XI IPA.

Gambar

Gambar 4.1 Hasil Tes Tertulis S1C1 Dengan AQ Tipe Climber Pada Indikator                                  Memahami Masalah Pada Masalah Pertama
Gambar 4.2 Hasil Tes Tertulis S1C1 AQ Tipe Climber Pada Indikator                Merencanakan Pemecahan Masalah Pada Masalah Pertama
Tabel 4.4 Triangulasi Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika                   Berdasarkan Langkah Polya S1C1 Pada Indikator Merencanakan                         Pemecahan Masalah
Gambar 4.3 Hasil Tes Tertulis S1C1 AQ Tipe Climber Pada Indikator                           Melaksanakan Rencana Pada Masalah Pertama
+7

Referensi

Dokumen terkait

(b) siswa dengan tingkah kemampuan rendah dalam memechkan masalah sesuai dengan tahap Polya mampu memahami masalah, akan tetapi siswa belum mampu menyusun rencana