i ANALISIS KEPUTUSAN KONSUMEN
DALAM PEMBELIAN KOPI TUBRUK DI KABUPATEN GRESIK
SKRIPSI
Oleh :
HANDAYU DWI LESTARI 21801032090
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MALANG 2022
ii ANALISIS KEPUTUSAN KONSUMEN
DALAM PEMBELIAN KOPI TUBRUK DI KABUPATEN GRESIK
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
Oleh :
HANDAYU DWI LESTARI 21801032090
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MALANG 2022
3
RINGKASAN
Handayu Dwi Lestari (21801032090) Analisis Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Kopi Tubruk Di Kabupaten Gresik. Dosen Pembimbing:
1. Dr. Dwi Susilowati, S.P., M.P., 2. Dr.Ir Nikmatul Khoiriyah, MP.
Kopi menjadi salah satu minuman yang populer dan digemari masyarakat khususnya masyarakat di Kabupaten Gresik. Masyarakat Gresik merupakan salah satu konsumen kopi terbanyak di Indonesia sehingga tidak perlu diragukan lagi soal kenikmatan kopinya. Sejak dulu Gresik memang dikenal dengan kota warung kopi, pasalnya hampir di seluruh sudut kota terdapat warung kopi. Mulai dari di tengah kota, di pinggir hingga di pelosok desa banyak sekali dijumpai warung kopi.
Bahkan di Gresik banyak menyajikan sajian kopi yang unik. Bukan hanya sekedar menikmati kopi saja, kegiatan meminum kopi sambil berbincang-bincang sudah menjadi sebuah budaya yang sudah ada sejak dahulu. Jaman modern seperti saat ini banyak sekali muncul berbagai macam kopi termasuk kopi instan, namun masih banyak masyarakat yang menyukai kopi tradisional yaitu kopi tubruk. Seharusnya dengan maraknya kopi instan yang dijual dengan berbagai iklan dan promosi yang hebat mampu menggeser dan meningkatkan konsumen membeli kopi instan. Tetapi kenyataannya di Kabupaten Gresik masih banyak masyarakat yang lebih memilih membeli kopi tubruk dibandingkan dengan kopi instan maupun jenis kopi lainnya.
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, penelitian ini dilakukan karena pertimbangan banyaknya warung kopi yang ada di Gresik serta budaya minum kopi yang sudah ada sejak dulu, sehingga konsumsi kopi di Gresik cukup tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian kopi tubruk di Kabupaten Gresik.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gresik Jawa Timur. Penetapan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan alasan sejak dulu Gresik memang dikenal dengan kota warung kopi. Penelitian ini dilakukan pada bulan 20- 29 Desember 2021. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik quota sampling. Teknik quota sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan cara menetapkan jumlah tertentu sebagai target yang harus dipenuhi dalam pengambilan sampel dari populasi (khususnya yang tidak terhingga atau tidak jelas). Jumlah sampel yang diambil sebanyak 100 responden dengan persyaratan usia diatas 17 tahun serta masyarakat yang mengonsumsi kopi. Data dalam penelitian menggunakan data primer yang diperoleh melalui melalui wawancara kepada responden dengan memberikan kuesioner melalui Google Form.
Penyebaran Google Form dilakukan melalui media online seperti WhatsApp dan Instagram. Data penelitian meliputi karakteristik responden dan faktor-faktor keputusan pembelian kopi tubruk. Data primer yang diperoleh diukur dengan menggunakan skala likert (interval), dengan 5 tingkatan yang dimulai dari tingkat 1-5. Masing-masing jawaban yang dipilih memiliki bobot skor terkecil hingga terbesar. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan model analisis regresi logistik (Y = Keputusan Pembelian Kopi Tubruk, Y = 1 apabila konsumen membeli kopi tubruk, Y = 0 apabila konsumen membeli kopi lain).
Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa konsumen kopi tubruk didominasi oleh kalangan anak mudah dengan usia 19-29 tahun, berjenis kelamin laki-laki, berpendidikan tinggi sebagai sarjana, memiliki pekerjaan sebagai
pegawai swasta, pendapatan cukup tinggi yaitu > Rp 5.000.000/bulan dan mayoritas memiliki jumlah anggota keluarga 3-4 orang. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli kopi tubruk di Kabupaten Gresik adalah pendapatan, gaya hidup, harga kopi tubruk dan harga kopi lain karena nilai signifikan ≤ 0,05. Faktor pendapatan dengan nilai 0,004 < 0,05 berpengaruh sangat nyata (+) karena tingginya pendapatan akan mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Sesuai dengan fakta di lapang mayoritas responden di Kabupaten Gresik berpendapatan tinggi. Faktor gaya hidup dengan nilai 0,004 < 0,05 berpengaruh sangat nyata (-) karena kebiasaan minum kopi sudah menjadi mindset atau pola pikir yang kuat di masyarakat. Harga kopi tubruk dengan nilai 0,016 < 0,05 berpengaruh sangat nyata (-) karena harga selalu menjadi bagian penting dalam keputusan pembelian. Masyarakat akan cenderung memilih harga yang lebih murah. Harga kopi lain dengan nilai 0,003 < 0,05 berpengaruh sangat nyata (-) karena harga suatu produk dari pesaing dapat dijadikan pertimbangan dalam pembelian kopi tubruk. Sedangkan variabel lain seperti usia, pekerjaan, selera, kualitas produk, tempat dan promosi tidak berpengaruh secara nyata dalam keputusan pembelian kopi tubruk. Usia tidak nyata karena secara teori dan mindset yang ada di masyarakat penikmat kopi tubruk berasal dari usia dewasa, tetapi fakta di lapang menunjukkan bahwa penikmat kopi tubruk didominasi oleh kalangan anak muda. Pekerjaan tidak berpengaruh nyata karena data tidak bervariasi dan masyarakat membeli kopi tubruk karena kebutuhan sehingga apapun jenis pekerjaan yang dimiliki tidak mempengaruhi tingkat pembelian kopi tubruk. Selera tidak berpengaruh nyata karena setiap konsumen memiliki selera minum kopi yang berbeda-beda baik dari segi rasa maupun aroma. Perbedaan selera yang dimiliki membuat variabel ini tidak dapat dijadikan satu-satunya tolak ukur dalam keputusan pembelian kopi tubruk. Kualitas Produk tidak berpengaruh nyata karena secara teori kualitas kopi tubruk yang baik akan dapat bersaing dan lebih diminati dipasaran, sedangkan berdasarkan hasil di lapang menunjukkan bahwa masyarakat dalam membeli kopi tubruk kurang memperhatikan dari segi kualitasnya. Tempat tidak berpengaruh nyata karena jika konsumen merasa cocok dengan kopi yang dibeli maka tempat yang jauh dan kurang nyaman sekalipun akan tetap dikunjungi untuk melakukan pembelian kopi tubruk. Promosi tidak berpengaruh nyata karena masyarakat membeli kopi tubruk berdasarkan kebutuhan, maka saat adanya promosi atau tidak konsumen akan tetap membeli kopi tubruk.
Saran yang dapat peneliti berikan dari penelitian ini adalah diharapkan produksi kopi tubruk terus ditingkatkan agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Terus mempertahankan gaya hidup atau kebiasaan minum kopi yang ada di Kabupaten Gresik, agar meningkatkan taraf hidup dan perekonomian penjual kopi atau UMKM yang ada di daerah tersebut . Untuk penjual diharapkan tetap mempertahankan harga dan kualitas dari kopi tubruk yang dijual sesuai dengan persepsi konsumen yaitu harga terjangkau dengan kualitas yang baik dibandingkan dengan kopi jenis lain. Harga dan kualitas dari kopi lain terutama kopi instan diharapkan terus ditingkatkan guna dapat bersaing dengan kopi tubruk yang dijual dipasaran. Bagi peneliti, penelitian ini masih terdapat kelemahan seperti pada variabel yang diteliti masih kurang lengkap dan kurang rinci. Kelemahan tersebut diharapkan dapat disempurnakan dan penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian kedepannya dan dapat melengkapi model yang dianalisis.
SUMMARY
Handayu Dwi Lestari (21801032090) Analysis of Consumer Decisions in Purchasing Tubruk Coffee in Gresik Regency. Supervisor:
1. Dr. Dwi Susilowati, S.P., M.P., 2. Dr.Ir Nikmatul Khoiriyah, MP.
Coffee is one of the popular and popular drinks, especially people in Gresik Regency. The people of Gresik are one of the largest coffee consumers in Indonesia, so there is no need to doubt the enjoyment of their coffee. Gresik has always been known as the city of coffee shops, because almost all corners of the city have coffee shops. Starting from in the middle of the city, on the outskirts of the village, there are lots of coffee shops. Even Gresik serves many unique coffee dishes. Not just enjoying coffee, drinking coffee while talking has become a culture that has existed for a long time. In this modern era, there are many kinds of coffee, including instant coffee, but there are still many people who like traditional coffee, namely brewed coffee. Supposedly with the rise of instant coffee which is sold with various advertisements and great promotions, it should be able to shift and increase consumers to buy instant coffee. But the reality is that in Gresik Regency there are still many people who prefer to buy ground coffee compared to instant coffee or other types of coffee. Based on the problems described above, this research was conducted because of the consideration of the number of coffee shops in Gresik and the culture of drinking coffee that has existed for a long time, so that coffee consumption in Gresik is quite high. This study aims to analyze the factors that influence consumer decisions in purchasing ground coffee in Gresik Regency.
This research was conducted in Gresik Regency, East Java. The location of the research was determined purposively on the grounds that Gresik has always been known as the city of coffee shops. This research was conducted on December 20-29, 2021. The method used in sampling is the quota sampling technique. Quota sampling technique is a sampling technique by setting a certain number as a target that must be met in taking samples from the population (especially those that are not infinite or unclear). The number of samples taken as many as 100 respondents with age requirements above 17 years and people who consume coffee. The data in this study used primary data obtained through interviews with respondents by providing questionnaires through Google Form. The distribution of Google Forms is done through online media such as WhatsApp and Instagram. The research data includes the characteristics of the respondents and the decision factors for buying ground coffee. The primary data obtained was measured using a Likert scale (interval), with 5 levels starting from level 1-5. Each selected answer has a weighted score from the smallest to the largest. The data analysis used is descriptive quantitative with logistic regression analysis model (Y = Purchase Decision of Tubruk Coffee, Y = 1 if consumers buy ground coffee, Y = 0 if consumers buy other coffee).
The results of the research conducted showed that consumers of brewed coffee were dominated by young children aged 19-29 years, male, highly educated as a graduate, had a job as a private employee, income was quite high, namely >
IDR 5,000,000/month and the majority have 3-4 family members. Factors that influence consumer decisions in buying ground coffee in Gresik Regency are income, lifestyle, price of brewed coffee and other coffee prices because the
significant value is 0.05. The income factor with a value of 0.004 <0.05 has a very significant (+) effect because high income will affect a person's level of consumption. In accordance with the facts on the ground, the majority of respondents in Gresik Regency have high incomes. Lifestyle factors with a value of 0.004 <0.05 have a very significant effect (-) because the habit of drinking coffee has become a strong mindset or mindset in society. The price of brewed coffee with a value of 0.016 <0.05 has a very significant effect (-) because the price is always an important part in purchasing decisions. People will tend to choose a lower price.
The price of other coffee with a value of 0.003 < 0.05 has a very significant effect (-) because the price of a product from competitors can be taken into consideration in purchasing brewed coffee. Meanwhile, other variables such as age, occupation, taste, product quality, place and promotion have no significant effect on the decision to purchase brewed coffee. Age is not real because theoretically and the mindset that exists in the community of brewed coffee connoisseurs comes from adulthood, but the facts on the ground show that brewed coffee connoisseurs are dominated by young people. Employment does not have a significant effect because the data does not vary and people buy ground coffee because of their needs so that whatever type of work they have does not affect the level of buying ground coffee. Taste has no real effect because every consumer has different tastes in drinking coffee, both in terms of taste and aroma. Differences in tastes make this variable cannot be used as the only benchmark in the decision to purchase brewed coffee. Product quality has no significant effect because theoretically the quality of good brewed coffee will be able to compete and be more in demand in the market, while based on the results in the field, it shows that people in buying brewed coffee pay less attention to quality.
Place does not have a real effect because if consumers feel that they are comfortable with the coffee they buy, even places that are far away and less comfortable will still be visited to buy ground coffee. Promotion has no real effect because people buy ground coffee based on their needs, so when there is a promotion or not, consumers will still buy ground coffee.
The suggestion that researchers can give from this research is that it is hoped that the production of brewed coffee will continue to be increased in order to meet consumer needs. Continue to maintain the lifestyle or habit of drinking coffee in Gresik Regency, in order to improve the standard of living and the economy of coffee sellers or MSMEs in the area. For sellers, it is expected to maintain the price and quality of the brewed coffee that is sold in accordance with consumer perceptions, namely affordable prices with good quality compared to other types of coffee. The price and quality of other coffees, especially instant coffee, are expected to continue to be improved in order to compete with ground coffee sold in the market. For researchers, this research still has weaknesses such as the variables studied are still incomplete and less detailed. Weakness it is hoped that this research can be refined and this research can be used as a reference for future research and can complement the model being analyzed.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu minuman yang tidak lepas dari masyarakat Indonesia. Kopi kerap dijadikan minuman wajib yang dikonsumsi setiap hari bagi sebagian orang. Jumlah permintaan produk kopi cukup tinggi dipasar, permintaan terhadap suatu produk kopi dipengaruhi adanya selera konsumen terhadap produk kopi. Berbagai macam produk kopi yang dijual di pasaran menyebabkan persaingan sesama produsen kopi, sehingga bagi pemasar kopi perlu memahami perilaku dan selera konsumen untuk meningkatkan penjualannya (Saputra et al, 2021)
Keberhasilan dari bisnis kopi membutuhkan dukungan semua pihak yang terkait dalam proses produksi kopi pengolahan dan pemasaran komoditas kopi.
Upaya meningkatkan produktivitas dan mutu kopi terus dilakukan sehingga daya saing kopi di Indonesia dapat bersaing di pasar dunia (Handayani dan Adnyani 2018).
Kualitas produk merupakan faktor penentu tingkat kepuasan konsumen setelah melakukan keputusan pembelian dan pemakaian terhadap suatu produk.
Keputusan pembelian memiliki hubungan sangat penting terhadap kepuasan konsumen, karena kepuasan konsumen terjadi setelah melakukan pembelian ketika mereka memilih produk atau jasa sesuai harapan. Hasil Pada penelitian yang dilakukan oleh (Hasanuddin, 2019) menyatakan produk yang menarik dan memiliki keunggulan akan membuat presepsi tingkat kepuasan konsumen yang akan semakin tinggi dalam memilih produk yang ditawarkan oleh produsen.
Saat ini bentuk penyajian kopi dapat dilakukan dengan berbagai cara yang inovatif dan kreatif. Penyajian kopi saat ini bukan hanya sekedar menyampurkan bubuk kopi dengan gula dan air panas lalu diaduk, namun penyajian kopi telah jauh berbeda dan telah berkembang sangat modern. Seiring dengan berkembangnya aneka teknik pembuatan kopi, penjualan kopi pun meningkat sehingga membuat aktivitas meminum kopi kini sudah menjadi gaya hidup. Menurut Sjahroni et al. (2019) konsep gaya hidup adalah sebuah pola hidup yang menentukan bagaimana individu memilah untuk menggunakan waktunya, energi, dan uang serta bagaimana individu merefleksikan nilai, kesenangan beserta rasa.
Sedangkan pola konsumsi adalah susunan kebutuhan individu terhadap barang dan jasa yang akan dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu. Setiap individu memiliki pola konsumsi yang berbeda-berbeda. Tentunya orang yang berpenghasilan lebih tinggi akan memiliki pola konsumsi yang berbeda dengan orang yang memiliki penghasilan lebih rendah. Jika urban dikaitkan dengan konsep pola konsumsi, maka hal tersebut merupakan sebuah bentuk identitas individu yang mana mengindikasikan bahwa setiap individu mempunyai kebebasannya tersendiri untuk menentukan perilaku yang menjadi gaya hidupnya (Sunajaya, 2017).
Salah satu aktivitas yang sangat identik dengan masyarakat urban lifestyle saat ini adalah kegiatan berkumpul dan melibatkan penbicaraan di dalamnya (nongkrong). Menurut Zukin makna gaya hidup perkotaan yaitu pencarian modal kebudayaan (cultural capital) yang mengembangkan tingkat konsumsi ruang-ruang yang dianggap trendi atau baru, misalnya seperti restoran dan coffe
bar (Sunajaya, 2017). Aktivitas nongkrong merupakan sebuah pola ragam budaya yang saat ini sedang eksis di Indonesia. Keberagaman pola tersebut dapat ditinjau melalui sikap, nilai dan cara hidup suatu kelompok tertentu, hal ini dipahami menjadi sebuah bentuk aktivitas tertentu yang sudah menjadi kebiasaan yaitu aktivitas nongkrong (Fauzi et al., 2017). Dari sinilah terlihat bahwa dalam mengunjungi sebuah kedai kopi masyarakat urban tidak hanya sekedar membeli produk yang dijual di kedai kopi tersebut, melainkan juga adanya konsumsi ruang publik atau ruang kedai tersebut berdasarkan tujuannya.
Kopi menjadi salah satu minuman yang populer dan digemari masyarakat khususnya masyarakat di Gresik. Masyarakat Gresik merupakan salah satu konsumen kopi terbanyak di Indonesia sehingga tidak perlu diragukan lagi soal kenikmatan kopinya. Bahkan di Gresik banyak menyajikan sajian kopi yang unik. Bukan hanya sekedar menikmati kopi saja, kegiatan meminum kopi sambil berbincang-bincang sudah menjadi sebuah budaya di Gresik. Gresik merupakan sebuah kabupaten yang memiki banyak perusahaan besar seperti PT Semen Indonesia, PT Petrokimia Gresik, PT Wilmar Nabati dan beberapa perusahaan lainnya (Hardiyanti, 2021).
Budaya minum kopi di Gresik sudah ada sejak dulu, Ayos (2014) mengungkapkan bahwa awalnya Gresik merupakan wilayah pesisir yang sangat penting, dari sinilah budaya minum kopi muncul karena menjadi sebuah kebutuhan bagi para pelaut yang singgah (Ayos, 2014). Aktivitas meminum kopi yang awalnya adalah sebuah kebutuhan bagi pelaut yang singgah di Gresik, kini menjadi gaya hidup, bahkan sudah diaggap sebagai budaya yang melekat pada masyarakat Gresik. Seiring dengan berkembangnya zaman
penikmat kopi pun semakin beragam. Para konsumen kopi saat ini berasal dari berbagai latar belakang, misalnya seperti pekerja atau mahasiswa.
Sejak dulu Gresik memang dikenal dengan kota warung kopi, pasalnya hampir di seluruh sudut kota terdapat warung kopi. Mulai dari di tengah kota, di pinggir hingga di pelosok desa banyak sekali dijumpai warung kopi. Menurut Baihaqi & Sofyan (2017) pertumbuhan industri di kota Gresik yang cukup padat membuat lahan untuk tempat berkumpul dan melakukan interaksi sangat minim. Oleh karena itu banyak masyarakat yang akhirnya memanfaatkan warung kopi sebagai tempat untuk bersosialisasi.
Salah satu kopi yang legendaris yang masih dinikmati oleh berbagai kalangan adalah Kopi Tubruk. Kopi tubruk berasal dari bahasa Jawa yang artinya ‘bertabrakan’. Di dalam secangkir kopi tubruk ada kopi bubuk, gula pasir, dan air panas memang saling bertabrakan. Selain itu, tubruk berarti hantam karena dalam pembuatan kopi ini dilakukan dengan cara menghantam dengan menggunakan alu dan lesung atau istilah populernya ditumbuk. Sesuai teksturnya, kopi tubruk dibagi menjadi dua yakni kopi tubruk halus dan kopi tubruk kasar. Hal tersebut dibedakan menurut teksturnya agar para peminat kopi tubruk memiliki pilihan rasa dan aroma. Tentu saja dari hasilnya, kopi tubruk halus lebih menonjol pada rasa dan aromanya lebih cepat menghilang.
Meskipun kopi tubruk merupakan teknik penyeduhan kopi tradisional namun diperlukan hal-hal penting untuk mendapatkan kopi tubruk yang tepat. Proses pembuatan kopi tubruk tanpa melalui proses mesin dan tanpa campuran gula atau susu menjadi pilihan kopi yang paling sehat.
Jaman modern seperti saat ini banyak sekali muncul berbagai macam kopi termasuk kopi instan, namun masih banyak masyarakat yang menyukai kopi tradisional yaitu kopi tubruk. Seharusnya dengan maraknya kopi instan yang dijual dengan berbagai iklan dan promosi yang hebat mampu menggeser dan meningkatkan konsumen membeli kopi instan. Tetapi kenyataannya di Kabupaten Gresik masih banyak masyarakat yang lebih memilih membeli kopi tubruk dibandingkan dengan kopi instan maupun jenis kopi lainnya.
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gresik dengan pengambilan sampel terhadap masyarakat setempat. Penelitian dilakukan karena pertimbangan banyaknya warung kopi yang ada di Gresik serta budaya minum kopi yang sudah ada sejak dulu, sehingga konsumsi kopi di Gresik cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik konsumen kopi tubruk serta faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian kopi tubruk pada masyarakat di Kabupaten Gresik.
1.2 Rumusan Masalah
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian kopi tubruk di Kabupaten Gresik?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun maka diperoleh tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian kopi tubruk di Kabupaten Gresik.
1.4 Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini memiliki dua batasan yaitu batasan ruang lingkup kajian penelitin yang hanya dilakukan pada masyarakat Gresik dan berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian kopi tubruk di Kabupaten Gresik.
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diharapkan dapat memberikat manfaat sebagai berikut :
1. Untuk pedagang kopi diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai faktor pengambilan keputusan konsumen dalam membeli kopi terutama kopi tubruk.
2. Bagi masyarakat khususnya pembaca penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan dan informasi yang bermanfaat mengenai faktor keputusan pembelian kopi tubruk pada masyarakat di Kabupaten Gresik.
3. Bagi penulis diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan yang berkaitan dengan keputusan konsumen terhadap pembelian kopi tubruk serta memberikan output penelitian berupa laporan hasil skripsi S-1 dan artikel ilmiah yang akan diterbitkan pada jurnal ilmiah.
BAB VI. PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang mengkaji pada keputusan konsumen dalam membeli kopi tubruk dapat disimpulkan bahwa Konsumen kopi tubruk didominasi oleh kalangan anak mudah dengan usia 19-29 tahun, berjenis kelamin laki-laki, berpendidikan tinggi sebagai sarjana, memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta, pendapatan cukup tinggi yaitu > Rp 5.000.000/bulan, dan mayoritas memiliki jumlah anggota keluarga 3-4 orang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian kopi tubruk di Kabupaten Gresik adalah pendapatan, gaya hidup, harga kopi tubruk dan harga kopi lain. Faktor pendapatan berpengaruh sangat nyata karena tingginya pendapatan akan mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Faktor gaya hidup berpengaruh sangat nyata karena kebiasaan minum kopi sudah menjadi mindset atau pola pikir yang kuat di masyarakat. Harga kopi tubruk berpengaruh berpengaruh sangat nyata karena harga selalu menjadi bagian penting dalam keputusan pembelian. Masyarakat akan cenderung memilih harga yang lebih murah. Harga kopi lain berpengaruh sangat nyata karena harga suatu produk dari pesaing dapat dijadikan pertimbangan dalam pembelian kopi tubruk. Sedangkan variabel lain seperti usia, pekerjaan, selera, kualitas produk, tempat dan promosi tidak berpengaruh secara nyata dalam keputusan pembelian kopi tubruk.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat peneliti berikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan produksi kopi tubruk terus ditingkatkan agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen.
2. Terus mempertahankan gaya hidup atau kebiasaan minum kopi yang ada di Kabupaten Gresik, agar meningkatkan taraf hidup dan perekonomian penjual kopi atau UMKM yang ada di daerah tersebut .
3. Untuk penjual diharapkan tetap mempertahankan harga dan kualitas dari kopi tubruk yang dijual sesuai dengan persepsi konsumen yaitu harga terjangkau dengan kualitas yang baik dibandingkan dengan kopi jenis lain.
4. Harga dan kualitas dari kopi lain terutama kopi instan diharapkan terus ditingkatkan guna dapat bersaing dengan kopi tubruk yang dijual dipasaran.
5. Bagi peneliti, penelitian ini masih terdapat kelemahan seperti pada variabel yang diteliti masih kurang lengkap dan kurang rinci. Kelemahan tersebut diharapkan dapat disempurnakan dan penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian kedepannya guna melengkapi model yang dianalisis.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Ahyari, 1994. Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi.
Yogyakarta.
Anggraeni, A.R. 2020. Kualitas Produk, Citra Merek Dan Persepsi Harga Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Pada Konsumen Kopi Lain Hati Lamper Kota Semarang). Vol. 6 No. 3 (96-107) p-ISSN: 2460-4089 e- ISSN: 2528-2948.
Aprilianti, S. 2017. Pengaruh Periklanan dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Merek Tloac di Bennychen Bandung. Jurnal Ekonomi, Vol 1 No 2.
Asnawi dan Masyhuri. 2009. Metodologi Riset Manajemen Pemasaran. Malang:
UIN-Malang Press.
Ayos, P. (2014). Menyelami Budaya Ngopi Gresikan. Intisari.Grid.Id.
Baihaqi, A., & Sofyan, I. (2017). Potret Warung Kopi di kawasan Kota Gresik sebagai Media Ruang Publik. 71–76.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2016. Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Kopi 2015 – 2017. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta
Dollemore D. dan Mark Giuliucci, 2001. Rahasia Awet Muda bagi Pria.
Penerjemah : Alex Tri Kantjono Widodo. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Fauzi, A., Puniah, I. N., & Kamajaya, G. (2017). Budaya Nongkrong Anak Muda di Kafe (Tinjauan Gaya Hidup Anak Muda Di Kota Denpasar). Jurnal Ilmiah Sosiologi, 1(1), 1–13.
Firmansyah, M. Anang. Perilaku Konsumen (Sikap dan Pemasaran). Yogyakarta:
Penerbit Deepublish, 2018.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23 (Edisi 8). Cetakan ke VIII. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang
Gujarati, N, Damodar. 2012. Dasar-dasar Ekonometrika (Terjemahan). Buku2.
Edisi 5. Penerbit Salemba: Jakarta.
Halik, A. A., Kasiyati, S. B., Budiarti, E. B., & Halik, R. (2015). Pengembangan Usaha Warung Kopi Di Desa Bungah Dan Desa Lasem, Kabupaten Gresik.
Jurnal Pengabdian LPPM Untag Surabaya, 1(02), 97–104.
https://doi.org/https://doi.org/10.30996/jpm17.v1i02.526.g481
Hamni, 2013. Potensi Pengembangan Teknologi Proses Produksi Kopi Lampung.
Jurnal Mechanical, Volume 4, Nomor 1.
Hamzan Wadi dan Bayu Rahanatha. 2013. Hubungan Variabel Demografi dengan Respon Konsumen Terhadap Ikaln Merk Top Coffe di Kota Denpasar.
Jurnal Ekonomi, 2(9), pp : 1036-1052.
Harahap, D.A. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen Di Pajak USU (Pajus) Medan. Jurnal Ekonomi.
Harahap, R. F. (2013). Dampak Urbanisasi Bagi Perkembangan Kota di Indonesia.
Jurnal Society, 1(1), 35–34.
Herdiansyah, Haris. Wawancara, Observasi, Dan Focus Groups (sebagai instrumen penggalian data kualitatif), Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015.
Hermawan, Ariyanto. 2014. Analisis Pengaruh Faktor Harga, Selera, Prestise Dan Kualitas Terhadap Perilaku Konsumen Dalam Membeli Sebuah Produk.
Jural Ekonomi.
Jariah, Ainun. 2012. Analisis Faktor-Faktor Pribadi Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Sepeda Motor Yamaha Di Lumajang. Jurnal WIGA Vol. 2 No. 2, September 2012 ISSN NO 2088-0944
Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13. Jakarta:
Erlangga
Kotler, P. & Keller, K.L. (2012), Manajemen Pemasaran Jilid I Edisi ke 12. Jakarta:
Erlangga.
Najiyati, S., & Danarti. (2012). Kopi, Budidaya dan Penanganan Lepas Panen.
Penebar Swadaya.
Panggabean, Edy. 2011. Buku Pintar Kopi. Jakarta Selatan: PT Agro Media Pustaka hlm 124-132
Rahardjo P. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta.
Jakarta : Penerbar Swadaya
Santoso, S. 2002. SPSS Versi 11.5 Cetakan Kedua: Gramedia, Jakarta.
Saputra, E., 2008. Kopi. Harmoni, Yogyakarta
Sjahroni, H. B., Djunaedi, E., & Noveria. (2019). Ekonomi Mikro. Deepublish.
Siswadi, Bambang. 2016. Respon Petani Terhadap Program Pemerintah Mengenai Asuransi Usahatani Padi (Autp). Seminar Nasional Pembangunan Pertanian. Hal 169-177
Sugiarto A. 2016. Pendidikan Kesehatan Jiwa Pada Masyarakat Melalui Implementasi CMHN. Jurnal LINK. ISSN: 1829-5754.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
PT Alfabet.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta, CV.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Sumarwan, Ujang. 2015. Perilaku Konsumen Teori Penerapannya Dalam Pemasaran Edisi Kedua. Cetakan Ketiga. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Sunajaya, W. (2017). Perencanaan dan Perancangan Perpustakaan Umum yang Sesuai Dengan Gaya Hidup Urban di Surabaya. Seminar Nasional Ilmu Terapan (SNITER). https://intisari.grid.id/read/0332687/menyelami budaya-ngopi-gresikan?page=all.
Surat Keputusan Gubernur Nomor: 188/538/KPTS/013/2020.
Tjiptono, Fandy. 2014, Pemasaran Jasa – Prinsip, Penerapan, dan Penelitian, Andi Offset, Yogyakarta.
Widati, Anik. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Bebek Goreng Pak Koes Yogyakarta. Jurnal Fakultas Ekonomi.
Yatiman. 2018. Nilai Kerukunan dan Kekeluargaan Etnis Jawa Dalam Tradisi Among-Among. Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 5 No. 1.