• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 16/PUU-XIX/2021 PERSPEKTIF SIYASAH SYAR’IYAH - Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 16/PUU-XIX/2021 PERSPEKTIF SIYASAH SYAR’IYAH - Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

Pemilu Serentak di Indonesia masih menjadi problematika, karena ketentuan Pasal 167 dan 347 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum masih dianggap bertentangan dengan UUD 1945, oleh sebab itu penelitian ini akan berusaha analisis putusan MK Nomor 16/PUU-XIX/2021 tentang Keserentakan Pemilu perspektif Siyasah Syar’iyyah. Jenis penelitian ini ialah penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan bahan hukum primer meliputi Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, dan putusan MK Nomor 16/PUU-XIX/2021 tentang Keserentakan Pemilu. Kemudian, putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 16/PUU-XIX/2021 sejatinya tidak bertentangan dengan prinsip siyasah syar’iyah hal ini berpatokan pemilihan kepala negara dan pembentukan hukum hendaknya memiliki kualifikasi kekuatan (al-Quwwah) dan integritas (al-Amanah).

Judul Skripsi : Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 16/PUU-XIX/2021 Perspektif Siyasah Syar’iyah Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum, Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah), UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah), Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Namun dalam Putusan Mahkamah Agung nomor 16/PUU-XIX/2021 terkait keserentakan Pemilu Mahkamah Agung perintahkan pembentukan UU untuk segera menindaklanjuti Putusan MK No. Berdasarkan uraian di atas sangat menarik untuk dilakukan penelitian dangan Judul Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 16/PUU- XIX/2021 yang akan diuraikan dalam setiap bab skripsi ini.

Telaah Pustaka

Secara praktis skripsi ini merupakan sebuah syarat untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1) pada Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga. 8 . menurut Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013 2)Bagaimana pelaksanaan Pemilu 2019 di Indonesia dalam Presfektif Hukum Islam. Pelaksanaan Pemilu 2019 dilaksanan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan serentak atau berbarngan dengan Pemilihan Legislatif, Pemilu serentak ini menjawab kebutuhan peningkatan efektivitas warga negara terkait dengan penggunaan waktu, energi, biaya untuk melaksanakan hak pilihnya yang lebih terjamin dan akan merasakan manfaat efisiensi dana dari penyelenggaraan pemilu serentak.

Hukum Islam dalam Islam telah mengatur tentang pemilihan umum, pemilihan umum dalam pandangan Islam dapat dipergunakan sebagai salah satu cara dalam kehidupan kenegaraan, apabila negara yang bersangkutan telah memilih jalan demokrasi sebagai satu-satunya dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Kedua, penelitian Kiki Agustin yang berjudul “Dampak Pemilihan Umum Serentak Terhadap Pemenuhan Hak Memilih Warga Negara”.9 Penelitian ini bertujuan untuk melihat tentang bagaimana hak warga negara dalam melaksanakan pemilu secara serentak, sekalipun pemerintah. Ketiga, penelitian Fahri Erdiansyah yang berjudul “Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 55/ PUU-XVII/2019 Terkait Pemilu Serentak”.10 Berawal dari perludem sebagai pemohon mengajukan permohonan pengujian terhadap Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 dan UndangUndang Nomor 10 Tahun 2016.

Perludem dalam argumentasi permohonannya, mempermasalahkan tentang desain pemilu serentak lima kotak, yang tidak memberikan penguatan terhadap sistem presidensial namun Mahakamah Konstitusi dalam Putusan. PUUXVII/2019 bertujuan untuk memahami dasar pertimbangan oleh hakim dalam Putusan a quo bahwa pemilu serentak untuk memberikan penguatan terhadap sistem pemerintahan presidensial sesuai original intent dari pembentuk UUD 1945 dan menelusuri kembali makna pemilu serentak dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013.

Kerangka Teori

Teori Siyasah Syar’iyah

Secara termonologi, Abdul Wahab Khallaf mendefinisikan bahwa Siyasah adalah pengaturan perundangan yang diciptakan untuk memelihara ketertiban dan kemaslahatan serta mengatur keadaan. Sementara Louis Ma’luf memberikan batasan bahwa Siyasah adalah membuat maslahat manusia dengan membimbing mereka ke jalan keselamatan. Sedangkan Ibn Manzhur mendefenisikan Siyasah sebagai mengatur atau memimpin sesuatu dengan cara yang mengantarkan manusia kepada kemaslahatan.13 Sedangkan di dalam Al-Munjid disebutkan, siyasah adalah membuat kemaslahatan manusia dengan membimbing mereka ke jalan yang menyelamatkan.

Adapun Siyasah Syar’iyyah dalam arti ilmu adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari hal ihwal pengaturan urusan masyarakat dan negara dengan segala bentuk hukum, aturan dan kebijakan yang dibuat oleh pemegang kekuasaan negara yang sejalan dengan jiwa dan prinsip dasar syariat Islam untuk mewujudkan kemaslahatan masyarakat.14. Esensi dari siyasah syar’iyyah yang dimaksudkan yaitu kemaslahatan yang menjadi tujuan syara‟ bukan kemaslahatan yang semata-mata berdasarkan keinginan dan hawa nafsu manusia saja. Sebab, disadari sepenuhnya bahwa tujuan persyarikatan hukum tidak lain adalah untuk merealisasikan kemaslahatan bagi manusia dalam segala segi dan aspek kehidupan manusia di dunia dan terhindar dari berbagai bentuk yang bisa membawa kepada kerusakan, dengan kata lain setiap ketentuan hukum yang telah digariskan oleh syari’at adalah bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan bagi manusia.15.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwasanya siyasah syar’iyyah merupakan setiap kebijakan dari penguasa yang tujuannya menjaga kemaslahatan manusia, atau menegakkan hukum Allah, atau memelihara etika, atau menebarkan keamanan di dalam negeri, dengan apa-apa yang tidak bertentangan dengan nash, baik nash itu ada (secara eksplisit) ataupun tidak ada (secara implisit). Tujuan utama siyasah Syar’iyyah adalah terciptanya sebuah sistem pengaturan negara yang Islami dan untuk menjelaskan bahwa Islam menghendaki terciptanya suatu sistem politik yang adil guna merealisasikan kemaslahatan bagi umat manusia di segala zaman dan di setiap negara.

Teori Kepastian Hukum

Jadi dapat disimpulkan bahwa kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis sehingga tidak menimbulkan keragu- raguan (multi-tafsir), logis dan mempunyai daya prediktabilitas. Kepastian hukum merupakan keadaan dimana perilaku manusia, baik individu, kelompok, maupun organisasi, terkait dan berada dalam koridor yang sudah digariskan oleh aturan hukum. Asas kepastian hukum diperlukan dalam terciptanya peraturan perundang-undangan karena kepastian hukum merupakan prinsip utama dari berbagai macam prinsipprinsip supremasi hukum yang menurut M.

Kemudian kepastian hukum menurut Maxeiner mempunyai dua fungsi yaitu menuntun masyarakat patuh pada hukum dan melindungi masyarakat terhadap perbuatan pemerintah yang sewenang-wenang yang dapat menggunakan kekuatannya dalam membuat dan menegakkan aturan hukum.17. 16 Samudra Putra Indratanto, Nurainun, dan Kristoforus Laga Kladen, “Asas Kepastian Hukum dalam Implementasi Pusutasn Mahkamah Konstitusi Berbentuk Peraturan Lembaga Negara dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang”, Jurnal Ilmu Hukum, Vol, 16. 17 7 Samudra Putra Indratanto, Nurainun, dan Kristoforus Laga Kladen, “Asas Kepastian Hukum dalam Implementasi Pusutasn Mahkamah Konstitusi Berbentuk Peraturan Lembaga Negara dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang”, Jurnal Ilmu Hukum, Vol, 16.

Kepastian hukum akan menjamin seseorang melakukan perilaku sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, sebaliknya tanpa ada kepastian hukum maka seseorang tidak memiliki ketentuan baku dalam menjalankan perilaku. Kepastian hukum merujuk pada pelaksanaan tata kehidupan yang dalam pelaksanaannya jelas, teratur, konsisten, dan konsekuen serta tidak dapat dipengaruhi oleh keadaankeadaan yang sifatnya subjektif dalam kehidupan masyarakat. Pendapat Gustav Radbruch tersebut didasarkan pada pandangannya bahwa kepastian hukum adalah kepastian tentang hukum itu sendiri.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yang dilakukan terhadap berbagai macam sumber bahan hukum, yang dapat diklasifikasikan atas tiga jenis sebagai berikut:21. Bahan hukum yang dapat memberikan kejelasan terhadap bahan hukum primier seperti literatur, hasil penelitian, makalah. Bahan hukum yang dapat memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primier dan sekunder seperti berasal dari kamus, ensiklopedia, dan semacamnya yang terkait dengan judul penelitian ini.

Penelitian ini bersifat deskriptif-analitis, yaitu penelitian yang memaparkan, menggambarkan, dan mengklasifikasikan secara objektif dari data-data yang dikaji. Sedangkan pendekatan penelitian ini menggunakan yuridis-normatif yang bertujuan untuk menjelaskan serta menerangkan suatu produk hukum yang secara spesifik membahas aturanaturan yang berkaitan dengan putusan mahkamah konstitusi dan putusan Nomor 16 Tahun 2017 tentang Pemilu terhadap UUD Negara Republik Indoensia tahun 1945. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan penelusuran terhadap peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan judul penelitian ini.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis, yaitu mendeskripsikan terlebih dahulu data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, kemudian dianalisis dengan pendekatan yang telah ditentukan. Di samping itu logika (silogisme) yang digunakan dalam penelitian ini adalah logika deduktif dan induktif. Menyusun seluruh data yang diperoleh dari penelusuran pustaka khususnya yang berhubungan dengan judul penelitian ini.

Sistematika Pembahasan

Deduktif adalah mengumpulkan data umum untuk memperoleh kesimpulan khusus, sementara induktif adalah mengumpulkan data khusus untuk memperoleh kesimpulan umum.22. Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab Kedua, merupakan bab yang membahas tentang teori-teori yang akan dipakai untuk mendalami Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 16/PUU-XIX/2021 tentang Keserentakan Pemilu.

Bab Ketiga, membahas tentang gambaran umum Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 16/PUU-XIX/2021 tentang Keserentakan Pemilu. Bab Keempat, membahas tentang analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 16/PUU-XIX/2021 tentang Keserentakan Pemilu perspektif kepastian hukum dan Siyasah Syar’iyyah. Bab Kelima, merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran yang berkaitann dengan penelitian ini.

Uji Materi Pasal 167 dan 347 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu terhadap UUD Negara Republik Indoensia tahun 1945 dalam Perspekif Kepastian Hukum yang dirauraikan pemohon sejatinya memang terjadi beban kerja dalam pelaksanaan pemilihan umum tahun 2019, sehingga berdasarkan konsep kepastian hukum yang terkandung dalam prinsip cita hukum tidak mengakomodir terhadap keadilan dan kebermanfaatan hukum, sehingga prsoalan ini perlu dianalisis dalam pesoalan sistem pelaksanaan pemilu serentak itu sendiri, bukan berarti menghilangkan konsep pemilu serentak yang bertujuan untuk penyederhanaan pemilihan umum itu sendiri. Putusan MK Nomor 16/PUU-XIX/2021 dalam Perspektif Siyasah Syar’iyah memiliki kemampuan dan interpretasi yang baik dalam memutuskan suatu persoalan pemilihan umum serentak, hal ini dinilai telah adil dan memiliki bentuk kemaslahatan bagi warganegara Indonesia. Dalam pandangan Abdul Wahhab Khallaf konsep Siyasah Syar’iyah adalah terciptanya sebuah sistem pengaturan negara yang Islami dan untuk menjelaskan bahwa Islam menghendaki terciptanya.

Saran-Saran

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 16/PUU-XIX/2021 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 55/PUU-XVII/2019 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2023 tentang Ketenagakerjaan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. CF Strong, 2004, Konstitusi-Konstitusi Politik Modern: Kajian tentang Sejarah dan BentukBentuk Konstitusi Dunia, Bandung: Penerbit Nuansa dan Penerbit Nusamedia. Efik Yusdiansyah, 2010, Implikasi Keberadaan Mahkamah Konstitusi Terhadap Pembentukan Hukum Nasional Dalam Kerangka Negara Hukum, Bandung: Lubuk Agung.

Hans Kelsen, 2006, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, terjemahan Raisul Muttaqien, Bandung: Nuansa dan Nusa Media. Al Thuruq Al Hukmiyah Fi Siyasat Al Syar'iyah, tahqiq Basyir Muhammad Uyun, Damascus: Matba'ah Dar Al Bayan. Posisi Lembaga Peradilan Dalam Sistem Pengembangan Hukum Islam, (Skripsi. Fakultas Agama Islam Universitas Wahid Hasyim Semarang).

Pemikiran Siyasah Syar’iyah Ibu Taimiyah (Kajian Terhadap Konsep Imamah dan Khilafah dalam Sistem Pemerintahan Islam” Jurnal UIR Law Review, Volume 01, Nomor 02, Oktober. Asas Kepastian Hukum dalam Implementasi Pusutasn Mahkamah Konstitusi Berbentuk Peraturan Lembaga Negara dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang”, Jurnal Ilmu Hukum, Vol, 16. Pelaksanaan Pemilihan Umum Serentak 2019 dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013 dalam Perspektif Hukum Islam”.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 34/PUU-XI/2013 tentang uji materiel Pasal 268 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana terhadap Undang-Undang

Implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 Terhadap Bagian Waris Anak Luar Kawin ....

Akibat Hukum Putusan Mahkmah Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016 Terhadap Perkawinan Penghayat Kepercayaan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016 merupakan putusan

Dasar Pertimbangan Hukum Mahkamah Konstitusi yang Memberlakukan kembali Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian dalam Putusan Nomor 28/PUU-XI/2013 dan

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 22-24/PUU-VI/2008, tanggal 23 Desember 2008 tersebut dipertimbangkan kembali dalam Putusan Nomor 20/PUU-XI/2013, tanggal 12 Maret 2014, pukul

Sebagaimana yang diketahui bahwa pada tahun 2019, Mahkamah Konstitusi melalui Putusannya Nomor 18/PUU-XVII/2019 tertanggal 6 Januari 2020 yang dalam amar putusannya menyatakan sebagai

TESIS PROBLEMATIKA PENGUSAHA DAN PEKERJA/BURUH TERHADAP UPAH PROSES PASCA PUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA STUDI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO.37/PUU-IX/2011 YUNIARTO WIRYO

Hal tersebut karena setelah adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 18/PUU-XVII/2019 pengadilan tidak dapat melakukan sita terhadap jaminan fidusia.27 Pasca Putusan Mahkamah