1
ANALISIS MEKANISME PENENTUAN HARGA LELANG BARANG JAMINAN PEMBIAYAAN BERMASALAH STUDI KASUS PADA PT BALAI LELANG
SUKSES MANDIRI (BALESMAN) MEDAN
Mustari Apandy Pardosi
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Indonesia Email : [email protected]
Abstrak
Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan Pengumuman Lelang. Sebelum menyerahkan lelang tersebut ke KPKNL, PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan terlebih dahulu melakukan berbagai tahap persiapan sampai penetapan harga limit yang harus mengikuti standar prosedur yang dimiliki oleh lembaga keuangan syariah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode penelitian lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme penyelesaian pembiayaan bermasalah di PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan dan untuk mengetahui mekanisme penentuan harga lelang terhadap barang jaminan pembiayaan bermasalah di PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif- deskriptif, dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Adapun analisisa data menggunakan teknik triangulasi. Adapun kesimpulan dari penelitian ini; 1) mekanisme penyelesaian pembiayaan bermasalah di PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medanyaitu dengan kesabaran, melakukan pendekatan kekeluargaan, dan tidak menekan nasabah. 2) mekanisme penentuan harga lelang terhadap barang jaminan pembiayaan bermasalah di PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan ialah dengan melihat harga pasar setempat (HPS).
Kata Kunci: Mekanisme Penentuan Harga Lelang, Barang Jaminan, Pembiayaan Bermasalah.
1. PENDAHULUAN
Islam diyakini oleh umatnya menjadi agama yang dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat terutama pada bidang muamalah. Diyakini pula bahwa ajaran Islam mencakup berbagai aspek kehidupan umat manusia, baik dalam hubungannya dengan Allah maupun dalam hubungannya dengan sesama manusia dan alam semesta. Kegiatan ekonomi telah menjadi salah satu aspek cakupan ajaran Islam. Berbagai respons Islam terhadap praktik- praktik perniagaan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Mekkah pada awal kelahirannya dan contoh-contoh kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. beserta para sahabatnya di Mekkah dan Madinah, menunjukkan bahwa Islam di awal kemunculannya telah menunjukkan bukti perhatiannya terhadap kegiatan ekonomi. Dalam ajaran Islam, bidang ekonomi merupakan pembahasan dalam bidang muamalah, yang merupakan sub-bahasan dari keseluruhan ajaran Islam yang dikenal dengan ekonomi Islam.
Ekonomi Islam muncul sebagai suatu disiplin ilmu, yang pada awalnya terjadi pesimisme terhadap eksistensi ekonomi Islam dalam kehidupan masyarakat saat ini. Namun sekarang hal ini sudah mulai terkikis. (Yussufy & Moegiri, 2020).
2
Agama Islam mengajarkan manusia agar berlaku jujur dan adil dalam melakukan transaksi muamalah dan tidak boleh ada unsur paksaan di antara pihak yang bertransaksi sehingga dalam melakukan transaksi terjadi suka sama suka dan tidak ada pihak yang merasa tertipu dan dirugikan. Sehingga transaksi yang dilakukan bisa membawa keberkahan terhadap pihak-pihak yang terlibat di dalamnya (Imanullah, 2021). Sebagaimana perekonomian sebagai salah satu tiang kehidupan Negara. Perekonomian Negara yang kokoh juga akan mampu menjamin kesejahteraan rakyat. Untuk itu Allah memberi inspirasi kepada mereka untuk mengadakan penukaran dan semua yang kiranya bermanfaat dengan jalan jual beli dan semua cara penghitungan, sehingga hidup manusia dapat berdiri dengan lurus dan mekanisme hidup ini bekerja dengan baik dan produktif(Yasin,2021). Sehubungan dengan berkembangnya teknologi telah mendorong masyarakat untuk mengadakan spesialisasi produksi. Dalam tingkatan ini orang tidak lagi memproduksi untuk dirinya sendiri, melainkan mereka memproduksi untuk pasar. Dalam hal ini muncul peranan jual beli atau perdagangan(Hafiz, 2016). Jual beli secara umum adalah suatu perjanjian, dengan perjanjian itu kedua belah pihak mengatakan dirinya untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang dan pihak yang lain membayar harga yang telah dijanjikan (Wijaya, 2021).
Perdagangan atau jual beli dapat dilakukan dengan langsung dan dapat pula dengan lelang.
Cara jual beli dengan sistem lelang dalam fiqih disebut Muzayyadah. Muzayyadah adalah salah satu jenis jual beli di mana penjual menawarkan barang dagangannya di tengah-tengah keramaian, lalu para pembeli saling menawar dengan harga yang lebih tinggi sampai pada harga yang paling tinggi dari salah satu pembeli, lalu terjadilah akad dan pembeli tersebut mengambil barang dari penjual (Lanteng & Masyarakat, 2023).
Berbicara tentang jual beli dengan sistem lelang tentu tidak lepas dari Pembiayaan yang merupakan aktivitas lembaga keuangan dalam menyalurkan dananya kepada pihak nasabah yang membutuhkan dana (debitur). Pembiayaan sangat bermanfaat bagi lembaga keuangan, debitur dan pemerintah. Pembiayaan memberikan hasil yang paling besar di antara penyaluran dana lainnya yang dilakukan oleh lembaga keuangan (Saputri, 2020).
Adanya pembiayaan tentunya hal tersebut tidak lepas dengan resiko yang akan dihadapi oleh lembaga keuangan, yang mana resiko tersebut adalah peminjaman yang tertunda atau dengan arti lain ketidak mampuan nasabah dalam membayar kewajiban yang telah dibebankan kepadanya (Mboeik, 2019). Dan jika nasabah tidak mampu untuk membayar utangnya maka pihak lembaga keuangan berhak atas barang yang dijadikan jaminan.
Jaminan yang dijaminkan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dapat dilakukan penalty atau penyitaan (Nugroho & Badriyah, 1996). Kegiatan ini banyak disebut sebagai lelang dimana penyitaan atau eksekusi jaminan tergantung kepada kebijakan manajemen (Putriana, 2022). Fatwa yang dijadikan landasan dalam operasional lelang ialah Fatwa DSN-MUI (Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia) Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 yang berbunyi apabila rahin tidak dapat melunasi utangnya, makamarhun dijual paksa atau di eksekusi melalui lelang sesuai syariah (Arif, Muhammad, Panjaitan & Ilhamy, 2022).
PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan merupakan salah satu lembaga keuangan yang beroprasi di Kota Medan sebagai suat lembaga yang menyediakan segala berkas kepentingan lelang dan sebaagi lembaga perantara antara antara debitur yang memiliki kerdit macet. Sebagai sebuah lembaga yang memiliki kegiaan khusus sebagai perantara jasa lelang, maka hubungan kerjasama perlu dilakukan oleh Balesman dengan berbagai instansi terkait dalam pelaksanaan lelang yaitu Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL), Badan Pertanahan Nasional (BPN)/ Instansi Pemerintah Daerah dan bank yang terkait. Secara umum partner utama Balesman di Propinsi Sumatera Utara adalah
3
KPKNL. KPKNL adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) yang bertanggung jawab langsung kepada Kantor Wilayah II DJKN. Kedudukan KPKNL berdasarkan Peraturan Direktur KekayaanNegara Nomor PER-03/KN/2010 tentang petunjuk teknis pelaksanaan lelang memiliki kewenangan dalam menetukan pelaksanaan leleng eksekusi. Termasuk menentukan apakah dokumen lelang tidak lengkap atau tidak memenuhi legalitas formal, sehingga pelaksanaan lelang bisa ditolak oleh Kepala KPKNL.
Surat Izin Pendirian Balai Lelang berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan tentang Pemberian Izin Operasional Balai Lelang PT. Balai Lelang Sukses Mandiri Nomor:
175/KM.6/2009 tanggal 3 November 2009 dan Keputusan Menteri Hukum & HAM RI tentang Pengesahan Badan Hukum Perseroan Nomor: AHU-33803.AH.01.01.Tahun 2009 tanggal 17 Juli 2009. Kedudukan Balai Lelang Swasta dalam pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan adalah sebagai pihak yang menjadi partner dari Kreditur dalam melakukan berbagai persiapan pelaksanaan lelang. Demikian juga halnya dengan Balesman, perusahaan jasa lelang ini melakukan pengurusan terhadap berbagai kebutuhan pelaksanaan lelang dengan bersifat perantara antara hubungan kreditur (penjual) dengan pihak KPKNL selaku pihak yang berwenang untuk melaksanakan lelang eksekusi hak tanggungan (Sukmaya, Abubakar, & Handayani, 2020).
Berdasarkan hal tersebut, maka kedudukan Balesman hanya pada tahap pra lelang, dan pasca Lelang, dan khusus untuk lelang eksekusi hak tanggungan hanya bersifat membantu KPKNL dalam melaksanakan acara lelang. Eksekusi barang jaminan harus mengikuti prosedur yang ada yang mana ketika nasabah sudah tidak mampu melunasi utangnya PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan akan memberikan surat peringatan kepada nasabah dan itu berlaku hingga tiga kali peringatan, dan setelah memberikan tiga kali surat peringatan nasabah tetap tidak membayar tanggungannya maka PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan langsung mengeksekusi barang yang dijaminkannya. Sebelum eksekusi barang dilakukannya, PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan terlebih dahulu memeriksa kembali barang jaminan sesuai dengan surat bukti kredit. Barang jaminan yang dieksekusi terlebih dahulu harus ditaksir ulang oleh penaksir, untuk menentukan harga jual barang tersebut (Yussufy & Moegiri, 2020).
Berdasarkan hasil observasi yang sudah dilakukan penulis terhadap masyarakat/nasabah, banyak nasabah yang beranggapan bahwa dalam mengeksekusi barang lelang tidak sesuai dalam Penentuan Harga Lelang Barang pada umumnya, Sebagaian nasabah ada yang beranggapan yang mana harga yang dipasangnya itu lebih rendah dari harga yang ada dipasaran. Berdasarkan hal tersebut juga, peneliti menganggap penting untuk dilakukan penelitian di PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan guna mengetahui bagaimana penetapan harga barang jaminan pembiayaan bermasaah di PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan agar tidak ada kesalahfahaman dan tidak merugikan salah satu pihak dan menciptakan harga yang jujur dan adil.
2. LANDASAN TEORI 1. Lelang
Lelang adalah penjualan barang dihadapan banyak orang dengan tawar-menawar, tawaran tertinggi adalah pemenang.Lelang merupakan salah satu jenis jual beli dimana penjual menawarkan barang di tengah keramaian lalu para pembeli saling menawar dengan suatu harga. Namun akhirnya penjual akan menentukan, yang berhak membeli adalah yang mengajukan harga tertinggi. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor /KMK/01.2002 tentang petunjuk pelaksanaan lelang Pasal I No. 1, Lelang adalah
4
penjualan barang yanga terbuka untuk umum baik secara langsung maupun melalui media elektronik dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis yang didahului dengan usaha mengumpulkan peminaDalam kitab-kitab fikih atau hadis, jual beli lelang biasanya disebut dengan istilah bai’ Al-muzayadah yaitu jual beli dimana pihak yang berakad menambah harga, sehingga didapatkan harga tertinggi(Yussufy & Moegiri, 2020).
Pengertian lelang dalam syariah yaitu proses penjualan lelang marhun (barang jaminan). Secara syariah lelang yaitu bebas dari unsur gharar, maysir, riba dan bhatil. Istilah yang digunakan adalah istilah yang berlaku pada POGS, misalnya barang jaminan adalah Marhun, nasabah adalah Rahin, serta istilah lainnya. sebagaimana dijelaskan menurut Fatwa DSN-MUI (Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia) Nomor 25/DSN- MUI/III/2002 tentang Rahn butir ke-2 no. 5, yang menjelaskan tentang melelang barang dan penjualan marhun (barang jaminan)(Saputri, 2020).
a. Apabila jatuh tempo, Murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera melunasi hutangnya.
b. Apabila rahin tetap tidak dapat melunasi hutangnya, maka marhun dijual paksa/dieksekusi melalui lelang secara syariah.
c. Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi hutang, biaya pemeliharaan, dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan.
d. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin, dan kekurangannya menjadi kewajiban rahin .
Berdasarkan Fatwa DSN-MUI di atas, maka lelang dalam syariah sebagai berikut(Arif, Muhammad, Panjaitan & Ilhamy, 2022):
a. Lelang dilaksanakan apabila rahin tidak melunasi hutangnya sesuai jatuh temponya.
b. Sebelum marhun dilelang, murtahin memberikan peringatan kepada rahin untuk melunasi hutangnya.
c. Apabila rahin telah diberi peringatan dalam waktu tertentu, tetapi masih belum melunasi hutangnya, maka marhun dijual paksa/dieksekusi melalui lelang.
d. Hasil penjualan lelang marhun digunakan untuk melunasi hutang, biaya pemeliharaan marhun, dan penyimpanan yang belum dibayar, serta biaya penjualan marhun.
e. Kelebihan hasil penjualan lelang marhun menjadi milik rahin.
f. Kekurangan hasil penjualan lelang marhun menjadi kewajiban rahin.
Jual beli lelang (muzayyadah) dalam hukum islam adalah mubah. Di dalam al- Qur’an tidak ada aturan pasti yang mengatur tentang lelang, tetapi berdasarkan definisi lelang dapat disamakan (diqiaskan) dengan jual-beli dimana ada pihak penjual dan pembeli (Sudarto, 2020). Dimana pegadaian dalam hal ini sebagai pihak penjual dan masyarakat yang hadir dalam pelelangan tersebut sebagai pihak pembeli. Jual beli termaktub dalam al- Qur’an Surat al – Baqarah ayat 275:
ٰر ِّۗ ِّسَوْلا َيِه ُي ٰطْيَّشلا َُُطَّبَخَتَي ْيِزَّلا ُم ُْْقَي اَوَك َّلَِا َى ُْْه ُْْقَي َلَ اْٰب ِّشلا َى ُْْلُكْأَي َيْيِزَّلَا ُ ٰللّ ََََُّا َّ اْٰب ِّشلا ُُِْْه ُُْيَبْلا اَوًَِّا ا ُْْلاََ ْنًََُِّاِب ََِل
َّشََ َّ َُْيَبْلا َداَع ْيَه َّ ِّۗ ِ ٰللّ ىَلِا ٍٗ ُشْهَا َّ َِّۗفَلَس اَه ََٗلَف ى َِٰتًْاَف َِّٖب َّس ْيِّه ٌتَظِع َْْه ٍَٗءۤاَج ْيَوَف ِّۗاْٰب ِّشلا َم
اَِْيِف ْنُُ ِساٌَّلا ُُ َْْٰٰا ََكِٰٕۤلُّاَف
َى ُّْذِل ٰخ Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
5
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”
Dari ayat diatas merujuk pada kehalalan jual beli dan keharaman riba.Ayat tersebut menolak argumen kaum musyrikin yang menentang disyariatkannya jual beli dalam al- Qur’an.
Lelang dapat berupa penawaran barang tertentu kepada penawar yang pada mulanya membuka lelang dengan harga rendah, kemudian semakin naik sampai akhirnya diberikan kepada calon pembeli dengan harga tertinggi (Putriana, 2022). Lelang juga dapat berupa penawaran barang yang pada mulanya membuka lelang dengan harga tinggi, kemudian semakin turun sampai akhirnya diberikan kepada calon pembeli dengan harga tawaran tertinggi yang disepakati penjual dan biasanya ditandai dengan ketukan (disebut lelang turun) yang selanjutnya dijadikan pola lelang di pegadaian syariah(Hutapea, 2021).
Jual beli secara lelang tidak termasuk praktik riba meskipun ia dinamakan bai’
Muzayyadah dari kata Ziyyadah yang bermakna tambahan sebagaimana makna riba, namun pengertian disini berbeda (Nugroho & Badriyah, 1996). Dalam Muzayyadah yang bertambah adalah penawaran harga lebih, dalam akad jual beli yang dilakukan oleh penjual atau lelang sedang dilakukan oleh pembeli maka yang bertambah adalah penurunan tawaran, sedangkan dalam praktik riba tambahan haram yang dimaksud adalah tambahan yang tidak diperjanjikan dimuka dalam akad pinjam meminjam uang atau barang ribawi lainnya(Lengkong, 2019). Syarat-syarat yang harus dilakukan dalam melaksanakan lelang adalah sebagai berikut( Muhyiddin, 2020):
a) Adanya bukti diri pemohon lelang Bukti ini diperlukan untuk mengetahui bahwasanya pemohon lelang benar-benar orang yang berhak untuk melakukan lelang atas barang yang akan dilelang.
b) Adanya bukti kepemilikan atas barang yang akan di lelang. Bukti kepemilikan diperlukan untuk mengetahui bahwasanya barang yang akan dilelang benar-benar milik si pemohon lelang.
c) Keadaan fisik barang. Keadaan fisik barang harus diketahui kebenarannya dari barang yang akan dilelang, untuk barang bergerak, harus ditunjukkan yang mana barang yang akan dilelang. Untuk barang yang tidak bergerak seperti tanah, kendaraan bermotor harus ditunjukkan sertifikatnya.
Harga penawaran pertama (harga tinggi) disebut sebagai Harga Penawaran Lelang (HPL): bisa berupa Harga Pasar Pusat (HPP), Harga Pasar Daerah (HPD), dan Harga Pasar Setempat dengan memperhitungkan kualitas/kondisi barang, daya tarik (model dan kekhasan serta animo pembeli pada marhun lelang tersebut pada saat lelang).
2. Pembiayaan Bermasalah
Berdasarkan UU no 7 tahun 1992 dalam (Putri, 2020), yang dimaksud pembiayaan ialah: penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu ditambah dengan sejumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil. Sedangkan Pembiayaan Bermasalah
6
adalah pembiayaan yang kualitasnya berada dalam golongan kurang lancer, diragukan, dan macet (Amrozi, 2020).
Penyaluran kredit dari bank tidak seluruhnya dapat dikembalikan dengan baik oleh nasabah sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Hal ini dapat mengakibatkan perjalanan kredit akan terhenti atau macet. Kredit macet merupakan resiko yang di hadapi oleh bank dalam menyalurkan kreditnya, resiko kredit merupakan suatu tingkat resiko sebagai akibat adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dan kontraprestasi yang akan diterima dikemudian hari. Jadi intinya dalam pemberian kredit, semakin lama waktu yang di berikan maka semakin tinggi juga resiko akan kredit macet karena kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu masih terdapat unsur ketidakpastian yang tidak dapat diperhitungkan dan pada akhirnya bank mengalami kerugian (Hutapea, 2021).
Setiap bank pasti mengalami masalah kredit bermasalah dan kredit macet. Pada umumnya permasalahan yang timbul berupa keterlambatan dalam pembayaran kredit, yaitu disebut kredit bermasalah/kredit macet. Menurut ketentuan Bank Indonesia SK BI No.
31/147/KEP/DIR dan SEBI nop. 31/10/UPPB tanggal 20 November 1998 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, kredit bank dibagi ke dalam 5 (lima) kategori, yaitu kredit- kredit yang lancar, kredit yang tergolong dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Terkait dengan ketentuan penggolongan kredit dapat dilihat pada PBI No.
11/2/PBI/2009 tentang perubahan ketiga atas peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang penilaian kualitas aktiva Bank Umum. Berdasarkan penilaian kualitas, kredit tersebut dibagi menjadi sebagai berikut (Wijaya, 2021):
a) Kredit lancar. Kredit bisa dikatakan lancar apabila pembayaran angsuran tersebut tepat waktu, tidak menunggak sesuai dengan yang disepakatinya, dan terus memberikan laporan keuangan dengan teratur dan akurat.
b) Kredit dalam perhatian khusus. Artinya jika terdapat tunggakan angsuran pokok atau margin sampai 90 hari. Tetapi nasabah selalu memberikan laporan keuangan secara teratur dan akurat dan perjanjian kredit lengkap pengingatan agunan kuat, maka hal tersebut dikatakan kredit dalam pengawasan khusus.
c) Kredit kurang lancer. Kredit kurang lancar adalah kredit yang apabila angsuran pokok dan margin melewati 90 hari sampai 180 hari, dan penyampaian laporan keuangan tidak teratur, perjanjian piutang tidak lengkap dan pengikatan agunan kuat, terjadi pelanggaran atas persyaratan pokok piutang dan berupaya memperpanjang piutang untuk menyembunyikan kesulitan keuangannya.
d) Kredit diragukan. Artinya apabila tunggakan angsuran pokok dan margin telah melewati 180 sampai 270 hari, dan nasabah tidak memberikan informasi keuangannya, dokumentasi perjanjian tidak lengkap dan pengikatan agunan lemah serta terjadi pelanggaran secara prinsipil terhadap persyaratan perjanjian pokok.
e) Kredit macet. Jika tunggakan angsuran pokok dan margin sudah melewati 270 hari, dokumentasi perjanjian piutang dan pengikatan agunan sudah tidak ada maka hal tersebut sudah dikatakan kredit macet.
Berdasarkan kualitas kredit tersebut, maka kredit bermasalah dalam kategori 2, 3, dan 4 apabila debitur masih mempunyai prospek dalam usahanya dengan tujuan untuk meminimalisasikan kemungkinan timbulnya kerugian bagi bank, bank dapat melakukan pengelolaan kredit bermasalah, menyelamatkan kembali kredit yang ada agar menjadi lancar, serta usaha-usaha lainnya yang ditujukan untuk memperbaiki kualitas usaha debitur (Lanteng & Masyarakat, 2023).
7
Terjadinya kredit macet pada umumnya disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu yang berasal dari debitur antara lain penyimpangan dari ketentuan perjanjian kredit. Debitur menyalahgunakan kredit yang diperolehnya, tidak menggunakan setiap kredit yang diperoleh sesuai dengan tujuannya sehingga pemakaian kredit yang menyimpang akan mengakibatkan usaha debitur gagal. Penyebab timbulnya kredit bermasalah dan macet dapat dikelompokkan menjadi tiga sumber, yaitu sebagai berikut (Ratag, 2021):
a) Faktor intern bank. Lemahnya sistem informasi kredit serta sistem pengawasan dan administrasi kredit sehingga pihak bank tidak dapat memantau aktifitas penggunaan kredit dan perkembangan usaha ataupun kondisi keuangan nasabah secara cermat, rendahnya kemampuan dan ketelitian bank dalam melakukan analisis kelayakan permintaan kredit yang diajukan nasabah, komunikasi antara bank dan nasabah tidak berjalan lancar.
b) Faktor ekstern. Perkembangan kondisi ekonomi atau bidang usaha yang tidak menguntungkan yang mengakibatkan penurunan jumlah hasil penjualan barang dan jasa yang mereka usahakan. Faktor alam, adanya bencana yang membawa akibat penurunan usaha nasabah, seperti gempa bumi, banjir, badai, dan kebakaran.
c) Faktor nasabah debitur. Faktor ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu perorangan dan perusahaan. Sumber dana pembayaran kredit bagi sebagian besar nasabah perorangan adalah penghasilan tetap seperti gaji, upah, dan honorarium. Salah satunya adalah terjadinya kerusakan moral dari sebagian nasabah, baik kelas kakap (kredit kecil) maupun kelas teri (kredit kecil). Bukti dari tidak adanya itikad baik dari para nasabah tersebut yaitu melakukan kredit fiktif, melakukan korupsi terhadap uang pinjaman yang kesemuanya melakukan pinjaman yang tidak semestinya atau melakukan penipuan guna mengeruk keuntungan sebesar-besarnya untuk kepentingan sendiri.
Resiko yang terjadi dari peminjaman adalah peminjaman yang tertunda atau ketidakmampuan peminjam untuk membayar kewajiban yang telah dibebankan, maka bank harus mampu menganalisis penyebab permasalahannya. Adapun Penanganan Pembiayaan Bermasalah yakni sebagai berikut (Fahmi, 1970):
a) Menggali potensi peminjam. Anggota yang mengalami kemacetan dalam memenuhi kewajiban harus dimotivasi untuk memulai kembali atau membenahi dan mengantisipasi penyebab kemacetan usaha atau angsuran.
b) Melakukan perbaikan akad (Remidial)
c) Memberikan pinjaman ulang, mungkin dalam bentuk: pembiayaan al-Qardul Hasan; Murabahah atau Mudharabah
d) Penundaan pembayaran
e) Memperkecil angsuran dengan memperpanjang waktu atau akad dan margin baru (Rescheduling)
f) Memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil 3. METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah memakai metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai metode penelitian dalam mendeskripsikan fenomena berdasarkan sudut pandang para imforman, menemukan realita yang beragam dan mengembangkan pemahaman secara holistik tentang sebuah fenomena dalam konteks tertentu. Penelitian ini dilaksanakan di PT Balai Lelang Sukses Mandiri
8
(Balesman) Medan, yang beralamat di Jl. Karya Dame Komplek pondok Surya, Kelurahan No.108, Helvetia Tim., Kec. Medan Helvetia, Kota Medan, Sumatera Utara. Peneliti memilih lokasi tersebut sabagai bahan penelitian karena ketertarikan peneliti terhadap mekanisme penentuan harga lelang terhadap barang jaminan pembiayaan bermasalah yang ada di PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan. Pada penelitian ini, sumber data yang diperoleh utamanya berupa kata-kata dan tindakan, melalui observasi langsung dan wawancara di PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan dengan seumber informan yaitu Karyawan PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan. Sedangkan teknik pengumpulan data mengunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Prosedur Kerja PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan
PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan merupakan salah satu lembaga keuangan yang beroprasi di Kota Medan sebagai suat lembaga yang menyediakan segala berkas kepentingan lelang dan sebaagi lembaga perantara antara antara debitur yang memiliki kerdit macet. Sebagai sebuah lembaga yang memiliki kegiaan khusus sebagai perantara jasa lelang, maka hubungan kerjasama perlu dilakukan oleh Balesman dengan berbagai instansi terkait dalam pelaksanaan lelang yaitu Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL), Badan Pertanahan Nasional (BPN)/ Instansi Pemerintah Daerah dan bank yang terkait. Secara umum partner utama Balesman di Propinsi Sumatera Utara adalah KPKNL. KPKNL adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) yang bertanggung jawab langsung kepada Kantor Wilayah II DJKN. Kedudukan KPKNL berdasarkan Peraturan Direktur KekayaanNegara Nomor PER-03/KN/2010 tentang petunjuk teknis pelaksanaan lelang memiliki kewenangan dalam menetukan pelaksanaan leleng eksekusi. Termasuk menentukan apakah dokumen lelang tidak lengkap atau tidak memenuhi legalitas formal, sehingga pelaksanaan lelang bisa ditolak oleh Kepala KPKNL
PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan menyediakan jasa untuk pengurusan lelang dan tugas nya itu menjadi perantara bank dengan nasabah yang kredit macet. Berbicara tentang kredit macet tentunya terdapat nasabah yang bermasalah entah itu disengaja atau tidak di sengaja, hal semacam ini sudah menjadi resiko bagi PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan, hal yang lebih penting ialah bagaimana cara menangani hal semacam itu, artinya strategi yang akan dilakukan PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan sebagai perantara dalam menangani pembiayaan bermasalah atau wanprestasi oleh nasabah. Adapun analisa sebab-sebab kemacetan nasabah diantaranya(Rini, 2020):
1. Dilihat dari segi internal seperti Peminjam kurang cakap dalam usaha tersebut, Manajemen tidak baik atau kurang rapi, Laporan keuangan tidak lengkap, Penggunaan dana yang tidak sesuai dengan perencanaan, Perencanaan yang kurang matang, Dana yang diberikan tidak cukup untuk menjalankan usaha tersebut
2. Dilihat dari segi eksternal kemacetan dapat ditimbulkan dari Aspek pasar kurang mendukung, Kemampuan daya beli masyarakat kurang, Kebijakan pemerintah, Pengaruh lain di luar usaha, Kenakalan peminjam
Sebagai lembaga yang menyediakan jasa untuk pengurusan lelang dan tugas nya itu menjadi perantara bank dengan nasabah yang kredit macet maka PT Balai Lelang Sukses
9
Mandiri (Balesman) Medan melakukan beberapa pendekatan atau pengecekkan kepada nasabah guna meminta persetujuan kepada debitur yang kerdit macet secara kekeluargaan dan mencari tahu penyebab terjadinya wanprestasi kemudian membawa berkas persetujuan ke Bank dan diserahkan ke KPKNL. PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan melakukan penanganan dengan menggunakan pendekatan secara kekeluargaan dan tidak menekan nasabah, untuk meminimalisir adanya nasabah yang enggan membrikan persetujuan untuk melakukan pelelangan. Dan ketika nasabah enggan membrikan persetujuan maka PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan dapat menyita barang yang dijadikan jaminan pembiayaan tersebut, namun Balai Lelang tidak semerta merta langsung menyita, melainkan memberikan peringatan melalui lisan atau menelponnya, setelah diperingatkan dengan lisan nasabah masih menghiraukannya Balai Lelang memberikan peringatan secara tertulis kepada nasabah, dan jika masih dihiraukan nasabah tersebut dipanggil untuk datang ke kantor Balai Lelang, tiga kali peringatan masih di hiraukan maka pihak PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan memiliki hak atas penyitaan barang jaminan tersebut (Said, 2018).
Mekanisme Penentuan Harga Lelang PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan
PT. Balai Lelang Sukses Mandiri (BALESMAN) Merupakan suatu Balai Lelang Swasta berskala Nasional yang profesional, terpercaya dan terdepan, senantiasa mengutamakan pelayanan terbaik dalam membangun kerjasama, memiliki sumberdaya manusia yang handal, dan berpengalaman serta berkompeten dalam bidangnya. Akta Pendirian Perusahaan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan tentang Pemberian Izin Operasional Balai Lelang PT. Balai Lelang Sukses Mandiri Nomor : 175/KM.6/2009 tanggal 3 November 2009 Keputusan Menteri Hukum & HAM RI tentang Pengesahan Badan Hukum Perseroan Nomor : AHU-33803.AH.01.01.Tahun 2009 tanggal 17 Juli 2009.
Pelaksanaan lelang PT. Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) terdiri dari Tahapan pelaksanaan lelang yakni sebagai berikut:
a. Hari Lelang. Sebelum lelang dilaksanakan, peserta lelang wajib melakukan ( (Shiell,, 2020):
1) Penyetoran uang jaminan yang telah ditentukan oleh Penjual/Kreditur sebesar 20%-50% dari Harga Limit, maksimal 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan Lelang 2) Peserta lelang minimal 2 (dua) peserta setiap event pelaksanaan Lelang, khusus
lelang ulang bisa 1 (satu) peserta lelang.
3) Calon pembeli wajib mengetahui hak dan kewajibannya, termasuk pembayaran biaya/pajak yang dikeluarkan sesuai peraturan yang berlaku.
4) Dipastikan bahwa asset yang akan dibeli sudah dilihat (open house) dalam kondisi sebagaimana adanya untuk menghindari keluhan di kemudian hari.
Untuk menyelenggarakan lelang tentu ada prosedur atau tahapan yang harus dilakukan agar tidak ada hal yang tidak diinginkan di kemudian hari dalam melakukan lelang yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Adanya bukti diri pemohon lelang ini diperlukan untuk mengetahui bahwasanya pemohon lelang benar-benar orang yang berhak untuk melakukan lelang atas barang yang akan dilelang.
2. Adanya bukti kepemilikan atas barang yang akan di lelang. Bukti kepemilikan diperlukan untuk mengetahui bahwasanya barang yang akan dilelang benar-benar milik si lelang.
10
3. Keadaan fisik barang. Fisik barang harus diketahui kebenarannya dari Keadaan barang yang akan dilelang, untuk barang bergerak, harus ditunjukkan mana barang yang akan dilelang. Untuk barang yang tidak bergerak seperti tanah, kendaraan bermotor harus dibawa sertifikatnya.
b. Mekanisme lelang yang dilakukan PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan ialah pertama-tama Balai Lelang melakukan pemberian SP 1 sampai SP 3 dan ketika pemberian SP 3 tidak ada tanggapan maka PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan langsung mengeksekusinya yaitu menjual barang tersebut dan penjualannya dilakukan dengan cara online. Mekanisme yang dilakukan PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan sesuai teori yaitu melihat keadaan barang yang akan dilelang dan adanya bukti kepemilikan barang. Mengingat bahwa nilai pinjaman didasarkan atas besarnya nilai taksiran harga jual barang, yang digunakan untuk mendapatkan hasil hitungan taksiran yang akurat dibuatlah mekanisme penetapan harga lelang barang jaminan sebagai berikut (Sholihah,, 2021):
:
1. Harga pasar pusat (HPP). Harga pasar pusat adalah harga pasar untuk emas dan permata yang ditetapkan oleh kantor pusat sebagai patokan umum bagi kantor cabang, berdasarkan perkembangan harga pasaran umum dengan memperhitugkan tren perkembangan harga di masa yang akan datang.
2. Harga pasar daerah (HPD). Harga pasar daerah adalah harga pasar emas yang ditetapkan oleh kantor wilayah dengan memperhatikan toleransi maksimum dan minimum terhadap harga pasar pusat (HPP) yang ditetapkan dalam surat edaran (SE) Direksi. Apabila kantor wilayah tidak menetapkan harga pasar daerah (HPD), kantor cabang mengacu pada harga pasar pusat (HPP), tetapi sebaliknya bila kantor wilayah telah menetapkan harga pasar daerah (HPD) maka kantor cabang wajib mengikutinya.
3. Harga pasar setempat (HPS). Harga pasar dipakai setempat atas dasar perhitungan taksiran barang gudang yang digunakan oleh kantor cabang, harga pasar setempat (HPS) adalah harga pasar barang-barang gudang second yang didasarkan pada harga pasar di daerah setempat. Penentuan harga pasar setempat (HPS) ini ditetapkan oleh pemimpin wilayah untuk daerah tertentu (satu kabupaten, satu wilayah gubernur dan lain-lainnya) atas dasar usulan cabang maupun melalui berbagai jenis informasi.
Barang yang menggunakan harga pasar setempat (HPS) adalah kendaraan bermotor, mobil dan elektronik.
PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan dalam menentukan suatu harga barang yang akan dilelangnya yaitu dengan melihat harga pasar. Dan apabila hasil dari penjualan barang jaminan melebihi pembiayaan nasabah maka sisa uang dari penjualan barang jaminan tersebut akan dikembalikan kepada nasabah dan apabila kurang dari pembiayaannya, nasabah masih mempunyai tanggungan kepada PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan atas pembiayaannya itu.
Adapun standar bea lelang PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) 1. Bea Lelang Sukarela
a. Jenis Aset : Barang Bergerak maka biaya Administrasi Lelang : 3,0% dari harga terbentu
b. Jenis Asset : Barang Tidak Bergerak maka Biaya Administrasi Lelang : 3,0 dari harga terbentuk Penjual : Pph 5 %, Pembeli : BPHTB 5 %
2. Bea Lelang Eksekusi / Fidusia
11 a. Jenis Aset : Barang Bergerak,
Bea Penjual : 1%, Bea Pembeli : 1% . Keterangan : Dibayarkan ke Kas Negara b. Jenis Asset : Barang Tidak Bergerak,
Bea Penjual : 1 % Pph 5%, Bea Pembeli : 1 % BPHTB 5%
Keterangan : Dibayarkan ke Kas Negara 3. Success Fee
a. Jenis Aset : Barang Tidak Bergerak Success Fee : 3,0(Tiga persen)
Keterangan : Penjualan Melalui Lelang (Dari harga terbentuk) b. Jenis Asset : Barang Tidak Bergerak
Succes Fee : 2,5 % (dua koma lima persen)
Keterangan : Pembayaran/ Pelunasan sebelum lelang
4. Jangka waktu pelaksanaan lelang: Lelang Non Eksekusi : 60 hari kerja dan Lelang Eksekusi : 180 hari kerja
Dalam menentukan harga jual barang jaminan PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu dalam menentukan harga barang seperti alat elektronik, mobil, kendaraan bermotor dengan melihat harga pasar setempat. Jika dilihat dari segi ekonomi syariah, Mekanisme lelang yang dilakukan PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan sudah sesuai dengan prinsip dan asas asas Ekonomi Islam. Transaksi dilakukan oleh pihak lelang sudah cakap hukum atas dasar saling suka rela, objek lelang harus halal dan bermanfaat, kepemilikan/kuasa penuh pada barang yang dijual, kejelasan dan transparansi barang yang dilelang tanpa adanya manipulasi, kesanggupan penyerahan barang dari penjual, kejelasan dan kepastian harga yang disepakati tanpa kepada kolusi dan suap untuk memenangkan tawaran. Dimana PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan mengutamakan system keterbukaan, jujur dan keadilan.
Hal ini sesuai dengan QS. An-Nisaa’ ayat 29
َشَت يَع ًة َش َٰجِت َىُْكَت ىَأ َّلَِإ ُِِطَٰبْلٲِب نُكٌَْيَب نُكَل َْْٰهَأ ۟ا ُْلُكْأَت َلَ ۟اٌَُْهاَء َييِزَّلٱ اَُِّيَأ َٰي ٱ َّىِإ ْنُكَسُفًَأ ۟ا ُْلُتْقَت َلَ َّ ْنُكٌِّه ٍضا
ْنُكِب َىاَك َ َّللَّ
اًوي َِ َس Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama- suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. (QS. An-Nisaa’ ayat 29)
Adapun kegiatan Pasca Lelang sebagai berikut:
1. Jika terdapat keberatan komplain dari pemenang lelang, maka keberatan ditujukan melalui BALESMAN dan penyelesaian kasus tersebut akan dikonsultasikan dengan pihak Penjual sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
2. Layanan purna jual (after sales service) baik kepada pemenang dan juga penjual meliputi proses pelunasan pemenang, penyetoran pajak, Biaya lelang, serah terima dokumen objek lelang
3. Secara rinci dapat diuraikan :
Layanan pemenang lelang dan peserta : Memberikan informasi cara pelunasan pembayaran kepada pemenang lelang sesuai aturan yang berlaku., Koordinasi dengan KPKNL setempat untuk penyerahan risalah lelang kepada pemenang lelang.,
12
Menyerahkan dokumen obyek lelang dengan berita acara penyerahan setelah proses pelunasan, Memberikan informasi untuk lelang lanjutan / lelang ulang., Pelayanan terhadap complaint baik itu pemenang lelang atau peserta lelang.
Layanan bagi pemohon (Penjual) lelang : Memberikan salinan Risalah Lelang Laporan hasil lelang diantaranya meliputi : Hasil akhir kegiatan lelang, Pelunasan pembayaran pemenang lelang.
5. KESIMPULAN
Dalam menangani permasalahan pembiayaan PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan melakukan dengan cara pendekatan secara kekeluargaan dan mencari sebab terjadinya wanprestasi. Selain itu PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan tidak grusah grurus dalam menangani nasabah yang wanprestasi melainkan dengan sabar dan tidak menuntut nasabah untuk langsung membayar tunggakannya tapi dengan seadanya dulu. Untuk meminimalisir adanya nasabah yang enggan dalam membayar tanggungan yang dimilikinya balai lelang melakukan tindakan dengan tidak menekan nasabah melainkan dengan mengambil hati nasabah dan menyadarkan nasabah akan tanggungannya. PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan dalam menentukan suatu harga barang sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu dalam menentukan harga barang seperti alat elektronik, mobil, kendaraan bermotor dengan melihat harga pasar setempat. Jika dilihatdari segi ekonomi syariah, Mekanisme lelang yang dilakukan PT Balai Lelang Sukses Mandiri (Balesman) Medan sudah sesuai dengan prinsip dan asas asas Ekonomi Islam. Dimana Transaksi dilakukan oleh pihak lelang sudah cakap hukum atas dasar saling suka rela, objek lelang harus halal dan bermanfaat, kepemilikan/kuasa penuh pada barang yang dijual, kejelasan dan transparansi barang yang dilelang tanpa adanya manipulasi, kesanggupan penyerahan barang dari penjual, kejelasan dan kepastian harga yang disepakati tanpa kepada kolusi dan suap untuk memenangkan tawaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Muhammad, Panjaitan, W. S., & Ilhamy, M. L. (2022). Pada Pembiayaan Ib Griya Di Bank Sumut Syariah Cabang Medan. 5, 167–184.
Amrozi, A. I., & Sulistyorini, E. (2020). Pengaruh DPK, NPL, CAR, dan LDR Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus Pada Bank Yang Terdaftar di Indeks LQ45 tahun 2014-2018). Jurnal Penelitian Teori & Terapan Akuntansi (PETA), 5(1), 85–98.
https://doi.org/10.51289/peta.v5i1.420
Fahmi, R. (1970). Pelelangan Objek Jaminan Murabahah Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh Melalui Kantor Pelelangan Kekayaan Negara Dan Lelang Dalam Perspektif Bai’ Al-Muzayyadah. Petita: Jurnal Kajian Ilmu Hukum Dan Syariah, 3. https://doi.org/10.22373/petita.v3i1.36
Hafiz, Y. (2016). Perlindungan Hukum Bagi Pemenang Lelang Atas Eksekusi. 7, 1–12.
Hutapea, J. A. P. (2021). Perlindungan Hukum Terhadap Debitur Atas Lelang Eksekusi Hak Tanggungan Yang Tidak Mencapai Nilai Maksimum. Jurnal Kertha Semaya, 9, 404–414.
13
Lanteng, M., & Masyarakat, R. (2023). Pengaruh Harga Dan Penjualan Terhadap Respon Masyarakat , Lelang Barang Milik Negara / Daerah Melalui Lelang Internet ( E- Auction ) Pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang ( Kpknl ) Palopo.
8, 326–334.
Mboeik, M. C. (2019). Hak Sempurna Yang Melekat Pada Pemenang Benda Tidak Bergerak. Jurnal Kenotariatan Narotama, 1, 16.
Nugroho, P. D., & Badriyah, S. M. (1996). Wealth Article 29 paragraph (1). Article, 10, 247–261.
Putriana, A. (2022). Lelang Benda Jaminan Hak Tanggungan Akibat Wanprestasi Perspektif Hukum Nasional Dan Hukum Islam. Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab, 3, 194–208.
Saputri, D. M. (2020). Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Lelang Dalam Pelaksanaan Lelang Eksekusi Hak Tanggungan. Pamulang Law Review, 2, 7.
Sudarto, A. (2020). Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada Lembaga Keuangan Syariah Studi Bmt Al Hasanah Lampung Timur. Islamic Banking : Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan Perbankan Syariah, 5, 99–116.
Sukmaya, M. A., Abubakar, L., & Handayani, T. (2020). Perlindungan Hukum Bagi Pemenang Lelang Objek Hak Tanggungan Dalam Hal Eksekusi Terhalang Oleh Gugatan Ditinjau Dari Hukum Jaminan. Jurnal Ilmiah Galuh Justisi, 8, 204.
Wijaya, R. (2021). Dalam Perspektif Hukum Investasi Optimization of the Utility Principles on the Execution Auction in the Perspective of Investment Law. 46–56.
Yussufy, M. E., & Moegiri, M. (2020). Pelelangan Ikan Di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kota Pekalongan Ditinjau Dari Prespektif Islam. Neraca, 16, 96–108.
Lengkong, S. M. K., Rotinsulu, D. C., & Walewangko, E. N. (2019). Pengaruh Alokasi Anggaran Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Dan Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Bitung. Jurnal Pembangunan
Ekonomi Dan Keuangan Daerah, 19(2), 1–20.
https://doi.org/10.35794/jpekd.15783.19.2.2017.
Muhyiddin. (2020). Covid-19, New Normal, dan Perencanaan Pembangunan di Indonesia.
Jurnal Perencanaan Pembangunan: The Indonesian Journal of Development Planning, 4(2), 240–252. https://doi.org/10.36574/jpp.v4i2.118.
Putri, C. M., & Supatmi, S. (2020). Pengaruh Dewan Terkoneksi Politik terhadap Tingkat Simpanan, Tingkat Kredit dan Risiko Kredit Perbankan di Indonesia. JPPSH, 4(2), 158–168. https://doi.org/10.23887/jppsh.v4i2.31587.
Ratag, W. A., Kumenaung, A. G., & Engka, D. S. (2021). Pengaruh Perencanaan Anggaran Terhadap Penyerapan Anggaran Di Lingkungan Universitas Sam Ratulangi. Jurnal
14
Pembangunan Ekonomi Dan Keuangan Daerah, 20(3), 78–91.
https://doi.org/10.35794/jpekd.32800.20.3.2019
Rini, A. S., & Suguharti, L. (2020). Analisis Tingkat Daya Serap Anggaran Belanja Daerah Di Kota Malang. Jurnal Ilmu Ekonomi (JIE), 4(2020), 262–276.
Said, M. F. (2018). Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia. JCH (Jurnal Cendekia Hukum), 4(1), 141.
https://doi.org/10.33760/jch.v4i1.97.
Shiell, A., Hawe, P., & Kavanagh, S. (2020). Evidence suggests a need to rethink social capital and social capital interventions. Social Science & Medicine, 257, 111930.
https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2018.09.006.
Sholihah, E. (2021). Efisiensi Kinerja Keuangan Sektor Perbankan Indonesia Di Masa Pandemi Covid-19. JRMSI-Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia, 12(2), 287–
304. https://doi.org/10.21009/JRMSI.012.2.06.
Wijaya, R., & Adiwijaya, A. J. S. (2021). Optimalisasi Asas Kemanfaatan Hasil Lelang Eksekusi Dalam Perspektif Hukum Investasi. Jurnal Ilmiah Living Law, 13(1), 46–
56. https://doi.org/10.30997/jill.v13i1.4203.
Yasin, A., & Fisabilillah, L. W. P. (2021). Analisis Komparasi Kinerja Keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Sebelum Dan Pada Pandemi Covid-19. EQUILIBRIUM:
Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Pembelajarannya, 9(2), 142–152.
https://doi.org/10.25273/equilibrium.v9i2.10011.
15
16
17
18
19