1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan suatu negara tidak luput dari peran lembaga pendukung, terutama lembaga keuangan. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan formal yang berperan dalam pembangunan suatu negara. Bank berfungsi sebagai lembaga penghubung (financial intermediary institution) antara pemilik modal dengan masyarakat yang membutuhkan, dimana bank melakukan sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat luas.
Fungsi ini menunjukkan peran lembaga keuangan dalam pembangunan, dimana pembangunan yang dilakukan tidak hanya berbentuk fisik (sarana dan prasarana) tetapi juga membangun perekonomian Indonesia dan meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan cara memberikan akses kredit bagi masyarakat yang membutuhkan.
Seperti lembaga keuangan lainnya, Bank Syariah memiliki fungsi sebagai lembaga penghubung. Penerapan prinsip syariah, seperti ketiadaan bunga bank, penerapan sistem akad pada setiap transaksi, hingga pengelolaan dana yang terbatas pada kegiatan bisnis yang halal menurut Islam, merupakan faktor pembeda utama antara Bank Syariah dengan lembaga keuangan lain khususnya Bank Komvensional. Semakin banyaknya umat Islam di Indonesia yang mengetahui serta memahami hukum riba merupakan faktor utama lahirnya lembaga Bank syariah.
Tabel 1 Jumlah rekening Dana Pihak Ketiga Bank Syariah dan pertumbuhannya setiap tahun
Tahun Jumlah Rekening Dana Pihak Ketiga
Pertumbuhan per Tahun (%)
2010 6 053 658 33.41
2011 8 187 428 35.25
2012 10 847 862 32.49
2013 12 724 187 17.30
2014 14 386 575 13.06
2015 2016
18 481 911 22 198 718
28.46 20.11 Sumber: OJK (2017)
Berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS 2017), jumlah rekening DPK yang dimiliki oleh Bank Konvensional pada tahun 2016 sebesar 199.301.222 rekening. Jumlah rekening yang dimiliki Bank Syariah hanya 9 persen dari total rekening Bank Konvensional, padahal lembaga ini sudah ada sejak lebih dari 20 tahun yang lalu. Hal ini merupakan indikasi awal bahwa perkembangan Bank Syariah masih sangat lamban dan banyak masyarakat belum beralih pada Bank Syariah meskipun mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam.
Kota-kota di Jawa Barat yaitu Kota Bogor, Kota Bekasi dan Kota Depok merupakan salah satu kota penyangga bagi Ibukota Jakarta, dimana orang-orang
2
yang bekerja di Ibukota Jakarta sebagian memilih tinggal di daerah-daerah disekitar Jakarta. Masyarakat di wilayah ini rata-rata dianggap memiliki kualitas sumberdaya manusia (SDM) yang relatif lebih baik dibandingkan Kota atau Kabupaten lainnya di Jawa Barat karena memiliki nilai Indeks Pembangunan Manusia, angka harapan lama sekolah, dan rata-rata lama sekolah yang lebih baik dibandingkan dengan rata-rata untuk seluruh Jawa Barat (BPS Kota Bogor 2017).
Tabel 2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan pengeluaran perkapita di Kota Bogor, Kota Bekasi, dan Kota Depok 2011-2015 (dalam ribu rupiah)
Keterangan 2011
(%)
2012 (%)
2013 (%)
2014 (%)
2015 (%)
Bogor
PDRB per kapita 21 260 23 370 25 747 28278 30877
Pengeluaran per kapita 10 265 10 440 10 488 10 532 10 576
Selisih 10 995 12 930 15 259 17 746 20 301
Potensi untuk ditabung 51.7 55.3 59.3 62.8 65.7
Bekasi
PDRB per kapita 19 010 20 691 22 454 24 261 26 096 Pengeluaran per kapita 14 187 14 342 14 475 14 558 15 116
Selisih 4 823 6 349 7 979 9 703 10 980
Potensi untuk ditabung 25.4 30.7 35.5 40.0 42.1
Depok
PDRB per kapita 16 232 17 592 19 686 21 542 23 054 Pengeluaran per kapita 13 839 14 080 14 161 14 239 14 424
Selisih 2 393 3 512 5 525 7 303 8630
Potensi untuk ditabung 14.7 20.0 28.1 33.9 37.4
Sumber: BPS Kota Bogor (2017)
Semakin besar selisih pendapatan dengan konsumsi, maka peluang masyarakat untuk menabung akan semakin besar. Kota Bogor memiliki peluang lebih besar dalam hal menabung dibandingkan Kota Bekasi dan Depok. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 2 Kota Bogor memiliki peluang untuk menabung lebih besar karena selisih pengeluaran per kapita bernilai lebih dari 65 persen dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita. Nilai selisih ini semakin besar setiap tahunnya, bahkan pada tahun 2015 selisih PDRB dan pengeluaran per kapita dapat mencapai 65.7 persen, dan dua kota lainnya (Bekasi dan Depok) memiliki selisih kurang dari 50 persen. Tingkat pengetahuan yang baik, seperti yang dijelaskan paragraf sebelumnya, yang didukung dengan serta sisa pendapatan yang lebih dari 65 persen dari pendapatan (PDRB) perkapita menunjukkan bahwa Kota Bogor memiliki prospek yang baik untuk Bank Syariah, khususnya dalam hal menabung (saving).
Perumusan Masalah
Kemampuan Bank Syariah dalam mengumpulkan dana juga dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai perkembangan Bank Syariah di Indonesia. Kegiatan penghimpunan yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia adalah menabung. Menabung merupakan kegiatan penyisihan sebagian pendapatannya
3 untuk disimpan dan dipergunakan kelak untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat primer, sekunder dan tersier (Mutiarani 2014). Menurut Fisher (2006) perilaku menabung mengikuti hirarki kebutuhan. Masyarakat dengan pendapatan yang tinggi secara temporer akan cenderung menabung lebih banyak untuk mengkompensasikan pendapatan masa mendatang yang lebih rendah. Sedangkan Masyarakat dengan pendapatan rendah secara temporer cenderung akan mengurangi tabungan sebagai antisipasi pendapatan masa mendatang yang lebih tinggi (Dynan et al. 2004).
Dana tabungan merupakan salah satu komponen pembentuk Dana Pihak Ketiga (DPK). Menurut Yuda dan Meiranto (2010) tabungan merupakan salah satu komponen dari DPK yang berpengaruh signifikan secara parsial terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Semakin tinggi nilai DPK suatu bank maka semakin tinggi pula kredit yang dapat disalurkan oleh bank tersebut, hal ini karena DPK yang diperoleh pihak bank disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit.
Tabel 3 Perkembangan market share dana pihak ketiga (DPK) Bank Syariah
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Market share (%) 2.97 3.73 4.16 4.51 4.74 4.66 5.3 Pertumbuhan (%) 0.57 0.76 0.43 0.35 0.23 -0.08 0.64
Sumber: OJK (2017)
Terlihat bahwa sejak tahun 2010 hingga 2016 market share DPK Bank Syariah tidak lebih dari 6 persen. Selain itu pertumbuhan market share DPK Bank Syariah tidak mencapai 1 persen. Pertumbuhan market share yang tidak signifikan, bahkan terjadi penurunan pada tahun 2015 sebesar -0.08 persen, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat belum banyak yang beralih dari Bank Konvensional ke Bank Syariah dalam kegiatan penyimpanan dananya. Hal ini menjadi masalah bagi Bank Syariah mengingat Indonesia adalah pasar potensial bagi Bank Syariah. Berdasarkan data BPS jumlah penduduknya Indonesia sebanyak 87.18 persen merupakan beragama Islam (BPS 2010). Kondisi ini mengindikasikan kepercayaan masyarakat terhadap Bank Syariah rendah. Untuk meningkatkan nasabah dalam menyimpan dananya pada Bank Syariah, maka pihak Bank Syariah perlu mempelajari hal-hal yang melatar belakangi seseorang terkait keputusan dalam menyimpan dananya di Bank Syariah.
Memahami sikap sama artinya dengan memahami apa yang disukai dan tidak disukai oleh konsumen (Engel et al. 1992). Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek apakah disukai atau tidak, dan manfaat dari objek tersebut. Sikap yang terbentuk akan berpengaruh terhadap niat (intention) seseorang untuk berperilaku tertentu (behavior intention), yang dalam hal ini adalah niat masyarakat Kota Bogor untuk menabung pada Bank Syariah.
Bila dilihat dari data konsumsi dan pendapatan Kota Bogor, hal tersebut dianggap sebagai indikasi awal adanya potensi menabung, selanjutnya melalui penelitian ini peneliti akan mengukur apakah masyarakat Kota Bogor berminat untuk menabung di Bank Syariah. Setelah peneliti mengetahui minat menabung masyarakat Kota Bogor di Bank Syariah, yang diterjemahkan dalam beberapa faktor pembentukan minat, hasilnya akan dimanfaatkan untuk membantu memberikan rekomendasi
4
yang berguna untuk, mningkatkan minat masyarakat agar menabung di Bank Syariah.
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana minat menabung masyarakat di Bank Syariah?
2. Bagaimana faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat masyarakat untuk menabung di Bank Syariah?
3. Bagaimana rekomendasi yang tepat untuk meningkatkan minat menabung masyarakat pada Bank Syariah?
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi minat menabung masyarakat di Bank Syariah.
2. Menganalisis komponen faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat masyarakat untuk menabung pada Bank Syariah.
3. Memberikan alternatif rekomendasi yang dapat digunakan untuk mempengaruhi masyarakat agar menabung pada Bank Syariah.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh antara lain adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis
Penelitian ini bermanfaat sebagai sarana pengembangan wawasan dan memberikan pengalaman dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan selama masa perkuliahan.
2. Bagi akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi pembelajaran pada ilmu pemasaran khususnya aspek perilaku konsumen.
3. Bagi industri Bank Syariah
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pemasaran terhadap Bank Syariah yang efektif dan efisien.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya dibatasi untuk mengetahui minat menabung masyarakat terhadap Bank Syariah hanya untuk produk tabungan. Penelitian ini dilakukan kepada masyarakat Kota Bogor yang menabung hanya di Bank Konvensional dan masyarakat Kota Bogor yang memiliki dua jenis tabungan yakni pada Bank Konvensional dan Bank Syariah.