• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis nilai pragmatik pakkio bunting pada acara

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "analisis nilai pragmatik pakkio bunting pada acara"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jadi hubungan antara bahasa dan budaya merupakan hubungan subordinat, dimana bahasa berada di bawah kerangka budaya. Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa bahasa dan budaya memiliki hubungan yang serasi, yaitu hubungan yang sederajat yang memiliki kedudukan yang sama tinggi.

Rumusan Masalah

Di era globalisasi dan di zaman modern ini, banyak orang yang sudah tidak peduli lagi dengan budaya dan adat istiadat yang dimilikinya, terlebih pada generasi muda yang lebih dominan mengadopsi budaya dari negara lain, hal inilah yang menyebabkan kurangnya perhatian. dari sebagian masyarakat terhadap budaya yang dimilikinya, kecuali budaya atau adat perkawinan yang di dalamnya terdapat budaya hamil Pakkio yang jarang kita jumpai di masyarakat kita (Arya et al., 2022). Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Nilai Pragmatis Pakkio Hamil pada Pernikahan di Kabupaten Takalar.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

KAJIAN PUSTAKA

Penelitian yang Relevan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk dan fungsi tindak tutur direktif dalam media sosial Fadil Jaidi. Persamaan dan perbedaan dalam penelitian ini adalah kesamaan pembahasan tindak tutur, dan perbedaan penelitian Fadil Jaidi tentang tindak tutur di media sosial, sedangkan penelitian ini membahas tindak tutur pada pakkio hamil di Kabupaten Takalar.

Kajian Teori

Deixis adalah hubungan antara kata yang digunakan dalam tindak tutur dan referen dari kata yang tidak tetap atau dapat berubah dan bergerak (Chaer & Leonie, 2004). Teori tindak tutur 'Speech act' berasal dari kuliah yang diberikan oleh filsuf Inggris, John L. Jadi, tindak tutur berfokus pada bagaimana menggunakan bahasa dalam mengkomunikasikan maksud dan tujuan pembicara.

Searle menyatakan bahwa dalam praktik penggunaan bahasa yang sebenarnya terdapat tiga macam tindak tutur (Rizi, 2021). Ketiga jenis tindak tutur tersebut adalah sebagai berikut: (1) tindak tutur lokusi, yaitu tindak tutur untuk mengungkapkan maksud, (2) tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur yang dikaitkan dengan maksud dan fungsi tertentu bagi penutur, dan ( 3) berikut. Pande & Artana, 2020) menyatakan bahwa tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang mengatakan sesuatu dalam arti “mengatakan” atau tindak tutur berupa kalimat yang bermakna dan dapat dimengerti.

Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dimaksudkan oleh penutur agar tuturannya dimaknai sebagai evaluasi terhadap hal-hal yang disebutkan dalam ujaran tersebut. Chaer (2010) menjelaskan bahwa tindak tutur adalah tindak tutur yang berkaitan dengan tuturan orang lain dalam kaitannya dengan sikap dan perilaku nonlinguistik orang lain. Menurut pendapat tersebut, (Bawamenewi, 2020) Proloquy adalah tindak tutur yang berkaitan dengan pengaruh tuturan seseorang terhadap sikap dan perilaku nonlinguistik orang lain.

Kerangka Pikir

Masyarakat kita jarang sekali melihat 'pantun balik' saat iring-iringan mempelai pria tiba di rumah mempelai wanita. Bahasa sehari-hari yang digunakan dalam penelitian ini adalah ucapan yang diucapkan oleh sastrawan Makassar yang membacakan puisi bermakna (Pakkio Bunting). Penggunaan bahasa oleh penyair ini memiliki berbagai bentuk ungkapan yang menimbulkan berbagai makna dan maksud.

Analisis nilai pragmatis Pakkio hamil pada acara pernikahan di Kabupaten Takalar inilah yang diteliti oleh peneliti. Ragam teori yang digunakan sebagai landasan dalam melakukan penelitian ini meliputi teori pragmatik, tindak tutur, situasi dan konteks tuturan, model tindak tutur, tindak tutur direktif, situasi tutur, fungsi tindak tutur direktif, media sosial Instagram, efek tutur, caption akun Instagram . Data penelitian ini berupa penggalan pedoman yang diduga terdapat dalam Analisis Nilai Pragmatis Hamil Pakkio pada acara pernikahan di Kabupaten Takalar.

Kerangka yang terkait dengan penelitian ini diuraikan dalam diagram di bawah ini.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Kutipan di atas termasuk jenis tindak tutur stilistik karena terdapat kalimat la’bu bannang ri Jawa yang menggunakan gaya personifikasi. Namun dalam kutipan di atas makna buah diibaratkan dengan pasangan, dalam hal ini calon pengantin, sehingga kutipan di atas termasuk fungsi tindak tutur asertif. Namun dalam kutipan di atas makna bunga diibaratkan sebagai pasangan dalam hal ini mempelai wanita, sehingga kutipan di atas termasuk dalam tindak tutur tanya.

Namun dalam kutipan di atas makna buah diibaratkan dengan pasangan, dalam hal ini mempelai wanita, oleh karena itu kutipan di atas merupakan salah satu jenis tindak tutur stilistika. Kutipan di atas termasuk jenis tindak tutur deklaratif karena terdapat kalimat la'bu bannang ri Jawa yang menggunakan bahasa kiasan. Kutipan di atas tergolong tindak tutur stilistik karena terdapat dalam kalimat Titti' matureku kala'busang paccini'ku.

Kutipan di atas mengandung fungsi tindak tutur imperatif karena terdapat kata Bawakaraeng yang merupakan majas. Namun dalam kutipan di atas makna bunga dibandingkan dengan pasangan, dalam hal ini mempelai wanita, oleh karena itu kutipan di atas termasuk fungsi tindak tutur afirmatif. Namun dalam kutipan di atas, makna buah diibaratkan dengan pasangan, dalam hal ini mempelai, oleh karena itu kutipan di atas termasuk fungsi tindak tutur ekspresif.

Kutipan di atas mengandung fungsi tindak tutur yang dilakukan karena terdapat kalimat la’bu bannang ri Jawa yang menggunakan bahasa kiasan. Kutipan di atas mengandung fungsi tindak tutur ekspresif karena terdapat dalam kalimat Titti' matureku kala'busang paccini'ku.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisis Data

Analisis Data

Prosedur Penelitian

Kutipan di atas termasuk tindak tutur perkosi karena menggunakan nilai perkosi yang sebenarnya sebagai kata pammanakna bija (keluarga). Tindak tutur lokusi pada kutipan di atas merupakan harapan agar kedua mempelai bersungguh-sungguh dalam menjalani kehidupan setelah menikah. Namun dalam kutipan di atas, makna bunga dibandingkan dengan pasangan, dalam hal ini mempelai wanita, oleh karena itu kutipan di atas termasuk tindak tutur perlokusi.

Kutipan di atas termasuk jenis tindak tutur deklaratif karena terdapat kalimat la’bu bannang ri Jawa yang menggunakan bahasa kiasan yang memiliki fungsi majemuk. Kutipan di atas mengandung tindak tutur perlokusi dan memiliki fungsi ekspresif karena terdapat dalam frasa Titti' matureku kala'busang paccini'ku. Kutipan di atas merupakan salah satu bentuk tindak tutur tanya karena terdapat kata Iya dende yang diucapkan oleh Pakkiok Bunting ketika melihat mempelai pria telah tiba di rumah mempelai wanita.

Jenis tindak tutur deklaratif pada kutipan di atas adalah harapan agar kedua mempelai bersungguh-sungguh dalam menjalani kehidupan setelah menikah. Kutipan di atas merupakan salah satu bentuk tindak tutur stilistik karena menggunakan kata kiasan Tamparang, yang tidak mengacu pada lautan, melainkan mengacu pada luasnya pola pikir. Fungsi tindak tutur ekspresif dalam kutipan di atas adalah harapan agar kedua mempelai bersungguh-sungguh dalam menjalani kehidupan setelah menikah.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian Baru

Pembahasan

Dalam hasil wawancara dengan salah satu tokoh masyarakat yang mengatakan bahwa “Ku Minasaiko Sunggu Daeng sedang hamil” nilai harapan Anrong hamil agar kedua mempelai bersungguh-sungguh dalam kehidupannya setelah menikah. Tindak tutur adalah tindakan yang muncul sebagai akibat dari tanggapan pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata atau kalimat. Karena dalam kutipan tersebut nilai tindakan yang dilakukan oleh Anrong adalah mempelai laki-laki hamil dan mengajak mempelai laki-laki beserta keluarganya untuk masuk ke dalam rumah mempelai perempuan.

Selain itu, terdapat nilai tindakan pragmatis karena terdapat kalimat la’bu bannang ri Jawa yang menggunakan gaya bahasa personifikasi. Nilai tindakan pragmatis yang terdapat dalam puisi Hamil Pakkio menitikberatkan pada kebaikan yang akan diperoleh kedua mempelai setelah menikah. Dalam puisi Pakkio Bunting ditemukan tujuh belas data berupa kutipan yang mengandung jenis nilai tindakan pragmatis menurut teori Leech.

Dalam hasil wawancara dengan salah satu tokoh masyarakat yang menyatakan bahwa “Ku Minasaiko Sunggu Daeng sedang hamil”, nilai yang diharapkan dari tindakan anrong hamil agar kedua mempelai serius dalam pementasannya.

PENUTUP

Kesimpulan

Iya dende-iya dende Nia tojeng mi antu mae Bunting salloa ni airing (Ungkapan kebahagiaan Mempelai wanita yang ditunggu-tunggu telah tiba) Kutipan di atas merupakan tuturan lokusi karena ada kata Iya dende yang diucapkan oleh Pakkiok Bunting ketika melihat mempelai pria- calon mempelai wanita tiba di rumah calon pengantin. Kutipan di atas termasuk tindak tutur perkosi karena menggunakan kiasan kata Tamparang yang tidak mengacu pada laut melainkan luasnya watak. Kutipan di atas merupakan salah satu jenis tindak tutur stilistika karena kata Pakke'bukku (pintu) bukan berarti pintu rumah biasa melainkan lebih menunjuk pada pintu hati/perasaan.

Kutipan di atas termasuk fungsi tindak tutur huru-hara karena kata Tamammonea (mengisi) bukan berarti kata kerja mengisi biasa, melainkan mengacu pada hati/perasaan. Kutipan di atas merupakan tindak tutur deklaratif karena kata Tamammonea (mengisi) bukan berarti kata kerja mengisi yang biasanya mengacu pada hati/perasaan. Iya dende-iya dende Nia tojeng mi antu mae Bunting salloa ni airing (Ungkapan kebahagiaan Pengantin yang ditunggu-tunggu telah tiba) Kutipan di atas termasuk fungsi tindak tutur imperatif karena terdapat kata Iya dende yang diucapkan oleh Pakkiok Bunting ketika beliau melihat bahwa mempelai pria telah tiba di rumah mempelai wanita.

Kutipan di atas merupakan fungsi tindak tutur asertif dan tindak tutur perkolasi karena menggunakan makna yang sebenarnya. Kutipan di atas termasuk fungsi tindak tutur asertif karena menggunakan kata kiasan Tamparang yang tidak mengacu pada laut tetapi pada luasnya pola pikir. Kutipan di atas termasuk fungsi tindak tutur asertif, karena dalam kata Pakke'bukku (pintu) bukan berarti pintu rumah biasa melainkan lebih menunjuk pada pintu hati/perasaan.

Saran

Berdasarkan pembahasan yang telah diberikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Pakkio Bunting merupakan salah satu sastra lisan suku Makassar yang digunakan dalam adat perkawinan suku Makassar. Jenis nilai tindakan pragmatik yang ditemukan di Pakkia Bunting adalah 5 poin untuk tindakan ilokusi, 5 poin untuk tindakan ilokusi dan 7 poin untuk tindakan perlokusi. Puisi Pakkia Bunting tidak hanya berupa pesan untuk Riolu, tetapi banyak nasehat, doa dan manfaat bagi pasangan yang akan menikah dalam membangun kehidupan keluarga yang lebih baik.

Adapun penelitian yang telah dilakukan peneliti tentang Pakkio Bunting sebenarnya masih banyak kekurangan, sehingga penulis sangat berharap peneliti selanjutnya dapat lebih banyak lagi membuat referensi tentang nilai-nilai budaya yang ada di daerah Takalar khususnya di Pakkio Bunting. . WASIT: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Masalah pengeluaran uang pada masyarakat di Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba. Penggunaan Tindak Tutur Ekspresif dalam Interaksi Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas X SMA Negeri 8 Mandai Kabupaten Maros.

Menurut Anda, apakah Pakkio mengalami masalah hamil saat tidak melaksanakan akad nikah suku Makassar?

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis tindak tutur dan peristiwa tutur pada interaksi pedagang dan pembeli, dapat disimpulkan bahwa memahami tindak tutur dan peristiwa tutur dalam satu situasi