• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BIAYA OPERASIONAL PENAMBANGAN BATUBARA TAMBANG BAWAH TANAH PT.NUSA ALAM LESTARI DESA SALAK KECAMATAN TALAWI KOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT

N/A
N/A
Rereee

Academic year: 2024

Membagikan "ANALISIS BIAYA OPERASIONAL PENAMBANGAN BATUBARA TAMBANG BAWAH TANAH PT.NUSA ALAM LESTARI DESA SALAK KECAMATAN TALAWI KOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT "

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh Ayu Ariska

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANYAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANGSEKOLAH TINGGI

TEKNOLOGI INDUSTRI ( STTIND ) PADANG 2019

(2)

TALAWI KOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana

Oleh Ayu Ariska 1410024427027

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANYAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANGSEKOLAH TINGGI

TEKNOLOGI INDUSTRI ( STTIND ) PADANG 2019

(3)
(4)

Nama : Ayu Ariska

NPM : 1410024427027

Pembimbing I : Dian Hadiyansyah MT Pembimbing II : Riam Marlina ST, MT

RINGKASAN

PT. Nusa Alam Lestari merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara dengan mengunakan metode tambang bawah tanah. yang berada di Desa Salak, Kecamatan Talawi, Kabupaten Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat. Yang memiliki cadangan batubara sebesar 11.183.661 pada Januari 2009. Pada Januari-Setember tahun 2018 PT. Nusa Alam Lestari melakukan penambangan batubara dengan rencana produksi 38.613,15 ton batubara, dengan realisasi produksi yang tercapai sebesar 28.899,99tonbatubara.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis biaya operasional penambangan PT.

Nusa Alam Lestari untuk mengetahui berapa biaya operasional pada Januari-Sebtember 2018 dan mengetahui berapa keuntungan yang diperoleh PT. Nusa Alam Lestari.

Dari hasil pengolahan data komponen biaya yang dihitung untuk kegiatan operasional penambangan di PT. Nusa Alam Lestari danBiaya Logistik dan BBM, Biaya Alat Perlindungan Diri, Biaya Pengangkutan Bahan Galian Gaji Karyawan, Biaya Overhead, Biaya Pajak Dan Non Pajak,dengan total keseluruhan biaya sebesar Rp.

32.914.328.79 dan total keuntungan yang di peroleh pada Januari-September 2018 sebesar Rp. Rp.7.812.528.432. Total penjualan batubara pada bulan Januari-September tahun 2018 sebesar Rp. 38.761.510.643.

Kata Kunci : Produksi,Batubara, Biaya operasional, Keuntungan

(5)

Name : Ayu Ariska

NPM : 1410024427027

Adviser I : Dian Hadiyansyah MT Adviser II : Riam Marlina ST, MT

ABSTRACT

PT. Nusa Alam Lestari is a company engaged in coal mining using underground mining methods. located in Salak Village, Talawi District, Sawahunto Regency, West Sumatra Province. Those with coal reserves amounted to 11,183,661 in January 2009.In January-December 2018 PT. Nusa Alam Lestari conducted coal mining with a planned production of 38,613.15 tons of coal, with the realization of production achieved at 28.899,99tons of coal.

The purpose of this study was to analyze the mining operational costs of PT.

Nusa Alam Lestari to find out what the operational costs are from January to September 2018 and find out how much profit PT. Nusa Alam Lestari.

From the results of the cost component data processing calculated for mining operations at PT. Nusa Alam Lestari is the Cost of Logistics and BBM, Cost of Personal Protection Equipment, Transportation Costs for Salary for Employee Salaries, Overhead Costs, Tax Costs and Non-Taxes, with a total cost of Rp. 32.914.328.79 and the total profit obtained in January-September 2018 was Rp. 7.812.528.432.Total coal sales in January - September 2018 is Rp. 38,761,510,643.

Keywords : Production, Coal, Operational Costs, Benefits

(6)

i

KATA PENGANTAR

ﻢﻴﺤﺮﻠﺍﻦﻤﺤﺮﻠﺍﷲﻢﺴﺒ

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan penelitian ini sesuai waktu yang ditentukan. Shalawat beriring salam penulis kirimkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita umatnya dari zana kebodohan dan kejahilan menuju kezaman yang kita rasakan saat ini.

Dalam penyelesaian penelitian ini penulis telah dimotivasi dan dibantu oleh berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis dengan tulus hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak, H. Riko Ervil, MT selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.

2. Bapak Dr. Murad, MS, MT selaku Ketua Prodi Teknik Pertambangan.

3. Bapak Dian Hadiyansyah, MT selaku pembimbing I dalam penulisan proposal ini.

4. Ibu Riam Marlina, MT selaku pembimbing II dalam penulisan Tugas proposal ini.

5. Dosen dan Staf Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.

6. Senior Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.

7. Rekan-rekan Prodi Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.

(7)

ii

Penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak- pihak yang membutuhkan. Penulis mengharapkan krtitik dan saran yang membangun dari seluruh pihak demi kesempurnaan penulisan tugas akhir ini.

Padang, April 2019

(Penulis)

(8)

iii DAFTAR ISI

Halaman COVER

LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah... 3

1.3. Batasan Masalah ... 3

1.4. Rumusan Masalah ... 3

1.5. Tujuan Penelitian ... 4

1.6. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 2.1.Landasan Teori... 5

2.1.1 Tinjauan Umum Perusahaan ... 5

2.1.2 Biaya Operasinal ... 16

2.1.3 Produksi ... 17

(9)

iv

2.1.4 Biaya ... 21

2.1.5 Metode Full Costing ... 26

2.1.6 Kepmen ... 32

2.1.7 Harga Batubara ... 32

2.2 Kerangka Konseptual ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 36 3.1 Jenis Penelitian ... 36

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian ... 36

3.2.1 Tempat Penelitian ... 36

3.2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah ... 36

3.2.3 Waktu Penelitian... 37

3.3 Variabel Penelitian ... 37

3.4. Jenis Data dan Sumer Data... 37

3.4.1 Jenis Data ... 37

3.4.2 Sumber Data ... 38

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisi Data... 39

3.6.1 Teknik Pengolahan Data ... 39

3.6.2 Analisi Data ... 39

3.7 Kerangka Metodologi ... 40

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 42 4.1 Pengumpulan Data ... 42

4.1.1 Produksi Batubara ... 42

(10)

v

4.1.2 Pengangkutan Bahan Galian ke Stockpile ... 43

4 .1.3 Pengandaan Alat Perlindungan Diri ... 43

4.1.4 Gaji Karyawan ... 44

4.1.5 Biaya Logistik dan BBM ... 45

4.1.6 Biaya Perawatan Tambang Bawah Tanah... 46

4.1.7 Biaya OverHead ... 46

4.1.8 Pajak dan Non Pajak ... 47

4.1.9 Harga Batubara Acuan ... 47

4.1.10 Jadwal Kerja ... 48

4.1.11 Lubang Produksi Batubara ... 48

4.1.12 Total Kerja Dalam 1 Bulan ... 48

4.2. Pengolahan Data ... 49

4.2.1 Produksi Batubara Pada Bulan Januari-September 2018 .... 49

4.2.2 Biaya Operasional Penambangan ... 50

4.2.3 Keuntungan PT. Nusa Alam Lestari ... 55

BAB V ANALISA PENGOLAHAN DATA 62 5.1 Waktu Efektif Kerja ... 62

5.2 Harga Pokok Produksi mengunakan Metode Full Costing... 63

5.3 Harga Penjualan Batubara mengunaka HPP Marker... 63

BAB VI PENUTUP 67 6.1 Kesimpulan ... 67

6.2 Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Koordinat Batas Wilayah Kuasa Penambangan (IUP) ...6

Tabel 2.2 Cadangan Batubara PT. Nusa Alam Lestari ...13

Tabel 4.1 Target Produksi Dan Realisasi Produksi ...42

Tabel 4.2 Biaya Pengangkutan Batubara ...43

Tabel 4.3 Pengadaan Alat Pelindung Diri ...43

Tabel 4.4 Gaji Karyawan Kriteria Pertama ...44

Tabel 4.5 Jumlah Karyawan Borongan ...45

Tabel 4.6 Biaya Logistik dan BBM ...45

Tabel 4.7 Biaya Perawatan Tambang Bawah Tanah ...46

Tabel 4.8 Biaya Overhead ...46

Tabel 4.9 Pajak dan Non Pajak ...47

Tabel 4.10 Harga Batubara Acuan Januari-September 2018 ...47

Tabel 4.11 Jadwal Kerja ...48

Tabel 4.12 Lubang Produksi ...48

Tabel 4.13 Produksi Batubara ...49

Tabel 4.14 Produksi batubara ...50

Tabel 4.15 Biaya Peralatan Logistik dan BBM ...51

Tabel 4.16 Biaya Alat Pelindungan Diri ...51

Tabel 4.17 Biaya Perawatan Tambang Bawah Tanah ...52

Tabel 4.18 Biaya Pengangkutan Bahan Galian ke Stocpile ...52

Tabel 4.19 Gaji Karyawan Kriteria 1 ...53

Tabel 4.20 Gaji Karyawan Kriteria 2 ...53

Tabel 4.21 Biaya Overhead...54

(12)

vii

Tabel 4.22 Biaya Pajak dan Non Pajak ...54

Tabel 4.23 Total Biaya Operasional PT. Nusa Alam Lestari ...54

Tabel 4.24 Biaya Bahan Baku ...55

Tabel 4.25 Biaya Tenaga Kerja Langsung ...55

Tabel 4.26 Biaya Overhead...55

Tabel 4.27 Tabel Harga Pokok Produksi ...57

Tabel 4.28 Harga Batubara bulan Januari-September 2018...59

Tabel 4.29 Total harga produksi bulan Januari-September 2018 ...60

Tabel 4.30 Tabel Keuntungan Di PT. Nusa Alam Lestari ...60

Tabel 5.1 Produksi Batubara Pada Bulan Januari-September 2018 ...62

Tabel 5.2 Keuntungan Di PT. Nusa Alam Lestari ...64

Tabel 5.3 Rekapitulasi ...66

(13)

viii

DAFTAR GAMBAR

Hal aman

Gambar 2.1 Peta Lokasi Wilayah IUP PT. NAL ...7

Gambar 2.2 Jack Hummer...17

Gambar 2.3 Sekop ...18

Gambar 2.4 Gerobak ...18

Gambar 2.5 Lori ...19

Gambar 2.6 Colt diesel Hoist ...19

Gambar 2.7 Excavator ...20

Gambar 2.8 Colt diesel ...20

Gambar 2.9 Sketsa Proses Produksi ...21

Gambar 2.10 Kerangka Konseptual ...35

Gambar 3.1 Peta Kesampaian Daerah Lokasi PT. NAL ...37

Gambar 3.2 Kerangka Metodologi Penelitian ...40

(14)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta Layout Penambangan PT. NAL

Lampiran 2 Peta Wilayah Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Lampiran 3 Peta Kegunaan Lahan Tahun 2014

Lampiran 4 Peta Geologi PT. NAL Lampiran 5 Peralatan Logistik Lampiran 6 Alat Perlindungan Diri Lampiran 7 Karyawan

Lampiran 8 Alat Pengangkutan Batubara Lampiran 9 Rumus Harga Batubara Lampiran 10 KEPMEN ESDM Lampiran 11 Waktu Edar Lori

Lampiran 12 Rekapitulasi Hasil Analisis Data Lampiran 13 Dokumentasi

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Keberhasilan suatu negara dalam mencapai tujuan dan cita-cita, sangat didukung oleh potensi-potensi yang ada di dalam negara itu sendiri antara lain sumber daya alam dan sumber daya manusia. Salah satu sumber daya alam yang ditemukan diindonesia adalah batubara, potensi batubara diindonesia tersebar luas di beberapa tempat, terutama di pulau Sumatera dan Kalimantan.

Batubara merupakan salah satu bahan galian yang strategis dan salah satu bahan energi nasional yang mempuyai peran yang besar dalam pembangunan nasional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan batubara, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor serta semakin meluasnya manfaat pengunaannya, maka perusahaan-perusahaan yang memproduksi batubara terus meningkatkan kemampuan produksinya dengan cara mengoptimalkan kegiatan penambangan batubara.

Sebelum melaksanakan kegiatan penambangan, perlu dibuat suatu rencana anggaran biaya penambanga. Tujuannya agar dapat memberikan gambaran biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan untuk kegiatan penambangan. Salah satu biaya kegiatan penambangan yang harus direncanakan adalah biaya operasional penambangan.

Secara umum biaya operasional didefinisikan sebagai segala macam biaya yang harus dikeluarkan agar proyek penambangan dapat beroperasi/berjalan

(16)

dengan normal. Dengan adanya kegiatan analisis biaya operasional penambangan tersebut diharapkan pihak perusahaan dapat melakukan kegiatan penambangan secara terstruktur dan terorganisasi.

Pengertian biaya operasional menurut Jopie yusuf (2013:38) adalah biaya- biaya yang tidak berhubungan langsung dengan produk perusahaan tetapi berkaitan dengan aktifitas perusahaan sehari-hari

Dalam kegiatan penambangan terdapat kegiatan operasi produksi batubara, dalam setiap tahun perusahaan akan melakukan perhitungan tentang rencana produksi batubara, sehingga perusahaan tambang dapat menargetkan berapa ton batubara setiap bulannya. Namun setelah dilakukan kegiatan produksi, tidak tercapainya produksi batubara dengan yang direncanakan, sehinga mengakibatkan target produksi tidak tercapai. Untuk itu diperlukan analisis mengenai kegiatan operasi produksi penambangan batubara dalam rangka memenuhi target produksi yang telah direncanakan. Sehingga hasil akhir dari analisis tersebut dapat dievaluasi serta dijadikan acuan untuk kegiatan operasi produksi selanjutnya. Tidak kecuali di Tambang Batubara di PT.Nusa Alam Lestari.

PT. Nusa Alam Lestari (NAL) adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan batubara, kegiatan penambangan mengunakan metode tambang bawah tanah. Pada bulan Januari-September tahun 2018 rencana produksi batubara sekitar 38.613.15 ton sedangkan produksi batubara rendah yaitu sebesar 28.899.99 ton. Rendahnya produksi batubara dikarenakan kurangnya perhatian terhadap aktifitas penambangan, perlunya perhitungan yang tepat untuk

(17)

biaya operasional pada saat kegiatan produksi, waktu kerja yang kurang efektif pada saat kegiatan penambangan dimana waktu keefektif kerja sebesar 8 jam, namun pada saat kegiatan penambangan tidak memaksimalkan waktu kerja yang diberikan mengakibatkan target produksi tidak tercapai.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk membahas dan meneliti kegiatan operasi produksi dengan topik “Analisis Biaya Operasional Penambangan Batubara Tambang Bawah Tanah di PT. Nusa Alam Lestari Desa Salak Kecamatan Talawi Kota Sawah Lunto Provinsi Sumatera Barat” 1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada penelitian ini:

1.

Waktu kerja kurang efektif. Waktu kerja yang diberikan yaitu 8 jam namun tidak tidak memaksimalkan waktu kerja yang telah diberikan.

2. Tidak tercapainya target produksi yang telah direncanakan.

3. Perlunya perhitungan yang tepat terhadap biaya operasional pada saat kegiatan produksi.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini:

1. Analisis biaya operasional pada proses produksi di PT. Nusa Alam Lestari pada bulan Januari sampai bulan September tahun 2018.

2. Menghitung berapa ton produksi batubara di PT.Nusa Alam Lestari pada bulan Januari sampai bulan September tahun 2018.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini:

(18)

1. Berapa total biaya operasional pada kegiatan produksi batubara pada bulan Januari sampai bulan September tahun 2018 ?

2. Berapa keuntungan dari produksi batubara bulan Januari sampai bulan September tahun 2018 ?

1.5 Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini:

1. Mendapatkan hasil biaya operasional di PT. Nusa Alam Lestari pada bulan Januari-September tahun 2018.

2. Mendapatkan hasil kuntungan dari kegiatan produksi batubara pada bulan Januari sampai bulan September tahun 2018.

1.6 Manfaat penelitian 1. Bagi perusahaan

Dapat menjadi pertimbangan bagi perusahaan untuk meningkatkan efesiensi kerja dan menekan biaya produksi sehinga dapat mensejahterakan karyawan dan mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

2. Bagi peneliti

Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat kedalam bentuk penelitian dan meningkatkan kemampuan peneliti dalam menganalisis suatu permasalahan serta menambah wawasan peneliti khususnya di bidang teknik pertambangan.

(19)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Tinjauan Umum Perusahaan 1. Deskripsi Perusahaan

PT. Nusa Alam Lestari (NAL) adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan batubara. Pada tahun 2004 PT. Nusa Alam Lestari memulai kegiatan penambangan dengan eksplorasi lanjutan PT. Bukit Asam Persero Tbk. Pada tahun 2006 PT. Nusa Alam Lestari mendapatkan perizinan untuk melakukan kegiatan penambangan dan bekerja sama dengan kontraktor PT. Arka Ananta untuk melakukan kegiatan penambangan menggunakan metode tambang terbuka (Open Pit).

PT. Arka Ananta melakukan kegiatan penambangan tanpa melakukan kegiatan peledakan sehingga menyebabkan produksi tidak maksimal, pada tahun 2008 PT. Nusa Alam Lestari mengambil alih langsung untuk melakukan kegiatan penambangan dengan menggunakan kegiatan peledakan dan berakhir pada tahun 2011 dikarenakan sudah tidak ekonomis lagi dilakukan tambang terbuka. Dari tahun 2011 PT. Nusa Alam Lestari melanjutkan kegiatan penambangan menggunakan metode tambang bawah tanah dikarenakan masih banyak cadangan batubara. Cadangan batubara yang terdapat pada PT. Nusa Alam Lestari terdapat beberapa lapisan diantaranya lapisan batubara seam A1, akhir tahun 2013 seam A1 tidak layak lagi untuk

(20)

ditambang dikarenakan resiko kecelakaan yang tinggi dan dilanjutkan dengan penambangan seam C1.

Secara geografis wilayah penambangan PT Nusa Alam Lestari terletak pada koordinat 100°45’48” BT – 100°46’48” BT dan 00°36’45” LS - 00°37’12” LS.

Koordinat geografis batas wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) operasi produksi batubara dapat dilihat pada tabel.

Tabel 2.1 Koordinat Batas Wilayah Kuasa Penambangan (IUP) No. Titik

Koordinat

Bujur Timur Lintang Selatan (°) (') (") (°) (') (")

1 100 45 48,19 0 36 54,35

2 100 45 54,50 0 36 54,35

3 100 45 54,50 0 36 51,80

4 100 45 59,70 0 36 51,80

5 100 45 59,70 0 36 53,65

6 100 46 9,00 0 36 53,65

7 100 46 9,00 0 36 49,78

8 100 46 22,40 0 36 49,78

9 100 46 22,40 0 36 45,84

10 100 46 48,00 0 36 45,84

11 100 46 48,00 0 37 8,21

12 100 46 30,20 0 37 8,21

13 100 46 30,20 0 37 12,00

14 100 44 58,67 0 37 12,00

15 100 44 58,67 0 37 5,50

16 100 44 14,45 0 37 5,50

17 100 44 14,45 0 36 59,00

18 100 45 48,19 0 36 59,00

Sumber: PT.Nusa Alam Lestari

(21)

Sumber: PT.Nusa Alam Lestari

Gambar 2.1 Peta Lokasi Wilayah IUP PT. NAL 2. Kondisi Umum Geologi Regional dan Stratigrafi

Endapan batubara terjadi pada kala oligosen diendapkan dalam cekungan antara gunung (Inter Mountain Basin) yang dikenal dengan cekungan ombilin dan mempunyai luas ± 800 km² yang berkembang sejak awal zaman tersier memanjang pada arah barat – tenggara, searah dengan struktur geologi yang banyak terdapat patahan ( fault ) dan lipatan (fold).

Lokasi penambangan batubara PT. NAL sekarang ini terletak dibagian barat cekungan ombilin dan terdapat pada formasi batuan yang dikenal dengan nama formasi sawahlunto. Secara umum lapisan tanah penutup batubara terdiri dari batu lempung ( claystone), batupasir (sandstone), batu lanau (siltstone). Formasi sawahlunto ini terletak pada dua jalur yang terpisah yaitu

(22)

jalur yang menjurus dari sawahlunto sampai sawah rasau dan dari tanah hitam terus ketimur dan kemudian kearah utara yang disebut perambahan.

Secara regional stratigrafi sawahlunto dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu kelompok batuan Pra-tertier dan kelompok Tertier.

a. Kelompok batuan Pra-Tersier terdiri dari:

1) Formasi silungkang

Nama formasi ini mula-mula diusulkan oleh klompe, Katili dan Sekunder pada tahun 1958. Secara petrografi ini masih dapat dibebankan menjadi empat satuan, yaitu: satuan lava andesit, satuan lava basalt, satuan tufa andesit, dan satuan tufa basalt. Umur dan formasi ini diperkirakan sampai trias.

2) Formasi Tuhur

Formasi ini dicirikan lempung abu-abu kehitaman, berlapis baik dengan sisipan-sisipan batu pasir dan gamping hitam. Diperkirakan formasi ini berumur trias.

b. Kelompok batuan tersier terdiri dari 1) Formasi Sangkarewang

Nama formasi ini pertama diusulkan oleh kastowo dan silitonga pada 1975. Formasi ini terutama terdiri dari serpih gampingan sampai napal berwarna coklat kehitaman, berlapis halus dan mengandung fosil ikan serta tumbuhan. Formasi ini diperkirakan berumur Eosen Oligosen.

(23)

2) Formasi Sawahlunto

Nama formasi ini diusulkan oleh R.P Koesoemadinata dan Th.

Matasak pada 1979. Formasi ini merupakan formasi yang paling penting karena mengandung lapisan batubara. Formasi ini dicirikan oleh batu lanau, batu lempung, dan batubara yang berselingan satu sama lain. Diperkirakan formasi ini berumur Oligosen.

3) Formasi Sawah Tambang

Nama formasi ini diusulkan oleh kastowo dan silitonga pada tahun 1975. Bagian bawah dari formasi ini dicirikan oleh beberapa siklus endapan yang terdiri dari batu pasir konglomerat, batu lanau, dan batu lempung. Bagian atas didominasi pada umumnya oleh batu pasir konglomerat tanpa adanya sisipan lempung atau batu lanau. Umur dari formasi ini diperkirakan lebih tua dari miosen bawah.

4) Formasi Brani

Formasi ini terdiri dari konglomerat dan batu pasir kasar yang berwarna cokelat keunguan, dengan kondisi terpilah baik, padat, keras dan umumnya mempertlihatkan adanya suatu perlapisan, formasi ini diperkirakan berumur paleosen.

5) Formasi Ombilin

Nama formasi ini diusulkan oleh kastowo dan silitonga pada tahun 1975. Formasi ini terdiri dari lempung gampingan, napal dan pasir

(24)

gampingan yang berwarna abu-abu kehitaman, berlapis tipis dan mengandung fosil, umur dari formasi itu diperkirakan Miosen bawah.

6) Formasi Lanau

Formasi ini terdiri dari tufa, batu apung yang berwarna abu-abu kehitaman, umur dari formasi ini diperkirakan Pleistosen.

3. Iklim dan Curah Hujan

Daerah tambang Nusa Alam Lestari (NAL) beriklim tropis dengan suhu berkisar antara 22° C sampai 33° C dan terbagi dalam dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan di daerah PT. NAL 2359,48 mm/

tahun, sedangkan untuk curah hujan tertinggi 617 mm pada bulan april dan terendah 23 mm pada bulan Desember.

Jumlah hari hujan daerah penyelidikan untuktahun 2000 adalah 188 hari, volume curah hujan 1.598,91 mm (rata-rata 385,43 mm) dengan lama hujan 125 jam. Musim hujan di daerah penyelidikan berlangsung antara bulan november sampai april, sementara suhu udara minimum dan maksimumnya adalah 25° C dan 32° C secara terperinci, curah hujan dan banyaknya hari hujan yang mempengaruhi iklim. (Sumber : Pos Pengamatan Curah Hujan Kec Talawi)

4. Lapisan Batubara dan Cadangan Batubara

Dari eksplorasi terdahulu, pada saat penambangan telah diketahui, terdapat 3 lapisan (Seam) batubara yang dapat di tambang (Mineable) dengan metode

(25)

tambang bawah tanah. Lapisan tersebut adalah seam A1, seam C1, dan seam C2 dengan kemiringan masing-masing 15̊ - 30̊.

a. Lapisan Batubara A1

Lapisan batubara seam A1 yang ditambang dengan metode bawah tanah memiliki ketebalan rata-rata 1,6 m.

b. Lapisan Batubara C1

Lapisan batubara seam C1 merupakan lapisan batubara dibawah seam A1 yang juga akan ditambang dengan metode bawah tanah dengan ketebalan rata-rata 2 m. Posisi lapisan seam C1 mencapai 30 – 35 m di bawah seam A1.

c. Lapisan Batubara C2

Lapisan batubara seam C2 merupakan lapisan batubara terbawah ( di bawah seam C1) dengan ketebalan rata-rata 2,4 m. Posisi lapisan seam C2 berada 4-12 m di bawah seam C1.

Cadangan adalah bagian dai sumber daya teridentifikasi dari suatu komoditas mineral yang ekonomis dan tidak bertentangan dengan ketentuan hukum dan kebijaksanaan. ( Sumber : SNI13-6011-1999 )

Cadangan dapat diklasifikasikan dalam beberapa bagian, yaitu :

a. Cadangan Hipotetik ( Hypothetical Reserve) adalah cadangan suatu bahan galian yang bersifat detuktif. Tingkat keyakinan cadangan sebesar (10-15) % dari total cadangan yang di duga.

b. Cadangan Tereka (probable Reserve) adalah cadangan suatu bahan galian yang bersifat deduktif dugaan dari kemungkinan faktor-faktor geologi yang mengontrolnya atau dugaan dari hasil penyelididkan

(26)

awal/tinjau. Tingkat keyakinan cadangan sebesar (10-15%) dari total cadangan yang ada.

c. Cadangan Terindikasi (Indicated Reserve) adalah cadangan suatu bahan galian yang perhitunganya didasarkan atas penelitian lapangan dan hasil analisis laboraturium dengan tingkat keyakinan cadangan (50-60%) dari total cadangan yang terindikasi .

d. Cadangan Terukur (Measured Reserve) adalah cadangan suatu bahan galian yang perhitunganya didasarkan atas penelitian lapangan secara sistematis dan hasil analisi laboratorium dengan tingkat keyakinan (80- 85%) dari total cadangan yang ada.

Sedangkan sumber daya adalah akumulasi zat padat, cair atau gas yang terbentuk secara ilmiah, terletak didalam atau di permukaan bumi, terdiri dari satu jenis atau lebih komoditas dapat diperoleh secara nyata atau bernilai ekonomis. Sumber daya di golongkan menjadi dua yaitu.

a. Sumber daya teridentifikasi (identified resources) adalah endapan mineral yang diketahui nyata, baik jenis, bentuk, kedudukan, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dasarnya petunjuk geologi, pengambilan contoh dan pengukuran teknis bermetoda.

b. Sumber daya tak teridentifikasi (undiscovered resources) adalah zona endapan mineral yang belum diketahui secara nyata, baik bentuk, kedudukan, maupun kualitas dan kuantitasnya. Terbentuknya endapan mineral yang belum diketahui secara nyata, baik bentuk, kedudukan

(27)

maupun kuantitas dan kuantitasnya. Terbentuknya endapan mineral hanya diperkirakan berdasarkan teori – teori geologi secara garis besar.

Total jumlah cadangan (in-situ coal reserves) dalam batas pit limit seluas 20,9 Ha adalah 1,18 juta ton dengan lapisan penutup (waste) 12.097.033 m³, dan nisbah kupas (Stripping Ratio) 10,22. Rincian jumlah cadangan untuk setiap seam batubara (PT. NAL)

Tabel 2.2 Cadangan Batubara PT. Nusa Alam Lestari(kondisi per januari 2009)

SEAM JUMLAH CADANGAN BATUBARA IN-SITU COAL RESERVES (ton)

A-1 285.893

A-2 21.543

A-3 411

B-1 62.335

B-2 39.198

B-3 5.682

C-1 391.049

C-1 377.498

TOTAL 1.183.611

Sumber: PT.Nusa Alam Lestari 5. Kualitas Batubara

Menurut klasifikasi American Society for testing and materials (ASTM), batubara PT. Nusa Alam Lestari termasuk kedalam tingkat Bituminus Hight Volatil dengan nilai kalori 6.800 – 7.200 Kkal/kg. Hasil ini didapat dari analisa Proximate (analisa komponen pembentuk batubara) dan analisa Ultimate (analisa unsur-unsur kimia yang terkandung pada batubara) yang menunjukkan kadar belerang dan kadar abu yang rendah. Sedangkan bobot isi rata-rata batubara dari hasil belerang dan kadar abu yang rendah, sedangkan bobot isi rata-rata batubara hasil eksplorasi adalah 1,3 ton.

(28)

Karena penambangan dilakukan dengan metode bawah tanah sistem Room and pillar maka tidak semua sisa cadangan dapat diambil. Berdasarkan pengalaman bawah tanah sebelumnya di PT. Bukit Asam Ombilin maka mining recovery yang dipakai adalah 50 % dari 100 % cadangan.

6. Kegiatan Penambangan

Metode penambangan yang digunakan di PT. Nusa Alam Lestari yaitu metode room and pillar cara penambangan ini mengandalkan endapan batubara yang tidak di ambil sebagai penyanga dan endapan batubara yang di ambil sebagai room. Metode penambagan batubara sudah dilakukan sejak pada saat pembuatan lubang maju tersebut dibesarkan menjadi ruangan – ruangan dengan meninggalkan batubara sebagai tiang penyangga.

Metode ini mempunyai keterbatasan dalam besaran jumlah batubara yang dapat di ambil dari suatu cadanggan batubara karena tidak semua tiang penyangga batubara dapat diambil secara ekonomis maupun teknik. Dari seluruh total cadanggan terukur batubara yang dapat di ambil dengan cara penambangan metoda room and pillar dari 100% batubara yang bisa di ambil hanya 30 – 60 % saja, hal ini disebabkan banyak batubara tertinggal sebagai tiang – tiang pengaman yang tidak dapat diambil.

a. Pemasaran

Pemasaran dan penjualan Batubara PT. Nusa Alam Lestari ditunjukan untuk permasaran lokal dan internasional. Pemasaran batubara melalui Teluk Bayur

(29)

Padang. Pemasaran melalui Teluk Bayur ini dilakukan langsung ke kapal dengan kapasitas muat kapal 35.000-40.000 ton dengan kemampuan muat 9000 ton/hari.

Berikut beberapa konsumen yang memiliki kontrak dengan PT. Nusa Alam Lestari :

1) PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Selatan Sektor Pembangkitan Ombilin untuk jangka waktu November 2008 – November 2013

2) PT. Semen Padang sebagai pemasok pasar Spot 3) Trader lokal lainya.

b. Pasca Tambang

Dalam rangka pemenuhan good mining practice PT. Nusa Alam Lestari juga mengedepankan pasca tambang berupa kegiatan reklamasi. Kegiatan reklamasi dilakukan berupa penanamam bibit pohon Akasia, Jambu Mete, Chery pada daerah reklamasi yang telah ditentukan. Manfaat dari pohon akasia adalah sebagai bentuk peneduh ditepi-tepi jalan. Kegunaan akasia juga untuk penahan banjir dilereng tandus. Tumbuhan ini dapat hidup dengan cepat sekalipun tidak dirawat.

Pohon jambu mete dan Chery selain berguna sebagai peneduh juga mempunyai buah yang bisa di konsumsi. Pohon segon selain pertumbuhanya yang cepat, karena manfaat pohon ini sangat banyak salah satunya sebagai bahan baku papan, triplek, dan sebagainya.

(30)

2.1.2 Biaya Operasional

Biaya operasional didefenisikan sebagai segala macam biaya yang harus dikeluarkan agar proyek penambangan dapat beroperasi/berjalan dengan normal.

Dalam suatu operasional penambangan, seluruh biaya penambangan akan terdiri dari banyak komponen biaya yang merupakan akibat dari masing-masing tahapan kegiatan. Besar kecilnya biaya penambangan akan tergantung pada perancangan teknis sistem penambangan, jenis dan jumlah alat yang digunakan.

Untuk mencapai biaya penambangan yang sekecil mungkin, maka dalam merancang sistem penambangan perlu diperhatikan pemilihan alat yang dapat memberikan biaya produksi serendah mungkin pemilihan alat (jenis dan merek) sebaiknya tidak dilakukan semata-mata karena besar kecilnya produksi atau kapasitas alat tersebut, dan juga diperlukan perhitungan biaya pengeluaran secara teratur agar tidak melebihi rencana biaya operasional penambangan supaya target produksi dapat tercapai.

Pada dasarnya aspek teknis dan ekonomis tidak dapat dipisahkan karena keduanya akan saling mempengaruhi. Perkiraan biaya investasi alat akan tergantung pada jumlah alat yang digunakan dan kapasitas alat yang dipilih demikian pula biaya produksi merupkan fungsi dari kapasitas alat ayang dipakai.

Dapat disimpulkan bahwa biaya penambangan yang rendah akan dapat dicapai jika rancangan teknis dapat dioptimasi dengan memperhatikan pemilihan dan jumlah alat yang digunakan.

(31)

2.1.3 Produksi

Merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kata produksi juga sering digunakan dalam istilah membuat sesuatu tetap dalam istilah luas produksi dapat diartikan sebagai pengubah bahan-bahan dari sumber-sumber menjadi yang diinginkan oleh konsumen.

1. Proses Produksi

Adalah kegiatan yang mengkombinasikan faktor-faktor produksi yang ada untuk menghasilkan suatu produk, baik barang atau jasa yang dapat diambil nilai lebihnya atau manfaatnya oleh konsumen. Sifat proses produksi adalah mengelolah bahan baku pembantu secara manual dengan mengunakan peralatan.

2. Peralatan penambangan a. Jack Hammer Listrik

Jack hummer listrik merupakan alat utama yang digunakan untuk pemecahan/pembongkaran batu bara, jack hummer listrik yang digunakan bermerek makita dengan model HM 1306 dan berat 15,1 kg.

Gambar 2.2 Jack Hummer listrik

(32)

b. Sekop

Berfungsi sebagai alat muat batubara di tambang sekop digunakan untuk memasukan batubara ke dalam lori dan nantinya sekop juga akan di gunakan untuk pembongkaran batubara dari dalam lori ke stockpile sementara.

Gambar 2.3 Sekop c. Gerobak

Gerobak digunakan oleh para pekerja yang melakukan kegiatan pengambilan batubara di front penambangan, gerobak nantinya akan digunakan sebagai alat angkut dari front (lubang cabang) penambangan menuju lori yang berada di stockpile (langsir).

Gambar 2.4 Gerobak

(33)

d. Lori

Lori digunakan untuk pengangkutan batubara, lori ini akan dijalankan di atas rel besi dan nantinya akan di tarik keluar lubang dengan mengunakan colt diesel hoist.

Gambar 2.5 Lori

e. Colt diesel Hoist

Merupakan motor pengerak yang dirakit sendiri oleh PT. Nusa Alam Lestari yang akan digunakan untuk menarik dan menurunkan lori dari dalam tambang, yang akan di bantu oleh operator lubang.

Gambar 2.6 Colt Diesel Hoist

(34)

f. Excavator

Excavator merupakan alat berat yang di gunakan oleh PT. Nusa Alam Lesati, kegunaanya untuk mengambil batubara dari Stockpile sementara dan batubara tersebut di masuk kedalam Colt Diesel.

Gambar 2.7 Excavator

g. Colt diesel

Colt Diesel merupakan alat yang digunakan oleh PT. Nusa Alam Lestari untuk mengangkut batubara dari tambang menuju ke stockpile yang telah di sediakan.

Gambar 2.8 Colt Diesel

(35)

h. Sketsa proses produksi

Merupakan proses produksi batubara dari dalam tambang kemudian di angkut oleh lori keluar menuju stockpile sementara, kemudian dari stockpile sementara di angkut mengunakan colt diesel menuju stockpile.

Gambar 2.9 Sketsa Proses Produksi 2.1.4 Biaya

Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku baik yang sudah terjadi. (Supriono 2011:16) menyataan bahwa biaya adalah harga porelahan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan dan akan dipakai sebagai pengulang penghasilan.

1. Biaya Operasional

Segala macam biaya yang harus dikeluarkan agar proyek penambangan dapat beroperasi/berjalan dengan normal, dengan adanya kegiatan analisis biaya operasional penambangan tersebut diharapkan pihak perusahaan dapat melakukan kegiatan penambangan secara terstruktur dan terorganisasi.

(36)

2. Biaya Produksi

Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti sempit, biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.

a. Biaya Produksi Langsung

Biaya yang apat dipisahkan dan dikenali secara langsung digunakan untuk memproduksi suatu barang. Biaya dapat secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan objek biaya. Objek biaya bisa berupa apapun seperti produk, aktivitas, dan sebagainya, yang diukur biayanya dan dibebani biaya. Pembebanan biaya secara akurat ke objek biaya sangatlah penting, agar dapat diketahui objek mana yang bisa ditelusuri secara langsung.

b. Biaya Produksi Tidak Langsung

Biaya produksi tidak langsung atau singkatanya biaya overhead produksi.

Biaya overhead produksi dapat didefenisikan sebagai biaya dari bahan baku atau material tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan semua biaya produksi yang tidak dapat dibebankan langsung kepada produk. Jadi dengan kata lain biaya overhead produksi ini meliputi seluruh biaya produksi kecuali biaya material langsung dan tenaga kerja langsung.

c. Biaya Umum dan Administrasi

(37)

Semua biaya yang terjadi dan berhubungan dengan fungsu administrasi dan umum meliputi biaya dalam rangka menentukan kebijaksanaan, perencanaan, pengarahan, dan pengawasan terhadap kegiatan perusahaan secara keseluruhan.

Termaksuk dalam biaya ini direktur dan staf bagian umum porsonalisasi bagian humas dan hukum bagian keunagan, akutansi dan sebagainya.

3. Biaya Tenaga Kerja

Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar para pekerja dan pegawai yang bekerja di perusahaan. Gaji merupakan pembayaran kepada tenaga kerja atau karyawan yang didasarkan pada rentang waktu seperti gaji mingguan, bulanan dan lain sebagainya. Upah dibebankan melalui rekening biaya tenaga kerja langsung. Sedangkan gaji dibebankan melalui rekening overhead. Adapun perkiraan tenaga kerja yaitu, teknik perkiraan biaya tenaga kerja berdasarkan sistem per jam kontrak pekerjaan (hourly contract rate).

Beberapa perusahaan menghitung satuan biaya tenaga kerja dan struktur gaji didasarkan pada perhitungan-perhitungan tertentu. Tahap-tahap perhitungan satuan biaya tenaga kerja tersebut adalah:

a. Tentukan upah standar

Dapat diperoleh dari asosiasi tenaga kerja setempat atau pemerintah. Upah standar merupakan gaji tanpa memperhitungkan lembur atau tunjangan.

b. Perkiraan Overtime dan Work Equivalent Normal Hours

(38)

Yaitu memperkirakan waktu kerja lebih 4 (empat) atau 5 (lima) minggu kemudian penghargaan diberikan bila bekerja sesuai dengan waktu bekerja normal (normal time) dan melebihi normal time.

c. Tambahkan tunjangan

Uang tambahan untuk kondisi basah/hujan seperti tunjangan pakaian dan peralatan ataupun tunjangan karena keahliannya yang khusus.

d. Tambahkan bonus produksi

Umumnya dinyatakan dalam dolar per minggu, tergantung dari volume produksi.

e. Hitung rata-rata upah perminggu f. Hitung jumlah minggu kerja/tahun

Termaksuk pengurangan akibat pengurangan jumlah jam kerja karena sakit, dan hari libur. Dengan mengalihkan upah minguan rata-rata dengan jumlah minggu kerja, maka diperoleh upah yang dibayar perwaktu kerja.

g. Hitung jumlah minggu tak kerja h. Hitung Overhead

Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang tidak termaksuk direct remuneration

i. Perkiraan biaya lain

j. Hitung total upah tenaga kerja tahunan 4. Biaya Variabel

(39)

Adalah biaya yang berubah secara proporsional dengan aktifitas bisnis.

Biaya variabel adalah jumlah biaya marjinal terhadap semua unit yang di prouduksi. Hal ini juga di anggap biaya normal. Biaya tetap dan biaya variabel membentuk dua komponen dari total biaya. Biaya langsung bagaimanapun biaya yang dapat dengan mudah dikaitkan dengan objek biaya tertentu.

Namun tidak semua biaya variabel adalah biaya langsung.

5. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran perubahan volume kegiatan tertentu. Besar kecilnya biaya tetap di pengaruhi oleh kondisi perusahaan jangka panjang. Teknologi dan metode serta strategi manajemen.

6. Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan adalah alokasi biaya perolehan atau sebagian besar harga perolehan suatu aset tetap selama masa aset tesebut. Besar nilai yang didapat di susutkan adalah selisih antara harga perolehan dengan nilai sisa, yaitu nilai aset pada akhir. Setiap perusahaan memegang peranan penting dalam menentukan metode apa yang akan digunakan dalam hal ini akan berpengaruh besar terhadap penyusutan.

7. Biaya Kepemilikan

Biaya kepemilikan adalah biaya yang dikeluarkan untuk memiliki suatu alat dan memelihara segala peralatan itu baik dari segi keusan maupun dari segi kepajakan (perpanjangan). Biaya ini harus diusahakan kembali dalam

(40)

jangka waktu tertentu. Biaya ini termaksuk biaya tetap tidak di pengaruhi oleh besarnya produksi.

8. Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku langsung adalah semua biaya bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi dan yang dapat dimasukkan langsung dalam kalkulasi biaya produk. Pertimbangan utama dalam mengelompokkan bahan ke dalam bahan baku langsung adalah kemudahan penelusuran proses pengubahan bahan tersebut sampai menjadi barang jadi.

9. Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran adalah semua biaya yang sejak saat produk selesai diproduksi dan disimpan dalam gudang sampai produk itu kembali dalam bentuk uang tunai. Biaya pemasaran juga dapat diartikan sebagai semua biaya yang telah terjadi dalam rangka memasarkan produk atau barang dagangan.

Dimana biaya tersebut timbul pada saat produk atau barang dagangan siap dijual sampai dengan diterima hasil penjualan sebagi kas.

2.1.5 Perhitungan Harga Pokok Produksi 1. Metode Full Costing

Full costing adalah metode penentuan harga pokok produk dengan memasukkan seluruh komponen biaya produksi sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead variabel dan biaya overhead tetap. Di dalam metode full costing, biaya overhead yang bersifat variabel maupun tetap dibebankan kepada produk

(41)

yang dihasilkan atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas norma atau atas dasar biaya overhead sesungguhnya. Oleh karena itu biaya overhead tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk selesai yang belum dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (elemen harga pokok penjualan) apabila produk selesai tersebut tidak dijual. Menurut metode Full costing, karena produk yang dihasilkan ternyata menyerap jasa overhead tetap walaupun tidak secara langsung, maka wajar apabila biaya tadi dimasukkan sebagai komponen pembentuk produk tersebut. Harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing sebagai Berikut:

Biaya bahan baku + biaya tenaga kerja + Biaya Overhead tetap = Harga Pokok Produksi (HPP) ... (2.1)

Untuk mendapatkan HPP per ton maka

HPP/Jumlah produksi (ton) ... (2.2) Biaya overhead tetap dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar biaya tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead tetap. Biaya overhead akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual. Biaya overhead tetap akan dianggap sebagai biaya jika produk jadi telah laku dijual. Pada metode full costing ada pemisahan antara biaya produksi dengan period cost. Biaya produksi adalah biaya yang dapat diidentifikasikan dengan produk yang dihasilkan. Periode cost adalah biaya- biaya yang tidak ada hubungannya dengan produksi dan dibebankan sebagai

(42)

biaya dalam periode terjadinya. Biaya yang termasuk dalam period cost pada metode full costing adalah biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum (baik yang tetap maupun variabel). Kelebihan metode full costing, yaitu:

a. Biaya overhead baik yang variabel maupun tetap, dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead yang sesungguhnya.

b. Selisih biaya overhead akan timbul apabila biaya overhead yang dibebankan berbeda dengan biaya overhead yang sesungguhnya terjadi. Pembebanan biaya overhead lebih (overapplied factoryoverhead), terjadi jika jumlah biaya overhead yang dibebankan lebih besar dari biaya Overhead yang sesungguhnya terjadi.

Pembebanan biaya overhead kurang (underapplied factoryoverhead), terjadi jika jumlah biaya overhead yang dibebankan lebih kecil dari biaya overhead yang sesungguhnya terjadi.

c. Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual, maka pembebanan biaya overhead lebih atau kurang tersebut digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok yang masih dalam persediaan (baik produk dalam proses maupun produk jadi).

d. Metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead tetap sebagai biaya diluar pabrik sampai saat produk yang bersangkutan dijual.

2. Metode Variabel Costing

Variable costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya memasukkan komponen biaya produksi yang bersifat variabel sebagai unsur

(43)

harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead variabel. Variable costing beranggapan bahwa overhead tetap tidak secara langsung membentuk produk, maka tidak relevan kalau dimasukkan sebagai komponen harga pokok. Sebaiknya overhead tetap dimasukkan dalam kelompok period cost (biaya periode).

Perbedaan pokok antara metode full costing dan variabel costing sebetulnya terletak pada perlakuan biaya tetap produksi tidak langsung. Dalam metode full costing dimasukkan unsur biaya produksi karena masih berhubungan dengan pembuatan produk berdasar tarif (budget), sehingga apabila produksi sesungguhnya berbeda dengan tarifnya maka akan timbul kekurangan atau kelebihan pembebanan. Tetapi pada variable costing memperlakukan biaya produksi tidak langsung tetap bukan sebagai unsur harga pokok produksi, tetapi lebih tepat dimasukkan sebagai biaya periodik, yaitu dengan membebankan seluruhnya ke periode dimana biaya tersebut dikeluarkan sehingga dalam variabel costing tidak terdapat pembebanan lebih atau kurang.

Adapun unsur biaya dalam metode full costing terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead baik yang sifatnya tetap maupun variabel. Sedangkan unsur biaya dalam metode variabel costing terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead yang sifatnya variabel saja dan tidak termasuk biaya overhead tetap.

Akibat perbedaan tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan lain yaitu:

(44)

a. Dalam metode full costing, perhitungan harga pokok produksi danpenyajian laporan laba rugi didasarkan pendekatan fungsi.

Sehingga apa yang disebut sebagai biaya produksi adalah seluruh biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi, baik langsung maupun tidak langsung, tetap maupun variabel. Dalam metode variable costing, menggunakan pendekatan tingkah laku, artinya perhitungan harga pokok dan penyajian dalam laba rugi didasarkan atas tingkah laku biaya. Biaya produksi dibebani biaya variabel saja, dan biaya tetap dianggap bukan biaya produksi.

b. Dalam metode full costing, biaya periode diartikan sebagai biaya yang tidak berhubungan dengan biaya produksi, dan biaya ini dikeluarkan dalam rangka mempertahankan kapasitas yang diharapkan akan dicapai perusahaan, dengan kata lain biaya periode adalah biaya operasi. Dalam metode variable costing, yang dimaksud dengan biaya periode adalah biaya yang setiap periode harus tetap dikeluarkan atau dibebankan tanpa dipengaruhi perubahan kapasitas kegiatan. Dengan kata lain biaya periode adalah biaya tetap, baik produksi maupun operasi.

c. Menurut metode full costing, biaya overhead tetap diperhitungkan dalam harga pokok, sedangkan dalam variabel costing biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik. Oleh karena itu saat produk atau jasa yang bersangkutan terjual, biaya tersebut masih melekat pada

(45)

persediaan produk atau jasa. Sedangkan dalam variabel costing, biaya tersebut langsung diakui sebagai biaya pada saat terjadinya.

d. Jika biaya overhead dibebankan kepada produk atau jasa berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka dan jumlahnya berbeda dengan biaya overhead yang sesungguhnya maka selisihnya dapat berupa pembebanan overhead berlebihan (overaplied factory overhead).

Menurut metode full costing, selisih tersebut dapat diperlakukan sebagai penambah atau pengurang harga pokok yang belum laku dijual (harga pokok persediaan).

e. Dalam metode full costing, perhitungan laba rugi menggunakan istilah laba kotor (gross profit), yaitu kelebihan penjualan atas harga pokok penjualan. Dalam variable costing, menggunakan istilah marjin kontribusi (contribution margin), yaitu kelebihan penjualan dari biaya- biaya variabel.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari perbedaan laba rugi dalam metode full costing dengan metode variable costing adalah:

a. Dalam metode full costing, dapat terjadi penundaan sebagian biaya overhead tetap pada periode berjalan ke periode berikutnya bila tidak semua produk pada periode yang sama.

b. Dalam metode Variable costing seluruh biaya tetap overhead telah diperlakukan sebagai beban pada periode berjalan, sehingga tidak terdapat bagian biaya overhead pada tahun berjalan yang dibebankan kepada tahun berikutnya.

(46)

c. Jumlah persediaan akhir dalam metode variable costing lebih rendah dibanding metode full costing. Alasannya adalah dalam Variable costing hanya biaya produksi variabel yang dapat diperhitungkan sebagai biaya produksi.

Laporan laba rugi full costing tidak membedakan antara biaya tetap dan biaya variabel, sehingga tidak cukup memadai untuk analisis hubungan biaya volume dan laba dalam rangka perencanaan dan pengendalian.

2.1.6 Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Kepmen) Keputusan menteri energi dan sumber daya mineral Republik Indonesia bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 6 ayat (4) dan pasal 8 ayat (5) peraturan menteri energi dan sumber daya mineral nomor 7 tahun 2017 tentang tata cara penetapan harga patokan penjualan mineral logam dan batubara sebagaimana telah diubah dengan peraturan menteri energi dan sumber daya mineral nomor 44 tahun 2017 tentang perubahan peraturan menteri energi dan sumber daya mineral nomor 7 tahun 2017 tentang tata cara penetapan harga patokan penjualan mineral logam dan batubara, perlu menetapkan keputusan menteri dan sumber daya mineral tentang harga mineral logam acuan dan harga batubara acuan.

2.1.7 Harga Batubara

Harga Batubara dapat dihitung berdasarkan formula patokan batubara marker yang dikeluarkan oleh Kementrian Energi Sumber Daya Mineral, dengan formula sebagai berikut:

Harga Batubara (Hb) = (HBA×K×A)-(B+U)

(47)

Dimana :

HBA = Harga Batubara Acuan

K = Nilai Kalori Batubara : 6322kkal/kg

A = (100 - kandungan Air Batubara) : (100 - 8 / FKA)

FKA ={[(100 - 8) : (100 - Kandungan Air Batubara )] × Kandungan Air Batubara} + [(100 - 8) : 100]

B = (Kandungan Balerang Batubara - 0,8) × 3 U = (Kandungan Abu Batubara 15) × 0,3 2.2 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini terdapat kerangka konseptual yang akan membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, yang terdiri atas:

2.2.1 Input

Yaitu data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari:

1. Data Primer

a. Waktu edar lori 2. Data Sekunder

a. Rencana kerja dan angaran biaya ( RKAB )

1) Rencana produksi batubara pada bulan Januari-September tahun 2018

2) Produksi batubara realisasi 3) Gaji karyawan

4) Jumlah kayawan

(48)

5) Biaya logistik dan pengandaan alat 6) Biaya angkut batubara ke Stockpile 7) Biaya alat perlindungan diri

8) Biaya perawatan alat 9) Biaya Overhead 10)Pajak dan Non pajak 2.2.2 Proses

Proses yaitu teknik pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas:

1. Menghitung biaya penambangan batubara di PT. Nusa Alam Lestari pada bulan Januari-Septemer pada tahun 2018.

2. Menghitung biaya produksi batubara di PT. Nusa Alam Lestari pada bulan Januari-September tahun 2018.

3. Menghitung keuntungan yang diperoleh oleh PT. Nusa Alam Lestari pada bulan Januari-Septemer tahun 2018.

2.2.3 Output

Output yaitu hasil yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:

1. Mendapatkan total biaya operasional yang dikeluarkan pada kegiatan operasi produksi di PT.Nusa Alam Lestasi. Pada bulan Januari-Septemer tahun 2018.

2. Mendapatkan berapa keuntungan yang diperoleh dalam kegiatan penambangan batubara Pada bulan Januari-Septemer tahun 2018.

(49)

Input Proses Output

Gambar 2.10 Kerangka Konseptual 1.Data Primer

- Waktu edar lori 2. Data Sekunder

1. RKAB bulan Januari— Sepemer 201 2. Produksi

batubara realisasi 3. Gaji karyawan 4. Jumlah

kayawan 5. Biaya logistik

dan

pengandaan alat

6. Biaya angkut batubara ke Stockpile 7. Biaya alat

perlindungan diri

8. Biaya

perawatan alat 9. Biaya

Overhead 10.Pajak dan Non

pajak

1. Mendapatkn 2. total biaya

operasional yang dikeluarkan pada kegiatan operasi

produksi di PT.Nusa Alam Lestasi.

3. Mendapatkan berapa keuntungan yang diperoleh dalam kegiatan penambangan batubara pada tahun 2018.

1. Menghitung biaya

penambangan batubara di PT.

Nusa Alam.

2. Menghitung biaya produksi batubara di PT.

Nusa Alam Lestari tahun paa bulan Januari-

Septemer 2018.

3. Menghitung keuntungan yang diperoleh oleh PT. Nusa Alam Lestari

(50)

36 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian terapan. Penelitian terapan adalah penelitian yang bertujuan untuk hati-hati sistematik dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan digunakan segera untuk keperluan tertentu. Menurut Moh. Nazir (2005 : 26) penelitian terapan ini digolongkan dalam pengolongan menurut tujuan.

Penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan yang secara praktis dapat diaplikasikan. Walaupun ada kalanya penelitian terapan juga untuk mengembangkan produk penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menemukan, mengembangkan suatu produk.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Perusahaan tambang batubara PT. Nusa Alam Lestari. Secara administrasi lokasi operasi produksi berada di Desa Salak Kecamatan Talawi, Kota Sawah Lunto, Provinsi Sumatera Barat.

3.2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Secara administratif konsensi ppenambangan PT Nusa Alam Lestari termasuk dalam wilayah penambangan, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat . Jarak antara daerah penambangan dengan kota padang ± 90 km disebelah timur Kota Padang, ditempuh dengan kendaraan roda empat pada jalan

(51)

lintas Sumatera melalui Padang ke Kota Solok dan dilanjutkan dengan waktu tempuh ± 3-4 jam.

Gambar 3.1 Peta Kesampaian Daerah Lokasi PT. NAL 3.2.3 Waktu Penelitian

Waktu yang direncanakan penulis dalam melakukan penelitisan ini yaitu pada bulan 10 November2018 sampai selesai.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu atribut dari sekelompok objek yang diteliti mempunyai variasi satu dengan yang lain dalam kelompok tersebut. Sesuai denganpermasalahan yang diteliti maka variabel penelitian meliputi kegiatan operasional produksi PT. Nusa Alam Lestari.

3.4 Jenis Data dan Sumber Data 3.4.1 Jenis Data

(52)

Jenis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

a. Waktu edar lori 2. Data Sekunder

b. Rencana kerja dan angaran biaya ( RKAB )

a) Rencana produksi batubara pada bulan Januari-September 2018 b) Produksi batubara realisasi

c) Gaji karyawan d) Jumlah kayawan

e) Biaya logistik dan pengandaan alat f) Biaya angkut batubara ke Stockpile g) Biaya alat perlindungan diri

h) Biaya perawatan alat i) Biaya Overhead j) Pajak dan Non pajak 3.4.2 Sumber Data

Sumber data yang didapatkan berasal dari pengamatan langsung di lapangan, arsip-arsip perusahaan dan mencatat semua ha-hal yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu pada PT. Nusa Alam Lestari.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data dilakukan yaitu:

1. Wawancara, melakukan wawancara dilapangan tetang objek penelitian seperti Rencana Kerja dan Angaran Biaya.

(53)

2. Studi lapangan, yaitu cara mendapatkan data yang dibutuhkan dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan, yaitu pada proses produksi batubara, proses opersaional penambangan seta dokumentasi yang berkaitan dengan objek penelitian.

3. Studi pustaka, yaitu mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan membaca buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang ada akan dibahas sebagai landasan dalam pemecahan masalah.

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan data yang digunakan peneliti mengacu kepada biaya operasional penambangan batubara, biaya produksi dan rencana biaya produksi 3.6.1 Teknik Pengolahan Data

Adapun langkah-langkah penelitian yang digunakan penulis dapat dilihat pada kerangkan metodologi berikut:

1. Total biaya operasional pada kegiatan produksi batubara pada bulan Januari-September tahun 2018.

2. Keuntungan yang diperoleh di PT. Nusa Alam Lestari pada bulan Januari- September tahun 2018.

3.6.2 Analisis Data

Setelah mengumpulkan data dan pengolahan data maka dilakukan analisis data dari hasil pengolahan data yang didapat. Pada analisis data ini dapat menentukan hasil akhir dari penelitian yang dilakukan, dapat tercapainya target produksi dan biaya operasional pada kegiatan penambangan batubara pada bulan Januari-September tahun 2018. Berapa harga pokok produksi batubara. Dan juga

(54)

AA S A

berapa keuntungan yang di dapat oleh PT. Nusa Alam Lestari pada bulan Januari- September tahun 2018.

3.7 Kerangka Metodologi

Analisis Biaya Operasional Penambangan Batubara di PT. Nusa Alam Lestari Kota Sawah Lunto Provinsi Sumatera Barat

Identifikasi Masalah 1.

waktu kerja kurang efektif.

2. Tidak tercapainya target produksi yang telah direncanakan.

3. Perlunya perhitungan yang tepat terhadap biaya operasional pada saat kegiatan produksi.

Tujuan Penelitian

1. Mendapatkan hasil biaya operasional di PT. Nusa Alam Lestari pada bulan Januari-September tahun 2018.

2. Mendapatkan hasil kuntungan dari kegiatan produksi batubara pada bulan Januari sampai bulan Sebtember Tahun 2018

Pengumpulan Data

1. Data Primer

- Waktu edar lori 2. Data Sekunder

- Rencana kerja dan anggaran biaya pada bulan Januari-September Tahun 2018

(55)

AA S A

Gambar 3.3 Kerangka Metodologi Penelitian

Pengolahan Data

1. Total biaya operasional pada kegiatan produksi batubara pada bulan Januari-September tahun 2018.

2. Keuntungan yang diperoleh di PT. Nusa Alam Lestari pada bulan Januari-September tahun 2018.

Setelah mengumpulkan data dan pengolahan data maka dilakukan analisis data dari hasil pengolahan data yang didapat. Pada analisis data ini dapat menentukan hasil akhir dari penelitian yang dilakukan, dapat tercapainya target produksi dan biaya operasional pada kegiatan penambangan batubara pada tahun 2018.

(56)

42 BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pada bab ini berisikan data yang diperlukan dalam penelitian Analisis biaya operasional penambangan batubara tambang bawah tanah PT.NusaAlam Lestari Desa Salak Kota Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data.

4.1 Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder dan yang didapat dari lapangan antara lain.

4.1.1 Produksi Batubara

PT.Nusa Alam Lestari mempunyai rencana produksi pada 2 blok yaitu blok 1 dan blok 2. Dimana blok 1 terdapat 2 seam yaitu seam A1 dan seam C2 .Seam A1 dengan rencana produksi sebesar 10.485.25. pada Seam C2 dengan rencana produksi sebesar 14.627.9 pada Blok 2 dengan rencana produksi 13.300.

jadi total rencana produksi batubara di PT.Nusa Alam Lestari pada bulan Januari- September 2018 adalah 38.613.15 ton.Secara realisasi produksi batubara sebesar 28.899,99ton. Dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1 Target Produksi Dan Realisasi Produksi Yang Telah Terjadipada bulan januari-september tahun 2018.

No Target Produksi Realisasi Produksi

1 38.613,15 ton 28.899,99ton

Sumber:RKHB PT.Nusa Alam Lestari

(57)

4.1.2 Kegiatan Pengangkutan Bahan Galian ke Stockpile

Kegiatan pengangkutan Batubara dari front kerja/stockpilesementara menggunakan excavator. Excavator nanti memasukan ke dalam colt diesel, dan colt dieselakan membawa ke stockpile. Biaya angkutan padablock 1 A- 1 dan Block 2 sudah masuk pada biaya upah galinya.

Tabel 4.2 Biaya Pengangkutan Batubara

No Block Alat Angkut Jarak Angkut Volume Angkutan (ton)

1 Block 1-A1 Colt Diesel ± 1,7 Km 12635

2 Block 1-C2 Colt Diesel ± 1,7 Km 27370

3 Block 2 Colt Diesel ± 1,5 Km 18000

Total 58005

Sumber:RKHB PT.Nusa Alam Lestari

4.1.3 Pengandaan Alat Perlindungan Diri

Biaya pengandaan alat perlindungan diri pada bulan Januari- September Tahun 2018. Berikut tabel biaya pengadaan alat perilinduggan diri.

Tabel 4.3Pengadaan Alat Pelindung Diri

No Nama Barang UOM Jumlah

1 Sepatu Boot Kulit Psg 65

2 Sepatu Boot Karet Psg 400

3 Helmet Pcs 330

4 Masker Pcs 660

5 Kaca Mata Pcs 165

6 Sarung Tangan Psg 9600

7 Senter Kepala Set 500

Sumber:RKHB PT.Nusa Alam Lestari

(58)

4.1.4 Gaji Karyawan

Berdasarkan status perjanjian kerja waktu tertentu ada 2 kriteria jenis karyawan yang direncanakan. Berikut kriteria pertama dengan status kontrak per tahun. Gaji karayawan pada bulan Januari-September 2018.

Tabel 4.4 Gaji Karyawan Kriteria Pertama

No Klasifikasi Jumlah (orang) 1 Kepala Teknik Tambang 1

2 Kabag. Produksi 1

3 Kabag. Adm/Personalia 1

4 Kepala Seksi 5

5 Pengawas Operasional 2

6 Pengawas Teknis 1

7 Survey 3

8 Administrasi/Payroll 2

9 Safety 5

10 Technical Support 12

11 Rawatan Tamda 6

12 Prosesing 4

13 Pengamanan/Security 3

Total 46

Sumber:RKHB PT.Nusa Alam Lestari

Sedangkan kriteria kedua adalah status karyawan borongan. Pada bulan Januari-September 2018. Berikut rinciannya:

Gambar

Tabel 2.1 Koordinat Batas Wilayah Kuasa Penambangan (IUP)  No. Titik
Gambar 2.1 Peta Lokasi Wilayah IUP PT. NAL  2. Kondisi Umum Geologi Regional dan Stratigrafi
Tabel 2.2 Cadangan Batubara PT. Nusa Alam Lestari(kondisi per januari 2009)
Gambar 2.2 Jack Hummer listrik
+7

Referensi

Dokumen terkait