• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERAPAN FILOSOFI THE TOYOTA WAY DALAM MANAJEMEN PUBLIC RELATIONS DI ERA DISRUPSI TEKNOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PENERAPAN FILOSOFI THE TOYOTA WAY DALAM MANAJEMEN PUBLIC RELATIONS DI ERA DISRUPSI TEKNOLOGI "

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

82

ANALISIS PENERAPAN FILOSOFI THE TOYOTA WAY DALAM MANAJEMEN PUBLIC RELATIONS DI ERA DISRUPSI TEKNOLOGI

1Sefy Andhriany, 2Tri Widyastuti, 3Danti Melani

Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Bisnis dan Ilmu Sosial Universitas Amikom Purwokerto

Email: 1sefyandhriany09@gmail.com, 2triwidyastuti938@gmail.com,

3dantimelani20@gmail.com

Abstrak

Dewasa ini teknologi telah berkembang sangat pesat dan semakin tidak dapat diprediksi sehingga membuat perusahaan membangun strategi agar dapat tetap hidup di tengah ketidakpastian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah The Toyota Way akan tetap bertahan di era disrupsi dengan memegang empat belas prinsip manajemen yang dianut. Metodologi yang digunakan adalah kajian pustaka dengan pengumpulan data mengenai unsur manajemen Toyota, tinjauan manajemen Public Relations dari kajian penelitian terdahulu. Hasil analisis menunjukkan bahwa unsur manajemen yang telah Toyota terapkan akan terus dapat relevan dengan menghasilkan input-output yang baik untuk tetap bertahan di era disrupsi teknologi.

Kata Kunci: Manajemen Public Relations, Toyota Way, Disrupsi Teknologi

Today, technology has developed very rapidly and is increasingly unpredictable, which makes companies develop strategies to stay alive in the midst of uncertainty. The study aims to analyze whether The Toyota Way will survive the era of disruption by adhering to fourteen management principles. The methodology used is a literature review with data collection on Toyota management elements, Public Relations management review, and previous research studies. The results show that the management elements Toyota has implemented will continue to be relevant by producing good inputs to stay afloat in the era of technological disruption.

Keywords: Public Relations Management, Toyota Way, Technology Disruption

(2)

83 PENDAHULUAN

Dewasa ini, perkembangan teknologi yang semakin pesat menumbuhkan pola tatanan baru telah membuat konsep bisnis menjadi lebih kreatif dan segar. Era ini disebut sebagai era disrupsi yang menurut James Mittelman (dalam Rakhman, 2020), merupakan the compresses the time and space aspects of social relations (peringkasan aspek ruang dan waktu dari hubungan sosial). Hal ini terjadi karena perkembangan masif dari teknologi informasi pada revolusi industri 4.0. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata disrupsi diartikan sebagai “hal tercabut dari akarnya”. Dengan demikian, era disrupsi merupakan era “kekacauan”

yang ditandai oleh perubahan besar-besaran akibat adanya pencabutan teknologi konvensional mulai dari akarnya untuk menumbuhkan inovasi dan pergerakan baru.

Era disrupsi memiliki ciri munculnya ketidakpastian yang akan terjadi kemudian. Kecenderungan yang berubah-ubah menciptakan kecemasan bagi perusahaan dalam menghadapi perkembangan yang sangat besar. Menurut Ristekdikti (2019), era disrupsi sejalan dengan konsep VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity). Konsep tersebut muncul dalam teori kepemimpinan Warren Bennis dan Burt Nanus pada 1987, yang menjelaskan bahwa Volatility adalah perubahan yang cepat, tidak stabil dan tak terduga, Uncertainty adalah ketidakpastian, Complexity adalah dunia modern yang lebih kompleks dari sebelumnya, sedangkan Ambiguity merupakan lingkungan bisnis yang mengalami kebingungan dan sulit dipahami. Dengan demikian, memasuki era disrupsi tersebut pengusaha dituntut untuk bekerja lebih kreatif dan inovatif mengikuti perkembangan zaman, beradaptasi dengan segala pembaharuan yang terjadi, serta menyusun strategi efektif agar tetap mampu bertahan.

Toyota adalah salah satu produsen manufaktur yang tetap bertahan dengan prinsip manajemen perusahaan dalam menghadapi ketidakpastian pertumbuhan saat ini. The Toyota Way merupakan filosofi jangka panjang, proses, hasil, orang, mitra, dan pemecahan masalah yang mendorong pembelajaran organisasi di Toyota. Filosofi ini diterjemahkan dalam sejumlah unsur manajemen berupa Man (manusia), Money (Uang), Materials (Bahan), Machines (Mesin), Methods (Metode), dan Market (Pasar) yang menjadi hal mutlak dalam menentukan arah keberlangsungan hidup sebuah perusahaan. Sementara itu, tilikan Manajemen

(3)

84

Public Relations diterjemahkan sebagai suatu pengorganisasian komunikasi dalam organisasi bisnis yang tidak dibayar langsung, yang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi organisasi bisnis tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, tulisan ini mencoba untuk menganalisis apakah unsur manajemen pada The Toyota Way masih dapat terus diterapkan di era disrupsi teknologi ditilik dari tinjauan manajemen Public Relations.

TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Public Relations

Manajemen berasal dari kata manage (manus; Latin), yang berarti memimpin, menangani, mengatur, atau membimbing. Menurut George R. Terry (1972), manajemen adalah sebuah proses yang khas dan terdiri atas serangkaian tindakan seperti perencanaan, pengorganisasian, pengaktifan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sejumlah sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan berbagai sumber lainnya. Selaras dengan hal tersebut, manajemen Public Relations adalah suatu proses pengorganisasian segala sumber daya/unsur manajemen yang dimiliki oleh organisasi untuk mencapai tujuan yang lebih spesifik (Wibowo, 2017).

Manajemen Public Relations awalnya merupakan dua bidang ilmu yang berkembang secara terpisah, namun seiring dengan berjalannya waktu serta sifatnya yang pervasif manajemen akhirnya menyatu dengan Public Relations.

Artinya, manajemen telah memberi kontribusi yang sangat besar bagi penerapan konsep Public Relations (Kasali, 1994: 32). Dalam penerapan tugasnya, Manajemen Public Relations memiliki kaitan erat dengan pengorganisasian suatu perusahaan. Karakteristik pengorganisasian pada perusahaan barang berbeda dari pengorganisasian perusahaan jasa, sehingga dirasa penting untuk membentuk pengorganisasian manajemen demi pencapaian tujuan setiap perusahaan.

Perusahaan dapat memiliki beberapa tujuan misalnya, peningkatan kualitas dan kuantitas produk, perbaikan pelayanan, peningkatan daya saing, serta peningkatan kinerja. Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu ada upaya pengorganisasian manajemen dalam pelaksanaan setiap aktivitas. Upaya

(4)

85

peningkatan reputasi perusahaan tersebut bukan hanya tanggung jawab Publik Relations melainkan tanggung jawab seluruh bagian organisasi.

Pendekatan Humanistik

Humanisme merupakan nilai kehidupan yang intinya memanusiakan manusia, yaitu komitmen untuk mewujudkan terbentuknya manusia seutuhnya meliputi segala aspek yang menghasilkan perkembangan yang positif. Menurut Rogers, pandangan humanis meliputi (1) setiap manusia hidup sebagai pribadi dalam dunianya sendiri, dan mencari makna berdasarkan pemikiran dan pengalamannya; (2) manusia berusaha untuk mengaktualisasikan dirinya dengan mempertahankan kelakuannya; (3) realitas yang ada dalam lingkungannya ditanggapi dengan cara dan prinsip yang sesuai dengan dirinya; (4) pandangan hidupnya berkembang berdasarkan pada hasil penalaran, perasaan dan pengalaman yang diperolehnya.

Sementara itu, Effendy mengatakan bahwa ada suatu aliran mengenai pandangan sifat manusia yang disebut sebagai aliran humanistic, dan Abraham Maslow sebagai salah satu tokohnya. Abraham Maslow mengemukakan bahwa manusia merupakan makhluk yang bebas dan bermartabat serta selalu bergerak ke arah aktualisasi diri. Hal tersebut diungkapkan dalam Hierarchy of Needs yang membagi jenjang kebutuhan manusia dari dasar hingga kebutuhan tertinggi. Teori Maslow mendasari perilaku manusia yang dipengaruhi oleh motivasi, sehingga manusia selalu berusaha berpikir untuk maju dan berkembang di era disrupsi teknologi. Agar perilaku manusia bisa diarahkan untuk mencapai tujuan, pendekatan humanistik dapat menghasilkan sesuatu yang terbaik berdasarkan potensi dari masing-masing individu. Asumsi dari pendekatan tersebut adalah teori belajar apapun baik dan dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu pencapaian aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri secara optimal (Assegaf, 2011). Hakikat dari humanistik adalah cara pendidikan untuk menciptakan sesuatu yang tepat sasaran dan cara belajar yang dapat mengembangkan potensi terbesar seseorang dengan cara yang kreatif dan inovatif. Pendekatan ini menekankan pada manusia untuk selalu tumbuh, kreatif, dan spontanitas.

(5)

86

Ciri utama pendekatan humanistik menunjukkan suatu nilai yang baru sebagai pendekatan dalam memahami sifat dan keadaan manusia, menunjukkan pengetahuan yang luas berdasarkan kaidah penyelidikan dalam tingkah laku manusia, memberikan metode yang lebih luas berdasarkan kaidah yang lebih efektif dalam aktualisasi psikoterapi. Teori Maslow tersebut kemudian digunakan dalam ilmu manajemen.

Penelitian Terdahulu

Penelitian berjudul Recentering Leadership Around the Human Person – Introducing a Framework for Humansitic Leadership yang dilakukan oleh Sharin Fritz dan Paul Sörgel menghasilkan beberapa temuan: 1) Pada kepemimpinan humanistik yang berjalan pada tingkat intrapersonal, pemimpin harus menerapkan refleksi diri dan mematuhi etika humanistic; 2) Pada kepemimpinan humanis yang berjalan pada tingkat interpersonal, pemimpin harus mendekati karyawan melalui perspektif kognitif, afektif dan interaksi apresiatif; 3) Pemimpin bertindak dan berinteraksi dengan memberikan perlindungan, memberi dukungan serta membangun komunitas yang konstruktif dan seimbang; 4) Kepemimpinan humanistik bertujuan mendorong perkembangan karyawan untuk mencapai tujuan. (Fritz, 2017)

Sementara itu, sebuah studi berjudul The Role Of Knowledge Management in Achieving Sustainable Competitive Advantage in Business yang dilaksanakan oleh Nada H.Sharafuddin mengungkapkan bahwa aset intelektual berdasarkan keunggulan kompetitif lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan sumber daya fisik suatu perusahaan. Penggunaan manajemen pengetahuan adalah komponen penting dari perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dalam meningkatkan keunggulan kompetitif secara terus menerus. Teknologi saja tidak cukup untuk mendapatkan keunggulan kompetitif perusahaan, namun harus didukung oleh pengetahuan yang signifikan dari karyawan, karena karyawan merupakan poros yang sangat integral dari suatu perusahaan dalam mencapai kesuksesan. Studi tersebut juga menjelaskan mengenai penerapan manajemen pengetahuan yang benar yang berkaitan dengan strategi organisasi. Jika Manajemen Pengetahuan tidak menambah nilai bagi organisasi, maka akan dianggap membuang-buang uang, waktu dan menjadi aset yang tidak berguna. Teori rantai nilai yang

(6)

87

diterapkan dalam studi kasus Toyota menghasilkan bahwa dalam membuat, mengatur, dan membagikan pengetahuan harus ditanggapi dengan serius untuk mencapai manajemen pengetahuan yang sukses. (Sharafuddin, 2017)

Dalam kajian berjudul The Japanese Management, a Key Element of Toyota’s Success, Toma Sorin-George, Marinescu Paul, Gradinaru Catalin mengidentifikasikan beberapa hal mengenai keunggulan kompetitif utama pada filosofi manajemen perusahaan yang manusiawi yang mencakup pekerjaan seumur hidup, penghargaan berbasis senioritas, penekanan kuat pada pelatihan, pengetahuan tacit yang dibagi di antara semua karyawan, disiplin diri, harmoni, pengambilan keputusan kolektif, tanggung jawab kelompok, serikat pekerja perusahaan, komitmen organisasi terhadap hubungan egaliter dan partisipasi demokratis, kode etik, dan kesadaran kualitas. Hal tersebut muncul karena hadirnya budaya dan agama pada pengelolaan manajemen Jepang yang mempunyai nilai budaya inti yang diekspresikan dalam kebajikan ('on'), ketergantungan ('amae'), perasaan manusia ('ninjo'), dan kewajiban sosial ('giri').

(Sorin-George, 2012).

Dalam pada itu, penelitian yang berjudul The Art of Designing and Producing Product for Facing Global Challenges: A Study on Toyota Production System oleh Muhammed Zakir Hossain mengungkapkan apa yang disebut dengan The Toyota Production (TPS) dari berbagai metode manajemen yang telah dikaji. TPS terdiri atas beberapa konstituen kaizen, JIT, 5S, Lean Production dan Six Sigma. Sistem manajemen tersebut telah diuji dalam situasi dan keadaan nyata serta berulang kali mengatasi berbagai kendala yang terjadi. Sistem yang terus berkembang untuk memenuhi permintaan pasar saat ini meyakinkan Toyota untuk selalu memberikan layanan dan produk yang memuaskan bagi pemasok hingga pengguna. (Hossain, 2017)

Kemudian, sebuah studi yang berjudul Evaluasi Program Employee Relations Toyota Asri Motor Tahun 2015 oleh Darjono mengidentifikasikan beberapa temuan, yakni program employee relations berlandaskan pada corporate values berupa visi, misi, dan filosofi perusahaan (Panca Dharma). Program employee relations diatur di bawah kebijakan perusahaan dan dijalankan oleh Human Resource Development, dan terdiri atas empat bentuk kegiatan, yaitu Family Day,

(7)

88

Employee Training, Upacara Apel, dan Program Beasiswa. Adapun titik rawan yang ditemukan dalam program employee relations adalah tidak pernah dilakukannya evaluasi pada masing-masing kegiatan tersebut. Informan berpendapat bahwa susunan acara dalam Family Day, yang merupakan salah satu kegiatan dalam program employee relations, kurang tertata dengan baik.

(Darjono, 2016)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa kajian pustaka dengan pengumpulan data yang mencukupi. Menurut Zed (2008: 1-2), kajian literatur membatasi kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset lapangan. Sementara itu Fraenkel, Wallen & Hyun (2012), berpendapat bahwa kajian literatur merupakan suatu kajian pustaka yang mendukung masalah khusus dalam penelitian yang sedang dikerjakan. Dengan demikian, kajian literatur/pustaka adalah kajian yang menggunakan data bersumber dari buku ataupun referensi lain untuk mendukung kegiatan penelitian.

Penelitian ini didukung oleh data dan informasi yang tersedia dalam buku, jurnal dan beberapa referensi lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Unsur Manajemen dalam The Toyota Way dalam Perspektif Manajemen Public Relations

Manajemen Public Relations menjadi metode dan strategi tersendiri bagi berbagai perusahaan untuk mengupayakan tercapainya suatu tujuan. Toyota adalah produsen otomotif yang menerapkan proses bisnis dengan empat belas prinsip manajemen. Prinsip tersebut terus mengalami penyempurnaan dari tahun 1950-an hingga saat ini. Melalui prinsip manajemen, Toyota terus mengoptimalkan peran pengorganisasian manajemen Public Relations untuk mengembangkan dan mencapai tujuan organisasi yang efisien. Pengorganisasian manajemen Toyota mewujudkan filosofi jangka panjang, proses, hasil, orang, mitra dan pemecahan masalah dengan pembelajaran yang terus dikembangkan. The Toyota Way memiliki karakteristik prinsip manajemen tersendiri untuk membangun kinerja dan membentuk budaya organisasi.

(8)

89

Berdasarkan kajian literatur diketahui filosofi The Toyota Way memegang empat belas prinsip dalam manajemen produksinya, yaitu dengan Pemilihan Kualitas Terbaik – Biaya Rendah – Lead Time Terpendek – Keamanan Terbaik – Semangat Tinggi melalui pemendekan aliran produksi untuk mengurangi pemborosan. Unsur manajemen bisnis yang diterapkan baik bagi pegawai hingga pasar diperhitungkan dengan sangat matang untuk meminimalkan pemborosan.

Pegawai (Man) menjadi komponen yang sangat penting di dalam prinsip Toyota mengenai pemberdayaan karyawan, karena menurut Toyota membangun kolaborasi dipandang lebih efektif dibandingkan dengan membuat standar kaku yang dapat membuat pekerjaan rutin dan merendahkan. Pekerjaan terstandarisasi diterapkan dengan cara menemukan keseimbangan karyawan dan membuat fleksibilitas sehingga karyawan dapat berinovasi dan berkreasi untuk memenuhi target. Money: berdasarkan pada Prinsip 1, yaitu Toyota Way terkait dengan keputusan manajemen didasarkan pada filosofi jangka panjang walau harus mengorbankan keuangan jangka pendek. Toyota meyakini bahwa pemborosan tidak akan menambah nilai dalam bisnis, sehingga mengurangi hal yang tidak perlu harus dilakukan seperti produksi yang berlebihan, kelebihan persedian serta pemrosesan yang berlebihan atau yang salah. Toyota sangat menekankan pada ketepatan. Methods, berkenaan dengan Penambahan kontrol kualitas berdasarkan Prinsip 2 dan 4. Prinsip 2, yaitu menciptakan sebuah proses yang berkelanjutan sehingga akan mengangkat semua permasalahan ke permukaan.

Sedangkan Prinsip 4, yaitu meratakan beban kerja (heijunka); bekerjalah layaknya seekor kura-kura dan tidak seperti seekor kelinci. Konsepnya segala unsur berperan penting dalam berjalannya inovasi, kontrol dan proses produksi sehingga saat sudah berjalan bisa terkoordinir dengan baik. Materials, berkenaan dengan pemilihan bahan baku sesuai kebutuhan anggaran dana seperti pada Prinsip 3, yaitu Gunakan sistem "tarik" (pull) untuk menghindari produksi yang berlebihan.

Prinsip 5: Membangun budaya untuk berhenti memperbaiki masalah dengan demikian maka kualitas terbaik akan diperoleh dari awal. “Pull” menjadi keadaan ideal produksi tepat waktu dan memberikan apa yang diinginkan oleh konsumen, kapan, dan akan seberapa banyak. Berhubungan erat dengan dana, maka hal yang berlebihan seperti bahan baku harus dikurangi agar tidak membuat alat usang, lead time, barang rusak dan penundaan. Toyota sangat memperhatikan hal tersebut untuk menciptakan kinerja dan bahan baku dengan baik. Machines

(9)

90

berkaitan erat dengan Prinsip 8, yaitu hanya menggunakan teknologi handal yang sudah teruji guna melayani semua orang dan proses. Agar berjalan dengan maksimal mesin yang digunakan harus sudah teruji, serta hasil produksi tidak cacat dan tidak terjadi kerugian material. Market yang dituju oleh Toyota berdasarkan pada perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, kebijakan serta strategi pemasaran untuk menciptakan permintaan pelanggan.

Dengan demikian, Toyota merencanakan dengan matang strategi hingga standar yang harus diterapkan saat membuat sebuah produk. Selain itu, Toyota juga menekankan pada kinerja dan komitmen kolaboratif antara karyawan, jaringan mitra, dan pemasok. Saat menyelesaikan permasalahan, Toyota bersedia turun tangan untuk mengambil keputusan secara perlahan dengan mempertimbangkan semua pilihan, lalu mengimplementasikan keputusan tersebut dengan cepat. Toyota memperlihatkan keinginan belajar melalui refleksi terus–

menerus dan perbaikan yang berkesinambungan.

Sejalan dengan hasil penelitian ini, artikel yang berjudul “Manajemen Public Relations di perusahaan outsourcing” mengungkapkan bahwa: 1). Manajemen PR yang diterapkan merupakan sistem manajemen mutu. Proses manajemen PR yang pertama dilakukan adalah menganalisis market, merencanakan program, melaksanakan 4P, membangun relasi, mengawasi dan mengontrol 4P, melakukan evaluasi, serta, tindak lanjut; 2). Konsep dasar PDCA (planning, do, check, dan act) dilakukan dalam kegiatan program pembuatan produk dan jasa; 3). Alasan perusahaan mementingkan mitra kerja adalah karena menggunakan sistem manajemen mutu, memiliki ISO, serta income dari mitra. (Kresnawati, 2019) Tantangan Toyota di Era Disrupsi

Disrupsi teknologi adalah terjadinya perubahan inovasi secara besar-besaran.

Perkembangan yang semula dilakukan dengan cara tradisional kini sudah berubah menggunakan teknologi pembaharuan. Gebrakan mutakhir tersebut menghasilkan waktu yang singkat dalam pembuatan produk dengan menggunakan serangkaian mesin yang sudah dirancang sedemikian rupa untuk membantu pekerjaan manusia. Pembaharuan tersebut bisa dinamakan difusi inovasi, yang. pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi dikomunikasikan lewat channel tertentu sepanjang waktu kepada anggota kelompok dari suatu sistem

(10)

91

sosial. “Diffusion is the process by which an innovation is communicated through certain channels over time among the members of a social system.” (Rogers, 1983:5). Sesuai dengan pemikiran Rogers tersebut, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu Inovasi, Saluran Komunikasi, Jangka Waktu, dan Sistem Sosial. Inovasi adalah gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Kebaruan inovasi diukur secara subjektif, menurut pandangan individu yang menangkapnya.

Difusi inovasi telah diadaptasi oleh Tesla sebagai kompetitor dari Toyota.

Tesla telah menciptakan mesin yang menghasilkan produk yang dapat dijalankan tanpa menggunakan tenaga manusia, dapat mendeteksi kendaraan yang ada di depannya, lampu lalu lintas, dan sederet fungsi mesin lainnya. Dengan kemampuan mesin yang unggul tersebut Tesla mampu menggaet pangsa pasar yang luas karena spesifikasi mesin yang dihadirkan menjamin akan keselamatan dan kenyamanan pengguna. Pencapaian tersebut dibentuk dari pendekatan radikal dan revolusioner dengan konsep menantang teknologi lama. Keterampilan konseptual dikembangkan oleh Tesla adalah dengan bertindak lebih dahulu lalu berpikir kemudian. Tesla mengembangkan dan meluncurkan produk dengan mengambil resiko padahal produk belum mumpuni dan masih banyak kekurangan.

Setelah melihat apa yang kurang Tesla baru melakukan perbaikan pada produknya saat sudah diluncurkan ke pasar dan dipakai konsumen. Oleh sebab itu Tesla sangat mengandalkan perangkat mesin.

Keterampilan humanistik pada strategi Tesla lebih diterapkan kepada penggunaan keterampilan mesin daripada tenaga manusia. Pada dasarnya Tesla merupakan perusahaan otomotif khususnya mobil bertenaga listrik, sehingga sumber daya manusia hanya digunakan pada cara berpikir saja dan hampir tanpa ada sentuhan pada mesin. Keterampilan kecerdasan buatan diperkirakan mampu menghilangkan kesalahan yang dilakukan oleh faktor manusia. Manajemen waktu yang diterapkan Tesla yaitu budaya dengan gerak cepat, radikal dan revolusioner.

Saat membuat keputusan Tesla cenderung melihat bagaimana kesalahan akan terjadi lalu diperbaiki.

Tabel 1.1 Perbandingan Filosofi Toyota dan Tesla

(11)

92

Perbedaan Toyota Tesla

Waktu Jangka panjang, kesuksesan yang berkelanjutan.

Jangka panjang merupakan hari ini, masa depan adalah hari ini.

Proses Menjalankan produksi dengan penuh hati-hati, akurat dan telah teruji sebelum produk diluncurkan.

Melakukan perbaikan saat produk telah diluncurkan kepada masyarakat, lalu perbaikan dilakukan jika terdeteksi adanya kesalahan.

Proses Produksi

Perencanaan matang hingga tidak boleh ada kesalahan yang akan terjadi saat mulai produksi.

Bergerak secara bereksperimen dan terus belajar inovasi.

Konsep Berpikir terlebih dahulu baru kemudian bertindak. Segala aspek berperan dalam keberhasilan dari peluncuran produk.

Bertindak lebih dahulu baru berpikir kemudian. Membuat konsep besar dengan menggunakan kecerdasan buatan dapat menghasilkan penyelesaian cara-cara baru yang lebih cepat terdeteksi..

Konsep Kualitas

Do it right the first time we don’t always get a second chance.

Move fast, break thing, fail fast, learn faster, launch early and iterate later.

Tenaga Kerja Fokus dalam mengurangi kesalahan baik dari manusia maupun mesin dengan persiapan yang matang.

Menekankan pengembangan kecerdasan buatan (AI) dan auto mesin yang nantinya dapat menghilangkan kesalahan manusia dalam produksi.

Berdasarkan tabel 1.1 terlihat jelas perbedaan antara filosofi The Toyota Way dan Tesla. Toyota sangat menekankan pada peminimalan kekurangan dan kesalahan produk, sedangkan Tesla malah sebaliknya, yaitu. akan melakukan perbaikan setelah ditemukan kesalahan pada mesin berdasarkan komplain, permintaan atau feedback dari konsumen. Sementara itu, Toyota sebagai salah satu produsen otomotif yang sudah senior memberikan keleluasaan untuk

(12)

93

pegawai agar tetap berinovasi. Peran humanistik pada Toyota juga diterapkan untuk stabilisasi kesejahteraan anggota tim (internal) serta kontribusi pada pertumbuhan Toyota secara keseluruhan. Komitmen Toyota yang kuat kepada pelanggan, karyawan, dan masyarakat menjadi pondasi bagi seluruh prinsip dan unsur yang membuat Toyota tetap menjadi produsen terbaik. Hal tersebut tidak dapat ditemukan pada berbagai perusahaan manufaktur lainnya.

Paparan diskusi di atas sejalan dengan penelitian berjudul Public Relation Management in Developing Organizational Behavior yang mengidentifikasikan beberapa hal, yaitu bahwa manajemen Public Relations dapat dilihat dari pelaksanaan dan perencanaan komunikasi pada kelompok kecil, pelaksanaan acara khusus kehumasan, penggunaan media dan evaluasi program. Perilaku organisasi dapat dilihat dari komunikasi dua arah antar individu, penyesuaian kebutuhan, dukungan, dan sasaran yang jelas. (Mukhtar, 2020)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kajian literatur prinsip The Toyota Way masih tetap relevan karena pada hakikatnya prinsip tersebut menjalankan sejumlah unsur manajemen dengan memberlakukan kaidah proses bisnis IPO: input-process-output. Jika saat input mengalami kesalahan maka output yang dihasilkan juga akan tidak baik.

Penerapan manajemen dengan baik dan detail sangat diperlukan untuk hasil jangka panjang yang baik pula. Refleksi terus-menerus untuk perbaikan berkelanjutan dan konsep proses yang diusung dengan baik tetap relevan hingga sekarang. Bahkan, walaupun sudah puluhan tahun prinsip diterapkan, masih tetap menjadikan Toyota produsen otomotif terbaik. Lain halnya dengan Tesla, walaupun mesin yang dikenal serba cepat dan menggunakan teknologi terbarukan, tidak dapat dipungkiri juga jika Tesla tetap menggunakan strategi bertindak dahulu lalu berpikir kemudian yang sepertinya akan membuat kontroversi pada masa datang. Sinergi dan percaya kepada tenaga manusia untuk merakit mobil adalah suatu keharusan, karena pada dasarnya walaupun teknologi berkembang semakin pesat, tenaga manusia lebih akurat daripada kecerdasan buatan. Seperti yang tercakup dalam konsep Humanisme Renaissance, martabat dan kebebasan serta kemampuan untuk mengetahui dan mengekspresikan

(13)

94

perasaan, pikiran, dan pengalaman, yang menyatakan bahwa tidak semua teknologi bisa digantikan oleh manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Atkin, J. David., Hunt S. Daniel., & C.A.L. (2015). Diffusion Theory in the New Media Environment: Toward an Integrated Technology Adoption Model. Mass Communication & Society.

Darjono, 2016, Evaluasi Program Employee Relations Toyota Asri Motor Tahun

2015 , Jurnal E-Komunikasi, Vol. 4 No. 1

(https://media.neliti.com/media/publications/95327-ID-evaluasi-program- employee-relations-toyo.pdf) diakses pada 10 Januari 2022

Frank Jefkins, Daniel Yadin. 2004. Public Relations. Jakarta: Erlangga

Fritz, 2017, Recentering Leadership Around the Human Person – Introducing a Framework for Humanstic Leadership, DiVA: Digitala Vetenkapliga Arkivet (https://www.diva-portal.org/smash/get/diva2:1119640/FULLTEXT01.pdf) diakses pada 10 Januari 2022

Hossain, 2017, The Art of Designing and Producing Product for Facing Global Challenges: A Study on Toyota Production System, International Journal of Scientific and Research Publications, Volume 7, Issue 1 (http://www.ijsrp.org/research-paper-0117/ijsrp-p6150.pdf) diakses pada 4 Januari 2022

Karyoto. 2016. Dasar-Dasar Manajemen: Teori, Definisi dan Konsep. Yogyakarta:

ANDI

Khatibah. 2011. Penelitian Kepustakaan. Jurnal Iqra' Vol 05 No.01

Kresnawati, 2019, Manajemen Public Relations di Perusahaan Outsourcing, Prosiding Hubungan Masyarakat, SPeSia Unisba, Vol. 5 No. 2 (http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/humas/article/view/18567) diakses pada 4 Januari 2022

Like. K. Jeffrey. The Toyota Way. Executive Book Summarize. Jil. 26 No. 12 Mahadi, Ujang. 2017. Komunikasi Humanis. Jurnal Syi’ar, Vol. 17 No 1.

Mukhtar, 2020, Public Relation Management in Developing Organizational Behavior, International Journal of Education Review, Vol. 2. No. 1 (https://ejournal.unib.ac.id/index.php/IJER/article/view/10380) diakses pada 4 Januari 2022

Onong Uchjana Effendy. 2003. “Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi”. Bandung:

Citra Adtya Bakti. Hal. 363.

Rodriguez, A., & Rodriguez, Y. (2015). Metaphors for today’s leadership: VUCA

(14)

95

world, millennial and “Cloud Leaders”. Journal of Management Development, 34(7), 854–866

Ruslan, Rosady. 2017. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi:

Konsepsi dan Aplikasi. Depok: Rajawali Pers

Sharafuddin, 2012, The Role Of Knowledge Management in Achieving Sustainable Competitive Advantage in Business, Journal of Education and Social Sciences, Vol. 6, Issue 2 (https://www.jesoc.com/wp- content/uploads/2017/04/KC6_72.pdf) diakses pada 4 Januari 2022

Sorin-George, 2012, The Japanese Management, a Key Element of Toyota’s Success , Annals - Economy Series, Constantin Brancusi University, Faculty

of Economics, Vol. 2, pages 197-201

(https://www.utgjiu.ro/revista/ec/pdf/2012-02/30_toma-marinescu- gradinaru.pdf) diakses pada 10 Januari 2022

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta Wibisono, Bambang. Perilaku Berbahasa Masyarakat Pada Era Disrupsi. E-

Prosiding Seminar Nasional Pekan Chairul Anwar. Vol. 1, No 1, Oktober 2020 Wibowo. (2017). Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Pers

Referensi

Dokumen terkait

anxiety level and their speaking achievement. None of the mentioned scholars specifically explored the English fluency of Airlangga students and how their attitude

Table 4.2.1: Annual Environmental Report Condition or table if relevant Parameter Format or form1 - Summary of any failure or malfunction of any pollution control equipment and