• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERAPAN PERHITUNGAN PPh PASAL 21 ATAS TUNJANGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 36

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PENERAPAN PERHITUNGAN PPh PASAL 21 ATAS TUNJANGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 36 "

Copied!
91
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Identifikasi Masalah

Batasan Dan Rumusan Masalah

Tujuan Dan Manfaat Penelitian

LANDASAN TEORI

Kajian Teoritis

  • Tunjangan
  • PPh Pasal 21

PPh Pasal 21 menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun dan dalam bentuk apapun yang berhubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi yang merupakan subjek pajak dalam negeri. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 yang dikutip oleh Radianto (2010:71) menyatakan bahwa, “Pajak penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan lain-lain. pembayaran atas nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan Berdasarkan pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan dengan nama apapun dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh orang pribadi dalam negeri. wajib pajak sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Pengertian subjek pajak PPh Pasal 21 menurut UU No. 36 Tahun 2008 bahwa penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 berdasarkan keputusan ini adalah orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) sampai dengan ayat (10) ) serta orang pribadi lain yang menerima atau menerima jasa dari pemotongan pajak. kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal (2). Berdasarkan keputusan Jenderal Pajak KEP-545/PJ/2008 BAB 2 pasal (1) sampai dengan (3) pengertian subjek pajak PPh pasal 21 adalah sebagai berikut. Bukan berarti penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 atau pihak yang dikecualikan sebagai penerima penghasilan, yaitu sebagai berikut.

Tarif pajak PPh Pasal 21 ditetapkan dan diatur dalam Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008. PMK 262/PMK.03 Tahun 2010 menyatakan bahwa pengurangan diperbolehkan dalam penghitungan besarnya PPh Pasal 21 yang harus dibayar. adalah sebagai berikut. Menurut Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: PER-16/PJ/2016, Pasal 26 yang mengatur tata cara penghitungan dan pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan tidak wajar adalah sebagai berikut.

Menurut Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: PER-16/PJ/2016 Pasal 24 yang mengatur tata cara pengajuan dan pelaporan PPh Pasal 21 sebagai berikut. Pajak penghasilan pada sumber Pasal 21 tidak sesuai dengan undang-undang perpajakan nomor 36 tahun 2008 ayat 5 (a) yang menyatakan bahwa tarif yang diterapkan bagi wajib pajak yang tidak melakukannya. Analisis Penerapan Perhitungan, Retensi, Pengajuan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Medan.

Analisis perhitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 atas Cuti Tahunan (THR) bagi Karyawan Tetap di CV. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan perhitungan PPh Pasal 21 untuk tunjangan hari raya tidak sesuai dengan ketentuan perpajakan yaitu dengan UU No. 36 Tahun 2008 dan SK Dirjen Pajak No. 16/PJ/2016 tanggal 01-01-2016, karena perusahaan tidak memperhitungkan imbalan kerja tidak tetap sebagai komponen penghasilan dalam menghitung PPh Pasal 21 THR.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa penghitungan, pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 di PT Bank Mandiri telah sesuai dengan penerapan Undang-Undang Perpajakan. PT Trimurti Perkasa memberikan tunjangan berupa tunjangan hari raya kepada setiap karyawan minimal satu bulan gaji yang dibayarkan setahun sekali atau sebelum hari raya keagamaan, dan juga memberikan tunjangan kesehatan yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Dan tidak dimasukkan sebagai tambahan penghasilan karena jika tunjangan tersebut dimasukkan dalam pemotongan PPh Pasal 21, hal ini memberatkan wajib pajak.

Pemotongan Pajak Pasal 21 adalah wajib pajak orang pribadi, termasuk bentuk usaha tetap, yang berkewajiban memotong pajak penghasilan yang berkaitan dengan pekerjaan jasa dan kegiatan orang pribadi. Setiap penyetoran yang dilakukan wajib pajak wajib melaporkan kepada Ditjen Pajak jumlah pajak yang harus dibayar. Pengertian self-reporting menurut Direktorat Jenderal Pajak adalah surat pemberitahuan yang berfungsi sebagai alat wajib pajak dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang.

Setelah proses pelaporan dilakukan oleh wajib pajak, tahap selanjutnya adalah wajib pajak melakukan pembayaran, dengan pembayaran itu sendiri dilakukan melalui bank pemerintah dan swasta. Menurut Direktorat Jenderal Pajak, pelaksanaan pembayaran pajak merupakan cara yang wajib dilakukan wajib pajak melalui instansi yang ditunjuk oleh kementerian dalam memenuhi kewajiban utangnya. Pajak, seperti bank pemerintah atau swasta, kantor pos atau dapat dilakukan melalui metode pembayaran elektronik.

Semua ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 21 PPh, dimana keringanan adalah pajak pihak ketiga yang berkaitan dengan penghasilan yang diterima wajib pajak dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukannya (setiap gaji yang diterima pegawai dipotong oleh perusahaan). , tempat Dia bekerja).

METODE PENELITIAN

  • Pendekatan Penelitian
  • Definisi Operasional Variabel
  • Tempat dan Waktu Penelitian
  • Jenis dan Sumber Data
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Teknik Analisis Data

Pajak Penghasilan Pasal 21 berdasarkan PT Trimurti Perkasa, pajak terutang atas penghasilan yang wajib dibayar wajib pajak. Pajak Penghasilan Pasal 21 Menurut Undang-Undang Perpajakan, pajak terhutang atas penghasilan yang harus dibayar wajib pajak. Sebagai perusahaan pemberi kerja, PT Trimurti Perkasa berwenang untuk melakukan penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan.

Dalam penghitungan PPh, PT Trimurti Perkasa, Pasal 21 mengklasifikasikan penghasilan yang diterima karyawan dan manajemen sesuai dengan sifat pemberian penghasilan. Namun, perusahaan hanya memasukkan penghasilan dari gaji pokok dan biaya kantor dalam PPh Pasal 21. Berdasarkan perhitungan menurut perusahaan, Rully Handoko Wijaya menikah dengan dua orang anak (K/2) dengan gaji Rp.

Berdasarkan perhitungan menurut perusahaan, Yos Faizal menikah dan memiliki tiga orang anak (K/3) dengan gaji Rp. Berdasarkan perhitungan perusahaan, Effendi menikah dengan dua orang anak (K/2) dengan gaji Rp. Berikut ini penulis akan menampilkan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 dengan surcharges dalam perhitungan yang harus dipotong.

Berikut tabel perhitungan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai tahun 2019 sesuai dengan ketentuan PT Trimurti Perkasa dan UU No. 36 Tahun 2008. Perseroan juga menilai, jika pemberian manfaat tersebut dimasukkan dalam pemotongan PPh Pasal 21 akan memberatkan wajib pajak. Kami berharap PT Trimurti Perkasa tetap menjaga kepatuhan dalam pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 21 untuk tunjangan di masa mendatang.

Analisis Perbandingan Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Berdasarkan UU Perpajakan No. 36 Tahun 2008 di PT MAJU BERSAMA PALEMBANG (Vol. 87, Kasus 1.2).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

PT Trimurti Perkasa bertekad untuk lebih meningkatkan kinerja di semua divisi dan hal ini dibuktikan dengan komitmen manajemen perusahaan untuk menetapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dan OHSAS 18001:2007. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang no. 7 tahun 1783 tentang penghasilan, yang terakhir diubah dengan undang-undang no. 36 Tahun 2008. Berdasarkan hal tersebut maka penghasilan yang diterima oleh karyawan dan pengurus PT Trimurti Perkasa terdiri dari: penghasilan dari gaji pokok, tunjangan kesehatan, tunjangan kerja dan tunjangan hari raya (THR), yaitu penghasilan tidak tetap yang diterima oleh karyawan yang diberikan setahun sekali.

Penghasilan rutin yang diterima karyawan dari perusahaan pada tahun 2019 terdiri dari gaji pokok, tunjangan kesehatan dan tunjangan hubungan kerja. Sedangkan penghasilan tidak tetap yang diberikan perusahaan setahun sekali, misalnya THR, juga tidak termasuk dalam PPh pasal 21. Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari perusahaan diketahui bahwa ada tunjangan yang diterima karyawan dari perusahaan yang terdiri dari tunjangan kesehatan, santunan hubungan kerja, tunjangan hari raya.

Informasi yang penulis dapatkan tentang tunjangan yang diterima karyawan dari perusahaan, bahwa tunjangan tersebut tidak termasuk dalam perhitungan PPh Pasal 21 dan mengalokasikannya untuk biaya lain karena akan memberatkan wajib pajak. Berdasarkan sifat pemberi tunjangan yang tidak termasuk dalam jenis penghasilan yang akan dipotong PPh Pasal 21, maka berdasarkan hal tersebut maka tunjangan tersebut tidak termasuk dalam daftar pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diberikan kepada pegawai, bahkan jika tunjangan tersebut termasuk dalam jenis penghasilan yang termasuk dalam penghitungan dan pemotongan PPh Pasal 21. Pada bab ini penulis akan membahas permasalahan yang ada di PT Trimurti Perkasa sehubungan dengan pelaksanaan pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 21 membahas tentang Pajak Penghasilan atas tunjangan, sesuai dengan permasalahan pada bab 1 bagaimana cara penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas tunjangan berdasarkan Undang-Undang.

Pembahasan

Rully Handoko Wijaya menikah dengan dua orang anak (K/2) dengan gaji Rp. Yos Faizal menikah dan memiliki tiga orang anak (K/3) dengan gaji Rp. Efendi menikah dan memiliki dua orang anak (K/2) dengan gaji Rp.

Berdasarkan pembahasan data yang ada di PT Trimurti Perkasa, maka kesimpulan yang dapat diambil antara lain: Alasan perusahaan pemberi tunjangan tidak dimasukkan sebagai penambah penghasilan karyawan adalah karena tunjangan diberikan secara natura oleh perusahaan kepada karyawannya, sehingga tidak wajib dipotong dari Pasal 21 PPh. memasukkan tunjangan sebagai unsur tambahan penghasilan sehingga tunjangan tersebut tidak dipotong PPh Pasal 21, maka kekurangannya ditanggung oleh perusahaan dengan pemotongan PPh Pasal 21.

Penerapan sanksi terhadap perusahaan telah dilakukan sesuai dengan undang-undang yaitu dengan membayar terlalu sedikit atas pemotongan PPh Pasal 21. Berdasarkan kesimpulan diatas, ada saran yang dapat penulis berikan kepada PT Trimurti Perkasa antara lain . ANALISIS PERHITUNGAN, PENARIKAN, PENYIMPANAN DAN LAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PT KAYU LAPIS ASLI MURNI DI SAMARINDA.

Analisis Pengajuan SPT Masa dan Jumlah Wajib Pajak Penghasilan Badan terhadap Peningkatan Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 21 di KPP Pratama Medan Belawan. PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 TENTANG PEKERJAAN, JASA DAN KEGIATAN ORANG SWASTA. ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN TUJUAN HARI LIBUR PPH PASAL 21 BAGI PEGAWAI TETAP (THR) PADA CV CIPTA CITRA PRATISARA PALEMBANG.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

Referensi

Dokumen terkait

Pajak penghasilan menurut Mardiasmo (2019: 161) adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu