• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN KERJA DALAM USAHA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN PENDEKATAN FAULT TREE ANALYSIS

N/A
N/A
nelson adipra

Academic year: 2024

Membagikan "ANALISIS PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN KERJA DALAM USAHA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN PENDEKATAN FAULT TREE ANALYSIS "

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN KERJA DALAM USAHA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN PENDEKATAN FAULT TREE ANALYSIS (Studi Kasus:

PT.Sriwijaya Teknik)

Oleh:

Nelson Adi Prakoso NIM. 2009036035

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA 2023/2024

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada suatu rangkaian kegiatan produksi di perusahaan, peran manusia memiliki tingkat signifikansi yang sangat tinggi, sejajar dengan peran mesin dan bahan baku. Oleh karena itu, penting untuk mempertahankan keberadaan karyawan sebagai elemen kunci. Upaya untuk mempertahankan karyawan tidak hanya berkaitan dengan pencegahan kehilangan tenaga kerja, melainkan juga menyangkut pemeliharaan sikap kerjasama dan keterampilan kerja yang dimiliki oleh para karyawan tersebut.

Program-program keselamatan dan kesehatan, sebagai contoh, dapat membantu dalam merawat kesehatan fisik para pekerja, sementara program-program layanan karyawan dalam berbagai bentuknya bertujuan untuk merawat sikap mental para karyawan. Oleh karena itu, untuk menjaga agar pencapaian dan hasil selama fase pembangunan tetap terjaga dan aman, serta untuk memastikan kelangsungan proses produksi yang aman, lancar, dan efisien, diperlukan peningkatan dalam program-program kesehatan dan keselamatan kerja.

PT. Sriwijaya Teknik dalam operasionalnya menghadapi beberapa tantangan, seperti masalah tempat pembuangan limbah yang berada di sekitar mesin, mengakibatkan gangguan signifikan dalam proses produksi dan potensi terjadinya kecelakaan serius.

Selain itu, kekurangan jumlah ventilasi menyebabkan ketidaknyamanan bagi karyawan, menciptakan suasana kerja yang gerah dan mengurangi semangat untuk beraktivitas.

Kurangnya pencahayaan juga menyebabkan kesulitan bagi pekerja untuk melihat dengan jelas selama proses pemotongan, yang berpotensi menyebabkan cedera pada jari pekerja akibat pisau potong. Tingkat kebisingan yang tinggi, terutama dari mesin pembelahan kayu, dapat mengganggu pendengaran pekerja, sementara hanya beberapa pekerja yang menggunakan peralatan perlindungan diri.

(3)

Besarnya kerugian yang dialami tergantung pada seberapa sering (frekuensi) dan seberapa parah (severity) kecelakaan yang terjadi. Oleh karena itu, kecelakaan yang terjadi akibat pekerjaan dapat memiliki dampak signifikan pada proses produksi dan kelangsungan hidup perusahaan. Dengan kata lain, kecelakaan yang menimpa pekerjaan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi produktivitas kerja.

Hubungan keselamatan kerja dengan tingkat produktivitas adalah semakin besar tingkat kecelakaan maka semakin rendah tingkat produktivitas dan semakin kecil tingkat kecelakaan maka semakin tinggi tingkat produktivitas. Semakin sedikit kecelakaan yang terjadi, maka semakin kecil pula hari kerja yang hilang dan mengakibatkan semakin tingginya tingkat produktivitas.

Hubungan antara kesehatan dan produktivitas dapat dijelaskan dengan fakta bahwa seorang pekerja yang sedang sakit umumnya mengalami penurunan produktivitas yang signifikan, bahkan dalam beberapa kasus produktivitasnya dapat mencapai nol. Keadaan kesehatan yang kurang baik, terutama jika berlangsung dalam jangka waktu lama, secara nyata dapat mengakibatkan penurunan produktivitas yang signifikan. Selain itu, kondisi di antara keadaan sehat dan sakit juga dapat menyebabkan penurunan produktivitas yang dapat teramati dengan jelas, bahkan dalam skala yang besar. Oleh karena itu, untuk mencapai tingkat produktivitas yang optimal, pekerjaan harus dilakukan dengan memperhatikan cara kerja dan lingkungan yang mendukung kesehatan.

(4)

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka peneliti menyimpulkan tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1. Mengevaluasi pelaksanaan program keselamatan kerja di PT. Sriwijaya Teknik.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja dan menganalisis pengukuran hasil usaha program keselamatan kerja pada PT.

Sriwijaya Teknik.

3. Mengetahui dan menganalisis hubungan antara kecelakaan kerja terhadap produktifitas kerja pada PT. Sriwijaya Teknik.

4. Menghitung tingkat kekerapan dan keparahan kerja serta nilai t selamat.

5. Untuk mengetahui perbaikan sistem kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan berdasarkan analisis yang di peroleh.

6. Mengidentifikasi akar penyebab kecelakaan dengan cara membangun model FTA.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian mengenai pengendalian risiko pada PT. Sriwijaya Teknik, yaitu:

1. Bagaimana perbaikan penerapan program keselamatan kerja bagian produksi ? 2. Seberapa besar tingkat frekuensi / kekerapan dan tingkat saverity terjadi?

3. Apakah tingkat kecelakaan kerja berpengaruh pada tingkat produktivitas kerja diperusahaan ?

4. Bagaimana mencari akar penyebab terjadinya kecelakaan kerja pada PT.

Sriwijaya Teknik dengan menggunakan Fault Tree Analysis (FTA)?

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian mengenai optimalisasi produktivitas pada PT. Sriwijaya Teknik adalah sebagai berikut:

1. Objek penelitian pada bagian produksi atau semua peralatan/mesin yang ada di bagian produksi pada PT. Sriwijaya Teknik.

(5)

2. Pembahasan yang dilakukan adalah mengenai bahaya-bahaya yang terjadi yang disebabkan oleh manusia atau peralatan yang bekerja serta lingkungan kerja.

Termasuk didalamnya kecelakaan-kecelakaan yang terjadi.

3. Pengukuran produktivitas dilakukan berdasarkan jumlah jam kerja yang hilang dengan jumlah jam kerja karyawan.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Akademisi

Hasil penelitian dapat menjadi sumber tambahan wawasan dan pengetahuan mengenai manajemen risiko menggunakan metode Fault Tree Analysis (FTA)?

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai bahan masukan bagi perusahaan di PT. Sriwijaya Teknik dalam usaha mencapai dan meningkatkan produktivitas kerja.

3. Bagi Peneliti

Sebagai sarana pengaplikasian ilmu pengetahuan yang didapatkan selama masa perkuliahan khususnya mengenai manajemen risiko dan untuk membandingkan pengetahuan dari teori dan kenyataan di lapangan.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab satu berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hasil teori yang akan di kemukakan dalam bab II yaitu pengertian dan tujuan, program, unsur-unsur yang mendukung, pengukuran serta hubungan Kesehatan dan keselamatan kerja. Serta pengertian, sebab-sebab dan pencegahan kecelakaan kerja.

(6)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Membahas dan menjelaskan secara garis besar mengenai objek penelitian, teknik pengumpulan data, pengolahan dan analisis data. Serta bagaimana langkah-langkah pemecahan masalah dengan menggunakan metode yang digunakan dalam memecahkan masalah..

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Keselamatan Kerja

Menurut Mangkunegara (2002) dalam Yuliandi (2019), kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu upaya keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup serta meningkatkan produktivitas pekerja. Dengan demikian, hal tersebut akan berdampak pada keuntungan perusahaan. kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang di akibatkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor – faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan lingkungan yang dapat membantu stres emosi atau gangguan fisik.

Menurut Yuliandi (2019), Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) telah dinyatakan pada Pasal 86 ayat 2 angka 31 UU Nomor 13 Tahun 2003 yang menegaskan bahwa setiap pekerja/ buruh mempunyi hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja untuk melindungi keselamatan pekerja/ buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal di selenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja”. Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologi; dan diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada jabatannya.

(8)

2.2 Kecelakaan Akibat Kerja

Menurut Salami, dkk. (2015), dalam Sulistyaningtyas (2021), kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak dapat diduga yang dapat menimbulkan kerugian (loss) baik secara materi maupun manusia sebagai korban.

Beberapa faktor yang turut mempengaruhi tingginya angka kecelakaan kerja di Indonesia antara lain

a. sumber daya manusia (SDM) tidak memiliki keahlian dan keterampilan mengoperasikan mesin-mesin pabrik yang berteknologi tinggi

b. status kesehatan kerja dan gizi kerja yang tidak memadai

c. banyaknya pengangguran membuat tenaga kerja memilih lebih baik bekerja tanpa memperhitungkan pekerjaan yang berbahaya, yang penting bekerja ketimbang menganggur

d. lemahnya pengawasan dari instansi ketenagakerjaan

e. banyaknya tenaga kerja yang tidak dilindungi program Jamsostek

Menurut Tarwaka (2017), dalam Sulistyaningtyas (2021), suatu kecelakaan kerja dapat terjadi apabila terdapat berbagai faktor penyebab secara bersamaan pada suatu tempat kerja atau proses produksi. Dari beberapa penelitian para ahli memberikan indikasi bahwa suatu kecelakaan kerja tidak dapat terjadi dengan sendirinya, akan tetapi terjadi oleh satu atau beberapa faktor penyebab kecelakaan sekaligus dalam suatu kejadian.

2.2.1 Penyebab Kecelakaan Akibat Kerja

Menurut Casban (2018), kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh faktor manusia (unsafe action) dan faktor lingkungan (unsafe condition). Faktor unsafe action dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti ketidak seimbangan fisik tenaga kerja (cacat), kurang pendidikan, mengangkut beban berlebihan, bekerja melebihi jam kerja. Faktor unsafe condition disebabkan oleh berbagai hal yaitu peralatan yang sudah tidak layak pakai, ada api di tempat bahaya, pengamanan gedung yang kurang standar, terpapar bising, terpapar radiasi, pencahayaan dan ventilasi yang kurang, kondisi suhu yang membahayakan, sistem peringatan yang berlebihan dan sifat pekerjaan yang

(9)

faktor internal yang berasal dari karyawan itu sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan. Berdasarkan tujuanmenganalisis bukti-bukti adalah untuk mengidentifikasi peristiwa yang mengarah pada insiden yang terjadi. Dengan mengidentifikasi penyebab insiden tersebut, perusahaan dapat berupaya mencegah insiden serupa terulang kembali. Faktor penyebab utama sebagai akar penyebab yaitu proses untuk mengidentifikasi apa yang sebenarnya salah dan sering membutuhkan penyelidikan mendalam melalui lapisan gejala atau efek dalam rangka untuk mengidentifikasi penyebab masalah.

2.3 Bahaya

Menurut Ramli (2010) dalam Ponda (2019), bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya. Karena hadirnya bahaya maka diperlukan upaya pengendalian agar bahaya tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan).

Bahaya merupakan sifat yang melekat dan menjadi bagian dari suattu zat , sisitem, kondisi atau peralatan. Misalkan api secara alamiah mengandung sifat panas yang bila mengenai benda atau tubuh manusia dapat menimbulkan kerusakan atau cidera.

2.3.1 Jenis Bahaya

Menurut Ramli (2010) dalam Ponda (2019), di tempat umum banyak terdapat sumber bahaya seperti perkantoran, tempat rekreasi, mal, jalan raya, sarana olahraga dan lain- lain. Ditempat kerja pun banyak jenis bahaya seperti dipertambangan, pabrik kimia, kilang minyak dan lainnya. Kita tidak dapat mencegah kecelakaan jika tidak dapat mengenal bahaya dengan baik dan seksama. Dalam buku kesehatan lingkungan dan K3 karangan Cecep Triwibowo dan Mitha Erlisya Pusphandini dijelaskan jenis bahaya dapat diklasifikasikan antara meliputi:

1. Bahaya Mekanis

Merupakan bahaya yang bersumber dari peralatan mekanis atau benda yang bergerak dengan gaya mekanik yang digerakkan secara manual atau dengan penggerak. Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya, seperti gerakan memotong, menempa, menjepit, menekan, mengebor dan bentuk gerakan lainnya.

(10)

2. Bahaya Listrik

Merupakan bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya, seperti sengatan listrik, hubungan singkat dan kebakaran. Di tempat kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik, peralatan kerja maupun mesin-mesin yang menggunakan energi listrik.

Kondisi potensi bahaya, seperti kontak dengan listrik akibat kurang kehati-hatian dapat terjadi selama analisis rekayasa, instalasi, pelayanan, tes serta pemeliharaan listrik dan peralatan listrik. Untuk menurunkan pemaparan pada sebagian besar potensi bahaya tersebut tidaklah sulit atau mahal apabila pengamanan dan prosedur keamanan dikenalkan pada tahap rancangan.

3. Bahaya Kimiawi

Merupakan bahaya yang berasal dari bahan yang dihasilkan selama produksi.

Bahan ini terhambur ke lingkungan karena cara kerja yang salah, kerusakan atau kebocoran dari peralatan atau instalasi yang digunakan dalam proses kerja. Bahan kimia yang terhambur ke lingkungan kerja dapat menyebabkan gangguan lokal dan gangguan sistemik Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain :

a. Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat beracun (toxic)

b. Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi, seperti asam keras c. Kebakaran dan peledakan

d. Polusi dan pencemaran lingkungan.

4. Bahaya Fisik

Bahaya fisik merupakan bahaya seperti: ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin, bising, kurang penerangan, getaran yang berlebihan, radiasi dan lain sebagainya.

bahaya fisik adalah bahaya yang berasal dari faktor faktor fisik. Faktor fisika adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika yang dalam keputusan ini terdiri dari iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro, sinar ultra ungu dan medan magnet (PerMenKenTrans No.PER.13/MEN/X/2011).

2.4 Risiko

Menurut Ramli (2010) dalam Ponda (2019), risiko berdasarkan OHSAS 18001 adalah kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan

(11)

paparan tersebut. Sedangkan manajemen risiko adalah suatu proses untuk mengelola risiko yang ada dalam suatu kegiatan

Menurut Sugandi (2003) dalam Ponda (2019), Risiko adalah manifestasi atau perwujudan potensi bahaya (hazard event) yang mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar. Tergantung dari cara pengelolaannya, tingkat risiko mungkin berbeda dari yang paling ringan atau rendah sampai ke tahap yang paling berat atau tinggi. Melalui analisis dan evaluasi semua potensi bahaya dan risiko, diupayakan tindakan minimalisasi atau pengendalian agar tidak terjadi bencana atau kerugian lainnya.

2.5 Perangkat Manajemen Risiko

Perangkat perangkat yang dapat digunakan untuk melakukan manajemen risiko khususnya dalam penerapan K3antara lain:

1. Menurut Asrory (2021), preliminary Hazard Analysis (PHA) merupakan analisis semikuantitatif yang digunakan untuk mengidentifikasi semua potensi bahaya dan peristiwa kecelakaan yang mungkin menyebabkan kecelakaan dan mengidentifikasi pengendalian bahaya yang diperlukan dan tindakan tindak lanjut atau juga biasa disebut untuk melakukan perangkingan risiko dan memeriksa (identifikasi) bahaya.

Analisis PHA adalah metode analisis keselamatan kerja untuk mengidentifikasi bahaya, faktor-faktor penyebab yang terkait, efek, tingkat risiko, dan tindakan mitigasi desain ketika informasi yang detail tidak tersedia dan terbatas, sehingga maksud PHA agar sedini mungkin bahaya dapat diidentifikasi untuk program pembangunan. Penggunaan metode PHA berdasarkan pertimbangan kemudahan prosedur identifikasi, jenis proses pekerjaan yang diteliti, dan bertujuan untuk mengidentifikasi secara dini potensi bahaya keselamatan yang berpotensi timbul atau potensi bahaya yang sebelumnya belum dikenal terjadi pada pengoperasian peralatan maupun setiap cara kerja dalam suatu proses, aktivitas, dan kegiatan. Selanjutnya dilakukan analisis risiko, tingkatan risiko dengan teknik kualitatif berdasarkan teori Marvin Rausand untuk mengetahui estimasi frekuensi dan konsekuensi risiko dan melakukan evaluasi risiko menggunakan konsep ALARP (As Low as Reasonably Practicable).

2. Menurut Rahmanto (2022), Hazard and Operability Study (HAZOP) adalah sebuah

(12)

keamanan pada sebuah sistem baru atau modifikasi untuk sebuah keberadaan potensi bahaya atau masalah operabilitasnya . HAZOP adalah sebuah metode untuk menyelidiki bahaya yang tertata, terstruktur dan teliti untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan yang menghalangi jalanya proses dan risiko yang terdapat pada sebuah peralatan yang dapat menimbulkan risiko merugikan bagi manusia/

fasilitas pada sistem. Tujuan dari penggunaan HAZOP sendiri adalah untuk meninjau suatu proses atau operasi pada suatu sistem secara sistematis untuk menentukan apakah proses penyimpangan dapat mendorong kearah kejadian atau kecelakaan yang tidak diinginkan. Kecelakaan kerja dapat berasal dari faktor manusia, dan faktor lingkungan. HAZOP secara sistematis mengidentifikasi setiap kemungkinan penyimpangan (deviation) dari kondisi operasi yang telah ditetapkan dari suatu plant, mencari berbagai faktor penyebab (cause) yang memungkinkan timbulnya kondisi abnormal tersebut, dan menentukan konsekuensi yang merugikan sebagai akibat terjadinya penyimpangan serta memberikan rekomendasi atau tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak dari potensi risiko yang telah berhasil diidentifikasi

3. Menurut Bastuti (2019), metode Fault Three Analysis (FTA) Fault Tree Analysis merupakan sebuah analytical tool yang menerjemahkan secara grafik kombinasi- kombinasi dari kesalahan yang menyebabkan kegagalan dari sistem. Teknik ini berguna mendeskripsikan dan menilai kejadian di dalam sistem. Titik awal analisis FTA adalah pengidentifikasian mode kegagalan pada top level suatu sistem. Sebuah fault tree mengilustrasikan keadaan komponen– komponen sistem (basic event) dan hubungan antara basic event dan top event.

4. Menurut Indragiri (2018), Identifikasi Bahaya (Hazards Identification), Penilaian Risiko (Risk Assessment) dan Pengendalian Risiko (Risk Control) atau yang disingkat HIRARC merupakan suatu elemen pokok dalam sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berkaitan dengan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya. Keseluruhan proses dari HIRARC yang disebut juga dengan manajemen risiko (risk management), kemudian akan menghasilkan dokumen HIRARC yang sangat berguna untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

(13)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT. Sriwijaya Teknik yang terletak pada di Samarinda, Kalimantan Timur. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan xx,xxxx.

3.2 Tahap Persiapan

Tahap awal penelitian ini adalah tahap persiapan. Pada tahap ini, kegiatan mencakup observasi dan studi literatur untuk mengidentifikasi masalah yang muncul. Setelah masalah teridentifikasi, langkah berikutnya adalah menetapkan tujuan penelitian. Proses selanjutnya melibatkan penentuan batasan masalah, yang mencakup mengidentifikasi ruang lingkup masalah atau upaya untuk menyempitkan cakupan masalah agar penelitian lebih terfokus.

3.3 Tahap Pengumpulan Data

Pada tahap ini, pengumpulan data dilakukan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Peneliti melakukan observasi lapangan guna mendapatkan data yang diperlukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi, sejalan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai.

3.3.1 Sumber Data

Dalam penelitian ini dibutuhkan data-data yang relevan untuk bisa memformulasikan masalah dan menyelesaikan permasalahan yang diteliti, sumber sumber yang dibutuhkan dapat dibagi dua, yaitu :

1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari PT. Sriwijaya Teknik data ini terdiri dari : a. Data Umum Perusahaan

(14)

Yaitu data pada PT. Sriwijaya Teknik tentang sejarah perkembangan perusahaan, lokasi perusahaan, dll.

b. Data Khusus Perusahaan, data ini meliputi:

1) Jumlah kecelakaan kerja karyawan 2) Jumlah jam kerja karyawan

3) Jumlah jam hilang karyawan

4) Jenis – jenis kecelakaan kerja karyawan.

2. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh bukan dari informasi perusahaan melainkan dari sumber- sumber lain. Data terdiri dari:

a. Studi kepustakaan yang berhubungan dengan kasus yang diteliti,

b. Studi dan disiplin ilmu lainnya yang mendukung dan mempunyai hubungan dengan kasus yang diteliti

3.4 Tahap Pengolahan Data

Pada tahap pengolahan data, data yang ada akan diolah adalah mengumpulkan data hasil wawancara, observasi, dan dokumen yang didapatkan, kemudian data yang terkumpul disusun dalam bentuk transkrip data, kemudian di bandingkan. Langkah-langkah yang harus di kerjakan adalah dengan menentukan:

1. Tingkat Frekuensi/Kekerapan Kerja

Tingkat Frekuensi menyatakan banyaknya kecelakaan yang terjadi tiap sejuta jam kerja manusia dengan rumus:

F =n 𝑥 1.000.000

N ... (2.1) Dimana: F = Tingkat frekuensi kekerapan kecelakaan

n = Jumlah kecelakaan yang terjadi N = Jumlah jam kerja karyawan

2. Tingkat Severity Atau Keparahan Kecelakaan Kerja

S =H 𝑥 1.000.000

N ... (2.2) Dimana: S = Tingkat seferity/keparahan kecelakaan

H = Jumlah total jam hilang karyawan

(15)

Jumlah jam kerja yang hilang meliputi:

a. Jumlah hari yang diakibatkan cacat total sementara, di hitung berdasarkan tanggal (selama pekerja tidak mampu bekerja).

b. Jumlah total cacat permanen dan kematian.

3. Nilai T Selamat

Untuk membandingkan hasil tingkat kecelakaan suatu unit kerja pada masa lalu dan masa kini, sehingga dapat diketahui tingkat penurunan kecelakaan pada unit tersebut, di gunakan nilai T Selamat yang berdasarkan pada uji pengawasan mutu secara statistik. Metode yang di gunakan adalah pengujian “ t “ atau Student Test.

𝑆𝑎𝑓𝑒 − 𝑇 − 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒 (𝑆𝑡𝑠) = 𝐹2−𝐹1

𝐹1

𝑁

... (2.3)

Dimana: Sts = Nilai T Selamat (tak berdimensi)

F1 = Tingkat Frekuensi kecelakaan kerja masa lalu F2 = Tingkat Frekuensi kecelakaan kerja masa kini N = Jumlah jam kerja karyawan

Nilai Sts antara +2 sampai dengan -2, dengan tingkat frekuensi kecelakaan kerja tidak menunjukan perubahan yang berarti pada masa kini.

a. Nilai Sts diatas +2, artinya tingkat frekuensi kecelakaan kerja pada masa kini mengalami penurunan terhadap prestasi masa lalu.

b. Nilai Sts dibawah -2, artinya terjadinya peningkatan prestasi tingkat frekuensi kecelakaan kerja pada masa kini jika di bandingkan dengan masa lalu.

4. Hubungan Produktivitas Dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Produktivitas dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara output dan input yang dihasilkan. Secara spesifik, produktivitas mencerminkan kemampuan untuk menciptakan sesuatu dengan meningkatkan efisiensi dan kecepatan dalam menghasilkan produk. Ini melibatkan kombinasi efektivitas, efisiensi, dan keekonomian. Di sisi lain, keselamatan kerja merupakan langkah-langkah preventif dalam proses produksi yang bertujuan untuk memastikan bahwa setiap individu di tempat kerja selalu berada dalam kondisi yang aman.

(16)

4.4 Tahap Analisis Data dan Pembahasan

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif, dan metode analisis kuantitatif. Setelah itu risiko yang melewati batas, kemudian didapatkan kesimpulan yang berhubungan dengan metode FTA diantaranya penyebab utama dari kecelakaan kerja dapat terjadi, faktor-faktor yang mengakibatkan kecelakaan di sekitar lingkungan kerja, metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Metode analisis kualitatif deskriptif

Analisis kualitatif deskriptif yaitu analisis yang memberikan gambaran untuk mengevaluasi (menilai) program keselamatan kerja yang ditinjau dari penerapan unsur-unsur dan pendukung program keselamatan kerja di perusahaan.

2. Metode analisis kuantitatif

Analisis kuantitatif yaitu analisis yang berdasarkan pengukuran hasil usaha keselamatan kerja dari kejadian kecelakaan kerja dan nilai t selamat. Untuk kejadian kecelakaan ringan analisa yang dilakukan berdasarkan data-data yang ada diperusahaan.

3.6 Tahap Penutup

Pada tahap penutup akan dilakukan penarikan kesimpulan berhubungan dengan metode FTA diantaranya penyebab utama dari kecelakaan kerja dapat terjadi, faktor-faktor yang mengakibatkan kecelakaan di sekitar lingkungan kerja berdasarkan tujuan penelitian.

Selain kesimpulan pada tahap penutup akan diberikan saran untuk tempat penelitian yang diharapkan dapat menjadi masukan dan membantu tempat tersebut.

3.7 Diagram Alir Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang dilaksanaka untuk menyelesaikan penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir dibawah pada gambar di bawah ini:

(17)

Gambar 3. 1 Flowchart Penelitian Mulai

Observasi Awal

Pengumpulan Data:

1. Analisis kuantitatif:

a. Jumlah jam Hilang karyawan b. Jumlah Kecelakaan Kerja c. Jumlah Jam Kerja karyawan 2. Analisis kualitatif:

a. Jenis-jenis Kecelakaan Kerja

b. Faktor - faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Pengolahan Data:

1. Analisis kuantitatif:

a. Menghitung Tingkat Keparahan b. Tingkat Frekuensi

c. Nilai t Selamat

d. Hubungan Produktivitas dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

2. Analisis kualitatif:

a. Fault Tree Analysis

Analisis data:

1. Metode analisis kuantitatif 2. Metode analisis kualitatif

Kesimpulan Dan Saran

Selesai

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Widodo (2015: 244), “Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik

Kesehatan Kerja Menurut WHO/ILO (1995), Kesehatan Kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang

(Kurniawidjadja meily,2010) Kesehatan kerja adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial semua pekerja

Kesehatan Kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan

ILO dan WHO (1995) menyatakan kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi

Kesehatan Kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua

Kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan social yang setinggi- tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan

LATAR BELAKANG Kesehatan kerja adalah upaya untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan pada derajat tertinggi baik secara fisik, mental, maupun kesejahteraan sosial bagi para