• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jalan bebas hambatan yang dikenal dengan jalan tol memiliki beberapa kelebihan dibandingkan jalan biasa/jalan non-tol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Jalan bebas hambatan yang dikenal dengan jalan tol memiliki beberapa kelebihan dibandingkan jalan biasa/jalan non-tol"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

OHSAS menyatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala kondisi faktor yang dapat berdampak terhadap keselamatan dan kesehatan kerja pekerja dan orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja. Mangkunegara: 2002) menekankan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu gagasan dan upaya untuk menjamin keutuhan dan keunggulan kerja jasmani dan rohani pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil kerja dan budaya demi masyarakat yang adil dan makmur. Menjelaskan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja mengacu pada kondisi fisiologis-fisik dan psikologis pekerja yang dihasilkan dari lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan (Jackson: 1999).

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah upaya untuk menjamin pekerja dalam segala kondisi dan faktor yang mungkin berdampak pada keselamatan pekerja dan orang lain seperti kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu. Perusahaan atau proyek yang sungguh-sungguh menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja akan mampu mengurangi risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja, sehingga jumlah karyawan atau pekerja yang mangkir karena cedera dan penyakit di tempat kerja juga akan berkurang. Pendapat serupa juga diungkapkan (Agbola: 2012) yang menyatakan bahwa manfaat program kesehatan dan keselamatan kerja bersifat merata.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala faktor yang dapat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja pekerja dan orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja (OHSAS). Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja merupakan bagian dari sistem usaha secara keseluruhan dalam rangka pengelolaan risiko yang berkaitan dengan aktivitas kerja untuk menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan produktif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 pasal 1 ayat 1 Berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 5 Tahun 1996, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang mencakup struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang diperlukan untuk mengembangkan pelaksanaannya. pencapaian, penilaian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka manajemen risiko, terkait pekerjaan untuk menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja merupakan serangkaian kegiatan yang diatur dan saling berhubungan secara keseluruhan.

Tabel 2.1 Identifikasi Risiko pada Jalan  NO  Pekerjaan  Risiko yang mungkin terjadi  1  Tahap Mobilisasi  Kecelakaan akibat operasional alat berat
Tabel 2.1 Identifikasi Risiko pada Jalan NO Pekerjaan Risiko yang mungkin terjadi 1 Tahap Mobilisasi Kecelakaan akibat operasional alat berat

Penyebab Kecelakaan Kerja

Kondisi berbahaya (unsafe condition) adalah faktor lingkungan fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti mesin yang tidak terlindungi, pencahayaan yang tidak tepat, alat pelindung diri (APD) yang tidak efektif, lantai berminyak, dan lain-lain. Tindakan tidak aman (unsafe action) adalah perilaku atau kesalahan yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti kurang hati-hati, tidak memakai alat pelindung diri (APD) dan lain sebagainya, hal ini disebabkan oleh gangguan kesehatan, gangguan penglihatan, penyakit, rasa cemas dan kurangnya pengetahuan dalam bekerja. proses dan cara kerja.

Pencegahan Kecelakaan Kerja

Penerapan (Enforcement) berarti kegiatan perusahaan untuk memberikan jaminan bahwa peraturan pengendalian kecelakaan atau program H3 dapat dilaksanakan. Perusahaan harus menyediakan berbagai peralatan dan perbekalan K3, baik mengenai peralatan yang dipasang pada aspek pekerjaan di dalam perusahaan, seperti dipasang di dinding, dipasang di mesin, dan dipasang di kendaraan, serta perlengkapan dan perkakas yang langsung digunakan oleh pekerja pada saat bertransportasi keluar dari tempat tugasnya. tugas yang disebut Alat Pelindung Diri atau disingkat APD.

Alat Pelindung Diri

  • Alat Pelindung Kepala
  • Alat Pelindung Mata dan Wajah
  • Alat Pelindung Telinga
  • Alat Pelindung Pernapasan
  • Alat Pelindung Tangan
  • Alat Pelindung Kaki
  • Pakaian Pelindung
  • Alat Pelindung Jatuh Perorangan

Pelindung kepala adalah alat pelindung yang melindungi kepala dari benturan, jatuhnya benda tajam atau benda keras yang melayang di udara, paparan radiasi panas, api, cipratan bahan kimia dan suhu ekstrim. Jenis perlengkapan pelindung kepala antara lain helm pengaman, topi atau tudung kepala, dan lain-lain. Alat Pelindung Mata dan Wajah adalah alat pelindung yang melindungi mata dan wajah dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan partikel yang melayang di udara dan badan air, cipratan benda kecil, panas atau uap panas, sinar cahaya dan guncangan. benda keras atau tajam.

Jenis alat perlindungan mata dan muka terdiri daripada cermin mata keselamatan (goggle), (goggle), pelindung klasifikasi dan pelindung muka seperti yang dilihat dalam Rajah 2.2. Penutup telinga ialah alat pelindung yang berfungsi melindungi alat pendengaran daripada bunyi atau tekanan. Jenis pelindung telinga terdiri daripada penyumbat telinga dan penutup telinga seperti yang ditunjukkan dalam Rajah 2.3.

Alat pelindung pernafasan adalah alat pelindung yang melindungi organ pernafasan dengan cara menyalurkan udara bersih dan sehat atau menyaring pencemaran kimia, mikroorganisme, partikel berupa debu, kabut (aerosol), uap, asap, gas, dan lain-lain. Pelindung tangan adalah suatu alat pelindung yang melindungi tangan dan jari terhadap semburan api, suhu tinggi, suhu dingin, radiasi elektromagnetik, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan goresan. Pelindung tangan jenis ini terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari jenis dan bahan berbeda, seperti terlihat pada Gambar 2.5.

Pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki agar tidak tertindih atau terbentur benda berat, terbentur benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas dan terpeleset. Jenis pelindung kaki antara lain sepatu keselamatan (Gambar 2.6) untuk pekerjaan konstruksi dan pekerjaan yang berpotensi menimbulkan bahaya ledakan, bahaya listrik, tempat kerja basah atau licin, dan bahaya binatang. Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi tubuh sebagian atau seluruh bagian tubuh dari bahaya suhu panas atau dingin, benda panas, cairan, logam panas, benturan dengan mesin, benturan dengan peralatan, goresan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur.

Jenis pakaian pelindung terdiri dari jaket, rompi, jas hujan dan pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh tubuh seperti terlihat pada Gambar 2.7. Fungsi dari alat pelindung diri jatuh adalah untuk membatasi pergerakan pekerja agar tidak memasuki tempat yang berpotensi terjatuh atau untuk menjaga pekerja pada posisi kerja yang diinginkan dalam keadaan miring atau menggantung serta membatasi dan membatasi pekerja untuk terjatuh. agar tidak sampai ke lantai dasar. Jenis alat pelindung diri jatuh seperti terlihat pada Gambar 2.8 terdiri dari sabuk pengaman badan (harness), tali penghubung (lanyard), tali pengaman, penjepit tali, penahan jatuh bergerak, dan lain-lain.

Gambar 2.1 Helm Pangaman (Safety Helmet)  Sumber: Google Image
Gambar 2.1 Helm Pangaman (Safety Helmet) Sumber: Google Image

Ketentuan Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja

  • Aspek Lingkungan
  • Tempat Kerja dan Peralatan
  • Pencegahan Terhadap Kebakaran dan Alat Pemadam Kebakaran
  • Alat Pemanas (Heating Appliances)
  • Bahan-Bahan yang Mudah Terbakar
  • Menghindari Terhadap Orang yang Tidak Berwenang

Orang yang terlatih dan mengetahui cara menggunakan alat pemadam kebakaran harus selalu berada di lokasi selama jam kerja. Alat pemadam kebakaran harus diperiksa secara berkala oleh orang yang berwenang dan dirawat sebagaimana mestinya. Perlengkapan pemadam kebakaran seperti selang air, alat pemadam kebakaran portable dan jalur menuju alat pemadam kebakaran harus selalu dijaga.

Alat pemadam kebakaran yang mengandung hidrokarbon terklorinasi atau karbon tetraklorida tidak boleh digunakan di dalam ruangan atau di ruang terbatas (tertutup, ruang sempit). Peralatan yang mudah menimbulkan kebakaran sebaiknya tidak diletakkan di atas lantai kayu atau bahan mudah terbakar lainnya. Terpal, kanvas dan bahan lainnya tidak boleh diletakkan di dekat pemanas yang menggunakan api dan harus diamankan agar tidak menyala.

Bahan mudah terbakar seperti habuk papan/habuk, kain buruk berminyak dan kepingan kayu yang tidak digunakan tidak boleh dilonggokkan atau terkumpul di tempat kerja. Cecair mudah terbakar mesti disimpan, diangkut dan digunakan sedemikian rupa agar kebakaran dapat dielakkan. Bahan api/petrol untuk peralatan pemanas tidak boleh disimpan di mana-mana bangunan atau tempat kecuali dalam tin atau peralatan tahan api yang dibuat untuk tujuan itu.

Papan pengumuman, dipasang pada tempat-tempat yang menarik perhatian; tempat strategis yang menunjukkan dimana kita bisa menemukannya. Nomor telepon dan perlengkapan pemadam kebakaran terdekat harus tersedia dan mudah dibaca. Orang yang tidak berkepentingan tidak diperbolehkan memasuki area pembangunan, kecuali didampingi oleh orang yang berwenang dan dilengkapi dengan alat pelindung diri.

Faktor-faktor yang Mendorong Penerapan K3

Elemen / Kriteria Sistem Manajemen Keselelamatan dan Kesehatan Kerja Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mempunyai

Ke-12 elemen tersebut dipetakan dalam siklus PDCA SMK3 pada Gambar 2.9 dan kemudian dilanjutkan pada Tabel 2.3. PDCA di SMK3 akan selalu terlaksana ketika suatu organisasi menjalankan SMK3, organisasi tersebut harus mempunyai kewajiban untuk menjaga dan meningkatkan Lingkungan Kerja dengan menerapkan Sistem Manajemen K3 yang mempunyai prinsip perbaikan dan perbaikan berkelanjutan.

Gambar 2.9 Siklus elemen Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja  Sumber: sentralsistem.com
Gambar 2.9 Siklus elemen Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sumber: sentralsistem.com

Kebijakan dan Kepemimpinan SMK3

Plan – Perencanaan SMK3

Do – Penerapan dan Operasional SMK3

Check – Pengukuran dan Pemantauan SMK3

Act – Tinjauan Manajemen SMK3

Penetapan Kreteria Audit Tiap Tingkat Pencapaian Penerapan SMK3

Ketentuan Penilaian Hasil Audit SMK3

Tidak mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan, tidak melaksanakan salah satu prinsip SMK3, dan tidak konsisten memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan, standar, pedoman, dan acuan lainnya.

Tabel 2.4 Penilaian Tingkat Penerapan SMK3  Kategori
Tabel 2.4 Penilaian Tingkat Penerapan SMK3 Kategori

Pedoman Penerapan Prinsip Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Kebijakan

Perencanaan

Organisasi

Pengendalian Operasional

Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3

Tinjauan ulang

Penelitian Terdahulu

Tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel pengetahuan K3 (definisi dan inisiasi, sistem manajemen, alat pelindung diri, sarana dan prasarana, risiko) secara bersama-sama terhadap perilaku pekerja konstruksi pada proyek pembangunan jalan tol Nusa Dua - Ngurah Rai - Benoa paket 3 Kelengkapan fasilitas terhadap penerapan sistem SMK3 pada Proyek Peningkatan Struktur Jalan Batas Kota Muara Teweh-Kandui termasuk dalam kategori sedang. Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) (studi pada proyek pembangunan jalan Rawa Buaya, Cengkaeng).

Kesehatan kerja (OSM3) pada proyek pembangunan jalan Rawa Buaya telah berjalan dengan baik yaitu sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, namun masih terdapat beberapa kendala.

Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu

Gambar

Tabel 2.1 Identifikasi Risiko pada Jalan  NO  Pekerjaan  Risiko yang mungkin terjadi  1  Tahap Mobilisasi  Kecelakaan akibat operasional alat berat
Tabel 2.1 Identifikasi Risiko pada Jalan (lanjutan)
Tabel 2.1 Identifikasi Risiko pada Jalan (lanjutan)
Tabel 2.2 Identifikasi Risiko pada Jembatan (lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

"Analisis Yuridis Perbandingan Risiko Medis dengan Kelalaian Medis", AL- MANHAJ: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial Islam,

Pramila budaya gotong royong tetilaranipun leluhur kita, mangga tansah dipunlestantunaken, dipunngrembakakaken, saha dipunkiyataken, sarta dipunwarisaken dhumateng para putra, para