• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis pengaruh efisiensi pengeluaran sektor publik terhadap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "analisis pengaruh efisiensi pengeluaran sektor publik terhadap"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH EFISIENSI PENGELUARAN SEKTOR PUBLIK TERHADAP KINERJA PEMBANGUNAN EKONOMI DAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT DI

JAWA TIMUR (STUDI PADA 38 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Kristianto Bagus Hadi Prakoso 125020100111019

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2016

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

ANALISIS PENGARUH EFISIENSI PENGELUARAN SEKTOR PUBLIK TERHADAP KINERJA PEMBANGUNAN EKONOMI DAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT DI JAWA TIMUR (STUDI PADA 38 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR)

Yang disusun oleh :

Nama : Kristianto Bagus Hadi Prakoso

NIM : 125020100111019

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 25 Juli 2016

Malang, 25 Juli 2016 Dosen Pembimbing,

Dr. Moh. Khusaini, SE., Msi., MA.

NIP 19710111 199802 1 001

(3)

ANALISIS PENGARUH EFISIENSI PENGELUARAN PEMERINTAH SEKTOR PUBLIK TERHADAP KINERJA PEMBANGUNAN EKONOMI DAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT DI PROVINSI JAWA TIMUR (STUDI PADA 38 KABUPATEN/KOTA

DI JAWA TIMUR)

Oleh:

Kristianto Bagus Hadi Prakoso

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: kristiantobagushp@gmail.com

Dosen Pembimbing : Dr. Moh. Khusaini, SE., Msi., MA.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah anggaran belanja publik pemerintah Jawa Timur khususnya sektor pendidikan,kesehatan, dan infrastruktur telah digunakan dan dikelola secara efisien dan bagaimana pengaruhnya kepada kinerja pembangunan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat di Jawa Timur. Alat analisis yang digunakan adalah Data Envelopment Analysis untuk menghitung tingkat efisiensi sektor publik dan Partial Least Square untuk mengetahui seberapa besar pengaruh efisiensi sektor publik terhadap kinerja pembangunan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur banyak daerah yang tidak efisien dalam penggunaan anggarannya. Namun ternyata efisiensi tersebut memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kinerja pembangunan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat di Jawa Timur.

Kata kunci: Belanja Publik, Efisiensi, Kinerja Pembangunan Ekonomi, Kualitas Hidup Masyarakat, Data Envelopment Analysis, Partial Least Square

A. PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi tidak hanya berpijak pada kenaikan GNP saja tetapi juga peningkatan taraf dan kualitas hidup sebagian besar masyarakat. Todaro (dalam Arsyad, 2004) mengatakan sukses atau tidaknya pembangunan ekonomi direpresentasikan oleh bagaimana perkembangan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok, bertumbuhnya rasa harga diri masyarakat sebagai manusia dan meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih.

Berdasarkan telaahnya terhadap beberapa ekonom Arsyad menemukan jika kinerja pembangunan ekonomi dijelaskan oleh beberapa faktor, yaitu pertumbuhan GNP, pendapatan perkapita, dan presentase tenaga kerja. Sedangkan dalam melihat kualitas hidup masyarakat, beberapa peneliti menggunakan indikator yang cukup bervariasi seperti angka kemisikinan yang digunakan oleh Fan, Huong, dan Luong sebagai indikator dalam melihat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Vietnam. United Nation Development Programme memperkenalkan Indeks Pembangunan Manusia yang dianggap mampu melihat keadaan pembangunan baik itu ekonomi ataupun manusianya (Kuriata dalam Rizkika, 2015).

Dalam mencapai sebuah pembangunan ekonomi yang juga memperhatikan kualitas hidup masyarakatnya, pemerintah sebagai penyelenggara negara memiliki 3 peranan yaitu alokasi, distribusi dan stabilisasi (Badrudin,2011). Salah satu yang menjadi alat pemerintah adalah peran sebagai pengalokasi anggaran dengan adanya kebijakan fiskal, yang mana hal tersebut digunakan untuk menyediakan kebutuhan masyarakat akan barang-barang publik. Ketersediaan kebutuhan barang publik dari pemerintah daerah kepada masyarakat pada hakekatnya merupakan hal yang paling mendasar dari penerapan system desentralisasi fiskal. Seperti yang tertuang dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang memberikan transformasi yang mendasar terhadap mekanisme penyelenggaraan pemerintah daerah di Indonesia. Ini juga bertujuan untuk memberikan pemerintah daerah kewenangan dalam mengoptimalisasikan alokasi sumber daya keuangan yang dimiliki di daerahnya, guna untuk mengurus kinerja pemerintahan

(4)

dan memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Sehingga pemerintah daerah mempunyai peranan yang relatif besar dengan diberlakukannya sistem desentralisasi fiskal tersebut. Dalam menciptakan pembangunan ekonomi dan sumberdaya manusia yang berkualiatas, peran yang sangat penting adalah kesehatan, pendidikan dan infrastruktur (Christiana, 2012).

Provinsi Jawa Timur sendiri merupakan provinsi terbesar kedua secara nasional , baik secara ekonomi dan kependudukan. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat PDRB yang terbesar kedua setelah DKI Jakarta, dengan nilai PDRB sebesar 1.262 trilyun rupiah membuat Jawa Timur memberikan sumbangan 25.34% atau hampir seperempat PDRB yang dihasilkan oleh Pulau Jawa disumbang oleh Jawa Timur. Hal ini menunjukkan jika perekonomian di Jawa Timur sangat berkembang dan seharusnya juga memberi dampak positif kepada masyarakat Jawa Timur itu sendiri

Grafik 1 PDRB harga konstan 2010 Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2013

Sumber : BPS Indonesia. Diolah (2016)

Dilihat dari segi kependudukannya, jumlah penduduk di Provinsi Jawa Timur merupakan yang terbesar kedua setelah Jawa Barat. Namun presentase penduduk miskinnya justru melebihi Jawa Barat, seperti yang terpapar dalam grafik 1.2, Jawa Timur menyumbang 31% penduduk miskin dari sekurang-kurangnya 37 juta penduduk dengan status miskin di Pulau Jawa. Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur terkosentrasi pada daerah dengan tingkat aktifitas ekonomi dan pendapatan perkapita yang rendah dan lebih dari setengah penduduk miskin hidup di daerah pedesaan. Hal ini jugalah yang mengindikasikan rendahnya kualitas manusia di Jawa Timur.

Grafik 2 Presentase Jumlah Penduduk Miskin di Pulau Jawa Tahun 2013

Sumber : BPS Indonesia. Diolah (2016)

Selain itu juga provinsi Jawa Timur juga mengalokasikan pengeluaran yang cukup besar dibanding dengan beberapa provinsi lainnya di pulau Jawa. Ini bisa dilihat dari grafik 1.4 yang menunjukkan jika Jawa Timur menempati urutan nomer 2 setelah DKI Jakarta dalam hal pengalokasian anggaran. Ini juga sedikit menimbulkan pertanyaan bagaimana sebenarnya pengalokasian anggaran yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi Jawa Timur.

0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1400000 1600000

31%

28%

30%

3% 4% 4%

Jawa Timur Jawa Barat Jawa Tengah DKI Jakarta DI Yogyakarta Banten

(5)

Grafik 3 Jumlah Pengeluaran Pemerintah Provinsi di Pulau Jawa 2012- 2014

Sumber : BPS Indonesia. Diolah (2016)

Secara tidak langsung fenomena yang terjadi di Jawa Timur ini juga menjadi cerminan bagaimana pemerintah membelanjakan anggaran mereka untuk menjalankan pembangunan ekonomi yang dicanangkan sebelumnya. Selain pertumbuhan pendapatan, pembangunan ekonomi haruslah memberikan dampak yang positif terhadap kualitas hidup dari masyarakatnya. Karena masyarakatlah yang menjadi faktor sentral bagi pembangunan ekonomi baik itu dalam lingkup nasional ataupun regional dan pemerintah ada sebagai pembimbing, pengarah, pemberi bantuan dan penyedia fasilitas bagi masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidup mereka. Karena itulah dari paparan diatas penelitian ini ingin mengetahui apakah anggaran belanja pemerintah Jawa Timur khususnya sektor pendidikan,kesehatan, dan infrastruktur telah digunakan dan dikelola secara efisien dan bagaimana pengaruhnya kepada kinerja pembangunan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat di Jawa Timur. Untuk itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Efisiensi Pengeluaran Pemerintah Sektor Publik Terhadap Kinerja Pembangunan Ekonomi dan Kualitas Hidup Masyarakat di Provinsi Jawa Timur”. Dengan rumusan masalah sebagai berikut

1 .Bagaimana efisiensi pengeluaran sektor publik tahun 2013 di Jawa Timur ?

2. Bagaimana pengaruh efisiensi sektor publik terhadap kinerja pembangunan dan kualitas hidup di Provinsi Jawa Timur tahun 2013 ?

3. Bagaimana pengaruh kinerja pembangunan terhadap kualitas hidup masyarakat Jawa Timur tahun 2013 ?

B. TINJAUAN PUSTAKA Desentralisasi Fiskal

Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 prinsip dari adanya desentralisasi fiskal adalah nyata dan bertanggung jawab. Nyata berarti bahwa segala pengeluaran yang diatur oleh pemerintah secara nyata dapat memberikan output yang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh masyarakat daerah. Sedangkan prinsip bertanggung jawab adalah bagaimana pengeluaran tersebut haruslah benar-benar memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, baik itu melalui pelayanan publik ataupun dari pembangunan ekonomi.

Teori Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah merupakan barang dan jasa yang dibeli oleh pemerintah pusat, negara bagian, dan daerah. Bisa berupa peralatan militer, jalan layang, dan jasa yang diberikan kepada pegawai pemerintah. Secara luas teori pengeluaran pemerintah dapat dijelaskan sebagai berikut (Mangkoesoebroto,2010).

1. Model Pembangunan Tentang Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

Secara luas model pembangunan tentang perkembangan pengeluaran pemerintah dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave. Keduanya mengaitkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi yang di pilah atas tiga tahap yaitu tahap awal, menengah, dan tahap lanjut. Mereka berpendapat jika pada tahap awal dampak pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan nasional cukup besar. Teori perkembangan peranan pemerintah oleh Musgrave dan Rostow merupakan sebuah pola pikir yang ditimbulkan dari observasi dan pengamatan tentang pembangunan ekonomi yang dialami oleh banyak negara.

2. Hukum Wagner tentang Perkembangan Aktivitas Pemerintah

Hukum ini mendeskripsikan perkembangan pengeluaran pemerintah yang harus ditingkatkan sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian yang diukur dari tingkat pendapatan. Hal ini

- 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000 25,000,000 30,000,000

2012 2013 2014

(6)

juga merupakan usaha pemerintah sebagai salah satu penyelenggara negara untuk mempengaruhi seluruh perekonomian. Bila pemerintah ingin berhemat tidak serta merta akan langsung memotong pengeluarannya, namun dengan cara mengefisienkan pengeluaran tersebut.

3. Teori Peacock dan Wiseman

Peacock dan Wiseman (dalam Mangkoesoebroto, 2010) mengungkapkan sebuah teori yang berdasar pada suatu pandangan jika pemerintah akan selalu berusaha memperbesar pengeluarannya yang bergantung pada penerimaan pajak, sebaliknya masyarakat tidak berkenan membayar pajak yang tinggi. Teorinya berbunyi sebagai berikut: masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami besarnnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Pembangunan Ekonomi

Todaro (dalam Arsyad, 2004) mengatakan sukses atau tidaknya pembangunan ekonomi direpresentasikan oleh bagaimana perkembangan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok, bertumbuhnya rasa harga diri masyarakat sebagai manusia dan meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih. Pembangunan ekonomi juga merupakan sebuah proses yang saling terkait dan mempengaruhi di antara faktor-faktor yang menghasilkan pembangunan ekonomi sehingga faktor-faktor tersebut dapat diteliti dan dianalisis. Arsyad (2004) berdasarkan telaahnya pada pemikiran para ekonom, memberikan penjelasan tentang faktor-faktor pembangunan ekonomi:

1) Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat

2) Perkembangan GDP/GNP yang terjadi di suatu negara atau wilayah

Dari kedua faktor tersebut bisa diambil kesimpulan untuk menentukan indikator pembangunan dapat menggunakan pendapatan perkapita dan laju pertumbuhan ekonomi. Namun penggunaan pendapatan perkapita sebagai indikator pembangunan juga mempunyai kelemahan yaitu hadirnya faktor-faktor non-ekonomi seperti: adat istiadat, keadaan iklim dan alam sekitar, serta ada dan tidaknya kebebasan berpendapat dan bertindak yang dapat memunculkan perbedaan kesejahteraan di negara-negara atau daerah-daerah yang pendapatan per kapitanya tidak jauh berbeda. Walau begitu, pendapatan per kapita masih menjadi indikator pembangunan yang terbaik. Pendekatan ini mempunyai kelebihan dapat berfokus pada raison d’etre dari pembangunan, yaitu kenaikan tingkat hidup dan menghilangkan kemiskinan.

Selain itu juga ada beberapa indikator yang bersifat non-moneter dari pembangunan ekonomi.

Salah satu indikator sosial yang dikenalkan oleh United Nation Research Institute for Social Development (UNRISD) pada tahun 1970 adalah persentase tenaga kerja dan persentase tenaga kerja upahan. BPS juga mengembangkan suatu indikator kesejahteraan yang disebut Susenas Inti yang salah satu aspeknya adalah angkatan kerja. Hal itu juga diperkuat dengan laporan UNRISD International Conference di Rayong Thailand yang berjudul Perspectives on Social Development Research at Millenium menemukan jika dalam pembangunan ekonomi di China dan beberapa negara Asia Tenggara seperti Thailand, Malaysia, dan Indonesia terdapat permasalahan sosial yang serius dalam hal pengangguran. Fan, et all (2000) yang mengatakan bahwa salah satu variabel yang digunakan untuk mengukur pengaruh belanja pemerintah terhadap tingkat kemiskinan adalah dengan melihat kondisi ketenagakerjaan di daerah tersebut.

Kualitas Hidup

Samuelson (dalam Mangkoesoebroto, 2010) mencetuskan pemikiran tentang pencapaian tingkat kesejahteraan yang optimal. Penentuan tingkat kesejahteraan individu dapat dilihat dari kombinasi pemanfaatan barang publik dan barang swasta. Pemerintah penyelenggara negara, menyuplai barang publik yang dapat dinikmati oleh masyarakat sehingga mereka memperoleh kesejahteraan dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Hal ini juga harus didukung dengan mengelola alokasi sumber-sumber ekonomi secara efisien.

Ukuran yang berpedoman pada konsep kebutuhan dasar minimum yang dimanfaatkan para peneliti-peneliti untuk mempresentasikan kesejahteraan adalah pengeluaran pada sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Pengukuran tersebut menggunakan dua indikator yaitu kemiskinan yang digunakan oleh Fan (2010) dan Christiana (2012) dan indeks pembangunan manusia yang merupakan pedoman dari UNDP.

(7)

Hubungan Pengeluaran Pemerintah di Sektor Kesehatan dengan Kinerja Pembangunan Ekonomi dan Kualitas Hidup.

Pengalokasian pendapatan oleh pemerintah dapat di wujudkan dalam bentuk penyediaan barang-barang publik seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan, pertahanan nasional, kehakiman, pekerjaan umum, dan sebagainya. Prinsipnya, pengeluaran pemerintah wajib menyentuh bidang yang secara langsung dapat dinikmati oleh masyarakat. Dengan begitu masyarakat dapat merasakan langsung dampak dari partisipasinya dalam pelaksanaan program pemerintah. Pigou (dalam Mangkoesoebroto, 2010) mengatakan “penyediaan barang publik harus berada pada tingkat dimana kepuasan marginal akan barang publik sama dengan ketidakpuasan marginal (marginal disutility) akan pajak yang dipungut dalam rangka membiayai program- program penyediaan barang publik”. Seperti halnya dalam urusan kesehatan, pemerintah harus mengalokasikan dan menyediakan anggaran untuk sektor kesehatan secara efisien melalui output yang dihasilkan.

Hubungan Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pendidikan dengan Kinerja Pembangunan Ekonomi dan Kualitas Hidup.

Peningkatan pendidikan masyarakat akan mendorong perbaikan pembangunan sosial dan ekonomi suatu negara yang nantinya akan berdampak terhadap kualitas hidup masyarakat di negara tersebut. Salah satu dampak yang dihasilkan adalah meningkatnya produktifitas kerja dari masyarakat suatu negara dan diharapkan bisa mengurangi jumlah kemiskinan. Arsyad (2004) berpendapat jika pendidikan (formal dan non-formal) memiliki andil yang besar dalam memperbaiki kemiskinan jangka panjang, baik secara tidak langsung dengan perbaikan produktifitas dan efisiensi secara umum, maupun secara langsung melalui bimbingan kepada golongan miskin dengan memberikan latihan keterampilan yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas mereka.

Hubungan Pengeluaran Pemerintah di Sektor Infrastruktur dengan Kinerja Pembangunan Ekonomi dan Kualitas Hidup.

Sektor infrastruktur haruslah juga menjadi pemberi manfaat kepada masyarakat disamping sektor kesehatan dan pendidikan. Infrastuktur sendiri merupakan wujud sarana dan prasarana fisik yang menopang produktifitas ekonomi dan peningkatan pembangunan agar berjalan dengan lebih baik. Bowen dalam Mangkoesoebroto (2010) mengemukakan teori tentang penyediaan barang publik. Barang publik dideskripsikan sebagai barang yang pemanfaatannya tidak terdapat pengecualian oleh siapapun. Maksudnya adalah barang publik sudah tersedia dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Sehingga jika dalam kegiatan ekonomi diperlukan penggunaan barang publik untuk mendukung produktifitas kinerja yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, maka siapapun bisa menggunakan barang publik tersebut.

Efisiensi Dalam Desentralisasi Fiskal

Musgrave dan Oates dalam Khusaini (2006) mendeskripsikan akibat dari desentralisasi fiskal melalui classical effect, yang menyatakan jika suatu efisiensi bermuara dari diberlakukannya desentralisasi fiskal. Hal ini menjadikan pemerintah daerah lebih bisa mengetahui apa saja kebutuhan masyarakatnya sehingga pengalokasian sumber daya yang dimiliki akan lebih tepat.

Peningkatan efisiensi juga bisa diartikan sebagai meningkatnya kesejahteraan konsumen atas sumberdaya yang ada, atau peningkatan output atas sumberdaya yang dimiliki. Khusaini (2006) juga menyatakan bahwa desentralisasi fiskal akan menyebabkan producer efficiency dimana mendorong pengeluaran untuk barang/jasa publik dan infrastruktur dengan biaya yang lebih murah, hasil yang lebih banyak, dan kualitas yang lebih baik. Jadi, dengan anggaran publik yang tertentu akan menghasilkan barang publik dan insfrastruktur yang lebih banyak dan lebih baik.

Dasar dari efisiensi menurut Yazar A. Ozcan dalam Wulansari (2010) merupakan rasio dari output dan input. Cara untuk meningkatkan efisiensi adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan output 2. Mengurangi input

3. Jika menaikkan keduanya, kenaikan output harus lebih besar dari input 4. Jika keduanya diturunkan, penurunan output harus lebih kecil daripada input.

(8)

C. METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan memecahkan suatu permasalahan melalu tahapan-tahapan pengumpulan dan penyusunan data yang selanjutnya akan diolah, dianalisis, diinterpretasikan, dan ditarik kesimpulan sehingga diperoleh gambaran dan sifat dari permasalahan tersebut Seperti yang terdapat dalam permasalahan dan tujuan penelitian yang meneliti bagaimana pengaruh efisiensi pengeluaran pemerintah terhadap kinerja pembangunan ekonomi dan kualitas manusia, maka penulis memilih 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur sebagai tempat penelitian. Dengan pertimbangan agar mampu memberikan informasi yang lengkap terkait pengaruh efisiensi sektor publik di Jawa Timur. Dan data yang digunakan adalah data tahunan pada tahun 2013. Penelitian ini akan menggunakan data sekunder yang bersifat cross section, pengamatan cross section dilakukan pada 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur.

Dengan digunakan cross section diharapkan akan memberikan informasi data yang lebih bebas, lebih lengkap, dan lebih efisien, sehingga akan memperkaya analisis empiris yang akan dilakukan peneliti. Dalam memperoleh jawaban atas permasalahan yang diangkat, penulis memakai 2 metode analisis yaitu Data Envelopment Analysis (DEA) dan Partial Least Square (PLS). Penggunaan DEA akan diterapkan guna memperoleh tingkat efisiensi pengeluaran pemerintah terhadap output yang dihasilkan. Lalu PLS digunakan sebagai alat untuk mengetahui bagaimana hubungan efisiensi tersebut dengan kinerja pembangunan ekonomi dan kualitas manusia.

Tabel 1 Variabel Penelitian

No Variabel Deskripsi Acuan Sumber Data

Sektor Kesehatan 1 Pengeluaran

pemerintah sektor kesehatan

Total pengeluaran pemerintah sektor kesehatan. (Input)

Verhoeven et all (2007), Christiana (2012)

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan 2 Rasio jumlah

medis dan

paramedis per 100.000 penduduk

Rasio jumlah dokter dan anggota layanan medis darurat di bidang kesehatan dengan jumlah penduduk. (Output)

Verhoeven et all (2007)

Jafarov dan Gunnarsson (2008)

Badan Pusat Statistik

3 Rasio jumlah layanan kesehatan per 100.000 penduduk

Rasio jumlah puskesmas dan rumah sakit yang terdaftar dan terjangkau oleh masyarakat dengan jumlah penduduk.

(Output)

Verhoeven et all (2007) Jafarov dan Gunnarsson (2008)

Badan Pusat Statistik

Sektor Pendidikan 1 Pengeluaran

pemerintah sektor pendidikan

Total pengeluaran pemerintah sektor pendidikan. (Input)

Verhoeven et all (2007), Christiana (2012)

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan 2 Rasio jumlah

Guru

SD,SMP,SMA dengan jumlah murid

SD,SMP,SMA

Rasio jumlah tenaga pengajar yang ada di tingkat dasar, menengah pertama, dan menegah atas dengan jumlah murid di tiap tingkat. (Output)

Verhoeven et all (2007), Jafarov dan Gunnarsson (2008)

Badan Pusat Statistik

3 Rasio jumlah Sekolah

SD,SMP,SMA dengan jumlah murid

SD,SMP,SMA

Rasio jumlah sekolah yang terdapat pada tingkat dasar, menengah pertama, dan menengah atas dengan jumlah murid tiap tingkat. (Output)

Verhoeven et all (2007), Jafarov dan Gunnarsson (2008)

Badan Pusat Statistik

Sektor Infrastruktur 1 Pengeluaran

pemerintah sektor infrastruktur

Total pengeluaran pemerintah sektor infrastruktur (Input)

Estache, Gonzales, Trujilo (2007)

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

(9)

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Nilai Efisiensi Pengeluaran Sektor Pendidikan

Hasil analisis dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) menunjukkan jika selama tahun 2013 kinerja sebagian besar pemerintah daerah Jawa Timur tidak efisien dalam membelanjakan anggarannya untuk sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur

Tabel 2 Skor Efisiensi Sektor Pendidikan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2013 Kabupaten/Kota Skor Efisiensi Kabupaten/Kota Skor Efisiensi

Kota Batu 100.00% Kab. Jombang 41.39%

Kota Probolinggo 95.01% Kab. Lamongan 40.98%

Kota Mojokerto 94.09% Kab. Pamekasan 39.64%

Kota Pasuruan 93.75% Kab. Tulungagung 39.56%

Kab. Bondowoso 67.72% Kab. Blitar 37.04%

Kota Blitar 61.96% Kab. Bojonegoro 36.40%

Kab. Situbondo 60.59% Kab. Ponorogo 36.38%

Kab. Pacitan 60.07% Kab. Tuban 36.33%

Kab. Mojokerto 59.95% Kab. Gresik 36.19%

Kab. Sampang 59.11% Kab. Malang 31.64%

Kab. Magetan 56.70% Kab. Lumajang 29.96%

Kota Madiun 56.07% Kab. Nganjuk 29.21%

Kab. Madiun 53.20% Kota Malang 28.31%

Kab. Trenggalek 53.03% Kab. Kediri 24.99%

Kab. Sumenep 50.73% Kab. Banyuwangi 24.44%

Kota Kediri 49.87% Kab. Pasuruan 23.37%

Kab. Ngawi 46.47% Kab. Jember 19.03%

Kab. Bangkalan 46.40% Kab. Sidoarjo 18.76%

Kab. Probolinggo 42.59% Kota Surabaya 11.19%

Sumber : Hasil Kalkulasi MaxDEA. Diolah (2016)

No Variabel Deskripsi Acuan Sumber Data

Sektor Infrastruktur 2 Akses listrik Jumlah rumah tangga dengan

akses ketersediaan listrik (Output)

Afonso dan

Fernandes (2008)

Badan Pusat Statistik 3 Akses air bersih Jumlah rumah tangga dengan

akses sumber air bersih. (Output)

Afonso dan

Fernandes (2008)

Badan Pusat Statistik 4 Akses sanitasi Jumlah rumah tangga dengan

akses sanitasi yang layak.

(Output)

Afonso dan

Fernandes (2008)

Badan Pusat Statistik Kualitas Hidup Manusia

1 Indeks Pembangunan Manusia

Merupakan indeks yang diperoleh dari pengolahan angka indeks pendidikan,daya beli, dan indeks kesehatan

Christiana (2012) Badan Pusat Statistik

2 Kemiskinan Jumlah penduduk dengan pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.

Fan et all (2000) Christiana (2012)

Badan Pusat Statistik

(10)

Dari tabel di atas dapat didapat informasi jika dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur hanya terdapat 1 kota yang efisien pada sektor pendidikan, yaitu Kota Batu. Ini mengindikasikan jika Kota Batu telah benar-benar mengalokasikan belanja pendidikan secara tepat. Secara mengejutkan Kota Surabaya menjadi daerah dengan skor efisiensi terendah, padahal belanja mereka untuk sektor pendidikan merupakan yang tertinggi di Jawa Timur. Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena output mereka untuk sektor pendidikan termasuk yang terandah di Jawa Timur. Sedangkan untuk Kota Batu walaupun output mereka juga termasuk rendah untuk sektor ini, namun belanja yang digunakan tidak sebesar Kota Surabaya.

Nilai Efisiensi Pengeluaran Sektor Kesehatan

Hasil analisis dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) menunjukkan jika selama tahun 2013 kinerja sebagian besar pemerintah daerah Jawa Timur tidak efisien dalam membelanjakan anggarannya untuk sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur

Tabel 3 Skor Efisiensi Sektor Kesehatan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2013 Kabupaten/Kota Skor Efisiensi Kabupaten/Kota Skor Efisiensi

Kota Batu 100.00% Kab. Mojokerto 17.72%

Kota Malang 66.70% Kab. Tulungagung 17.63%

Kota Pasuruan 56.25% Kab. Pamekasan 17.22%

Kota Madiun 54.53% Kab. Sumenep 15.77%

Kota Blitar 44.99% Kab. Lumajang 15.17%

Kota Mojokerto 41.16% Kab. Lamongan 15.08%

Kab. Pacitan 40.06% Kab. Blitar 14.78%

Kab. Madiun 29.13% Kab. Banyuwangi 14.05%

Kab. Magetan 28.35% Kab. Bangkalan 13.18%

Kota Probolinggo 27.91% Kab. Jombang 12.45%

Kab. Bondowoso 27.00% Kab. Bojonegoro 12.10%

Kab. Ponorogo 22.92% Kota Surabaya 11.92%

Kab. Trenggalek 22.72% Kab. Pasuruan 10.16%

Kab. Ngawi 20.81% Kab. Kediri 9.48%

Kab. Situbondo 19.96% Kab. Gresik 9.34%

Kab. Sampang 18.41% Kab. Nganjuk 8.60%

Kota Kediri 18.30% Kab. Malang 8.40%

Kab. Tuban 18.06% Kab. Sidoarjo 6.63%

Kab. Probolinggo 17.94% Kab. Jember 6.47%

Sumber : Hasil Kalkulasi MaxDEA. Diolah (2016)

Tabel diatas menginformasikan jika dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur hanya terdapat 1 daerah yang efisien pada sektor kesehatan, yaitu Kota Batu. Ini mengindikasikan jika Kota Batu telah benar-benar mengalokasikan belanja kesehatan secara tepat. Untuk daerah yang mendapat skor terendah adalah Kabupaten Jember dengan 6,47%. Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena rasio puskesmas dan dokter per 100.000 penduduk mereka termasuk yang terendah di Jawa Timur, padahal alokasi belanjanya cukup besar. Sedangkan untuk Kota Batu walaupun output mereka juga termasuk rendah untuk sektor ini, namun alokasi belanja yang digunakan termasuk yang terendah daripada daerah yang lainnya di Jawa Timur.

Nilai Efisiensi Pengeluaran Sektor Infrastruktur

Hasil analisis dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) menunjukkan jika selama tahun 2013 kinerja sebagian besar pemerintah daerah Jawa Timur tidak efisien dalam membelanjakan anggarannya untuk sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur

(11)

Tabel 3 Skor Efisiensi Sektor Kesehatan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2013 Kabupaten/Kota Skor Efisiensi Kabupaten/Kota Skor Efisiensi

Kab. Situbondo 100.00% Kab. Lumajang 64.59%

Kab. Tulungagung 100.00% Kab. Bangkalan 64.58%

Kab. Pacitan 90.99% Kab. Lamongan 64.43%

Kab. Probolinggo 88.25% Kab. Banyuwangi 60.97%

Kab. Pasuruan 84.77% Kab. Sidoarjo 57.61%

Kab. Jember 83.22% Kab. Tuban 55.51%

Kab. Trenggalek 80.12% Kab. Sampang 52.35%

Kab. Ngawi 77.42% Kab. Madiun 50.68%

Kab. Bondowoso 74.00% Kota Pasuruan 48.20%

Kab. Jombang 73.71% Kota Malang 47.34%

Kab. Pamekasan 72.05% Kab. Gresik 43.08%

Kab. Malang 69.36% Kota Kediri 35.67%

Kab. Nganjuk 66.32% Kab. Mojokerto 34.85%

Kab. Kediri 66.25% Kota Blitar 32.16%

Kota Probolinggo 65.85% Kota Surabaya 28.28%

Kab. Sumenep 65.25% Kab. Bojonegoro 27.85%

Kab. Magetan 65.18% Kota Madiun 26.89%

Kab. Blitar 65.11% Kota Mojokerto 16.71%

Kab. Ponorogo 64.98% Kota Batu 13.02%

Sumber : Hasil Kalkulasi MaxDEA. Diolah (2016)

Berdasarkan tabel diatas dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur hanya terdapat 2 daerah yang efisien pada sektor infrastruktur, yaitu Kabupaten Situbondo dan Tulungagung. Untuk daerah yang mendapat skor terendah adalah Kota Batu dengan 13,02%. Dengan efisiensi rata-rata sebesar 59%

terdapat 15 daerah yang mendapat nilai efisiensi dibawah rata-rata. Kebanyakan daerah tersebut merupakan daerah dengan pengeluaran publik yang cukup tinggi.

Pengaruh Efisiensi Pengeluaran Pemerintah Sektor Publik terhadap Kinerja Pembangunan Ekonomi dan Kualitas Hidup Masyarakat

Pada hakikatnya belanja yang dilakukan oleh pemerintah pada sektor publik seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur merupakan sebuah investasi dalam menuju pembangunan ekonomi dan kehidupan masyarakat yang lebih berkualitas. Hal tersebut searah dengan hasil penelitian Partial Least Square yang dilakukan penelitian ini, dimana terjadi pengaruh yang signifikan antara efisiensi pengeluaran sektor publik terhadap kinerja pembangunan ekonomi dan kualitas hidup manusia di Provinsi Jawa Timur.

Hasil diatas juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sennoga dan Mutavu (2010).

Mereka meneliti bagaimana pengaruh komposisi pengeluaran sektor publik terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan di Uganda. Selain menunjukkan hasil yang positif dan signifikan, penelitian mereka juga menemukan bahwa dengan membuat perbaikan pada efisiensi belanja sektor publik lalu diikuti dengan menjaga kestabilan sektor yang produktif seperti pertanian, energi, dan kesehatan dapat terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi dan menurunnya tingkat kemiskinan.

Penelitian yang dilakukan oleh Fan dkk (2004) juga menunjukkan hasil yang sama. Fan dan rekan-rekannya menggambarkan jika investasi pemerintah pada sektor pendidikan, pertanian, dan infrastruktur menunjukkan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan turunnya tingkat kemiskinan. Pemerintah juga perlu mengoptimalkan ketiga sektor tersebut demi peningkatan pembangunan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat di daerah mereka.

(12)

Pada penelitian ini meskipun terjadi pengaruh yang signifikan, namun angka yang ditunjukkan sebenarnya tidak terlalu besar untuk menggambarkan kontribusi efisiensi sektor publik terhadap kinerja pembangunan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat. Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena banyak daerah yang digunakan sebagai tolak ukur variabel efisiensi sektor publik menunjukkan inefisiensi. Padahal sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur memiliki pengaruh yang sangat penting bagi sebuah daerah. Kesehatan menjadi dasar dari kesejahteraan, sedangkan pendidikan dan infrastruktur merupakan hal utama demi menuju kehidupan yang layak.

Pendidikan menjadi bekal kemampuan sebuah daerah dalam mengembangkan kualitas masyarakatnya sedangkan infrastruktur menjadi penopang jika ingin memiliki kehidupan yang layak. Grenier (2006) berpendapat bahwa investasi pada pembangunan modal manusia akan mendukung pertumbuhan ekonomi jika dilakukan secara efisisen dan efektif.

Untuk itulah dalam menuju pembangunan ekonomi dan modal manusia yang baik, kebijakan belanja dan pengganggaran harus dilakukan dengan lebih cermat, efektif dan efisien. Pemerintah diharapkan berusaha semaksimal mungkin dalam melaksanakan dan mengawasi kegiatan pengelurannya agar terhindar dari penyelewengan dan penyalahgunaan wewenang. Hal itu bertujuan agar belanja yang digunakan tepat sasaran.

Pengaruh Kinerja Pembangunan Ekonomi terhadap Kualitas Hidup Masyarakat

Kinerja pembangunan ekonomi daerah di Jawa Timur yang diwakilkan oleh pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, dan tingkat pengagguran terbuka selama tahun 2013 cukup memuaskan, ini bisa dilihat dari sebagian besar daerah yang memiliki angka pembangunan ekonomi diatas rata-rata keseluruhan daerah di Jawa Timur. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh variabel kualitas hidup masyarakat yang direpresentasikan oleh indikator Indeks Pembangunan Manusia dan tingkat kemiskinan.

Hasil analisis Partial Least Square (PLS) juga menunjukkan jika terjadi hubungan yang positif dan signifikan anatara variabel kinerja pembangunan ekonomi dengan variabel kualitas hidup masyarakat. Indikator-indikator yang terdapat pada kinerja pembangunan ekonomi dapat dikatakan berhasil meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Jawa Timur. Indikator pendapatan perkapita bahkan memiliki kontribusi yang besar dalam membentuk pembangunan ekonomi yang dicapai.

Hasil tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fan et.al (2000) yang mengemukakan jika terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Penelitian oleh Lofgren dan Robinson (2004) mengatakan bahwa merata dan menyeluruhnya pembangunan ekonomi dapat meningkatkan masyarakat kesejahteraan masyarakat yang berpenghaislan rendah sekalipun.

Pembangunan ekonomi sendiri diharapkan dapat meningkatkan pembangunan suatu daerah yang nantinya juga akan memberi dampak positif pada kesejahteraan masyarakat di daerah yang bersangkutan. Pembangunan juga diharapkan untuk dilakukan secara merata sehingga masyarakat dengan penghasilan yang rendahpun dapat merasakan geliatnya pembangunan. Sehingga dari meningkatnya pembangunan tersebut juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di daerah masing-masing.

Pemerintah sebagai pelaksana dan perencana pembangunan juga diwajibkan untuk menjaga stabilitas pembangunan ekonomi mereka. Pemerintah diharapkan juga dapat menggandeng pihak swasta serta masyarakat luas dalam melaksanakan pembangunan, karena hal tersebut dibutuhkan agar senantiasa terjadi pembangunan ekonomi yang dinamis dan selaras dengan penongkatan taraf hidup masyarakat di daerahnya masing-masing. Badan-badan swasta juga perlu diajak berkerja sama dalam menyediakan dan memperluas lapangan pekerjaan di daerah. Terakhir masyarakat sebagai penikmat pembangunan juga harus mengevaluasi bagaiamana pembangunan yang terjadi di daerahnya sehingga tercpta keselarasan dan kesinambungan antar pelaku pembangunan

Keterbatasan Penelitian

Melihat hasil dari keseluruhan penelitian yang di jelaskan sebelumnya, penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan. Yang pertama adalah setelah dilakukan perhitungan dengan metode DEA, terdapat hasil penelitian yang kurang mencerminkan keadaan sesungguhnya dari daerah yang menjadi objek penelitian. Seperti Kota Surabaya yang secara riil merupakan daerah yang lebih maju dan modern dari daerah lain malah mendapat skor efisiensi yang terbilang rendah.

Hal ini terjadi karena variabel yang digunakan dalam penelitian ini masih sangat terbatas dengan

(13)

periode waktu yang pendek sehingga kurang bisa secara mendalam memproyeksikan daerah yang diteliti.

Ini jugalah yang menjadi kelemahan penerapan metode DEA untuk sektor publik yang dalam penggunaannya harus menggunakan variabel-variabel outout/input yang secara keseluruhan dapat mencakup kondisi objek yang diteliti. Hal ini cukup sulit dilakukan pada sektor publik mengingat cukup kompleksnya keadaan yang terjadi dalam pengelolaan sektor ini. Karena itulah metode DEA lebih sering digunakan untuk melihat performa pada sektor-sektor privat dimana mereka telah memiliki input dan output yang terbilang lebih sederhana.

Kedua yaitu pengukuran nilai efisiensi dari sisi output hanya menggunakan kuantitas saja seperti jumlah dokter, guru dan murid saja dan kurang mempertimbangkan faktor kualitas seperti program dan peraturan yang sifatnya membangun seperti peningkatan mutu pendidik dan standarisasi pelayanan kesehatan. Diharapkan adanya pengembangan penelitian kedepan dengan penggunaan output yang sekiranya mempertimbangkan aspek kualitas.

Selain itu juga penelitian ini kurang memperhatikan aspek keterlibatan pihak swasta dalam pengumpulan data, sehingga terdapat kemungkinan jika data yang penulis gunakan terdapat sarana dan layanan yang merupakan milik swasta. Hal tersebut menjadikan data yang digunakan akan kurang mencerminkan kondisi pengelolaan sektor publik, karena pemerintah tidak ikut campur tangan dalam pengelolaan sarana dan pelayanan yang disediakan oleh pihak swasta. Ini jugalah yang kedepannya harus menjadi perhatian bagi penelitian sejenis untuk lebih memperhatikan keterlibatan pihak swasta.Kinerja pembangunan ekonomi daerah di Jawa Timur yang diwakilkan oleh pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, dan tingkat pengagguran terbuka selama tahun 2013 cukup memuaskan, ini bisa dilihat dari sebagian besar daerah yang memiliki angka pembangunan ekonomi diatas rata-rata keseluruhan daerah di Jawa Timur. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh variabel kualitas hidup masyarakat yang direpresentasikan oleh indikator Indeks Pembangunan Manusia dan tingkat kemiskinan.

E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berikut ini adalah kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan :

1. Performa pemerintah daerah di Jawa Timur selama tahun 2013 dalam membelanjakan pengeluaran sektor publiknya sebagian besar tidak efisien. Pada pengeluaran sektor pendidikan dan kesehatan hanya Kota Batu saja yang mendapat nilai efisiensi sempurna, yaitu 100%. Hasil analisis Data Envelopment Analysis (DEA) berbasis output menunjukkan banyak daerah yang tidak optimal dalam merealisasikan input dalam hal ini pengeluran mereka menjadi output yang dapat dinikmati masyarakat di daerahnya. Sebagai contoh Kota Surabaya, walaupun nilai belanja mereka tertinggi di Jawa Timur tetapi output mereka dalam bidang pendidikan dan kesehatan merupakan yang terendah di Jawa Timur. Seperti rasio dokter dan puskesmas per 100.000 penduduk di Kota Surabaya termasuk yang terendah di tingkat provinsi. Untuk sektor infrastruktur juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda, dimana hanya terdapat dua daerah saja yang menunjukkan tingkat efisiensi optimal, yaitu Kabupaten Situbondo dan Tulungagung.

2. Hasil analisis Partial Least Square menunjukkan jika efisiensi sektor publik memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pembangunan ekonomi dan kualitas hidup manusia. Melihat kontribusi pengaruhnya yang cukup rendah terhadap kedua variabel tersebut, maka pemerintah daerah diwajibkan untuk terus mengoptimalkan pengeluaran sektor publik mereka agar bisa terus berkontribusi terhadap kinerja pembangunan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat.

3. Melalui analisis Partial Least Square juga menunjukkan jika kinerja pembangunan ekonomi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kualitas hidup masyarakat di Jawa Timur. Indikator-indikator yang digunakan dalam kinerja pembangunan ekonomi yaitu pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, dan tingkat pengangguran terbuka secara nyata dapat mendorong pembangunan ekonomi dan kualitas hidup masyarakatnya. Ini membuat pemerintah daerah harus secara berkala meningkatkan pembangunan ekonominya, namun harus juga diikuti dengan distribusi pendapatan yang merata. Text Font Keseluruhan Dokumen Saran

Berkenaan dengan penelitian yang dilakukan , saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :

(14)

1. Untuk daerah dengan skor efisiensi yang rendah perlu dilakukan perbaikan terhadap output-outputnya. Seperti pada sektor pendidikan, dimana masih banyak daerah yang rasio guru terhadap muridnya berperingkat rendah. Ini mengindikasikan jika jumlah guru dapat dikatakan masih terlalu sedikit dalam menangani banyaknya murid yang ada. Untuk sektor kesehatan penambahan jumlah dokter, puskesmas, dan paramedis juga perlu dilakukan demi memaksimalkan pengeluaran publik mereka. Masih banyak daerah yang rasio layanan dan fasilitas medis per 100.000 penduduknya rendah, ini mengindikasikan jika jumlah dokter, puskesmas, dan paramedis di daerah dengan skor efisiensi rendah masih kurang untuk mengcover tiap 100.000 penduduk.

2. Melihat berpengaruhnya efisiensi sektor publik terhadap kinerja pembangunan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat, menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam mengalokasikan anggarannya terutama untuk sektor-sektor publik. Perbaikan terhadap fasilitas dan layanan publik terutama sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dapat meningkatkan pembangunan ekonomi yang natinya juga akan berperan pada perbaikan taraf hidup masyarakat di daerah masing-masing. Pemberian intensif kepada masyarakat yang kurang mampu dalam mengakses air bersih dan listrik patut dijadikan bahan pertimbangan demi meningkatnya taraf hidup. Pemerintah juga diwajibkan untuk melakukan pengawasan dan pengawalan terhadap alokasi dana yang akan digunakan untuk kepentingan publik agar tidak terjadi penyelewengan dana publik.

3. Sehubungan dengan hasil penelitian yang menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan antara kinerja pembangunan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat, pemerintah diharuskan untuk menjaga kestabilan perekonomian di daerahnya masing-masing. Pemerintah dapat bekerja sama dengan pihak swasta untuk membuka lapangan pekerjaan di daerahnya. Ini bertujuan agar tenaga kerja semakin banyak yang terserap yang nantinya juga akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat maka secara tidak langsung akan menaikkan taraf hidup mereka, karena sumber daya manusia merupakan komponen penting dalam pembangunan ekonomi dan perlu diperhatikan secara seksama.

4. Penelitian ini juga memiliki banyak keterbatasan terkait penggunaan data-data sekunder sehingga masih banyak terdapat varibel-variabel lain yang sebenarnya bisa digunakan dalam penelitian. Selain itu pemilihan output penelitian yang berasal dari penelitian terdahulu yang dilakukan di daerah lain yang terkadang kurang mempresentasikan provinsi Jawa Timur.

Karena itulah untuk penelitian sejenis selanjutnya diharapkan untuk melakukan studi lapangan secara mendalam dalam menentukan output yang akan digunakan. Saran dan kritik yang membangun juga sangat diharapkan penulis demi berkembangnya penelitian ini khususnya tentang efisiensi sektor publik di Jawa Timur.

DAFTARPUSTAKA

Afonso, A., & Fernandes, S. 2008. Assessing and explaining the relative efficiency of local government. Journal of Socio-Economics, 37(5), 1946–1979.

http://doi.org/10.1016/j.socec.2007.03.007

Afonso, A., & Fernandes, S. 2008. Assessing Hospital Efficiency: Non-Parametric Evidence for Portugal. SSRN Electronic Journal. http://doi.org/10.2139/ssrn.1092135

Afonso, A., Schuknecht, L., & Tanzi, V. 2006. Efficiency Evidence for New Eu Member States and Emerging Markets. European Central Bank, 581, 1–51.

Arsyad Lincolin. 2006. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Erlangga.

Badrudin, R., & Khasanah, M. 2011. Pengaruh Pendapatan dan Belanja Daerah Terhadap Pembangunan Manusia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 3–10.

Banker, R. ., Charnes, A., & Cooper, W. 1984. Some Models for Estimating Technical and Scale Ineffeciencies in Data Envelopment Analysis.

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2014. Jawa Timur Dalam Angka Tahun 201.

jatim.bps.go.id. Diakses : 16 Januari 2016.

Chan, S. G., & Karim, M. Z. A. 2012. Public spending efficiency and political and economic factors : Evidence from selected East Asian countries. Economic Annals, 57(193), 7–24.

http://doi.org/10.2298/EKA1293007C

Christiana, H. U. 2012. Analisis Pengaruh Sektor Publik Terhadap Pembangunan Ekonomi dan Kualitas Hidup Manusia Di Jawa Timur.

(15)

Chusnah, S. 2014. Efisiensi Sektor Publik Dan Kinerja Ekonomi Daerah (Studi Kasus Kabupaten/Kota Di Jawa Timur). Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Coelli, T., Rao, D. ., & Battese, G. 1998. An Introduction To Efficiency and Productivity Analysis (Second). Boston: Kluwer Academic.

Dian Merini. 2013. Analisa Efisiensi Pengeluaran Pemerintah Sektor Publik di Kawasan Asia Tenggara: Aplikasi Data Envelopment Analysis. Working Paper Universitas Brawijaya, 1–31.

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Republik Indonesia. 2014. Master Tabel APBD Provinsi Jawa Timur Tahun 2013. Diakses :16 Jnuari 2016

Estache, A., Gonzalez, M., & Trujillo, L. 2007. Government Expenditures on Education, Health, and Infrastructure: A Naive Look at Levels, Outcomes, and Efficiency, (07), 27.

http://doi.org/10.1596/1813-9450-4219

Fan, S., Huong, P. L., & Long, T. Q. 2004. Government spending and poverty reduction in Vietnam. Draft Report Prepared for the World Bank-Funded Project “Pro-Poor Spending in Vietnam,” by International Food Policy Research Institute, Washington, DC and Central Institute for Economic Management, Hanoi, (April).

Ghozali, I. 2008. Structural Equation Modeling: Metode Alternatif dengan Partial Least Square (PLS). Semarang: BP UNDIP.

Herrera, S., & Pang, G. 2005. Efficiency of Public Spending in Developing Countries : An Efficiency Frontier Approach, 1(March).

Jafarov, E., & Gunnarsson, V. 2008. Government Spending on Health Care and Education in Croatia: Efficiency and Reform Options. International Monetary Fund, 37.

Khusaini, M. 2006. Ekonomi Publik : Desentralisasi Fiskal dan Pembangunan Daerah. (A. E.

Yustika, Ed.). Malang: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.

Lofgren, H., & Robinson, S. 2004. Public spending, growth, and poverty alleviation in sub-saharan africa: a dynamic general equilibrium analysis. Growth (Lakeland).

Mangkoesobroto, G. 2010. Ekonomi Publik (Ketiga). Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Mardiasmo. 2002. Otonomi Daerah sebagai Upaya Memperkokoh Basis Perekonomian Daerah, (4), 1–14.

Oates, W. E. 1993. Fiscal decentralization and economic development. National Tax Journal, 46(2), 237–243. http://doi.org/10.1016/j.jue.2006.06.001

Rahmayanti, Y., & Horn, Y. 2011. Expenditure Efficiency and the Optimal Size of Government, 4(2), 46–59.

Rizkika, R. A. 2015. Analisis Efisiensi Belanja Daerahurusan Pendidikandan Kesehatan ( Studi Kasus Kabupaten Nganjuk , Kabupaten Mojokerto).

Sasana, H. 2009. Peran Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Ekonomi Di Kabupaten / Kota Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 10(1), 102–124.

Scully, G. W. 2001. Government expenditure and quality of life. Public Choice, 108(1), 123–145.

Retrieved from http://www.jstor.org/stable/30026341 .

Sennoga, E. B., & Matovu, J. M. 2010. Public Spending Composition and Public Sector Efficiency : Implications for Growth and Poverty Reduction in Uganda, (66), 1–32.

Todaro, Michael.P. dan Stephen C. Smith .2008. Pembangunan Ekonomi Edisi Ke Sembilan.

Jakarta : Erlangga.

Utomo, S. H., & Sumarsono, H. 2009. Dampak Kebijakan Desentralisasi Fiskal terhadap Efisiensi Sektor Publik dan Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur, 1(2).

Ventelou, B., & Bry, X. 2006. The role of public spending in economic growth: Envelopment methods. Journal of Policy Modeling, 28(4), 403–413.

http://doi.org/10.1016/j.jpolmod.2005.10.008

Verhoeven, M., Gunnarsson, V., & Carcillo, S. 2007. Education and Health in G7 Countries:

Achieving Better Outcomes with Less Spending. Internacional Monetary Fund, 52.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Audit Kinerja Sektor Publik Terhadap Akuntabilitas Publik Dengan Pengawasan Fungsional Sebagai Variabel Moderating Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD di Pemerintah

Berdasarkan uji regresi linier berganda pada Kabupaten Malang, pengeluaran publik yang berpengaruh positif tidak signifikan adalah pengeluaran pendidikan dan infrastruktur dan