• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI MIKRO KECIL DI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI MIKRO KECIL DI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI MIKRO KECIL DI

INDONESIA

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Ari Septiadi 155020101111070

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2019

(2)
(3)

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI MIKRO KECIL DI INDONESIA

Ari Septiadi, Puspitasari Wahyu Anggraeni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Email: septiadiari99@gmail.com ABSTRAK

Pertumbuhan penduduk di Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya dan mengindikasikan meningkatnya jumlah angkatan kerja dan pengangguran di Indonesia di mana pengangguran berhubungan dengan besarnya jumlah penduduk miskin yang ada di Indonesia. sehingga diperlukannya alternatif lain untuk menyerap tenaga kerja yang lebih maksimal di Indonesia, di mana terdapat dua sektor industri yang ada di Indonesia, yaitu: Industri Besar dan Sedang dan juga Industri Mikro Kecil yang ada di Indonesia yang mana industri mikro kecil merupakan sektor usaha yang memiliki keunggulan dibandingkan sektor lainnya jika dilihat pada sisi jumlah tenaga kerja yang digunakan sehingga menjadikan sektor Industri Mikro Kecil sebagai salah satu sektor yang dapat dimaksimalkan secara fungsional terhadap penyerapan tenaga kerja dan pengangguran yang ada di Indonesia. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menyerap tenaga kerja sektor IMK secara maksimal di Indonesia tahun 2013-2015.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI).

Analisis data yang digunakan analisis regresi linier berganda dengan random effect yang diolah dengan menggunakan aplikasi Stata-13. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Jumlah Unit Usaha dan Nilai Output/Produksi berpengaruh positif dan signifikan, variabel Upah Minimum Regional (UMR) berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan variabel PDRB sektor Industri Pengolahan Non-Migas tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja sektor Industri Mikro Kecil di Indonesia.

Kata Kunci : Jumlah Unit Usaha, Nilai Output/Produksi, Upah Minimum Regional (UMR), PDRB Industri Pengolahan Non-Migas, Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Mikro Kecil

ABSTRACT

Population growth in Indonesia has increased every year and indicates an increasing number of labor force and unemployment in Indonesia where unemployment is related to the large number of poor people in Indonesia. So that other alternatives are needed to absorb a more maximal workforce in Indonesia, where there are two industrial sectors in Indonesia, namely: Large and Medium Industries and also Small Micro Industries in Indonesia where small micro industries are business sectors that have excellence compared to other sectors when viewed from the side of the number of workers used so as to make the Micro Small Industry sector one of the sectors that can be maximally functional towards employment and unemployment in Indonesia. There are many factors that affect employment. This research was conducted to determine what factors can maximize the IMK sector workforce in Indonesia in 2013-2015. This research is a type of quantitative research. The data used is secondary data obtained from the Central Statistics Agency (BPS) and Bank Indonesia (BI). Analysis of the data used multiple linear regression analysis with random effects was processed using the Stata-13 application. The results of this study indicate that the Number of Business Units and

(4)

Output / Production Values have a positive and significant effect, the Regional Minimum Wage (UMR) variable has a negative and significant effect, while the PDRB variable in the Non-Oil and Gas Processing Industry sector does not affect the employment of the Micro Small Industry sector in Indonesia.

Keywords : Number of Business Units, Output / Production Values, Regional Minimum Wages (UMR), Non-Oil and Gas Processing Industry GRDP, Employment Absorption in Micro Small Industry Sector

A. PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi merupakan salah satu tujuan utama yang penting bagi negara- negara yang ada di dunia termasuk Indonesia. Dalam pembangunan ekonomi, pertumbuhan penduduk merupakan salah satu permasalahan yang utama dalam pembangunannya. Pembangunan ekonomi selalu melibatkan sumber daya manusia sebagai salah satu pelaku pembangunan. Pertumbuhan penduduk dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi, yang mana jika dimanfaatkan dengan baik, pertumbuhan penduduk dapat menjadi salah satu sumber utama dalam pembangunan ekonomi yang ada di Indonesia. Pembangunan ekonomi ditentukan dengan tingkat pertumbuhan setiap tahun yang baik, di mana salah satu faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi adalah banyaknya masyarakat yang bekerja dan menghasilkan berbagai output dan daya beli yang dapat membantu pembangunan ekonomi. Selain itu, pembangunan ekonomi di negara berkembang umumnya memiliki tujuan untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya dapat dirasakan oleh masyarakat, contohnya dengan menciptakan lapangan kerja yang bertujuan sebagai bentuk pemerataan distribusi pendapatan dan mengurangi angka pengangguran. Todaro (2006) menyatakan bahwa pembangunan merupakan suatu proses multi dimensional yang melibatkan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga-lembaga nasional termasuk pula percepatan atau akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan dan pemberantasan kemiskinan yang absolut. Pengangguran merupakan suatu permasalahan yang menjadi perhatian pemerintah Indonesia, di mana pengangguran berkaitan erat dengan kemiskinan. Kemiskinan menurut Sen (2007) akan timbul apabila masyarakat tidak memiliki kemampuan utama yang merupakan tidak memiliki pendapatan atau tidak mendapatkan pendidikan yang memadai. Di mana pengangguran berarti tidak memiliki pendapatan, sehingga kebutuhan dasar seseorang yang menganggur juga tidak dapat terpenuhi. Pengangguran sendiri timbul akibat keterampilan yang dimiliki oleh penganggur tidak memadai karena pendidikan yang rendah dan tidak tersedianya lapangan pekerjaan. Todaro (2000) menyebutkan bahwa permasalahan ketenagakerjaan tidak hanya sekedar jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia atau rendahnya produktivitas, tetapi jauh lebih serius, yaitu kegagalan pada penciptaan lapangan kerja yang baru pada tingkat yang sebanding dengan laju pertumbuhan output yang dihasilkan. Sehingga pemerintah menanggapi dengan menciptakan lapangan pekerjaan untuk menyerap tenaga kerja yang ada di Indonesia.

Pemerintah Indonesia selalu mengupayakan terciptanya lapangan pekerjaan yang ditunjang dengan pertumbuhan ekonomi yang baik. Namun dalam menciptakan lapangan pekerjaan yang baru dalam jumlah yang lebih banyak dirasa tidak dapat menyerap seluruh tenaga kerja dan pengangguran yang ada di Indonesia. Kuncoro (2007) menyebutkan bahwa pengembangan industri kecil merupakan cara yang dapat menjadi pilihan utama dalam penyerapan tenaga kerja karena dinilai memiliki peran yang besar dalam pengembangan industri mengingat teknologi yang digunakan dalam industri kecil merupakan teknologi padat karya yang dapat menyerap tenaga kerja dan pengangguran yang tidak memiliki keterampilan yang memadai yang pada

(5)

akhirnya dapat mendorong pembangunan daerah dan kawasan pedesaan. Penyerapan tenaga kerja yang dilakukan oleh industri mikro sendiri adalah salah satu yang terbanyak karena keterampilan yang diminta oleh industri mikro tidak terlalu tinggi.

Penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang pertama pada jumlah usaha, di mana menurut Kuncoro (2002) jumlah usaha dapat mempengaruhi penyerapan tenaga kerja karena semakin meningkatnya jumlah usaha, ketersediaan akan lapangan pekerjaan juga meningkat karena semakin meningkatnya kebutuhan akan tenaga kerja. Selain itu, produksi yang dihasilkan oleh perusahaan juga mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di mana menurut Sumarsono (2003) mengatakan bahwa pengusaha memperkerjakan seseorang agar dapat membantu produksi barang/jasa untuk dijual kepada konsumen sehingga kenaikan permintaan pengusaha terhadap pengusaha tergantung pada kenaikan permintaan masyarakat akan barang yang diproduksi. Selanjutnya upah juga dapat mempengaruhi penyerapan tenaga kerja, di mana menurut Sumarsono (2003) perubahan tingkat upah dapat mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan. Lalu, menurut Rahardja dan Manurung dalam As’har (2015) menjelaskan bahwa tingkat output dan penyerapan tenaga kerja memiliki hubungan positif terutama bila analisisnya dalam jangka pendek.

B. LANDASAN TEORI A. Teori Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja merupakan hubungan antar tingkat upah (harga tenaga kerja) dan kuantitas tenaga kerja yang dikehendaki untuk diperkerjakan dalam jangka waktu tertentu. Secara umum permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh:

i.Perubahan tingkat upah

Dalam jangka pendek, kenaikan upah diantisipasi perusahaan dengan mengurangi produksinya. Turunnya target produksi mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan.

ii.Perubahan Permintaan hasil produksi oleh konsumen

Apabila permintaan akan hasil produksi meningkat, perusahaan cenderung akan menambah kapasitas produksinya. Dalam tujuan tersebut, perusahaan akan menambah penggunaan tenaga kerjanya. Begitu juga sebaliknya.

iii.Jumlah Usaha

Adanya kesempatan kerja maka dapat diartikan sebagai besarnya ketersediaan usaha produksi dalam memperkerjakan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi, yang dapat berarti lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk bekerja yang berada pada salah satu kegiatan ekonomi di antaranya adalah termasuk lapangan kerja yang telah diduduki atau ditempati untuk bekerja dan masih terbuka bagi lowongan kerja.

B. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Terjadinya pertumbuhan ekonomi akan menggerakkan sektor-sektor lainnya sehingga dari sisi produksi akan memerlukan tenaga kerja produksi. Suatu pandangan umum menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi berkorelasi positif dengan tingkat penyerapan tenaga kerja. Tetapi ada dugaan bahwa dengan produktivitas yang tinggi bisa berarti akan lebih sedikit tenaga kerja yang dapat diserap. Berpijak dari teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh Solow tentang fungsi produksi agregat, Fischer (2004) menyatakan bahwa output nasional (sebagai representasi dari

(6)

pertumbuhan ekonomi disimbolkan dengan (Y) merupakan fungsi dari modal (K) fisik, tenaga kerja (L) dan kemajuan teknologi yang dicapai (A). Faktor penting yang mempengaruhi pengadaan modal fisik adalah investasi yang berarti bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi diduga akan membawa dampak positif terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja seperti ditunjukkan oleh model berikut:

Y = A.F(K, L) Di mana:

Y = Output nasional K = Modal fisik L = Tenaga kerja

Di mana Y merupakan output nasional (kawasan), K merupakan modal fisik, L merupakan tenaga kerja, dan A merupakan teknologi. Y akan meningkat ketika input (K, atau L, atau keduanya) meningkat. Faktor penting yang mempengaruhi pengadaan modal fisik adalah investasi. Y juga akan meningkat jika terjadi perkembangan dalam kemajuan teknologi yang terindikasi dari kenaikan A. Oleh karena itu, pertumbuhan perekonomian nasional dapat berasal dari pertumbuhan input dan perkembangan kemajuan teknologi yang disebut juga sebagai pertumbuhan total faktor produktivitas (Nur, 2011).

C. Teori Ketenagakerjaan

Dalam kaitannya dengan ketenagakerjaan, Rahardja dan Manurung (2008) dalam As’har (2015) menjelaskan bahwa tingkat output dan penyerapan tenaga kerja memiliki hubungan yang positif, terutama bila analisisnya dalam jangka pendek. Sebab dalam jangka pendek, teknologi dianggap konstan dan barang modal merupakan input tetap.

Sedangkan yang dianggap variabel adalah tenaga kerja. Sehingga pengaruh siklus sangat terasa bagi kesempatan kerja. Kenaikan PDB yang ditandai dengan meningkatnya jumlah output yang dihasilkan akan menyebabkan jumlah orang yang bekerja bertambah banyak, yang ditandai dengan meningkatnya daya beli masyarakat. Meningkatnya daya beli masyarakat ini diakibatkan oleh meningkatnya pendapatan atau upah yang ada di masyarakat karena daya beli masyarakat yang tinggi, maka permintaan akan barang atau jasa juga meningkat, yang pada akhirnya dapat menciptakan kesempatan kerja dan mengurangi jumlah pengangguran.

C. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan analisis regresi linier untuk data panel. Penelitian ini berupaya menganalisis beberapa variabel yang berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri mikro kecil di Indonesia. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah 34 provinsi di Indonesia.

A. Definisi Operasional

Nama Variabel Nama dalam Persamaan Satuan

Tenaga Kerja bekerja pada

Industri Mikro Y

Jumlah Unit Usaha X1 Log Natural Ribu Jiwa

Nilai Output X2 Log natural Ribu Rupiah

UMR X3 Log natural Ribu Rupiah

PDRB Sektor Industri

Pengolahan Non-Migas X4 Log Natural Ribu Rupiah

(7)

D. HASIL DAN ANALISIS PENGUJIAN

Variabel terikat penelitian ini adalah Tenaga Kerja bekerja pada industri mikro (Y), sedangkan variabel bebasnya adalah jumlah unit usaha (X1), Nilai Output (X2), Upah Minimum Regional/UMR (X3), dan PDRB sektor industri pengolahan non-migas (X4).

A. Hasil Regresi Variabel

Independen

Variabel Dependen

Coef. Prob (t-statistik) Keterangan

X1 0.5349084 0.000 Signifikan

X2 0.5878041 0.000 Signifikan

X3 -2.135867 0.000 Signifikan

X4 0.0441438 0.702 Tidak Signifikan

_cons 14.51933 0.000 Signifikan

R-Square 0.7920

Prob > chi2 0.0000 B. Hasil Penelitian

1. Koefisien Determinasi ( )

Dapat dilihat bahwa persamaan di atas memiliki daya penjelas yang tinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai koefisien determinasi ( ) pada persamaan penyerapan tenaga kerja sebesar 0,7920 (79,2%). Artinya bahwa faktor-faktor penyerapan tenaga kerja seperti Jumlah Unit Usaha Industri Mikro Kecil, Nilai Output Industri Mikro Kecil, Upah Minimum Regional, dan PDRB Industri Pengolahan Non-Migas yang terdapat pada model dapat menjelaskan keragaman sebesar 79,2 persen dan sisanya sebesar 20,8 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar persamaan penyerapan tenaga kerja yang telah disebutkan di atas.

2. Uji F

Pengujian F atau pengujian model digunakan untuk mengetahui apakah hasil dari analisis regresi signifikan atau tidak. Kemudian dilakukan pengujian F-statistik untuk melihat pengaruh perubah bebas terhadap peubah tidak bebas secara keseluruhan dan untuk mengetahui apakah model penduga yang diajikan sudah layak untuk menduga parameter yang ada dalam persamaan. Uji ini dilakukan degan melihat nilai Wald chi2 sebesar 350.78 dengan probabilitas Prob > Chi2 sebesar 0,0000 yang nyata pada taraf 5 persen.

3. Uji t

Uji t-Statistik bertujuan untuk menguji tingkat signifikansi hubungan terhadap masing-masing variabel bebas. Uji ini dilakukan dengan melihat probabilitas masing-masing variabel bebas. dapat dilihat bahwa variabel Jumlah Unit Usaha Industri Mikro Kecil, Nilai Output Industri Mikro Kecil, Upah Minimum Regional berpengaruh nyata terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri mikro kecil karena signifikansi dengan nilai kurang dari 0,05 yakni sebesar 0.0000. Sedangkan PDRB Sektor industri non-migas tidak berpengaruh nyata signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri mikro kecil karena signifikansi yang nilainya lebih dari 0,05 yaitu sebesar 0,702.

(8)

C. Analisis Pengujian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh antara Jumlah Unit Usaha, Nilai Output, Upah Minimum Regional (UMR), dan PDRB Industri Pengolahan Non-Migas terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Mikro Kecil di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari website resmi Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan regresi data panel yang diolah dengan menggunakan aplikasi Stata13. Berikut ini merupakan pembahasan secara rinci dari variabel Jumlah Unit Usaha (X1), Nilai Output (X2), Upah Minimum Regional/UMR (X3), dan PDRB Sektor Industri Pengolahan Non- Migas (X4) terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri Mikro Kecil di Indonesia.

1. Pengaruh Jumlah Unit Usaha (X1) Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Mikro Kecil di Indonesia

Variabel Jumlah Unit Usaha dalam penelitian ini menyatakan bahwa Jumlah Unit Usaha berpengaruh positif signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri mikro kecil di Indonesia. Menurut hasil olah data regresi untuk variabel jumlah unit usaha (X1) Nilai koefisien regresi Jumlah Unit Usaha Industri Mikro Kecil (X1) bertanda positif sebesar .5349084 mengandung arti bahwa setiap terjadi kenaikan Jumlah Unit Usaha Industri Mikro Kecil sebesar satu persen maka akan menaikkan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Mikro Kecil sebesar 0.5349078 persen.

Hal ini terjadi karena faktor jumlah unit usaha ini memiliki pengaruh yang besar terhadap jumlah tenaga kerja karena semakin banyak jumlah unit usaha maka akan semakin banyak ketersediaan lapangan pekerjaan, sehingga tenaga kerja yang diserap juga meningkat.

2. Pengaruh Nilai Output (X2) Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Mikro Kecil di Indonesia

Variabel Nilai Output dalam penelitian ini menyatakan bahwa Nilai Output berpengaruh positif signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri mikro kecil di Indonesia. Menurut hasil olah data regresi untuk variabel Nilai Output (X2) Nilai koefisien regresi Output Industri Mikro Kecil (X2) bertanda positif sebesar .5878041 mengandung arti bahwa setiap terjadi kenaikan Output Industri Mikro Kecil sebesar satu persen maka akan menaikkan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri sebesar 0,5878041 persen.

Hal ini terjadi karena semakin tinggi jumlah barang yang diminta oleh konsumen maka produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya yang berarti semakin banyak jumlah barang yang diproduksi sehingga perusahaan akan menambah kebutuhan akan tenaga kerjanya.

3. Pengaruh Upah Minimum Regional/UMR (X3) Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Mikro Kecil di Indonesia

Variabel UMR dalam penelitian ini menyatakan bahwa UMR berpengaruh negatif signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri mikro kecil di Indonesia. Menurut hasil olah data regresi untuk variabel UMR (X3) Nilai koefisien regresi Upah Minimum Regional (X3)

(9)

bertanda negatif sebesar -2.135867 mengandung arti bahwa setiap terjadi kenaikan Upah Minimum Regional sebesar satu persen maka akan menurunkan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Mikro sebesar 2.135867 persen.

Hal ini terjadi karena tingkat upah dapat mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan. Sehingga, apabila upah naik, maka harga barang akan naik. Dengan harga yang naik, konsumen akan mengurangi konsumsi barang yang di produksi sehingga banyak barang yang tidak terjual dan produsen terpaksa menurunkan jumlah produksinya.

4. Pengaruh PDRB Sektor Industri Pengolahan Non-Migas (X4) Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Mikro Kecil di Indonesia

Variabel PDRB sektor industri pengolahan non-migas dalam penelitian ini menyatakan bahwa PDRB sektor industri pengolahan non-migas tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri mikro kecil di Indonesia. Menurut hasil olah data regresi untuk variabel PDRB sektor industri pengolahan non-migas (X4) Nilai koefisien regresi PDRB sektor Industri Non-Migas (X4) bertanda positif sebesar .0441438 mengandung arti bahwa setiap terjadi kenaikan PDRB Sektor Industri Pengolahan Non-Migas akan terjadi kenaikan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Mikro sebesar 0,0441438 persen.

Hal ini terjadi karena adanya sektor basis/unggulan pada setiap daerah di Indonesia. Sektor unggulan salah satunya dipengaruhi oleh keberadaan faktor anugerah (endowment factors). Selanjutnya faktor ini berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Kriteria sektor basis akan sangat bervariasi karena didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, didapatkan kesimpulan pada penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Jumlah Unit Usaha Sektor Industri Mikro Kecil mempengaruhi terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri mikro kecil di Indonesia karena semakin banyak unit usaha yang ada maka akan meningkatkan kebutuhan pengusaha terhadap tenaga kerja untuk melakukan produksi di mana ketika jumlah unit usaha sektor industri mikro kecil bertambah maka keperluan pengusaha akan tenaga kerja yang ingin diperkerjakan untuk produksi juga bertambah. Hal tersebut sesuai karena data yang ditampilkan pada penjelasan sebelumnya memperlihatkan kecenderungan kenaikan tenaga kerja yang diserap oleh sektor industri mikro kecil di mana hal tersebut seiring dengan meningkatnya jumlah unit usaha industri mikro kecil di Indonesia.

2. Output Sektor Industri Mikro Kecil mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektor industri mikro kecil di Indonesia karena naik turunnya pemintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan akan mempengaruhi penyerapan tenaga kerjanya. Hal tersebut sesuai karena data yang ditunjukkan pada penjelasan sebelumnya di mana output sektor industri meningkat sehingga mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektor industri mikro kecil karena semakin besar tingkat

(10)

output/produksi yang dihasilkan oleh sektor industri mikro kecil maka menyebabkan kebutuhan akan tenaga kerja juga semakin meningkat.

3. Upah Minimum Regional (UMR) mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektor industri mikro kecil di Indonesia karena perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan. Hal tersebut sesuai dengan data penelitian yang sudah dijelaskan sebelumnya di mana penyerapan tenaga kerja menurun pada tahun 2014 dikarenakan Upah Minimum Regional meningkat pada tahun yang sama, sehingga semakin meningkatnya upah akan mengakibatkan perusahaan mengurangi tenaga kerja yang dibutuhkan dan perusahaan akan menuntut pekerja untuk melakukan produktivitas yang maksimal atau bahkan perusahaan akan cenderung memilih untuk menggunakan teknologi mesin agar hasil produksi yang dihasilkan lebih banyak dan efisien karena perusahaan hanya menggunakan beberapa pekerja untuk mengoperasikan teknologi mesin produksi.

4. PDRB sektor industri non-migas tidak mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektor industri mikro kecil di Indonesia secara signifikan karena perbedaan sektor unggulan/basis yang dimiliki setiap wilayah sehingga sektor unggulan antara wilayah satu dan lainnya berbeda-beda. Hal tersebut sesuai dengan data yang ada di mana penyerapan tenaga kerja menurun pada tahun 2014 sedangkan PDRB meningkat. Hal ini terjadi akibat perbedaan sektor unggulan berdasarkan sumber daya yang dimiliki pada setiap daerah yang mengakibatkan kurang maksimalnya penyerapan tenaga kerja pada sektor industri mikro kecil terhadap PDRB non- migas. Di mana di Indonesia contohnya provinsi di pulau Jawa PDRB non-migas lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan provinsi di luar Jawa karena di pulau Jawa umumnya sektor industri manufaktur merupakan sektor unggulan, sedangkan di luar pulau Jawa seperti di Kalimantan sektor pertambangan dan migas merupakan sektor unggulan pada wilayah tersebut sehingga mengakibatkan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri non-migas berdasarkan PDRB tidak signifikan.

F. SARAN

Saran dari hasil penelitian ini didapatkan berdasarkan kesimpulan, sehingga didapatkan saran-saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Upah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penyerapan tenaga kerja yang dilakukan oleh industri mikro kecil. Di mana seperti yang telah dijelaskan pada teori sebelumnya bahwa ketika upah naik maka akan menurunkan penyerapan tenaga kerja, sehingga pemerintah sendiri perlu mengatur tingkat upah pada saat waktu tertentu. Sehingga apabila jumlah pengangguran meningkat, diperlukannya tingkat upah yang lebih rendah. Begitu juga ketika jumlah pengangguran menurun, di mana upah seharusnya dinaikkan agar kesejahteraan para pekerja yang menerima upah juga meningkat yang didukung dengan daya beli masyarakat yang juga akan ikut meningkat.

(11)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penelitian ini sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih secara khusus peneliti ucapkan kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini dapat diterbitkan.

DAFTAR PUSTAKA

As’har, Hikhmawan Adi. 2015. Pola Keterkaitan Antar Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Oleh Sektor UMKM di Indonesia,

E-Journal UB, Vol.2 No.2

https://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/1680 diunduh pada tanggal 21 Mei 2019.

Kuncoro, M. 2007.Industri Kecil dan UMKM. Jakarta: FE UI.

Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Manajemen SDM, Ketenagakerjaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2008.Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan Makroekonomi). Edisi Ketiga, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Nur,Syafi’i. 2011.Adakah Anomali Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja?. Tesis, Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Kusumastuti, Ria B. 2014.Strategi Pembangunan Ekonomi Wilayah Provinsi Kalimantan Utara. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu tujuan penelitian ini ialah untuk melihat dampak dana bergulir Pemerintah Provinsi Jawa Timur terhadap peningkatan produksi, jumlah tenaga kerja, dan pendapatan UMKM