ANALISIS PENGARUH UPAH MINIMUM DAN DISTRIBUSI DANA ZAKAT, INFAQ, SHADAQAH TERHADAP JUMLAH KEMISKINAN DI 21 PROVINSI INDONESIA TAHUN 2014-2017
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Dina Meiliana NIM. 155020507111033
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan judul :
ANALISIS PENGARUH UPAH MINIMUM DAN DISTRIBUSI DANA ZAKAT, INFAQ, SHADAQAH TERHADAP JUMLAH KEMISKINAN DI 21
PROVINSI INDONESIA TAHUN 2014-2017
Yang disusun oleh :
Nama : Dina Meiliana
NIM : 155020507111033
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai
persyaratan ujian skripsiyang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 18 September 2019
Malang, 18 September 2019 Dosen Pembimbing,
Eddy Suprapto , SE., ME
NIP. 195807091986031002
ANALISIS PENGARUH UPAH MINIMUM DAN DISTRIBUSI DANA ZAKAT, INFAQ, SHADAQAH TERHADAP JUMLAH KEMISKINAN DI 21 PROVINSI INDONESIA TAHUN 2014-2017
Dina Meiliana, Eddy Suprapto
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: [email protected]
ABSTRAK
Kemiskinan selalu menjadi permasalahan negara yang selalu menjadi sasaran dalam berbagai program pembangunan. Melihat kemiskinan dari kacamata ekonomi adalah ketidakmampuan masyarakat untuk memenuhi kebuthan dasarnya (basic need approach).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel upah minimum provinsi (UMP) dan distribusi dana zakat, infaq, shadaqah (ZIS) terhadap kemiskinan di 21 Provinsi Indonesia tahun 2014-2017. Penelitian ini menggunakan data skunder dan menggunakan teknik analisis regresi data panel dan diolah menggunakan program Eviews 10. Bedasarkan hasil analisis didapati bahwa variabel UMP dan dana ZIS sama-sama mempengaruhi jumlah kemiskinan. Variabel UMP berpengaruh positif terhadap jumlah kemiskinan di 21 Provinsi Indonesia. Variabel distribusi dana ZIS berpebgaruh negatif terhadap jumlah kemiskinan di 21 provinsi Indonesia.
Kata kunci: Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, Dana ZIS
A. PENDAHULUAN
Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan negara yang selalu menjadi target pembangunan setiap tahunnya. Kemiskinan merupakan permasalahan multidimensi dimana ketidak mampuan berkaitan dengan akses secara ekoonomi, sosial, budaya politik dan partisipasi dalam masyarakat. Dalam kacamata ekonomi, penyebab kemiskinan berasal dari ketidakmampuan masyarakat untuk mec ukupi kebutuhan dasarnya. Untuk mengukur kemiskinan di Indonesia khusunya Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan konsep pemenuhan kebutuhan dasar (basic need approach). Konsep ini melihat kemiskinan dari kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari pengeluaran. Maka dari itu, jumlah pengeluaran ini berkaitan dengan jumlah pendapatan yang diperoleh masyarakat. Salah satu kebijakan pemerintah untuk melindungi pendapatan yang rendah dan meningkatkan standar hidup pekerja Indonesia adalah upah minimum.
Kebijakan upah minimum bertujuan untuk menjaga besaran upah yang dapat memenuhi kebutuhan hidup layak (KHL). Jika kebutuhan KHL terpenuhi maka kesejahteraan pekerja akan meningkat dan membebaskan mereka dari masalah kemiskinan (Woyanti, 2013). Upah minimum menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No : 01/MEN/1999 adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Upah minimum juga ditentukan bedasarkan KHL, produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
Kebijakan ini dapat menjadi salah satu strategi penanggulangan kemiskinan karena perhitungsn kebutuhan dasar meencakup pangan, sandang dan perumahan serta kebutuhan
pendidikan dan transportasi. Dalam penelitian yang dilakukan Riva (2014) kenaikan UMP dapat menurunkan angka kemiskinan di Provinsi Riau. Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan Alkautsar (2014), kenaikan UMP 1 persen dapat menurunkan jumlah angka kemiksinan di Indonesia sebesaar 6,37 persen pada tahun 2007- 2012.
Keutamaan membantu sesama yang sedang dalam kesulitan sering disinggung dalam Al-Quran, terutama membantu memenuhi kebutuhan kelompok orang miskin. Islam memiliki bentuk ibadah sekaligus instrumen keuangan yang dapat menjembatani transfer pendapatan dari kelompok berkecukupan kepada yang membutuhkan yaitu zakat, infaq dan shadaqah (ZIS). Menurut Ridwan dalam Lapopo (2012) Zakat memiliki beberapa nila strategis.
Pertama, zakat merupakan panggilan agama dan cerminan keimanan seseorang. Kedua, sumber keuangan zakat tidak akan pernah berhenti karena zakat adalah kewajiban bagi umat muslim yang berkewajiban. Ketiga, zakat secara empirik dapat menghampus kesenjangan sosial dan menciptakan retribusi asset dan pemerataan pembangunan. Zakat adalah kewajiban megeluarkan sebagian dari keseluruhan harta yang sudah memenuhi ketentuan untuk diberikan kepada yang berhak (mustahik) salah satunya adalah fakir dan miskin. Jika belum wajib berzakat, maka dapat menunaikan infaq dan sedekah sesuai kemampuan dan keikhlasan semata-mata mengharap ridha Allah.
Sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak, Indonesia memiliki potensi dana ZIS yang besar. Pada penelitian potensi dana zakat yang dilakukan oleh Firdaus et al (2012) pada tahun 2011 dana zakat dapat mencapai Rp. 217 Triliun. Namun realita penghimpunan yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) pada tahun 2017 masih menyentuh angka Rp.6.06 Triliun. Walaupun masih jauh dari potensinya, dana ZIS yang terhimpun tiap tahunnya selalu menunjukan peningkatan.
Tabel 1. Total Penyaluran Zakat, Infaq dan Shadaqah Indonesia
Tahun Zakat Infaq dan Shadaqah Total
2014 Rp 15,966,927,038 Rp 1,523,364,840 Rp 17,490,291,878 2015 Rp 1,621,354,444,334 Rp 627,685,483,775 Rp 2,249,039,928,109 2016 Rp 2,080,579,233,507 Rp 850,577,575,726 Rp 2,931,156,809,233 2017* Rp 19,521,726,696,117 Rp 1,190,808,606,016 Rp 20,712,535,302,133 Sumber : Outlook Zakat Indonesia 2018 *Sampai pada Agustus 2017
Peningkatan dana ZIS setiap tahun dapat diartikan bahwa masyarakat Indonesia semakin percaya dalam menyalurkan ibadah mereka kepada lembaga negara. Peningkatan pengimpunan dan pengolalaan yang professional diharapkan menjadi pendorong kemakmuran ekonomi dan berpengaruh mengurangi angka kemiskinan. beberapa penelitian telah membuktikan pengaruh dana ZIS dalam mengurangi angka kemiskinan. Efendy (2017) dana ZIS berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Banten. Pada penelitian yang dilakukan Beik (2009), dana zakat mampu mengurangi jumlah keluarga miskin dari 84 persen menjadi 74 persen. Maka dari itu potensi dana ZIS yang besar sejatinya dapat menjadi solusi jangka panjang.
B. TINJAUAN PUSTAKA Kemiskinan
Kemiskinan menurut Suparlan (1995) dapat didefinisikan sebagai standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang dibanding dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. BPS mendefinisikan kemiskinan dari prespektif kebutuhan dasar yaitu kondisi tidak memungkinan memenuhi kebutuhan minimum baik makanan maupun non-makanan yang disebut garis kemiskinan (povertyline) . Penduduk yang memiliki pengeluaran perkapita per bulan dibawah garis kemiskinan dapat dikategorikan sebagai penduduk miskin. Garis kemiskinan makanan merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minum dan makanan yang disetarakan dengan 2.100 kalori perkapita perhari dengan paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis. Kebutuhan minimum lain untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan diwakili oleh GKNM dengan paket komoditi 51 jenis untuk didaerah perkotaan dan 47 jenis di daerah perdesaan. Garis kemiskinan dapat dihitung dengan rumus berikut :
∑ [ ]
Keterangan : α = 0
z = garis kemiskinan
yi = rata-rata pengeluaran perkapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan (I = 1,2,3,..q), yi < z
q = Banyaknya penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan n = Jumlah penduduk
Upah Minimum
Dalam Undang-Undang No.13 Tahun 2013 tentang ketenagakerjaan, upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi pekerja kepada pekerja/buruh. Upah ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan. Termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya upah yaitu penawaran dan permintaan tenaga kerja, organisasi buruh, kemampuan perusahaan membayar upah, keproduktivitasan pekerja dan kebijakan pemerintah. Tujuan kebijakan upah minimum adalah untuk mewujudkan penghasilan layak bagi pekerja. upah minimum berlaku bagi pekerja dengan masa kerja urang dari setahun. Menurut Kaufman (2000) tujuan utama dari upah minimum adalah untuk memenuhi standar hidup minimum seperti kesejatan, efisiensi dan meningkatkan kesejahteraan pekerja.
Dalam penentuan upah minimum mempertimbangkan kebutuhan hidup layak (KHL), produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. KHL memiliki beberapa komponen kebutuhan hidup yang ditinjau dalam jangka waktu lima tahun yang dilakukan oleh Dewan Pengupahan Nasional. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 tahun 2012,
komponen kebutuhan hidup layak pekerja lajang dalam sebulan dengan 3.000 kalori perhari.
Dalam komponennya terdapat berbagai jenis kebuthan dari makanan dan minuman, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, transportasi, rekreasi dan tabungan.
Perhitungan upah minimum dapat menggunakan formula yang diterangkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 78 tahun 2015 sebagai berikut :
UMn = (UMt x (%Inflasi t + %PDB t )) Dimana :
UMn : Upah Minimum yang akan ditetapkan UMt : Upah Minimum tahun berjalan
Inflasi t : Inflasi tahun berjalan dihitung sejak September tahun berjalan
PDB t : Pertumbuhan PDB periode kwarta III dan IV tahun sebelumnya dan kwartal I dan II tahun berjalan
Zakat, Infaq, Shadaqah
Zakat ditinjau dari segi bahasa memiliki beberapa arti yaitu al-barakatu yang berarti keberkahan, al-nama’ yang berarti pertumbuhan dan perkembangan, ath-thaharathu yang berarti kesucian, dan ash-shalahu yang berarti keberesan. Menurut istilah pengertian zakat adalah bagian dari harta yang telah memenuhi syarat tertentu yag diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada yang berhak menerimnaya dengan pernyaratan tertentu pula (Hafidhuddin, 2002). Sebagai Rukun Islam yang ketiga, kedudukan zakat sangat penting dalam tegaknya sebuah keislaman diri seorang muslim. Zakat terdiri dari dua jenis, yaitu zakat fitrah dan zakat maal. Zakat fitrah adalah pengeluaran wajib yang dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai kelebihan dari keperluan keluarga yang wajar pada bulan puasa sebelum hari raya Idul Fitri. Zakat maal atau zakat harta yaitu bagian dari harta kekayaan seseorang (juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu dalam jumlah minimal tertentu. Zakat diberikan kepada 8 golongan yaitu fakir, miskin, amil, muallaf, budak, orang berhutang, sabilillah, dan orang yang sedang dalam perjalanan. Konsep zakat sebagai instrumen pemerataan pendapatan, yang diharapkan akan mengubah seseorang yang sebelumnya menerima zakat (mustahik) menjadi pemberi zakat (muzzaki).
Kata Infaq berasal dari kata anfiqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk suatu kepentingan (Hafihuddin, 2004). Sedangkan menurut Hidayat (2010) infaq adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan setiap kali memperoleh rezeki sebanyak yang dikehendakinya. Infaq tidak memiliki nisab dalam mengeluarkannya. Allah memerintahkan untuk berinfaq saat sudah memiliki harta benda atau kekayaan. Jika memiliki kekayaan yang sudah mencapai haul dan nisab maka diharuskan berzakat, jika tidak bisa menyisihkan untuk menunaikan infaq. Sifat infaq terbagi menjadi tiga, yaitu infaq mubah, wajib dan haram.
Infaq mubah berarti mengeluarkan harta untuk perkara mubah seperti berdagang dan bercocok tanam. Infaq yang bersifat wajib adalah membayar maskawin/mahar, menafkahi istri dan istri yang ditalak dan masih dalam masa iddah. Infaq juga bisa bersifat haram ketika dikeluarkan untuk tujuan yang menghalangi syariat islam, atau infaq yang tidak karena Allah.
Sedekah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan pemberian kepada fakir miskin atau yang berhak menerimanya, di luar kewajiban zakat dan zakat fitrah sesuai dengan kemampuan pemberian atau derma. Dalam istilah syariat Islam, sedekah sama dengan
pengetian infaq, termasuk juga hukum dan ketentuannya. Infaq berkaitan dengan materi, sedangkan sedekah berkaitan dengan materi dan non materi, baik dalam bentuk pemberian uang atau benda, tenaga atau jasa, menahan diri untuk tidak berbuat kejahatan, mengucapkan takbir, tahmid, tahlil, bahkan yang paling sederhana tersenyum kepada orang lain dengan ikhlas (Efendy, 2017). Berbeda dengan zakat, sedekah yang bersifat tanpa batas, baik bentuk, jumlah dan penerimanya. Pemberi sedekah bisa siapa saja dari golongan apapun. Bersedekah yang paling baik adalah medahulukan kerabat terdekat atau tetangga yang memerlukan bantuan.
C. METODE PENELITIAN
Bedasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh UMP dan distribusi dana ZIS terhadap jumlah kemiskinan di 21 Provinsi Indonesia tahun 2014-2017, untuk mengetahui hubungan antar variabelnya maka akan digunakan pendekatan kuantitatif. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis data panel dengan aplikasi Eviews 10. Metode sampling yang digunakan adalah metode random sampling. Dari metode tersebut diperoleh jumlah sampel sebanyak 21 Provinsi (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, NTB, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku Utara). Prosedur pengumpulan data yaitu dengan mengumpulkan data skunder yang diperoleh dari Outlook Badan Amil Zakat Nasional, Laporan Keuangan tahunan Baznas setiap Provinsi dan Badan Pusat Statistik.
Persamaan model dalam regresi yang digunakan sebagai berikut : LnKMit = α + β1 LnUMPit + β2 LnZISit+ eit
Keterangan :
LnKMit = Logaritma Natural Jumlah Kemiskinan di provinsi i tahun ke-t LnUMPit = Logaritma Natural Upah Minimum Provinsi (UMP) di provinsi i tahun ke- t
LNZISit = Logaritma Natural Dana ZIS di provinsi i tahun ke- t α = Konstanta (intersep)
β1 , β2 = Koefisien Regresi Variabel bebas
eit = Error term
i = 1,2,..,21 (data cross section 21 Provinsi )
t = 2014,…2017 (data time series tahun 2014-2017)
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Hasil Estimasi Fixed Effect Model Tabel 2. Hasil Pengujian Fixed Effect Model
Variable Coefficient Probability
C 6.491961 6.491961
LnUMP 0.549055 0.549055
LnZIS -0.102827 -0.102827
Hasil estimasi Fixed Effect Model mendapatkan hasil pengaruh variabel UMP dan Dana ZIS terhadap jumlah kemiskinan dalam bentuk persamaan :
LnKM = 6.491961 + 0.549055 LnUMP – 0.102827 LnZIS + e
Uji Parsial (Uji t) a. UMP (X1)
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa koefisien untuk variabel upah minimum provinsi (UMP) sebesar 0.549055 dengan probabilitas 0.0001 signifikan pada α = 5% (0.05). dapat disimpulkan bahwa UMP berhubungan positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap Jumlah Kemiskinan di 21 Provinsi di Indonesia. Setiap kenaikan UMP 1% maka akan menyebabkan kenaikan jumlah kemiskinan sebesar 0.549055%
b. Distribusi Dana ZIS (X2)
Pada variabel distribusi dana ZIS (ZIS) memiliki koefisien sebesar -0.102827 dengan probabilitas 0.0020 signifikan pada α = 5% (0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel distribusi dana ZIS berhubungan negatif dan berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan di 21 Provinsi di Indonesia. Setiap kenaikan distribusi dana ZIS 1% maka akan menurunkan jumlah kemiskinan sebesar 0.102827%
Tabel 3. Hasil Estimasi Fixed Effect Model (Weighted Statistic) Weighted Statistic
R-squared 0.990420
Adjusted R-squared 0.986965
F-statistic 286.6548
Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 10
Uji Simultan (Uji F)
Dari tabel 3 dapat diketahui hasil pengujian dengan menggunakan Fixed Effect Model menunjukan hasil F-statistic sebesar 286.6548 dan nilai Prob(F-statistic) sebesar 0.00000. Dengan melihat nilai Prob(F-statistic) lebih kecil dari nilai α = 0,05, yaitu 0.00000
< 0,05. Dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel UMP dan dana ZIS berpengaruh secara signifikan terhadap variabel kemiskinan.
Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 10
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi R-square untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Bedasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai Adjusted R-Square sebesar 0.990420. Dapat diartikan secara serentak bahwa variabel UMP dan distribusi dana ZIS mempunyai kontribusi menjelaskan variasi kemiskinan sebesar 99%
sedangkan 1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Implikasi Hasil Penelitian
1. Implikasi UMP Terhadap Jumlah Kemiskinan
Dalam penelitian ini menghasilkan UMP berpengaruh signifikan terhadap naiknya kemiskinan. UMP yang merupakan upah nominal tidak serta merta menaikan upah riilnya dan meningkatkan daya beli dari upah tersebut. Jumlah Upah riil selalu memiliki selisih dari jumlah UMP karena dipengaruhi oleh IHK yang berlaku. Maka kenaikan UMP belum tentu menaikan kesejahteraan dari para pekerja. Permintaan yang tinggi terhadap barang dan jasa akan menaikan harga, lalu akan memicu peningkatan inflasi. Disaat itu upah pekerja tidak lagi cukup untuk membeli kebutuhan hidup dan kembali menyebabkan kemiskinan.
2. Impilkasi Distribusi Dana ZIS Terhadap Jumlah Kemiskinan
Dalam menyaluran dana ZIS pelu memperhatikan prioritas dan kondisi mustahik.
Persoalan kemiskinan dan peningkatan ekonomi masih menjadi permasalahan yang dialami oleh banyak masyarakat di Indonesia. Baznas meremuskan bahwa kondisi kemiskinan ini disebabkan oleh terbatasnya akses pelayanan sosial, sulitnya keluar dari kemiskinan dan ketidak adilan sosial di antara masyarakat. Maka penyaluran dana ZIS diberikan dalam bentuk karitatif yang bersifat darurat untuk memenuhi kebutuhan hidup dan dalam bentuk produktif atau pendayagunaan. Program ekonomi yang dihadirkan Baznas bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan pengentasan kemiskinan bagi para mustahik. Sehingga dalam jangka panjang diharapkan para mustahik dapat mandiri dalam ekonomi dan keluar dari jeratan kemiskinan. Maka dari itu Dana ZIS dapat secara efektif mengurangi angka kemiskinan di Indonesia.
E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisis dan pembahasan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. UMP berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah kemiskinan di 21 provinsi Indonesia tahun 2014-2017. Semakin besar naiknya UMP maka akan menaikan jumlah kemiskinan.
2. Distribusi dana ZIS berpengaruh negatif signifikan terhadap jumlah kemiskinan di 21 provinsi Indonesia tahun 2014-2017. Semakin besar naiknya distribusi dana ZIS maka akan menurunkan jumlah kemiskinan.
3. Variabel UMP dana distribusi dana ZIS secara bersama-sama berpengaruh signifikan dalam mempengaruhi jumlah kemiskinan di 21 provinsi Indonesia tahun 2014-2017.
Saran
Berdasarkan hasil, pembahasan, dan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Perlu untuk dilakukan penelitian yang lebih spesifik antara upah minimum terhadap berbagai kelompok pekerja, jenis perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi lainnya. Hal ini untuk mengetahui lebih memperjelas kondisi dan dampak dari kebijakan yang diterapkan.
2. Adanya dampak yang kontradiktif dengan tujuannya perlu disadari pemerintah untuk berhati-hati menerapkan upah minimum dan turut mempertimbangkan aspek sosialnya.
Selain itu dirasa perlu untuk menjaga kondisi dunia usaha dan penigkatan kualitas para pekerja agar kebijakan pengupahan ini bisa maksimal.
3. Permasalahan kemiskinan yang bersifat multidimensi, maka perlu adanya kerjasama yang efektif dalam menjalankan program pemberdayaan seluruh aspek. Diharapkan Baznas sebagai pengelola bisa tepat sasaran dalam menyentuh mustahik yang benar membutuhkan karena salah satu penyebab kemiskinan adalah sulitnya mengakses pelayanan sosial.
4. Perlu dilakukan berbagai upaya untuk menggali potensi ZIS di Indonesia. Seperti dengan memperbaiki sistem pendataan dan transparansi data atau program kerja dari Baznas dan lembaga terkait. Selain sebagai bentuk tanggung jawab kepada publik, transparansi akan menumbuhkan kepercayaan dan motivasi bagi masyarakat luas untuk berdonasi.
DAFTAR PUSTAKA
Alkautsar, Masyithoh. 2014. Analisis Dampak Kebijakan Upah Minimum Terhadap Jumlah Kemiskinan Indonesia. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
BAZNAS. 2017. Outlook Zak-at Indonesia. 2018. Jakarta: Pusat Kajian Strategis BAZNAS Baderi, Firdaus . 2011. Indikator Kemiskinan Harus Jelas. Harian Ekonomi Neraca.
http://www.neraca.co.id/article/2346/indikator-kemiskinan-harus-rasional.
Diakses pada 4 Maret 2019
Beik, I.S. 2009. Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan: Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika. Jurnal Pemikiran dan Gagasan. Vol 2.
Efendy, H.K. 2017. Analisis Pengaruh Pendayagunaan Zakat, Infaq Dan Shadaqah (ZIS), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Dan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Terhadap Jumlah Kemiskinan Di Kabupaten/Kota Provinsi Banten Tahun 2011 – 2015. Skripsi. Jakarta : Uin Syarif Hidayatullah.
Hafidhuddin, Didin. 2002. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani Press Hafidhuddin, Didin. 2004. Islam Aplikatif. Jakarta: Gema Insani Press
Hidayat, Mohammad. 2010. An Introduction Of The Sharia Economic. Zikrul Hakim.
Kaufman, Bruce. 2000. The Economics of Labor Market, Fifth Edition. New York: The Dryden Press.
Lapopo, Jumadin. 2012. Pengaruh ZIS (Zakat, Infak, Sedekah) dan Zakat Fitrah terhadap penurunan kemiskinan di Indonesia Periode 1998-2010. Media Ekonomi Vol.20.
Republik Indonesia. 1999. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.01 tahun 1999 tentang Upah Minimum. Jakarta.
Republik Indonesia. 2015. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan. Jakarta.
Riva, V.A. Kadir, H. Setiawan, D. 2014. Pengaruh Tingkat Pengangguran Dan Tingkat Upah Minimum Kabupaten/Kota Terhadap Jumlah Kemiskinan Di Provinsi Riau. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ekonomi.
Suparlan, Parsudi. 1995. Orang Sakai Di Riau: Masyarakat Terasing Dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Woyanti, Nenik. 2013. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan UMP Terhadap Kemiskinan Di Jawa Tengah Pra dan Pasca Desentralisasi Fiskal. Media Ekonomi dan Manajemen Vol.28(2)