ANALISIS PENGELOLAAN SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA PADA PT ARIYUS BERSINAR LESTARI JAYA DI MAKASSAR.
Fadli Azwar1, Zainal Abidin2, Manda HM3
1,2,3Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPUP Makassar
1[email protected], 2[email protected], 3[email protected]
ABSTRACT
This research aims to analyze the sources and use of working capital at PT Ariyus Bersinar Lestari Jaya in Makassar for 2017–2019 period, based on the principles of healthy corporate spending. At first, a descriptive qualitative analysis was carried out, namely by analyzing quantitative data in the form of the 2017-2019 Balance Sheet and Profit and Loss Report which had been obtained through documentation from PT Ariyus Bersinar Lestari Jaya, then a quantitative analysis was carried out using a source analysis model and the use of working capital to know the direction of the company's working capital spending policy during 2017- 2019. The result showed that for 2017 to 2018, the company's short-term source of funds is 75.40 percent, and its used 78.16 percent, as well as the company's long-term funding source was 24.60 percent while its used 21.84 percent. Meanwhile, for 2018 to 2019, the company's short-term source of funds was 86.46 percent, and its used 90 percent, as well as the company's long-term funding source was 13.54 percent while its used 10 percent. Thus, it is said that this company is still implementing the principles of spending although not strictly.
Keywords: Working capital, sources of funds, use of funds.
PENDAHULUAN
Dunia bisnis selama masa Pandemi Covid-19 yang melanda dunia dan Indonesia sekarang ini, menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap hampir semua sektor ekonomi, terutama pada perusahaan- perusahaan lokal. Hal ini mengakibatkan banyak perusahaan yang mengubah strategi jangka pendeknya, agar bisa bertahan dan tetap melakukan aktivitasnya dalam keadaan yang tidak menentu seperti sekarang ini.
Perubahan strategi jangka pendek yang dimaksud adalah investasi pada pemenuhan kebutuhan jangka pendek, seperti perdagangan barang-barang konsumsi, perdagangan valas atau deposito berjangka dan lain-lain. Keadaan ini menimbulkan konsekuensi pada sektor riil yang tidak bergerak, bahkan di banyak tempat terjadi pemutusan hubungan kerja yang menimbulkan pengangguran dan memperpanjang rentetan permasalahan ekonomi yang dialami negeri ini.
Pada situasi dan kondisi yang serba kontradiksi tersebut, maka dapat dipastikan manajemen perusahaan akan menghadapi suatu kesulitan, baik dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan. Masalah dari
dalam perusahaan seperti tuntutan buruh untuk penyesuaian upah, sebaliknya perusahaan mengalami kesulitan likuiditas. Kesulitan dari luar perusahaan seperti fluktuasi nilai kurs rupiah terhadap dollar, juga iklim investasi yang tidak kondusif akibat adanya dampak Pandemi Covid-19, gangguan keamanan dan lain-lain. Kesulitan yang dialami oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor riil pada umumnya adalah masalah klasik yaitu permodalan, tetapi karena kondisi atau iklim berusaha kehilangan momen sehingga masalahnya menjadi sulit. Modal perusahaan dapat dibagi atas dua, yaitu modal jangka pendek dan modal jangka panjang.
Fokus pembahasan dalam penelitian ini adalah pada modal jangka pendek, yang dalam beberapa literatur sering disebut sebagai modal kerja
Dampak dari kebijaksanaan perusahaan dalam pengelolaan modal kerjanya tercermin dalam laporan keuangan yang disajikan. Untuk mengetahui kesehatan dan kemampuan perusahaan dalam mengelola modal kerjanya tersebut, maka sering digunakan analisis sumber dan penggunaan modal, sebagai suatu alat analisis yang sangat penting bagi manajer dalam memantau dan menjalankan kegiatan
operasi perusahaan sehari-hari tanpa gangguan. Modal kerja merupakan investasi perusahaan pada aktiva-aktiva jangka pendek seperti kas, surat-surat berharga jangka pendek, piutang, dan persediaan (Riyanto, 2016).
Analisis sumber dan penggunaan modal/dana yang sering juga disebut sebagai analisis aliran dana, baik dana dalam artian kas maupun dalam artian modal kerja bersih (netto) merupakan suatu analisis yang umum digunakan dalam analisis modal kerja perusahaan. Analisis ini merupakan alat analisis yang sangat penting bagi manajer keuangan dalam rangka pelaksanaan secara konsisten prinsip-prinsip pembelanjaan perusahaan yang sehat dan rasional.
Menurut Riyanto (2016), maksud utama digunakannya analisis ini ialah untuk mengetahui bagaimana dana digunakan dan bagaimana kebutuhan dana tersebut dibelanjai.
Jadi, tujuan utama digunakannya analisis ini adalah untuk mengetahui dari mana dana (dalam arti modal kerja neto) dan penggunaannya, dan sekaligus untuk mengetahui dan menilai pelaksanaan prinsip- prinsip pembelanjaan oleh manajemen perusahaan menggambarkan kondisi modal kerja perusahaan 3 tahun terakhir, kecenderungannya mengalami peningkatan namun, dalam prinsip pembelanjaan menyebutkan sumber dana yang berasal dari dana jangka pendek, harus pula digunakan untuk membiayai modal kerja (jangka pendek), Modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka panjang dapat dipakai untuk modal jangka panjang atau investasi. Jika prinsip pembelanjaan tersebut dilanggar, maka besar kemungkinan dapat menimbulkan masalah kesulitan keuangan perusahaan di masa depan. Dengan demikian, kenaikan modal kerja bersih perusahaan tersebut masih harus dilihat atau dikaitkan dengan sumber- sumber dan penggunaan modal kerjanya.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah sumber dan penggunaan modal kerja pada PT Ariyus Bersinar Lestari Jaya di Makassar sudah sesuai dengan prinsip pembelanjaan?
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan sumber dan penggunaan modal
kerja pada PT Ariyus Bersinar Lestari Jaya di Makassar.
TINJAUAN LITERATUR
Pengertian atau istilah pembelanjaan, permodalan, pendanaan, financial, dan keuangan perusahaan sering dimaksudkan untuk merujuk pada suatu hal yang sama, yang pengelolannya di dalam literatur-literatur asing dikenal dengan istilah financial management, managerial finance, business finance, atau pun corporate finance. Untuk memudahkan pembahasan, dalam penulisan ini istilah-istilah tersebut disatukan terjemahannya menjadi Manajemen Pembelanjaan Perusahaan.
Meskipun demikian, untuk maksud-maksud penjelasan tertentu, istilah-istilah tersebut tetap akan dipergunakan. Sejak awal perkembangan manajemen pembelanjaan perusahaan para pakar di bidang ini telah memberikan pengertian dan fungsi-fungsi pembelanjaan perusahaan, di antaranya Guthman dan Dougall (2016) mengemukakan : “Broadly speaking, business finance can be defined as the activity concerned with the raising and administering of the funds use in the business”
(Secara garis besar, keuangan bisnis dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan penggalangan dan pengelolaan penggunaan dana dalam bisnis). Pengertian atau definisi pembelanjaan perusahaan yang dikemukakan oleh kedua penulis itu, memberikan gambaran bahwa pembelanjaan perusahaan merupakan aktivitas yang menyangkut perolehan dan penyelenggaraan atas penggunaan dana di dalam perusahaan.
Senada dengan pengertian yang dikemukakan tersebut, Riyanto (2016) mengemukakan pengertian yang lebih luas, yaitu meliputi semua aktivitas perusahaan yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin. Sedangkan Syamsuddin (2019) mengemukakan, bahwa pembelanjaan perusahaan tidak dapat dipisahkan dari ilmu ekonomi, dan dapat dikatakan bahwa pembelanjaan perusahaan adalah merupakan penerapan prinsip-prinsip ekonomi dalam mengelola (to manage) keputusan-keputusan yang menyangkut masalah finansial perusahaan.
Adapun fungsi-fungsi pembelanjaan perusahaan menurut Van Horne (2016), terdiri
atas tiga keputusan utama yaitu keputusan investasi, keputusan pembelanjaan, dan keputusan deviden, di mana masing-masing harus dilihat dalam kaitannya dengan sasaran perusahaan. Dalam kaitan ini, untuk mengambil suatu keputusan pembelanjaan yang optimal, manajer keuangan harus menggunakan alat-alat analitik tertentu dalam analisis, perencanaan, serta pengendalian kegiatan-kegiatan perusahaan. Analisis keuangan merupakan suatu kondisi yang harus ada atau suatu prasyarat untuk mengambil keputusan-keputusan keuangan yang tepat.
Sejalan yang dikemukakan oleh Van Horne tersebut, Syamsuddin (2019) memberikan rincian tugas-tugas seorang manajer keuangan, yaitu: (i) Menganalisis dan merencanakan pemebelanjaan perusahaan, (ii) Mengelola penanaman modal dalam aktiva, dan (iii) Mengatur struktur financial dan struktur modal perusahaan.
Pengertian Modal Menurut Munawir (2017) modal adalah sejumlah uang yang dipinjamkan yang berhadapan dengan bunga, interest (bunga) berasal dari perkataan interest artinya
“apa yang berada antaranya”. Pengertian modal yang dihubungkan dengan uang bersifat tipi suntuk fase merkautilistis (mercantilisme/
sebuah madzhab islam) sejarah pemikiran ekonomi.
Modal (capital) sering diartikan secara berbeda. Menurut Firdaus (2018), dalam konteks akuntansi, modal diartikan sebagai kekayaan bersih atau ekuitas pemilik dalam bisnis. Sedangkan dalam konteks manajemen, modal sering diartikan sebagai keseluruhan aktiva sehingga mencakup ekuitas dan utang bisnis. Perbedaan pengertian ini sering diakibatkan oleh perbedaan tujuan pembahasan, dimana akuntansi lebih terkait dengan masalah administrasi dan hukum, sedangkan manajemen dengan masalah efisiensi. Menurut Munawir (2017), pengertian masing-masing modal dilihat dari sumber asalnya dapat diuraikan sebagai berikut:
Modal sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik perusahaan dengan cara mengeluarkan saham. Saham yang dikeluarkan perusahaan dapat dilakukan secara tertutup atau terbuka keuntungan menggunakan modal sendiri untuk membiayai suatu usaha adalah tidak adanya beban biaya bunga, tetapi hanya akan membayar deviden. Pembayaran deviden dilakukan apabila perusahaan memperoleh keuntungan dan besarnya deviden tergantung
dari keuntungan perusahaan. Kemudian, tidak ada kewajiban untuk mengembalikan modal yang telah digunakan. Kerugian menggunakan modal sendiri adalah jumlahnya sangat terbatas dan relatif sulit untuk memperolehnya.
Modal pinjaman adalah modal yang diperoleh dari pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh dari pinjaman. Penggunaan modal pinjaman untuk membiayai suatu usaha akan menimbulkan beban biaya bunga, biaya administrasi, serta biaya provisi dan komisi yang besarnya relatif. Penggunaan modal pinjaman mewajibkan pengembalian pinjaman setelah jangka waktu tertentu.
Keuntungan modal pinjaman adalah jumlahnya yang tidak terbatas, artinya tersedia dalam jumlah banyak. Di samping itu, dengan menggunakan modal pinjaman biasanya timbul motivasi dari pihak manajemen untuk mengerjakan usaha dengan sungguh-sungguh.
Menurut Kasmir (2018), sumber dana dari modal asing dapat diperoleh dari: a. Pinjaman dari dunia perbankan, baik dari perbankan swasta, pemerintah, maupun perbankan asing.
b. Pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan pegadaian, modal ventura, asuransi, leasing, dana pensiun, koperasi atau lembaga pembiayaan lainnya. c. Pinjaman dari perusahaan non keuangan.
Jenis-jenis Modal Usaha Pada dasarnya, kebutuhan modal untuk melakukan usaha terdiri dari dua jenis (Kasmir, 2018) yaitu: a. Modal investasi digunakan untuk jangka panjang dan dapat digunakan berulang- ulang. Biasanya umurnya lebih dari satu tahun.
Sementara modal kerja digunakan untuk jangka pendek dan beberapa kali pakai dalam satu proses produksi. Jangka waktu modal kerja biasanya tidak lebih dari satu tahun.
Penggunaan utama modal investasi jangka panjang adalah untuk membeli aktiva tetap seperti tanah, bangunan atau gedung, peralatan dan lain-lain. Modal investasi biasanya diperoleh dari modal pinjaman berjangka waktu panjang (lebih dari setahun). Pinjaman ini biasanya diperoleh dari dunia perbankan. b.
Modal Kerja Setelah kebutuhan modal investasi terpenuhi, selanjutnya adalah pemenuhan kebutuhan modal kerja. Modal kerja, yaitu modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan pada saat perusahaan sedang beroperasi. Jenis modalnya bersifat jangka pendek, biasanya hanya digunakan untuk sekali atau beberapa kali proses produksi. Modal kerja juga dapat
diperoleh dari modal pinjaman bank (biasanya maksimal setahun). Biasanya dunia perbankan dapat membiayai modal investasi dan modal kerja baik secara bersamaan maupun sendiri- sendiri (tergantung kebutuhan dan permintaan nasabah).
Menurut Riyanto (2016), salah satu tugas pokok seorang manajer keuangan ialah mengelola penanaman modal dalam aktiva.
Aktiva perusahaan terdiri dari dua bagian utama, yaitu aktiva yang bersifat jangka panjang yang disebut aktiva tetap (fixed assets) dan aktiva yang berjangka pendek yang disebut aktiva lancar (current assets) atau yang dikenal pula dengan istilah modal kerja (working capital). Sesuai dengan topik masalah dalam penelitian ini, maka sorotan hanya ditujukan pada pengelolaan aktiva lancar atau modal kerja perusahaan.
Pengertian modal kerja bisa berbeda bila ditinjau dari sudut yang berlainan. Tetapi secara umum dapat dikemukakan dua definisi atau pengertian modal kerja, tergantung konsep yang digunakan.
Bila digunakan konsep bruto atau modal kerja kotor (gross working capital), maka modal kerja dapat diberi definisi seperti yang dikemukakan oleh Weston dan Brigham (2017) sebagai investasi perusahaan dalam harta jangka pendek – kas, surat-surat berharga jangka pendek, piutang, dan persediaan. Tetapi bila digunakan konsep neto atau modal kerja bersih (net working capital), maka modal kerja didefinisikan sebagai harta lancar dikurangi utang lancar.
Walaupun penggunaan modal kerja biasanya hanya ditujukan untuk kurun waktu satu atau kurang dari satu tahun, akan tetapi pada dasarnya dalam modal kerja itu terselip suatu porsi tertentu yang harus senantiasa dipertahankan oleh perusahaan agar dapat menjamin kontinuitas usaha. Modal kerja yang mempunyai tipe seperti ini disebut modal kerja permanen (permanent working capital).
Sedangkan modal kerja yang senantiasa berubah-ubah tergantu ng tingkat kegiatan perusahaan disebut modal kerja variabel (variable working capital). Untuk kedua jenis modal kerja yang beroperasi dalam perusahaan tersebut, oleh Hampton (2017) dijelaskan sebagai berikut: The firms working capital may be viewed as being comprised of two components:1. Permanent working capital.
These funds represent the current assets required on a continuing basis over the entire
year. It represents the amount of cash, receivables and inventory maintained as a minimum to carry on operations at any time.
(Modal kerja permanen. Dana ini merupakan aset lancar yang dibutuhkan secara berkelanjutan sepanjang tahun. Ini mewakili jumlah kas, piutang dan persediaan yang dipertahankan seminimal mungkin untuk menjalankan operasi setiap saat).2. Variable working capital. This funds represent additional assets required a different times during the operating year. Added inventory must be maintained to support the peak selling periods. Receivables increase and must be financed following periods of high sales. Extra cash may be needed to pay increased supplies price high activity. Modal kerja variabel, dana ini merupakan aset tambahan yang dibutuhkan pada waktu yang berbeda selama tahun operasi. Persediaan tambahan harus dipertahankan untuk mendukung periode puncak penjualan. Piutang meningkat dan harus dibiayai setelah periode penjualan tinggi.
Uang tunai tambahan mungkin diperlukan untuk membayar aktivitas tinggi harga persediaan yang meningkat).
Berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa modal kerja permananen menunjukkan modal kerja dalam bentuk kas minimum, piutang minimum, dan persediaan minimum yang diperlukan oleh suatu perusahaan untuk menjaga kesinambungan atau kontinuitas usaha dalam suatu periode tertentu. Sedangkan modal kerja variabel, yaitu menunjukkan modal kerja yang senantiasa berubah-ubah seiring dengan tingkat kegiatan perusahaan. Apabila tingkat kegiatan perusahaan meningkat, kebutuhan modal kerja juga mengalami peningkatan, apakah melalui pertambahan kas, inventory, atau pun piutang. Begitu pula sebaliknya, jika aktivitas perusahaan tidak membutuhkan pembiayaan besar, maka porsi modal kerja variabel ini dapat diperkecil atau dikurangi.
Kebijakan pembelanjaan modal kerja dimaksudkan adalah pedoman yang digunakan pihak manajemen dalam membelanjai atau memenuhi kebutuhan modal kerja perusahaannya. Pada umumnya, perusahaan akan berusaha mempertahankan jumlah modal kerja yang cukup agar dapat mencapai tujuan likuiditas tanpa adanya risiko dari investasi yang tidak diperlukan. Dengan dasar ini, maka banyak perusahaan akan menitikberatkan Kebijakan modal kerjanya pada
meminimumkan risiko yang timbul dari tidak cukupnya modal kerja. Jika modal kerja perusahaan cukup, sehingga likuiditas terjamin, maka manajemen akan mempunyai banyak waktu untuk mengkonsentrasikan pikiran ke arah pencapaian keuntungan atau profitabilitas perusahaan. Untuk mencukupi kebutuhan modal kerja (aktiva lancar), ada tiga kemungkinan sumber pembelanjaannya, yaitu dengan menggunakan modal sendiri, kredit jangka panjang, dan kredit jangka pendek.
Jadi terdapat beberapa alternatif bagi manajemen dalam memilih sumber-sumber pemebelanjaan perusahaan. Alternatif manapun yang dipilih haruslah dengan tujuan menguntungkan perusahaan. Dalam hubungan inilah dikenal adanya pedoman-pedoman pembelanjaan yang didasarkan atas prinsip likuiditas.
Pedoman pembelanjaan yang didasarkan atas prinsip likuiditas ini menurut Riyanto (2016) didasarkan pada ketentuan bahwa dana yang dibutuhkan itu hendaknya ditarik untuk jangka waktu yang sesuai dengan jangka waktu penggunaan dana tersebut di dalam perusahaan, atau jangka waktu terikatnya dana dalam aktiva yang akan dibiayai dengan dana tersebut. Selanjutnya dikemukakan, bahwa apabila perusahaan menggunakan sistem pembelanjaan total di mana keseluruhan dana yang ditanamkan di dalam perusahaan dianggap sebagai satu kompleks, dan hanya dibedakan dua kebutuhan modal yaitu modal konstan dan modal variabel, maka pedoman pembelanjaan ditinjau dari sudut likuiditas ialah : (1) Kebutuhan dana yang permanen (modal konstan), pada prinsipnya harus dibiayai dengan modal sendiri atau kredit jangka panjang; dan (2) Kebutuhan dana yang berubah-ubah jumlahnya di atas inti konstan (modal variabel) pada prinsipnya dibiayai dengan kredit jangka pendek yang jangka waktu atau umurnya tidak lebih pendek daripada kebutuhannya (Riyanto, 2016).
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Riyanto tersebut, Van Horne (2016) mengemukakan, bahwa jika perusahaan menggunakan pendekatan dengan cara hedging untuk pembiayaan, maka setiap aktiva harus dibiayai dengan alat pembiayaan yang mempunyai usia jatuh tempo yang sama.
Variasi jangka pendek atau musiman di dalam aktiva lancar harus dibiayai dengan hutang jangka pendek; bagian yang permanen dari
aktiva lancar harus dibiayai dengan hutang jangka panjang atau modal sendiri (equity).
Jadi dalam memenuhi kebutuhan modal kerja, apabila digunakan prinsip likuiditas atau pendekatan dengan cara hedging, maka modal kerja yang sifatnya berfluktuasi harus dibelanjai dengan kredit jangka pendek, sedangkan modal kerja yang sifatnya permanent harus dibelanjai dengan kredit jangka panjang atau modal sendiri. Apabila modal yang diperoleh berasal dari pinjaman jangka pendek digunakan untuk membiayai investasi yang berjangka panjang, maka akan sangat mengganggu likuiditas perusahaan, karena di samping bunganya sangat tinggi, pada saat harus mengembalikan pinjaman investasi belum menghasilkan. Demikian pula sebaliknya, apabila menggunakan pinjaman jangka panjang untuk pembiayaan jangka pendek atau modal kerja dapat pula merugikan perusahaan, karena akan ada waktu-waktu atau periode di mana dana yang dipinjam tersebut menganggur, sedangkan perusahaan tetap harus membayar bunganya.
Hasil Penelitian Agus Suratinoyo (2016) tentang “Analisis Laporan Sumber- Sumber dan Penggunaan Modal Kerja dalam Meningkatkan Profitabilitas Perusahaan PT Fast Food Indonesia Tbk”. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui analisis laporan sumber-sumber dan penggunaan modal kerja dan untuk mengetahui dari mana dan digunakan untuk apa sumber dan penggunaan modal kerja perusahaan PT Fast Food Indonesia Tbk. Alat analisis yang digunakan adalah secara deskriptif kuantitatif dan Analisis perbandingan laporan keuangan dan Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kebijakan sumber dan penggunaan modal kerja PT. Fast Food Indonesia, Tbk (KFC) selama periode 2011 sampai dengan tahun September 2014 sudah efisien dalam arti terjadi peningkatan modal kerja yang dan sesuai dengan analisa kebutuhan dan penggunaan modal kerja perusahaan yang direncanakan.
Gode F. Gaga (2017) meneliti tentang Analisis Sumber dan Penggunaan Modal kerja pada PT Bola Dunia Factory di Makassar. Alat analisis yang digunakan adalah Analisa perbandingan laporan keuangan dan Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa dalam pengelolaan sumber-sumber dan penggunaan modal
perusahaan terdapat penyimpangan dalam prinsip-prinsip pembelanjaan perusahaan, dimana terdapat ketidaksesuaian antara masing-masing sumber dan penggunaannya.
Terjadinya penurunan laba pada saat modal perusahaan bertambah disebabkan penggunaan aktiva perusahaan belum efektif dan ketidakmampuan perusahaan untuk menekan pengeluaran biaya-biaya. Kerangka Pikir Setiap perusahaan akan berusaha menjaga dan mempertahankan keseimbangan dan kecukupan modal kerja yang diopreasikan di dalam perusahaan. Untuk mencukupi kebutuhan modal kerja (aktiva lancar), ada tiga kemungkinan sumber pembelanjaannya, yaitu dengan menggunakan modal sendiri, kredit jangka panjang, dan kredit jangka pendek.
Kondisi modal kerja yang kurang (lower) atau berlebih (over) merupakan dua kemungkinan yang dapat menyebabkan gangguan terhadap keseimbangan modal kerja di dalam perusahaan. Kekurangan modal kerja berarti modal kerja yang tersedia lebih kecil daripada modal kerja yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan operasional jangka pendek perusahaan. Sedangkan kelebihan modal kerja, berarti jumlah modal kerja yang tersedia di dalam perusahaan melebihi jumlah modal kerja yang seharusnya dibutuhkan perusahaan untuk kegiatan operasional jangka pendek perusahaan.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah: pengelolaan sumber dan penggunaan modal kerja pada PT Ariyus Bersinar Lestari Jaya di Makassar sudah sesuai dengan prinsip pembelanjaan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Artinya, data yang dikumpulkan berupa data angka, yang berasal dari catatan data masa lalu perusahaan.
Desain penelitian deskriptif dilakukan dengan mengadakan pengumpulan data secara dokumentatif yang sudah dipublikasikan oleh perusahaan selama tahun penelitian, seperti data Neraca dan Laporan Laba Rugi.
Selanjutnya, diadakan analisis berdasarkan metode analisis sumber dan penggunaan modal/dana. Hasil analisis tersebut kemudian diinterpretasikan untuk menilai pelaksanaan prinsip pembelanjaan perusahaan selama beberapa tahun.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan pengembang (real estate) yang berlokasi di Kota Makassar, yaitu PT Ariyus Bersinar Lestari Jaya yang berlokasi di Jalan Aroepala Komplek Permata Hijau Lestari Blok P.12/14, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
90233. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan April 2021 sampai dengan Mei 2021.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data sebagai berikut:1.
Observasi, yaitu penelitian secara langsung pada objek penelitian, di mana data yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan di lapangan. 2. Dokumentasi, yaitu berupa data- data yang diperoleh secara tertulis dari perusahaan yang sudah diolah sebelumnya, seperti dokumen-dokumen laporan keuangan perusahaan, dan data lainnya.
Penelitian ini menggunakan variabel sumber dan penggunaan modal kerja adalah analisis laporan keuangan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang perubahan modal kerja perusahaan serta sebab-sebab perubahan tersebut yang dikenal dengan sumber modal kerja dan penggunaan modal kerja pada suatu periode. Informasi ini sangat penting untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mengelola dana (modal kerja) untuk membiayai operasi perusahaan.
Definisi operasional dalam penelitian, yaitu: 1. Sumber modal kerja adalah modal kerja yang diperoleh dari hasil penjualan barang dan hasil-hasil lainnya yang meningkatkan uang kas dan pituang, Surat- surat berharga sebagai salah satu pos aktiva lancar dapat di jual dan dari penjualan ini akan menimbulkan keuntungan. 2. Penggunaan modal kerja adalah pengeluaran dari perusahaan untuk gaji, upah dan biaya operasi perusahaan lainnya, perusahaan mengeluarkan sejumlah upah untuk membayar gaji, upah dan biaya operasi perusahaan lainnya untuk menunjang penjualan. Pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang dagangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis sumber dan penggunaan dana dalam arti modal kerja dimaksudkan untuk mengetahui apakah perusahaan PT Ariyus Bersinar Lestari Jaya Makassar telah menerapkan matching principle atau tidak, di mana matching principle memberikan penekanan pada kesesuaian penggunaan
sumber dana, yaitu sumber dana jangka pendek digunakan untuk keperluan jangka pendek, dan sumber dana jangka panjang digunakan untuk keperluan jangka panjang pula. Jika prinsip tersebut dilanggar, maka akan mengganggu likuiditas perusahaan, karena sumber dana jangka pendek digunakan untuk keperluan jangka panjang.
Untuk melakukan analisis sumber dan penggunaan modal kerja, maka terlebih dahulu harus diketahui perubahan modal kerja netto dalam periode 2017 – 2019 melalui laporan neraca yang diperbandingkan (comparative of balance sheet) pada dua tanggal neraca untuk dua tahun berurutan. Dalam hal ini adalah Neraca per 31 Desember 2017 dan 2018, serta Neraca per 31 Desember 2018 dan 2019 (Lampiran). Dengan neraca komparatif tersebut akan dapat diketahui perubahan naik turunnya modal kerja netto pada tanggal tersebut. Apabila jumlah kenaikannya lebih besar daripada jumlah penurunannya, maka dapat dikategorikan sebagai kenaikan modal kerja. Demikian pula sebaliknya apabila jumlah kenaikannya lebih kecil dibanding dengan jumlah penurunannya, maka dapat dikategorikan sebagai pengurangan modal kerja.
Unsur-unsur modal kerja neto perusahaan pada tahun 2018 telah bertambah sebesar Rp 647.489.111 sedangkan penurunannya sebesar Rp 624.627.469. Dengan demikian, dikatakan bahwa dari tahun 2017 ke tahun 2018 perusahaan PT Ariyus Bersinar Lestari Jaya mengalami kenaikan modal kerja neto sebesar Rp 22.861.642 (yaitu Rp 647.489.111 – Rp 624.627.469). Kenaikan modal kerja neto sebesar Rp 22.861.642 masih harus dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui dari mana sumber dana yang digunakan untuk membiayai kenaikan modal kerja tersebut.
Dapat diketahui sumber pembiayaan modal kerja perusahaan, yaitu berasal dari sumber dana jangka panjang di mana sumber dana jangka panjang berjumlah Rp 203.750.442 (berasal dari bertambahnya penyusutan sebesar Rp 33.875.000 dan bertambahnya modal sebesar Rp 169.875.442), sedangkan penggunaan dana jangka panjang berjumlah Rp 180.888.800, yakni untuk menambah aktiva tetap perusahaan dalam tahun 2018. Selisih jumlah sumber dana jangka panjang dengan penggunaannya adalah sebesar Rp 22.861.642. Selisih lebih sumber
dana jangka panjang ini adalah sama dengan jumlah kenaikan modal kerja pada tahun 2018.
Seperti diketahui bahwa dalam pembelanjaan perusahaan, prinsip yang digunakan apabila perusahaan menggunakan cara hedging dalam pembelanjaannya, yakni bahwa sumber dana jangka pendek hendaknya hanya digunakan untuk membiayai aktiva yang berjangka pendek pula, dan sumber dana jangka panjang hanya digunakan untuk membiayai aktiva yang berjangka panjang.
Maka telah dapat diketahui pelaksanaan prinsip-prinsip pembelanjaan (matching principles) dari perusahaan ini. Sumber dana jangka pendek perusahaan adalah sebesar 75,40 persen, dan penggunaannya adalah sebesar 78,16 persen, demikian pula sumber dana jangka panjang perusahaan adalah sebesar 24,60 persen sedangkan penggunaannya adalah sebesar 21,84 persen.
Dengan demikian berdasarkan prinsip di atas, dapat dikatakan bahwa perusahaan ini tidak terlalu ketat dalam menjalankan prinsip tersebut. Walaupun demikian, seperti yang dijelaskan dalam bab terdahulu bahwa dalam modal kerja perusahaan terdapat pula unsur yang bersifat permanen yang disebut permanent working capital yakni suatu porsi tertentu dari modal kerja yang bersifat tetap, di mana untuk membiayai permanent working capital tersebut, sumber dananya dapat berasal dari sumber dana jangka pendek atau sumber dana jangka panjang. Dengan demikian, berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam tahun 2018 perusahaan ini masih melaksanakan prinsip- prinsip pembelanjaan meskipun tidak secara ketat.
Modal kerja neto perusahaan selama tahun 2018 – 2019. Unsur-unsur modal kerja neto perusahaan pada tahun 2019 telah bertambah sebesar Rp 1.337.760.820 sedangkan penurunannya sebesar Rp 1.285.241.350. Dengan demikian, dikatakan bahwa dari tahun 2018 ke tahun 2019 perusahaan PT Ariyus Bersinar Lestari Jaya mengalami kenaikan modal kerja neto sebesar Rp 52.519.470 (yaitu Rp1.337.760.820 – Rp 1.285.241.350). Kenaikan modal kerja neto sebesar Rp 52.519.470 masih harus dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui dari mana sumber dana yang digunakan untuk membiayai kenaikan modal kerja tersebut.
Untuk melihat sumber pembiayaan modal
kerja tersebut dapat dilihat dalam analisis pada Tabel 4.5.
Berdasarkan analisis dalam Tabel 4.5, dapat diketahui sumber pembiayaan modal kerja perusahaan, yaitu berasal dari sumber dana jangka panjang di mana sumber dana jangka panjang berjumlah Rp 201.217.570 yang berasal dari bertambahnya modal, sedangkan penggunaan dana jangka panjang berjumlah Rp 148.698.100, yakni untuk menambah aktiva tetap perusahaan dalam tahun 2019. Selisih jumlah sumber dana jangka panjang dengan penggunaannya adalah sebesar Rp52.519.470. Selisih lebih sumber dana jangka panjang ini adalah sama dengan jumlah kenaikan modal kerja pada tahun 2019.
Analisis sumber dan penggunaan modal kerja sekaligus dapat diketahui pelaksanaan prinsip-prinsip pembelanjaan yang dilakukan perusahaan dalam mengelola modal kerjanya pada tahun 2019.
Untuk mengetahui bagaimana kebijakan perusahaan dalam mengelola modal kerjanya, maka dapat dilakukan dengan cara merinci unsur-unsur modal kerja dan perubahannya dalam persentase, sebagaimana yang dianalisis.
Dapat diketahui pelaksanaan prinsip- prinsip pembelanjaan (matching principles) dari perusahaan ini pada tahun 2019. Sumber dana jangka pendek perusahaan adalah sebesar 86,46 persen, dan penggunaannya adalah sebesar 90,00 persen, demikian pula sumber dana jangka panjang perusahaan adalah sebesar 13,54 persen sedangkan penggunaannya adalah sebesar 10,00 persen.
Dengan demikian berdasarkan prinsip di atas, dapat dikatakan bahwa sama dengan tahun 2018, maka pada tahun 2019 perusahaan ini juga tidak terlalu ketat dalam menjalankan prinsip pembelanjaan. Dengan demikian, berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam tahun 2019 perusahaan ini masih melaksanakan prinsip- prinsip pembelanjaan meskipun tidak secara ketat.
Berdasarkan hasil analisis sumber dan penggunaan modal kerja yang telah dilakukan sebelumnya, menunjukkan bahwa perusahaan PT Ariyus Bersinar Lestari Jaya Makassar dalam mengelola modal kerja perusahaan telah menggunakan prinsip-prinsip pembelanjaan secara hati-hati. Dimana perusahaan dalam tiga tahun terakhir (2017- 2019) berusaha menggunakan modal kerja
sesuai dengan jangka waktu peruntukannya, yakni sumber-sumber modal kerja itu sendiri, meskipun masih terdapat beberapa kelebihan penggunaan. Namun berdasarkan prinsip- prinsip pembelanjaan yang sehat, hal itu masih dapat dilakukan secara hati-hati. Hal ini sejalan dengan teori pembelanjaan yang dikemukakan Riyanto (2016), yang mengatakan bahwa prinsip pembiayaan yang baik adalah sumber dana yang diperoleh dari sumber jangka pendek harus dipergunakan untuk menutupi kebutuhan yang bersifat jangka pendek. Jika perusahaan tidak mempunyai modal kerja yang cukup dalam artian hutang lancar jauh lebih besar dari aktiva lancar, maka perusahaan akan menghadapi masalah likuiditas. Sebaliknya, sumber dana yang diperoleh dari sumber dana jangka panjang dapat dipergunakan untuk menutupi kebutuhan yang bersifat jangka panjang maupun jangka pendek. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjamin kesinambungan dan memperkecil resiko sehingga mampu mempertahankan tingkat likuiditas yang baik dalam usaha untuk mencapai tingkat keuntungan yang telah direncanakan.
Prinsip kesepadanan (Matching Principle) dalam pemenuhan modal kerja: a.
Untuk aktiva lancar hendaknya dibiayai dengan kredit jangka pendek yang umumnya tidak lebih pendek dari pada terikatnya dana dalam aktiva lancar. b. Untuk aktiva tetap yang tidak berputar (misalnya tanah), pada prinsipnya dibiayai dengan modal sendiri, karena untuk jenis aktiva ini tidak diadakan depresiasi. c. Untuk aktiva tetap yang berputar secara berangsur-angsur (gedung, mesin, kendaraan, dan sebagainya) dapat dibiayai dengan kredit jangka panjang atau modal sendiri. Jika digunakan kredit jangka panjang hendaknya jangka waktu atau umur kredit yang akan ditarik itu jangan lebih pendek daripada waktu terikatnya dana dalam aktiva tetap.
Apabila menggunakan sistem pembelanjaan total dimana keseluruhan dana yang ditanamkan dalam perusahaan sebagai satu kompleks, maka pada dasarnya hanya membedakan adanya dua golongan kebutuhan modal, yaitu modal konstan dan modal variabel. Dalam hal ini dapat dikemukakan pedoman pembelanjaan dari sudut likuiditas (Riyanto, 2016) sebagai berikut:
1. Kebutuhan dana yang permanen (modal konstan) pada prinsipnya dibiayai dengan modal sendiri atau kredit jangka panjang.
2. Kebutuhan dana yang berubah-ubah jumlahnya diatas inti konstan (modal variabel) pada prinsipnya dibiayai dengan kredit jangka pendek yang jangka waktu atau umurnya tidak jauh lebih pendek daripada kebutuhannya.
Mengelola modal kerja dalam perusahaan bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Modal kerja yang terlalu besar akan menjamin tingkat likuiditas perusahaan, tetapi menurunkan tingkat laba (profitabilitas) karena adanya dana yang menganggur baik yang tertanam dalam kas, piutang, atau pada persediaan. Tetapi sebaliknya modal kerja yang terlalu kecil akan menurunkan tingkat likuiditas dan risiko, tetapi dapat berarti meningkatnya tingkat laba (profitabilitas) perusahaan. Karena itu, pada umumnya perusahaan akan berusaha mempertahankan jumlah modal kerja yang cukup agar dapat mencapai tujuan likuiditas tanpa adanya risiko dari investasi yang tidak diperlukan. Dengan dasar ini, maka banyak perusahaan akan menitikberatkan kebijaksanaan modal kerjanya pada meminimumkan risiko yang timbul dari tidak cukupnya modal kerja. Jika modal kerja perusahaan cukup, sehingga likuiditas terjamin, maka manajemen akan mempunyai banyak waktu untuk mengkonsentrasikan pikiran ke arah pencapaian keuntungan atau profitabilitas perusahaan. Tetapi pertanyaan kemudian muncul, apakah setiap perusahaan mampu mengelola perputaran modal kerjanya secara terus menerus sehingga tidak menimbulkan masalah bagi perusahaan?
Demikian pentingnya peran modal kerja dalam suatu perusahaan, maka manajer keuangan sebagai pemegang tanggung jawab utama senantiasa dituntut untuk mengelola modal kerja perusahaan secara efisien dan seefektif mungkin dalam rangka mencapai tujuan-tujuan perusahaan. Dengan kata lain, seorang manajer keuangan harus selalu menjaga dan memelihara keseimbangan atau terpenuhinya modal kerja yang beroperasi di dalam perusahaan. Kekurangan modal kerja akan dapat membawa perusahaan dalam keadaan krisis keuangan atau krisis likuiditas, yang seterusnya bisa menyebabkan perusahaan lambat laun akan mengakhiri riwayatnya.
Demikian pula investasi yang terlalu berlebihan dalam modal kerja, menunjukkan adanya dana yang tidak produktif atau
menganggur, yang berarti perusahaan telah menderita rugi, karena menyia-nyiakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan/
laba dari peluang yang ada.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tahun 2017 ke tahun 2018 perusahaan PT Ariyus Bersinar Lestari Jaya Makassar, memperlihatkan bahwa sumber dana jangka pendek perusahaan adalah sebesar 75,40 persen, dan penggunaannya adalah sebesar 78,16 persen, demikian pula sumber dana jangka panjang perusahaan adalah sebesar 24,60 persen sedangkan penggunaannya adalah sebesar 21,84 persen. Dengan demikian berdasarkan prinsip di atas, dapat dikatakan bahwa perusahaan ini tidak terlalu ketat dalam menjalankan prinsip tersebut.
2.Tahun 2018 ke tahun 2019 perusahaan PT Ariyus Bersinar Lestari Jaya Makassar pelaksanaan prinsip-prinsip pembelanjaan (matching principles) dari perusahaan ini terlihat bahwa sumber dana jangka pendek perusahaan adalah sebesar 86,46 persen, dan penggunaannya adalah sebesar 90,00 persen, demikian pula sumber dana jangka panjang perusahaan adalah sebesar 13,54 persen sedangkan penggunaannya adalah sebesar 10,00 persen. Dengan demikian berdasarkan prinsip di atas, dapat dikatakan bahwa sama dengan tahun 2018, maka pada tahun 2019 perusahaan ini juga tidak terlalu ketat dalam menjalankan prinsip pembelanjaan. Dengan demikian, berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam tahun 2019 perusahaan ini masih melaksanakan prinsip- prinsip pembelanjaan meskipun tidak secara ketat.
Saran yang dapat diajukan sehubungan dengan hasil pembahasan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Sumber dana jangka pendek dari perusahaan hendaknya digunakan untuk keperluan pembiayaan jangka pendek dan tidak digunakan untuk pembiayaan jangka panjang (prinsip pembelanjaan), sehingga likuiditas perusahaan dapat terjamin.
2.Perusahaan seharusnya menggunakan hutang jangka panjang guna membiayai kebutuhan aktiva tetap, sehingga dapat lebih
meningkatkan profitabilitas perusahaan di masa mendatang.
3.Untuk menghindari terjadinya masalah likuiditas, maka perusahaan sebaiknya menggunakan prinsip-prinsip pembelanjaan, yaitu sumber dana yang berasal dari jangka pendek hendaknya hanya digunakan untuk membiayai aktivitas jangka pendek pula atau modal kerja; sedangkan sumber dana jangka panjang digunakan untuk membiayai investasi jangka panjang atau aktiva tetap dan sebagian untuk modal kerja permanen.
DAFTAR PUSTAKA
Afiff, Faisal dan Utjup Supandi, (2015).
Manajemen Modal kerja, Cetakan Kedua.
Bandung. Remadja Karya CV.
Aileen Ormiston, (2019), Memahami Laporan Keuangan, edisi ketujuh, Jakarta : Indeks.
Atmadja, Lukas Setia. (2018). Teori dan Praktek Manajemen Keuangan.
Yogyakarta: Andi.
Brigham, Eugene F. (2016). Managerial Finance. edisi ke 10. Jakarta: Erlangga.
Guthmann, Herry G. and Herbert E. Dougall, (2016). Corporate Financial Policy, Third Edition, Prentice-Hall Inc., Englewood Cliffs, N.Y.
Hampton, John J.,2017. Financial Decision Making, Second Edition, Prentice-Hall of India, New Delhi.
Harahap, Sofyan Syafri. (2015). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Press.
Helfert, Erich A., (2018), Teknik Analisis Keuangan: Petunjuk Praktis untuk Mengelola dan Mengukur Kinerja Perusahaan, Terjemahan: Herman Wibowo, Penerbit: Erlangga. Jakarta.
Husnan. Suad (2015). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Ketiga. UPP AMP YKPN. Yogyakarta:
Kartadinata, Abas, (2017). Analisa Belanja:
Dasar-dasar Perhitungan dalam Keputusan Keuangan. Cetakan Kedua. Bina Aksara.
Jakarta.
Kasmir. (2018) Analisis Laporan Keuangan.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Kennedy, Ralph D. and Stewart Y. McMullen, (2019). Financial Statements, Form, Analysis, and Interpretation, Sixth Edition, Richard D. Irwin, Inc. Homewood, Illinois.
Lesmana, Rico dan Rudy Surjanto. (2018).
Financial Performance Analyzing:
Pedoman Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Mamduh M. Hanafi. (2015). Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Munawir. (2017). Analisa Laporan Keuangan.
UII Press. Yogyakarta.
Riyanto, Bambang. (2016). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4. BPFE.
Yogyakarta.
Sawir, A.. (2016). Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan.
Edisi Pertama. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Syafaruddin, Alwi. (2019). Alat-alat Analisis dalam Pembelanjaan. Edisi Revisi. Andi Offset. Yogyakarta.
Syamsuddin, Lukman, (2019). Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi Baru, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Van Horne, James C., (2016). Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Keenam, Terjemahan: Marianus Sinaga, Erlangga, Jakarta.
Horne, Van dan Wachowiez. (2017).
Manajemen dan Kebijaksanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: Intermedia.
Weston, J. Fred and Eugene F. Brigham, (2017). Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan, Terjemahan:
Alfonsus Sirait, Erlangga, Jakarta.
Wild, John J.. L. A. Bernstein and K. R.
Subramanyam. (2016). Financial Statement Analysis. 7 th Edition. New York: McGraw-Hill-Irwin.
Agus Suratinoyo. Analisa Laporan Sumber- Sumber Dan Penggunaan Modal Kerja Dalam Meningkatkan Profitabilitas Perusahaan Pada PT. Fast food. Tbk.
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. Volume 16 No. 03 Tahun 2016.
Pupu Sopini & Chairani Yuli Trifani. Analisis Sumber Dan Penggunaan Modal Kerja Pada Mini Market Pelangi Jambi. Jurnal of Economics and Business Vol.1 No.1 September (2017).