BANK DANAMON INDONESIA mematuhi Undang-Undang Ketenagakerjaan Indonesia (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 96/Pdt.Sus-PHI/2019/PN.Mdn dan Putusan Mahkamah Agung Nomor: 1023 K/Pdt.Sus-PHI/2019). BANK DANAMON INDONESIA mematuhi Undang-Undang Ketenagakerjaan Indonesia (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 96/Pdt.Sus-PHI/2019/PN.Mdn dan Putusan Mahkamah Agung Nomor: 1023 K/Pdt.Sus-PHI/2019). BANK DANAMON INDONESIA mematuhi Undang-Undang Ketenagakerjaan Indonesia (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 96/Pdt.Sus-PHI/2019/PN.Mdn dan Putusan Mahkamah Agung Nomor: 1023 K/Pdt.Sus-PHI/2019).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
Tinjauan Umum Mengenai Perjanjian Kerja
Dalam Pasal 1 ayat 14 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang dimaksud dengan perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/pegawai dengan pengusaha atau pemberi kerja, yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan (tujuan perjanjian), pekerjaan itu harus dilaksanakan oleh pekerja itu sendiri, hanya dengan izin dari pemberi kerja barulah ia dapat memerintahkan orang lain. Yang dimaksud dengan unsur ini adalah adanya waktu tertentu untuk melaksanakan pekerjaan yang bersangkutan atau waktu untuk melaksanakan pekerjaan yang diberikan oleh pemberi kerja. 13. Hubungan kerja itu harus dilaksanakan menurut waktu yang ditentukan dalam perjanjian kerja atau ketentuan undang-undang. 14 Hal ini diperlukan.
Perjanjian kerja terdiri atas dua jenis, yaitu perjanjian kerja waktu tertentu dan perjanjian kerja waktu tidak tertentu.15. Berdasarkan KUH Perdata Pasal 1603 e ayat (1) yang mengatur tentang perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu: “Hubungan kerja itu berakhir menurut hukum apabila waktu yang ditentukan dalam perjanjian pada peraturan atau dalam peraturan perundang-undangan itu berakhir atau bila semuanya itu berakhir.” tidak ada apa pun menurut adat." Perjanjian kerja waktu tertentu adalah perjanjian kerja yang didasarkan pada jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan.
Pada akhir tempoh, kontrak pekerjaan ditamatkan secara automatik dan hubungan pekerjaan ditamatkan. Perjanjian pekerjaan terbuka ialah perjanjian pekerjaan antara pekerja/pekerja dan majikan untuk mewujudkan hubungan pekerjaan tetap.
Tinjauan Umum tentang Pemutusan Hubungan Kerja
13 Tahun 2003 tentang hubungan kerja mengatur tentang pemutusan hubungan kerja pada perusahaan atau badan hukum milik orang perseorangan, perkumpulan atau badan hukum (swasta dan negara) dan badan usaha sosial serta badan ekonomi lainnya. Syarat-syarat pemutusan hubungan kerja pada perusahaan dagang tidak terdapat dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam prakteknya pengusaha mengadakan kontrak kerja secara sepihak tanpa menjelaskan syarat-syarat pemutusan hubungan kerja.16 Pengusaha pada waktu-waktu tertentu melakukan pemutusan hubungan kerja secara sepihak karena alasan tertentu. Sehingga pihak yang dirugikan adalah pekerja yang diputus hubungan kerjanya secara sepihak oleh perusahaan. Dalam UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Pasal 154 Hubungan kerja berakhir apabila terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) Perusahaan melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan perusahaan dan pekerja/pegawai tidak bersedia meneruskan hubungan kerja tersebut. atau pemberi kerja tidak bersedia menerima pekerja/buruh;
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh pekerja/pekerja adalah pemutusan hubungan kerja atau pengunduran diri yang dilakukan oleh pekerja/pekerja tanpa ada unsur kewajiban, hanya keputusan dari pihak pekerja/pekerja itu sendiri.17. Hubungan kerja itu berakhir demi hukum apabila jangka waktu yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan itu telah habis atau tidak ada satupun menurut adat istiadat.” Penyebab pemutusan hubungan kerja demi hukum diatur dalam Pasal 154 UU No. 13 Tahun 2003 yaitu: 17Nina Puspitasari, Pemutusan Hubungan Kerja dan Pemutusan Hubungan Kerja Sepihak Beserta Akibat Hukumnya, Fakultas Hukum Universitas Pasundan, 2016, hal.42.
Apabila suatu hubungan kerja diputus karena undang-undang, baik pengusaha maupun pekerja/buruh bersikap pasif karena hubungan itu berakhir sesuai dengan waktu berakhirnya perjanjian atau karena pekerjaan yang diperjanjikan telah selesai. Masing-masing pihak dalam kontrak kerja dapat meminta pengadilan untuk memutuskan hubungan kerja karena alasan yang serius.
Tinjauan Umum Prosedur Pemutusan Hubungan Kerja 1. Prosedur Pemutusan Hubungan Kerja
Apabila terjadi pemutusan hubungan kerja, perusahaan wajib membayar santunan kecelakaan pekerja/buruh, dalam hal ini pesangon, santunan masa kerja jangka panjang. Pekerja/buruh dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Hubungan Industrial (Pasal 169 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003) apabila pengusaha melakukan tindakan sebagai berikut:. Dalam pasal ini pekerja/buruh harus hati-hati, sebab apabila alasan-alasan yang dikemukakan tidak terbukti benar, maka dapat berakibat fatal bagi pekerja/buruh itu sendiri, yakni dapat diberhentikan oleh pemberi kerja yang bersangkutan, tanpa mengambil keputusan, dan tidak berhak atas uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja.
Karyawan/buruh yang sakit dalam jangka waktu lama juga dapat mengajukan pemberhentian sesuai dengan ketentuan Pasal 172 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Ada dua hal yang memungkinkan pengusaha sering diberhentikan: perusahaan sedang mengalami kemunduran, sehingga jumlah pekerja/pekerja harus dirasionalisasikan atau dikurangi. 23 Rizky Ayu Margina, Tesis Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Akibat Pandemi Covid-19 di Kota Mataram, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Mataram, Mataram, 2022, hal.53.
1) “Pengusaha, pekerja/karyawan, serikat pekerja/serikat buruh dan pemerintah harus melakukan yang terbaik untuk memastikan bahwa hubungan kerja tidak berakhir. Syarat lain yang harus dipenuhi pengusaha pada saat pemutusan hubungan kerja (PHK) berdasarkan ayat kedua Pasal 158 adalah bukti. Berdasarkan penjelasan di atas, apabila pengusaha ingin memutuskan hubungan kerja, ia harus mempunyai alasan dan bukti yang sah.
Pada saat pemutusan hubungan kerja, pemberi kerja wajib membayar uang pesangon dan/atau tantiem serta uang penggantian hak yang seharusnya diterimanya.
Tinjauan Umum tentang Hubungan Industrial
Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Perburuhan disebutkan dalam pembukaannya bahwa hubungan perburuhan yang harmonis, dinamis dan adil harus diwujudkan secara optimal sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Dan di era industrialisasi, permasalahan perselisihan hubungan industrial semakin kompleks sehingga perlu adanya lembaga dan mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang cepat, tepat, adil dan murah. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Angka 10 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 yang dimaksud dengan perundingan bilateral adalah perundingan antara pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan hubungan industrial. mencapai mufakat Penyelesaian perselisihan melalui bipartit harus diselesaikan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal dimulainya perundingan. Apabila perundingan bilateral mencapai kesepakatan penyelesaian, maka dibuatlah perjanjian bersama yang ditandatangani oleh para pihak dan didaftarkan pada Pengadilan Perburuhan (PHI) pada pengadilan tinggi di daerah, kesepakatan bersama yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari perjanjian.30.
Mediasi adalah penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan serikat pekerja dalam satu perusahaan melalui pembahasan yang dimediasi oleh satu atau lebih mediator netral. 2 Tahun 2004. Penyelesaian perselisihan dilakukan oleh mediator di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota 32 Hubungan industrial yang disebut mediator adalah pegawai pada instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan yang memenuhi persyaratan sebagai mediator yang ditetapkan oleh menteri. bertugas melakukan mediasi dan mempunyai kewajiban memberikan nasehat tertulis kepada para pihak yang bersengketa untuk penyelesaian perselisihan hak, kepentingan dan serikat pekerja dalam suatu perusahaan. Konsolidasi dalam hubungan industrial adalah penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan pemberhentian kerja, dan perselisihan antar pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang dimediasi oleh seorang atau lebih konsiliator yang netral. 34 Konsiliator adalah seorang atau lebih orang yang telah memenuhi persyaratan sebagai konsiliator yang diatur dalam Pasal 17 sampai dengan 28 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004.
Apabila para pihak yang bersengketa telah sepakat untuk menyelesaikan perselisihannya melalui konsolidasi, maka mereka harus mengajukan permohonan perdamaian secara tertulis kepada konsiliator yang ditunjuk dan disepakati bersama. Konsiliator yang dapat dipilih adalah konsiliator yang wilayah kerjanya mencakup tempat pekerja/buruh bekerja. Apabila kesepakatan dicapai melalui peleburan, maka dibuatlah kesepakatan bersama yang ditandatangani oleh para pihak dan disaksikan oleh konsiliator untuk didaftarkan di Pengadilan perburuhan pada pengadilan negeri di daerah tempat diadakannya perjanjian untuk memperoleh akta pendaftaran tanah.
Jenis Penelitian
Penelitian hukum adalah suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu dan bertujuan untuk mempelajari satu atau lebih fenomena hukum tertentu dengan cara menganalisisnya.35 Menurut Mardalis, metode dapat diartikan sebagai suatu cara untuk melaksanakan suatu teknik dengan menggunakan pikiran secara cermat untuk mencapai tujuan, sedangkan penelitian adalah suatu usaha dalam bidang ilmu pengetahuan yang dilakukan untuk memperoleh fakta secara sistematis untuk memperoleh kebenaran. Kita berharap metode ini dapat membantu kita dalam menemukan dan menganalisis permasalahan sehingga diperoleh kebenarannya, karena metode memberikan pedoman bagaimana seorang ilmuwan mempelajari, memahami dan menganalisis permasalahan yang dihadapinya. BANK DANAMON INDONESIA mematuhi Undang-Undang Ketenagakerjaan Indonesia (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 96/Pdt.Sus-PHI/2019/PN.Mdn dan Putusan Mahkamah Agung Nomor: 1023 K/Pdt.Sus-PHI/2019 ) dan apakah Putusan Mahkamah Agung nomor: 1023 K/Pdt.Sus-PHI/2019 telah sesuai dengan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan UU No. 11 Tahun 2020 tentang Penciptaan Lapangan Kerja.
Penelitian penulisan hukum jenis ini dilakukan dengan cara hukum normatif, dimana hukum dikonsepsikan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan hukum (law in books) atau sebagai kaidah-kaidah yang menjadi standar tingkah laku manusia yang dijadikan pedoman. 36 Penelitian hukum normatif ini didasarkan pada bahan hukum primer dan sekunder yaitu penelitian yang berkaitan dengan norma-norma yang terdapat dalam peraturan hukum.37. Dengan demikian, penelitian hukum normatif merupakan jenis penelitian hukum yang didasarkan pada analisis peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berkaitan dengan permasalahan hukum yang menjadi bahan pembahasan.
Metode Pendekatan
Dapat disimpulkan bahwa objek yang dianalisis dengan pendekatan kualitatif adalah metode penelitian yang mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.40.
Sumber Data dan Bahan Hukum
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dengan mempelajari bahan pustaka dapat memberikan penjelasan tentang data dan fakta yaitu peraturan hukum dan keputusan yang akan memperjelas permasalahan yang dibicarakan. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti bahan hukum dari internet, kamus hukum, kamus bahasa Indonesia, ensiklopedia, dan lain-lain, yang memberikan penjelasan mengenai permasalahan yang diteliti.
Metode Pengumpulan Data
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan tentang data dan fakta dengan mempelajari bahan pustaka yaitu peraturan hukum dan keputusan yang akan memperjelas permasalahan yang dibicarakan.41. a) Bahan hukum tersier.
Metode Analisis Data