• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENINGKATAN FAKTOR KERJA MOTOR INDUKSI 3 PHASA | Barlian | JURNAL SURYA ENERGY

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PENINGKATAN FAKTOR KERJA MOTOR INDUKSI 3 PHASA | Barlian | JURNAL SURYA ENERGY"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENINGKATAN FAKTOR KERJA MOTOR INDUKSI 3 PHASA Taufik Barlian1, A. Faroda2

1,2Lecturer, Electrical Engineering Study Program, Faculty Of Engineering, Muhammadiyah University Palembang

e-mail:1taufikbarlian@umpalembang.ac.id

2faroda@umapalembang.ac.id

ABSTRACT

Following to the rapid indrustry, where many major indrustries using electric motors and other electrical equipment that is inductive, so that the reactive power consumption increase. For indrustrial low power factor cannot be avoided because each motors has variable load. Induction motors with a full load can provide high power factor, but when the motor is low, its power factor will decrease. Its condition can be overcome by using capacitors. Capacitors are mounted paralell to the motor can be used to improve the power factor. The value of the capacitors depends on the reactive power generated by the motor. Component reactive power inductive should be reduced and the reduction can be done by adding capacitor. The reduction process can occur because the load is inductive and capasitive its opposite direction due to its reactive power into a small and show that at 22 % load power factor improvment occurs 0.5151 into 0.5174.

Keyword :Induction Motor, Power Factor, Capacitor 1. PENDAHULUAN

Motor induksi adalah suatu mesin listrik yang merubah energi listrik menjadi energi gerak dengan menggunakan gandengan medan listrik dan mempunyai slip antara medan stator dan medan rotor. Pada umumnya di pabrik- pabrik menggunakan motor listrik sebagai peralatan- peralatan pada pabrik dan terdapat kemungkinan bahwa mesin- mesin produksi dalam indrustri tersebut mensyaratkan motor listrik penggerak dengan tingkat kebisingan yang rendah dengan kondisi ramah lingkungan yang ada di indrustri tersebut. Motor induksi tiga fasa merupakan jenis motor yang paling banyak digunakan pada perindrustrian, motor inilah yang akan digunakan untuk memutar beban yang ada diperindrustrian. Motor induksi tiga fasa keluaran besaran nya berupa torsi untuk menggerakkan beban. Jika torsi beban yang dipikul motor induksi tiga fasa terlalu kecil, maka ini dianngap sesuatu hal yang berlebihan (Rujiono,1997).

Motor induksi tiga fasa yang mempunyai efisiensi tinggi biasanya memiliki rotor tahanan yang kecil.

Akibatnya motor ini akan menghasilkan torsi awal yang kecil dan menarik arus awal yang besar. Namun terkadang batangan yang rusak pada cangkang rotor dapat menyebabkan belitan motor yang tidak seimbang, yang memberikan pengaruh terhadap torsi dan putarannya. Perlu dilakukan analisa pengaruh tahanan rotor yang tidak seimbang pada motor induksi tiga fasa jenis rotor belitan.

Fungsi motor dalam penggunaan mesin –mesin adalah sebgai penggerak atau sumber energi mekanik. Hal ini berarti bahwa motor tersebut bertugas melayani kehendak dan kebutuhan bebannya agar seluruh sistem dapat beroperasi seseuai rencana. Bila motor yang disediakan ternyata tidak sesuai dengan karakteristik beban, maka tidak dicapai efektivitas dan efisiensi kerja dan seluruh sistem, yang berarti suatu kegagalan operasi dari suatu perencanaan.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Motor induksi merupakan arus bolak – balik (ac) yang paling luas diguanakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor ini bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif anatara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator. (Zuhal, 1991)

Biasanya motor induksi terdiri dari stator yang berbentuk cincin dengan kumparan primer dan celah lingkaran luarnya. Sedangkan kumparan primer ini biasanya dihubungkan dengan sumber tiga phasa. Berdasarkan bentuk rotornya, motor induksi dibagi menjadi dua :

1. Motor induksi dengan rotor belitan.

2. Motor induksi dengan rotor sangkar.

2.1 Konstruksi Motor Induksi

Motor Induksi pada dasarnya mempunyai 3 bagian penting sebagai berikut :

1. Stator Merupakan bagian yang diam dan mempunyai kumparan yang dapat menginduksikan medan elektromagnetik kepada kumparan rotornya.

2. Celah Merupakan celah udara, tempat berpindahnya energi dari stator ke rotor.

(2)

3. Rotor Merupakan bagian yang bergerak akibat adanya induksi magnet dari kumparan stator yang di induksikan kepada kumparan rotor.

Konstruksi stator motor induksi pada dasarnya terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut : 1. Rumah stator (rangka stator) dari besi tuang.

2. Inti stator dari besi lunak atau baja silikon.

3. Alur, bahannya sama dengan inti dimana alur ini merupakan tempat meletakkan belitan (kumparan stator).

4. Belitan (kumparan) stator dari tembaga.

Gambar 1. Konstruksi motor induksi 2.2 Prinsip Kerja Motor Induksi

Motor induksi bekerja berdasarkan induksi elektromagnetik dari kumparan stator ke kumparan rotor. Garis- garis gaya fluks yang diinduksikan dari kumparan stator akan memotong kumparan rotornya sehingga timbul GGL atau tegangan induksi dan karena penghantar (kumparan) rotor merupakan rangkaian yang tertutup, maka akan mengalir arus pada kumparan rotor. Penghantaran (kumparan) rotor yang dialiri arus ini berada dalam garis gaya fluks yang berasal dari kumparan stator sehingga kumparan rotor akan mengalami gaya Lorentz yang menimbulkan torsi yang cenderung menggerakkan rotor sesuai dengan arah pergerakkan medan induksi stator.

(Susanto, 2012 )

Jika pada belitan stator diberi tegangan 3 phasa, maka pada stator akan dihasilkan arus 3 phasa. Arus ini akan mengalir melalui belitan yang akan menimbilkan fluks dank karena adanya perbedaan sudut phasa sebesar 1200 antara ketiga phasanya, maka akan timbul medan putar dengan kecepatan sinkron Ns.

Ns = (rpm)

Dalam stator sendiri akan tegangan pada masing-masing phasa yang dinyatakan : E1= 44 ,4 fN1Φm (Volt)

Dalam keadaan motor masih diam, medan putar stator akan memotong batang konduktor pada rotor. Akibatnya pada kumparan rotor timbul tegangan induksi (GGL) sebesar E2:

E2= 4,44 fN2Φm (volt) Dimana :

E2= Tegangan induksi pada rotor saat rotor dalam keadaan diam (Volt) N2= Jumlah lilitan kumparaan rotor

Φm= Fluks maksimum (Wb)

Karena kumpaaran rotor membentuk rangkaian tertutup, maka GGL tersebut akan menghasilkan arus I2. Adanya arus I2di dalam kumparan rotor akan menghasilkan medan magnet rotor. Interaksi medan magnet rotor dengan medan putar stator akan menimbulkan gaya F pada rotor. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya F cukup besar untuk memikul kopel beban, rotor akan berputar searah medan putar stator. Perputaran rotor akan semakin meningkat hingga mendekati kecepatan sinkron. Perbedaan kecepatan sinkron medan putar stator ( ns ) dan kecepatan rotor ( nr) disebut Slip, dinyatakan dengan :

S = x 100%

(3)

2.3 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi

Kerja motor induksi seperti juga kerja transformator adalah berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

Oleh karena itu, motor induksi dapat dianggap transformator dengan rangkaian sekunder yang berputar.

Rangkaian pengganti motor induksi dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2Rangkaian pengganti motor induksi

Untuk menentukan rangkaian ekivalen dari motor 3 phasa pertama perhatikan keadaan pada stator.

Gelombang fluks pada celah udara yang berputar sinkron membangkitkan GGL lawan 3 phasa yang seimbang di dalam phasa-phasa stator. Besarnya tegangan terminal stator berbeda dengan GGL lawan sebesar jatuh tegangan pada Impedansi (Z) bocor stator, sehingga dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :

VI = E1= I1= ( R1+ Jx ) Volt Dengan :

V1= Tegangan terminal stator (Volt)

E1= Ggl lawan yang dihasilkan oleh fluks celah udara resultan (Volt) I1= Arus stator (Amper)

R1= Resistansi efektif stator (Ohm) X1= Reaktansi bocor stator (Ohm)

Pada rotor belitan, belitan yang dililit sama banyaknya dengan jumlah kutub dan phasa stator. Jumlah lilitan efektif tiap phasa pada liliitan stator banyaknya a x jumlah lilitan rotor. Bandingkan efek magnetis rotor ini dengan yang terdapat pada rotor ekivalen magnetic yang mempunyai jumlah lilitan yang sama seperti stator.

Untuk kecepatan dan fluks yang sama, hubungan antara tegangan Erotor yang diimbaskan pada rotor yang sebenarnya dan tegangan E2s yang diimbaskan pada rotor ekivalen adalah sebagai berikut :

E2s = a Erotor

Bila rotor-rotor akan diganti secara magnetis, lilitan amper masing-masing harus sama dan hubungan antara arus rotor sebenarnya Irotor dan arus I 2 s rotor ekivalen haruslah :

I

2

s =

Akibatnya hubungan antara Impedansi ( Z ) bocor frekuensi slip Z2S dari rotor ekivalen dan impedansi bocor frekuensi slip Zrotoryang sebenarnya haruslah sebagai berikut :

Z2s= = = a2zrotor( ohm )

Karena rotor terhubung singkat, hubungan fasor antara GGL frekwensi slip E2s yang dibangkitkan pada phasa patokan dari rotor patokan dan arus I2s pada phasa tersebut adalah :

E2

I2 =Z2S=R2+jsX2 Dimana :

Z2s = Impedansi bocor rotor frekuensi slip/phasa (ohm) R2= Tahanan rotor (ohm)

X2s = Reaktansi bocor patokan pada frekuensi slip (ohm) 2.4 Pengaturan Slip Motor Induksi

Motor induksi adalah alat listrik yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik engan menggunakan gandengan medan listrik dan mempunyai slip antara medan stator dan medan rotor. Untuk membangkitkan tegangan induksi E2s agar tetap ada, maka diperlukan adanya perbedaan relative antara kecepatan medan putar

(4)

stator (ns) dengan kecepatan rotor (nr). Perbedaan antara kecepatan (nr) dengan (ns) disebut dengan slip (S) yang dinyatakan dengan persamaan :

S = X 100%

Jika ns = nr tegangan akan terinduksi dan arus tidak mengalir pada rotor, dengan demikian tidak ada torsi yang dapat dihasilkan. Torsi suatu motor akan timbul apabila ns = nr dan dilihat dari cara kerjanya motor 3 phasa yang disebut juga dengan motor tak serempak (Kusuma, 2011).

2.5 Perhitungan Torsi Pada Motor Induksi 3 Phasa

Torsi mekanik (Td) dapat dihitung dengan membagi persamaan dengan kecepatan sudut poros (

ω

).

Td=ω =( )( 121 )R2 S=N ωω =ω ωω = 1 -ωω Dimana :

ωs= Kecepatan sudut sinkron (radian/detik) ωm= Kecepatan sudut poros rotor ( radian/detik) ωm= (1-s)

ω

S = N X 100%

2.6 Pengertian Daya

Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan kerja atau usaha. Daya memiliki satuan Watt, yang merupakan perkalian dari Tegangan dan arus listrik (Susanto, 2012). Daya dinyatakan dalam P, Tegangan dinyatakan dalam V dan Arus dinyatakan dalam I, sehingga besarnya daya dinyatakan:

1. Daya Aktif

Daya aktif (Active Power) adalah daya yang terpakai untuk melakukan energi sebenarnya. Satuan daya aktif adalah Watt. Adapun persamaan dalam daya aktif sebagai berikut :

Untuk satu phasa P = V ∙ I ∙ Cos φ Untuk tiga phasa P = 3 ∙ V ∙ I ∙ Cos φ

Daya ini digunakan secara umum oleh konsumen dan dikonversikan dalam bentuk kerja.

2. Daya Reaktif

Daya reaktif adalah jumlah daya yang diperlukan untuk pembentukan medan magnet. Dari pembentukan medan magnet maka akan terbentuk fluks medan magnet. Contoh daya yang menimbulkan daya reaktif adalah transformator, motor,dan lain – lain.Satuan daya reaktif adalah Var.

Untuk satu phasa Q = V ∙ I ∙ Sin φ Untuk Tiga phasa Q = 3 ∙ V ∙ I ∙ Sin φ 3. Daya Semu

Daya Semu (Apparent Power) adalah daya yang dihasilkan oleh perkalian antara tegangan dan arus dalam suatu jaringan. Satuan daya semu adalah VA.

Gambar 3Penjumlahan trigonometri daya aktif, reaktif dan semu

(5)

4. Segitiga Daya

Segitiga daya merupakan segitiga yang menggambarkan hubungan matematika antara tipe - tipe daya yang berbeda antara daya semu, daya aktif dan daya reaktif berdasarkan prinsip trigonometri. (Handriyani, 2012)

Gambar 4segitiga daya Dimana berlaku hubungan :

S = V ∙ I P = S ∙ Cos φ Q = S ∙ Sin φ 5. Faktor Daya

Faktor daya (Cos ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara daya aktif (Watt) dan daya semu (VA) yang digunakan dalam listrik arus bolak balik (AC) atau beda sudut fasa antara V dan I yang biasanya dinyatakan dalam cos φ .

3. METODE PENELITIAN 3.1 Fishbone Penelitian

Penelitian ini mengutamakan untuk memperoleh dan mengidentifikasi suatu masalah. Menghitung Data Analisis di Laboratorium Konversi Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang.

Gambar 5Fish bone Penelitian Gambar 5 dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Persiapan

Persiapan awal yang harus dilakukan adalah dimulai dari persiapan pencarian data – data motor yang ada di Laboratorium Konversi Energi

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan akan dilakukan jika persiapan telah selesai. Apabila persiapan telah selesai maka langkah selanjutnya adalah menghitung faktor kerja, arus, tegangan, dan daya output motor.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Motor

penyelesaian perhitungan menggunakan simulasi dengan bahasa pemograman MATLAB . Untuk mengetahui besarnya faktor daya pada motor induksi ini dengan dilakukan dua tahap. Dalam tahap pertama di

(6)

dapat hasil pengukuran arus, daya output, efisiensi,dan daya motor sebelum menggunakan kapasitor. Tahap kedua didapat hasil dari pengukuran arus, daya output, efisiensi, dan daya motor setelah menggunakan kapasitor.

Perhitungan ini diselesaikan dengan menggunakan data dari spesifikasi motorinduksi 3 fasa sebagai berikut :

Daya : 7460

Frekuensi : 60 Hz

Tegangan : 220 Volt

Fasa : 3

Arus : 23 A

Power Faktor : 0.85

Data awal yang dibutuhkan pada perhitungan peningkatan faktor daya ini adalah sebagai berikut : 1. Tegangan ( Volt )

2. Daaya Aktif

3. Faktor daya sebelum perbaikan 4. Faktor daya yang diinginkan

Data diatas merupakan input program MATLAB yang digunakan untuk mendapatkan harga – harga dari seluruh besaran dalam perhitungan faktor daya.

4.2 Faktor daya Reaktif (Q1), (Q2), dan Kapasitas Var Kapasitor (Qc)

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa daya reaktif (Q2) pada motor semakin kecil apabila faktor daya ditingkatkan. Hal ini disebabkan karena adanya kompensasi daya reaktif dari kapasitor yang dipasang pada motor. Jadi sebagian suplai daya reaktif (Q1) digantikan oleh suplai daya reaktif (Qc)yang berasal dari kapasitor dan bertindak sebagai sumber daya reaktif.

Tabel 4.1Hasil perhitungan daya reaktif dan Kapasitas Var kapasitor Daya Reaktif (Q)

Q1(Var) Q2(Var) Qc(Var)

4623 2452 2171

4.2.1 Perhitungan Daya Semu (S)

Hasil pemograman menunjukkan bahwa peningkatan faktor daya dapat menyebabkan besaran daya semu menjadi turun. Besarnya daya semu (S1) sebelum peningkatan faktor daya adalah 8776 kVA, namun setelah peningkatan menjadi 7853 kVA (S2) seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2Hasil perhitungan daya semu Daya Semu (S)

S1 (VA) S2 (VA)

8776 7853

4.2.2 Perhitungan Sudut daya ()

Jika dilihat dan diamati dari segitiga daya akan didapatkan perubahan sudut daya () yang berbanding terbalik dengan perubahan besaran faktor daya (cos ). Dalam hal ini semakin ditingkatkan faktor dayanya, maka sudut yang dihasilkan akan mengecil. Hasil tabel ini menunjukkan penurunan harga besar sudut daya setelah faktor daya ditingkatkan yaitu 31.790menjadi 18.190.

Tabel 4.3Perhitungan sudut daya () Sudut Daya ()

1 ( Derajat) 2 (Derajat)

31.79 18.19

(7)

4.2.3 Perhitungan Reaktansi Kapasitif (Xc) dan Ukuran kapasitor

Penentuan harga reaktansi kapasitif (Xc) dan pemilihan kapasitor yang tepat dapat memberikan hasil yang sesuai dengan besarnya faktor daya yang ingin ditingkatkan. Untuk perhitungan kapasitor harus diperhatikan dan dilakukan seteliti mungkin, agar besaran Var dari kapasitor yang dibutuhkan utuk peningkatan faktor daya. Pada tabel-tabel ini memberikan hasil perhitungan reaktansi kapasitif (Xc) dan ukuran kapasitor.

Tabel 4.4Hasil perhitungan reaktansi kapasitif Reaktansi Kapasitif Xc (Ohm)

22.29

Tabel 4.5Hasil perhitungan ukuran kapasitor Ukuran Kapasitor C (µF)

0.0001190

4.3 Hasil Simulasi Pembebanan Motor

Hasil ini dilakukan guna untuk mendapatkan informasi tentang harga efisiensi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui batas pembebanan motor yang sesuai dengan kapasitas motor tersebut. Dalam mengoperasikan motor induksi perlu diperhatikan beberapa beban yang akan dihubungkan pada motor agar tidak terjadinya beban lebih dan penurunan efisiensi motor tersebut.

4.3.1 Hasil Perhitungan Efisiensi Terhadap Pembebanan

Simulasi motor tiga fasa ini dimulai dari tahap 1640 atau 22 % sampai beban 7490 atau 99 %. Hasil ini memberikan gambaran bahwa efisiensi motor bila dinaikkan secara bertahap seperti dalam tabel 4.1 dibawah ini.

Tabel 4.6Data hasil pembacaan pada alat ukur sebelum menggunakan kapasitor No Faktor Kerja P out Beban % Efisiensi Arus

1 0.5151 1640 22 74.74 5.76

2 0.5626 1928 26 77.47 6.53

3 0.6045 2213 30 79.55 7.30

4 0.6414 2494 33 81.16 8.07

5 0.6736 2772 37 82.43 8.83

6 0.7019 3047 41 83.43 9.58

7 0.7266 3318 44 84.24 10.34

8 0.7482 3586 48 84.49 11.09

9 0.7671 3850 52 85.41 11.83

10 0.7838 4111 55 85.83 12.57

11 0.7984 4369 59 86.16 13.31

12 0.8113 4624 62 86.43 14.04

13 0.8227 4875 65 86.63 14.77

14 0.8328 5123 69 86.78 15.49

15 0.8417 5367 72 86.89 16.21

16 0.8497 5608 75 86.96 16.93

17 0.8568 5846 78 87.00 17.64

18 0.8632 6081 82 87.01 18.34

19 0.8688 6312 85 87.00 19.04

20 0.8739 6541 88 86.97 19.74

21 0.8785 6766 91 86.91 20.43

22 0.8826 6987 94 86.84 21.12

23 0.8863 7206 97 86.75 2180

24 0.8896 7421 99 86.65 22.48

(8)

Perhitungan faktor daya :

Dilihat dari hasil pengamatan pada beban 22% di dapat data sebagai berikut : V = 220 Volt

I1= 23 Ampere P = 7460

Daya semu per fasa di dapat :

S = V x I1= 220 x 23 = 5060 VA

Untuk hasil perhitungan faktor daya motor 3 fasa tanpa kapasitor, cos1 adalah : Cos= . √ = . = 0.85

Untuk meningkatkan besarnya faktor kerja daya dari 0.85 menjadi 0.95, maka diperlukan dengan pemasangan kapasitas yang nilai nya di dapat lewat perhitungan sebagai berikut :

Hasil perhitungan tanpa kapasitor di dapat : Cos= 0.85,sehingga

1 = Cos -1 0.85

= 31o78 Sin1= Sin 31.78

= 0.52

Arus reaktif yang diperlukan adalah :

Ir1 = I1 x sin= 23x 0.52 = 11.96 A

Jika di pasang kapasitor, maka untuk menghasilkan Cos2 = 0,95 maka motor akan mengkonsumsi arus sebesar :

I2 = √ . . =

√ . . . = 20.6 A Besarnya sudut2 = Cos-10.95 = 18o19

Sin2 = Sin 18.19 = 0.312 Sehingga Arus reaktif yang diperlukan adalah :

Ir2 = I2 xSin2 = 20.6 x 0.312 = 6.43 A Arus reaktif yang lewat di kapasitor :

IC = Ir1– Ir2= 11.96 – 6.43 = 5.53 A Tahanan reaktif kapasitor :

Xc= = . = 3978 ohm

Sehingga kapasitas untuk kapasitor yang diperlukan adalah :

C = . . = . , . . x 106= . . . = 0.667 F

(9)

Tabel 4.7 Data hasil pembacaan pada alat ukur setelah menggunakan kapasitor No Faktor Kerja P out Beban % Efisiensi Arus

1 0.5174 1641 22 74.79 5.76

2 0.5657 1930 26 77.54 6.53

3 0.6084 2215 30 79.62 7.30

4 0.6461 2498 33 81.24 8.07

5 0.6792 2777 37 82.52 8.83

6 0.7082 3053 41 83.53 9.59

7 0.7337 3325 45 84.35 10.35

8 0.7561 3595 48 85.01 11.10

9 0.7757 3861 52 85.54 11.85

10 0.7930 4125 55 85.97 12.59

11 0.8083 4385 59 86.31 13.34

12 0.8218 4643 62 86.58 14.07

13 0.8338 4897 66 86.79 14.81

14 0.8444 5148 69 86.96 15.54

15 0.8539 5396 72 87.07 16.27

16 0.8624 5641 76 87.15 16.99

17 0.8700 5884 79 87.20 17.71

18 0.8768 6123 82 87.22 18.43

19 0.8829 6360 85 87.22 19.14

20 0.8884 6593 88 87.19 19.85

21 0.8934 6824 91 87.14 20.55

22 0.8979 7051 95 87.08 21.25

23 0.9020 7276 98 87.00 21.95

24 0.9057 7499 101 86.91 22.65

Ukuran kapasitor tergantung pada daya reaktif tanpa beban ( VAR ) yang ditarik oleh motor. Untuk memperbesar faktor daya yang rendah hal yang mudah dilakukan adalah memperkecil sudut , agar komponen daya reaktif ( VAR ) menjadi rendah. Komponen daya reaktif yang bersifat induktif harus dikurangi dan pengurangan bisa dilakukan dengan penambahan kapasitor. Proses pengurangan itu bisa terjadi karena kedua beban bersifat induktif dan kapsitif yang arah nya berlawanan akibat nya daya reaktif menjadi kecil. Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada beban 22% terjadi perbaikan faktor daya 0.5151 menjadi 0.5167.

Pada tabel diatas menunjukkan bahwasannya variasi beban pada motor 3 fasa. Saat beban pada motor dinaikkan secara bertahap hingga mencapai harga maksimum 88% pada pembebanan 6.541 kW. Bila dinaikkan melebihi tingkatan diatas 88% efisiensi cenderung menurun. Pada saat motor dibebani mencapai tingkatan 99%

atau 7.421 maka efisiensi terus menurun hingga mencapai 86.65%.

4.3.2 Hasil Perhitungan Arus Beban Terhadap Pembebanan

Dari hasil perhitungan arus beban terhadap beban antara 1640 atau 22% hingga 7.421 kW atau 99% bahwa meningkat nya arus beban bila terus ditambah. Diilihat dari tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwasan nya peningkatan arus beban akan semakin besar apabila beban nya diperbesar. Jika arus beban motor yang terendah pada 22% maka arus beban berada pada harga 5.76 Ampere. Arus beban motor akan terus meningkat pada saat motor dibebani dengan mendekati kapasitas 88% dan harga arus menjadi 19.74 Ampere. Dan saat beban dinaikkan hingga mencapai 99% maka harga arus dnaik dan berada pada harga 22.48 Ampere.

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa peningkatan faktor daya motor dapat dilakukan dengan menggunakan kapasitor.

1. Setelah faktor daya ditingkatkan dari 0.85 menjadi 0.99 terlihat bahwa terjadi peningkatatan daya 22%

sehingga faktor daya mencapai 0.5174. Dari hasil perhitungan arus beban terhadap beban antara 1640

(10)

atau 22% hingga 7.421 kW atau 99% bahwa meningkat nya arus beban bila terus ditambah. Hal ini menunjukkan bahwasannya peningkatan arus beban akan semakin besar apabila bebannya diperbesar.

2. Jika arus beban motor yang terendah pada 22% maka arus beban berada pada harga 5.76 Ampere. Arus beban motor akan terus meningkat pada saat motor dibebani dengan mendekati kapasitas 88% dan harga arus menjadi 19.74 Ampere.

3. Dengan dilakukan pemasangan kapasitor terhadap motor dapat mengatasi rendahnya faktor daya, pemasangan kapasitor dapat dilakukan secara pararel. Pemasangan yang terlalu kecil tidak akan berarti apa – apa terhadap kinerja motor. Untuk itu dengan dipasang kapasitor sesuai dengan yang diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan faktor kerja terhadap motor dan tidak terjadi suatu masalah kenaikan tegangan yang menbahayakan motor tersebut.

5.2 Saran

Hasil analis peningkatan faktor kerja pada penelitian ini dapat dilanjutkan dengan cara pemasangan kapasitor terhadap motor-motor induksi agar dapat mengetahui hasil peningkatan daya yang lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Kusuma, W. 2011. Sistem pengaturan kecepatan Motor Induksi Rotor Belitan DenganMenggunakan DC Chooper

Rujiono, Yon, Drs. 1997. Dasar Teknik Tenaga Listrik. Andi Offset, Yogyakarta

Susanto, Tri. 2012. Analisa Efisiensi pada Motor Induksi 3 Phasa. Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang.

Sylvia Handriyani, Adi Soeprijanto, Sjamsjul Anam, 2012. Analisa Perbaikan Faktor Daya Untuk Penghematan Biaya Listrik Di Kuda Tani Mulyo Lamongan. ITS, Surabaya.

Zuhal.1991. Dasar Teknik Listrik. PT. Gramedia Utama, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

The findings of the research show that teachers from elementary schools to senior high schools use a range of online assessment tools when giving their students