27
BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini sangat penting untuk kelangsungan atau keberhasilan pelaksanaan penelitian. Data yang akan dikumpulkan meliputi WBS, durasi kegiatan, waktu optimis dan pesimis, realisasi penyelesaian konstruksi, dan semua data ini akan digabungkan ke dalam jaringan.
Wawancara supervisor digunakan untuk mengumpulkan semua data perkiraan biaya proyek juga disertakan.
4.2 Work Break Down Structure (WBS)
Struktur kerja terperinci, atau WBS, adalah cara menyusun proyek ke dalam laporan hierarkis. Ini digunakan untuk memecah atau menyelesaikan setiap proses kerja secara lebih rinci. Tujuan dari WBS adalah untuk meningkatkan proses perencanaan proyek. WBS berasal dari informasi yang terkandung dalam semua dokumen proyek, termasuk kontrak, gambar, dan spesifikasi proyek, dokumen- dokumen tersebut kemudian disusun menjadi item pekerjaan berdasarkan model struktural dan hierarkis.
Tabel 4.1 Work Breakdown structure
NO Keterangan
1 Persiapan dan RK3 2 Pekerjaan Struktur Bawah 3 Pekerjaan Struktur Lantai 1 4 Pekerjaan Struktur Lantai 2 5 Pekerjaan Struktur Dak
6 Pekerjaan Balok ELV + 10,8 Atap 7 Pekerjaan Rangka Atap baja Ringan 8 Pekerjaan Arsitektur Lantai 1 9 Pekerjaan Arsitektur Lantai 2
10 Pekerjaan Arsitektur Lantai Dak dan Atap 11 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Standar
12 Pekerjaan Septic Tank, Peresapan, Tandon, Rumah Pompa, dan Pekerjaan Pagar
13 Pekerjaan Bagian Luar Bangunan, Drainase Bagian Luar Bangunan, dan Pekerjaan Lain-Lain
14 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Non Standar 4.3 Durasi Aktivitas
Durasi aktivitas adalah elemen pekerjaan yang biasanya termasuk dalam WBS yang diperlukan dalam hal durasi, biaya, dan sumber daya. Kegiatan juga termasuk membuat WBS yang lebih mendalam dan memberikan penjelasan yang membantu Anda memahami bagaimana pekerjaan akan dilakukan sehingga Anda dapat membuat perkiraan biaya dan durasi pekerjaan yang realistis.
4.1 Gambar Schedule
Berdasarkan schedule tersebut CV. AR RAHMAN PERSADA Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pekerjaan konstruksi rumah susun mutiara mahakm samarinda stikes selesai dalam waktu 26 minggu sesuai dengan kerangka waktu yang dialokasikan.Agar diagram jaringan lebih mudah dipahami, Anda dapat mengurutkan setiap aktivitas berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya anda dapat melihat detail setiap kegiatan pada tabel di bawah.
Tabel 4.2 Durasi setiap Kegiatan
No Pekerjaan Kode
Kegiatan
Duration (Minggu)
1 Persiapan dan RK3 A 1
2 Pekerjaan Struktur Bawah B 3
3 Pekerjaan Struktur Lantai 1 C 3
4 Pekerjaan Struktur Lantai 2 D 3
5 Pekerjaan Struktur Dak E 2
6 Pekerjaan Balok ELV + 10,8 Atap F 1
7 Pekerjaan Rangka Atap baja Ringan G 1
8 Pekerjaan Arsitektur lantai 1 H 2
9 Pekerjaan Arsitektur lantai 2 I 2
10 Pekerjaan Arsitektur Lantai Dak dan Atap J 1 11 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
Standar K
2
12 Pekerjaan Septic Tank, Peresapan, Tandon, Rumah Pompa, dan Pekerjaan Pagar
L 2
13 Pekerjaan Bagian Luar Bangunan, Drainase Bagian Luar Bangunan, dan Pekerjaan Lain-Lain
M
2
14 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Non Standar
N 1
TOTAL 26
4.4 Data biaya Aktivitas
Data biaya aktivitas merupakan biaya total biaya material dalam pengerjaan pembangunan rumah susun stikes Mutiara Mahakam samarinda Data keseluruhan sebesar Rp.4.590.903.138,37 dengan rincian tabel di bawah ini:
Tabel 4.3 Anggaran biaya Setiap proses
No. Pekerjaan Kode
kegiatan
Duration (minggu)
Anggaran Biaya
1 Persiapan dan RK3 A 1 113.970.000,00
2 Pekerjaan Struktur Bawah B 3 547.859.496,22
3 Pekerjaan Struktur Lantai 1 C 2 424.534.685,05 4 Pekerjaan Struktur Lantai 2 D 3 420.737.404,72
5 Pekerjaan Struktur Dak E 2 263.023.513,95
6 Pekerjaan Balok ELV + 10,8 Atap F 1 66.627.168,74 7 Pekerjaan Rangka Atap baja
Ringan
G 1 82.427.975,90
8 Pekerjaan Arsitektur lantai 1 H 2 620.886.703,36 9 Pekerjaan Arsitektur lantai 2 I 2 542.145.540,03 10 Pekerjaan Arsitektur Lantai Dak
dan Atap
J 1 271.508.631,86
11 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Standar
K 3 435.329.931,50
12 Pekerjaan Septic Tank, Peresapan, Tandon, Rumah Pompa, dan Pekerjaan Pagar
L
3
147.862.475,90
13 Pekerjaan Bagian Luar Bangunan, Drainase Bagian Luar Bangunan, dan Pekerjaan Lain-Lain
M
3
360.219.628,14
14 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Non Standar
N 1 293.769.983,00
Total 26 4.590.903.138,37
4.5 Pengolahan Data
Semua data yang dikumpulkan kemudian akan digunakan untuk mebangun jaringan yang menguraikan urutan kinstruksi yang dimulai dengan fase prakonstruksi dan diakhiri dengan fase konstruksi di lokasi. Urutan dibuat dengan menerapkan metode CPM dan metode PERT dan total durasi dihitung berdasarkan masing-masing metode.
4.6 Metode CPM
Selanjutnya, Anda perlu membuat jadwal rencana kerja berupa jadwal rencana kerja yang detail. Jadwal rencana kerja yang rinci harus dapat mengatasi setiap masalah dan hambatan yang mungkin timbul, termasuk bagaimana menghitung solusinya. Jadwal rencana kerja yang rinci seperti kerangka induk yang dapat dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk jadwal, pengadaan bahan dan alat, dan pembayaran tenaga kerja, penagihan, dan presentasi.
Langkah pertama dalam membuat jaringan menggunakan CPM adalah menyelesaikan setiap aktivitas. Langkah selanjutnya adalah mencari tahu urutan dependensi dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya. Karena dalam membuat jaringan dengan metode CPM perlu diketahui kegiatan mana yang mendahului kegiatan selanjutnya, karena kegiatan selanjutnya bisa datang setelah kegiatan sebelumnya.
Anda dapat melihat urutan dependensi pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Data Urutan Kegiatan
NO Keterangan Aktivitas Prodecessors Duration (minggu)
1 Persiapan dan RK3 A - 1
2 Pekerjaan Struktur Bawah B A 3
3 Pekerjaan Struktur Lantai 1
C B 3
4 Pekerjaan Struktur Lantai 2
D B 3
5 Pekerjaan Struktur Dak E D 2
6 Pekerjaan Balok ELV + 10,8 Atap
F C,E 1
7 Pekerjaan Rangka Atap baja Ringan
G C,E 1
8 Pekerjaan Arsitektur lantai 1
H C,E 2
9 Pekerjaan Arsitektur lantai 2
I G,H 2
10 Pekerjaan Arsitektur Lantai Dak dan Atap
J F,I 1
11 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Standar
K F,I 2
12 Pekerjaan Septic Tank, Peresapan, Tandon, Rumah Pompa, dan Pekerjaan Pagar
L K
2
13 Pekerjaan Bagian Luar Bangunan, Drainase Bagian Luar Bangunan, dan Pekerjaan Lain-Lain
M L
2
14 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Non Standar
N J,M 1
Total 26
Tabel 4.4 diatas menunjukkan urutan kegiatan, durasi waktu dan kegiatan yang mendahului untuk selanjutnya akan membentuk jaringan kerja seperti yang terlihat pada Diagram 4.2
Gambar 4.2 Jaringan kerja
Dengan perencanaan yang tepat, suatu proyek dapat diselesaikan tepat waktu, dan dengan perencanaan yang tepat, Anda dapat mengharapkan proyek selesai tepat waktu dan dengan harga yang terjangkau, serta dengan kualitas yang sesuai dengan harapan Anda.
Merujuk kembali pada pelening jaringan tersebut di atas, langkah selanjutnya adalah perhitungan maju dan mundur. Perhitungan maju digunakan untuk menghitung Eariest Start (ES) dan Eariest Finish (EF) sedangkan perhitungan mundur menentukan Late Star (LS) dan Leats Finet (LF).
Waktu mulai adalah waktu dimana suatu kegiatan selesai. Itu ditentukan dengan menambahkan finet awal ke finet awal. (ES+D) atau K-I terdari = ES(k-I + D). Dari network pellening yang telah dibuat pada gambar 4.2 kemudian dilakukan hitungan maju dan hitungan mundur seperti gambar diagram 4.3 dibawah ini:
Gambar 4.3 Hitungan Maju dan Hitungan Mundur Metode CPM Setelah perhitungan ini selesai, informasi akan diatur dalam format berikut tabel seperti tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan ES-EF dan LS-LF
NO Aktivity Prodecessor Duration (minggu)
Early Latest
ES EF LS LF
A B C E
1 A - 1 0 1 0 1
2 B A 3 1 4 1 4
3 C B 3 4 7 4 9
4 D B 3 4 7 4 7
5 E D 2 7 9 7 9
6 F C,E 1 9 10 9 13
7 G C,E 1 9 10 9 11
8 H C,E 2 9 11 9 11
9 I G,H 2 11 13 11 13
10 J F,I 1 13 15 13 19
11 K F,I 2 13 15 13 15
12 L K 2 15 17 15 17
13 M L 2 17 19 17 19
14 N J,M 1 19 20 19 20
Keterangan :
ES : Earlies star (waktu paling awal tercepat)
EF : Earlies Finish (waktu paling awal pekerjaan dapat diselesaikan) LS : Lates Star (waktu paling lambat kegiatan)
LF : Lates Finish (waktu paling lambat untuk menyelesaikan pekerjaan) Setelah mengetahui ES-EF, LS-LF untuk masing-masing aktivitas, mari kita lihat free float (FF), total float (TF), dan Independent Float (IF), untuk mengidentifikasi aktivitas kritis, seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut: 4.6 perhitungan free float
Tabel 4.6 Hasil Hitung Float
Sekarang kita mengetahui FTL (Free Float) dan TFTL (Total Float) untuk setiap aktivitas, kita dapat melihat aktivitas mana yang berada di bawah jalur kritis dan seharusnya tidak ada penundaan atau penundaan dalam penyelesaian aktivitas.
Ada beberapa jenis Float di CPM yang dapat Anda gunakan untuk melihat proyek yang sedang berjalan atau untuk merencanakan cara menggunakan sumber daya
NO Aktivity Prodecessor Duration (minggu)
Early Latest Float
ES EF LS LF FF IF TF
A B C E B-A- D B-C-D E-A-D
1 A - 1 0 1 0 1 0 0 0
2 B A 3 1 4 1 4 0 0 0
3 C B 3 4 7 4 9 0 0 2
4 D B 3 4 7 4 7 0 0 0
5 E D 2 7 9 7 9 0 0 0
6 F C,E 1 9 10 9 13 0 0 3
7 G C,E 1 9 10 9 11 0 0 1
8 H C,E 2 9 11 9 11 0 0 0
9 I G,H 2 11 13 11 13 0 0 0
10 J F,I 1 13 15 13 19 0 0 5
11 K F,I 2 13 15 13 15 0 0 0
12 L K 2 15 17 15 17 0 0 0
13 M L 2 17 19 17 19 0 0 0
N J,M 1 19 20 19 20 0 0 0
proyek. Aktivitas yang termasuk dalam jalur kritis antara lain yang memiliki Free Float (FF).
Dan karena total float adalah 0, hal berikut berlaku: FF = TF = 0 Kegiatan yang termasuk dalam jalur kritis adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Analisa Jalur Kritis CPM
NO Aktivit y Prodecesso r Duration (minggu)
Early Latest Float Keterangan
ES EF LS LF FF IF TF
A B C E B-A-D B-C-D E-A-D
1 A - 1 0 1 0 1 0 0 0 KRITIS
2 B A 3 1 4 1 4 0 0 0 KRITIS
3 C B 3 4 7 4 9 0 0 2 KRITIS
4 D B 3 4 7 4 7 0 0 0 KRITIS
5 E D 2 7 9 7 9 0 0 0 KRITIS
6 F C,E 1 9 10 9 13 0 0 3 KRITIS
7 G C,E 1 9 10 9 11 0 0 1 KRITIS
8 H C,E 2 9 11 9 11 0 0 0 KRITIS
9 I G,H 2 11 13 11 13 0 0 0 KRITIS
10 J F,I 1 13 15 13 19 0 0 5 KRITIS
11 K F,I 2 13 15 13 15 0 0 0 KRITIS
12 L K
2
15 17 15 17 0 0 0 KRITIS
13 M L
2
17 19 17 19 0 0 0 KRITIS
14 N J,M
1
19 20 19 20 0 0 0 KRITIS
Seperti yang Anda lihat dari tabel di atas, jalur kritis ada di aktivitas A,B,D,E,H,I,K,L,M,N. Data tersebut kemudian diubah menjadi diagram jaringan yang disesuaikan berdasarkan hasil. Di bawah ini adalah contoh diagram jaringan yang dikonversi dengan CPM.
Gambar 4.4 Diagram Network Dengan Menggunakan Metode CPM
4.6 Metode PERT
Metode jaringan untuk perencanaan dan penjadwalan proyek disebut metode PERT. Kantor Pasukan Khusus mengembangkan metode PERT pada tahun 1957 dengan bantuan Booz, Allen dan Hamilton. Langkah pertama dalam mengatur jaringan menggunakan PERT adalah mengetahui perkiraan waktu optimis (a) dan perkiraan waktu pesimis (b) untuk setiap aktivitas berdasarkan durasi Anda saat ini (m).
Langkah selanjutnya adalah mencari perkiraan waktu Anda (Te) seperti terlihat pada Tabel 4.8 di bawah ini.
Tabel 4. 8 Langkah Awal Metode PERT No Aktivity Prodece Optimis (a) Realistis
(m)
Pesimis (b)
1 A - 0,5 1 1,2
2 B A 3 3 4
3 C B 3 3 4
4 D B 3 3 4
5 E D 1,5 2 2,5
6 F C,E 1 1 1,2
7 G C,E 0,5 1 1,2
8 H C,E 1,6 2 2,6
9 I G,H 1,6 2 2,6
10 J F,I 0,5 1 1,2
11 K F,I 1,5 2 2,5
12 L K 2 2 2,5
13 M L 1,5 2 2,5
14 N J,M 0,5 1 1,2
Setelah membuat estimasi waktu maka dicari nilai Te (waktu yang dihrapkan) dengan menggunakan rumus:
Te= a+4(m)+b 6 Contoh: 0,5+4(1)+1,2 = 0,95
6
3+4(3)+4 = 3,2 6
1,5+4(2)+2,5 = 2 6
didapatkan nilai Te untuk masing-masing kegiatan dalam bentuk tabel dibawah ini:
Tabel 4.9 Nilai Te
No Aktiviy Keterangan Te
1 A Persiapan dan RK3 0,95
2 B Pekerjaan Struktur Bawah 3,2
3 C Pekerjaan Struktur Lantai 1 3,2
4 D Pekerjaan Struktur Lantai 2 3,2
5 E Pekerjaan Struktur Dak 2
6 F Pekerjaan Balok ELV + 10,8 Atap 1
7 G Pekerjaan Rangka Atap baja Ringan 0,95
8 H Pekerjaan Arsitektur lantai 1 2,03
9 I Pekerjaan Arsitektur lantai 2 2,03 10 J Pekerjaan Arsitektur Lantai Dak dan Atap 0,95 11 K Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Standar 2 12 L Pekerjaan Septic Tank, Peresapan, Tandon, Rumah
Pompa, dan Pekerjaan Pagar
2,08
13 M Pekerjaan Bagian Luar Bangunan, Drainase Bagian Luar Bangunan, dan Pekerjaan Lain-Lain
2
14 N Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Non Standar 0,95 Nilai Te (durasi waktu yang diharapkan) digunakan untuk membuat diagram jaringan proyek. Dimana desain jaringan proyek mengikuti prinsip yang sama dengan CPM.
Cara menghitung waktu penyelesaian menggunakan metode PERT:
1. Itung maju 2. Hitung mundur
3. Menghitung waktu penyelesaian paling awal suatu kegiatan 4. Hitung maju untuk perhitungan lanjutan (ES dan EF).
5. Hitung mundur untuk perhitungan lanjutan (LS dan LF).
6. Hitung maju untuk waktu mulai aktivitas terbaru.
7. Menghitung waktu penyelesaian aktivitas terakhir (tanpa menunda total periode penyelesaian aktivitas).
8. Hitung mundur untuk waktu penyelesaian aktivitas terbaru (LS dan LF).
Berdasarkan network planning pada gambar, kemudian dilakukan perhitungan maju dan hitungan mundur seperti pada gambar 4.5
Gambar 4.5 Perhitungan Maju dan Hitungan Mundur Metode PERT Selesai dalam waktu 20,4 minggu dari kerangka waktu normal. Tabel 4.10 memperlihatkan hasil perhitungan perencanaan jaringan PERT.
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan PERT
NO Aktivity Prode cessor
Dur atio n
Early Latest Float Keterangan
ES EF LS LF FF IF TF
A B C E B-A-D B-C-D E-A-D
1 A - 0,9
5
0 0,95 0 0,95 0 0 0 KRITIS
2 B A 3,2 0,95 4,15 0,95 4,15 0 0 0 KRITIS
3 C B 3,2 4,15 6,17 4,15 9,35 0 0 2 KRITIS
4 D B 3,2 4,15 7,35 4,15 7,35 0 0 0 KRITIS
5 E D 2 7,35 9,35 7,35 9,35 0 0 0 KRITIS
6 F C,E 1 9,35 10,3
5
9,35 13,4 1
0 0 3,06 KRITIS
7 G C,E 0,9
5
9,35 10,3 9,35 11,3 8
0 0 1,08 KRITIS
8 H C,E 2,0
3
9,35 11,3 8
9,35 11,3 8
0 0 0 KRITIS
9 I G,H 2,0
3
11,3 8
13,4 1
11,3 8
13,4 1
0 0 0 KRITIS
10 J F,I 0,9
5
13,4 1
15,4 1
13,4 1
19,4 9
0 0 5,13 KRITIS
11 K FI 2 13,4
1 15,4
1 13,4
1 15,4
1
0 0 0 KRITIS
12 L K 2,0 8
15,4 1
17,4 9
15,4 1
17,4 9
0 0 0 KRITIS
13 M L 2 17,4
9 19,4
9 17,4
9 19,4
9
0 0 0 KRITIS
14 N J,M 0,9
5
19,4 9
20,4 19,4 9
20,4 0 0 0 KRITIS
Kemudian, gunakan metode PERT untuk membuat grafik diagram jaringan dari analisis penjadwalan dengan Te sebagai durasi yang digunakan untuk perhitungan.
Anda akan melihat bahwa penyelesaian proyek (Te) adalah 20,4 minggu, dan jalur kritis dalam diagram jaringan tercapai untuk A, B, d, E, H, I, K, L, M, N.
Gambar 4.6 Jalur kritis metode PERT Nillai divisi standar dapat dicari dengaan rumus:
S = 1x (B-A) 6
Keterangan: A= Waktu Optimis B= Waktu Pesimis Contoh: S= 1 x (1,2-0,5) = 0,12
Dan nilai variansi kegiatan dapat dicari dengan rumus:
V(te) = s2
contoh: V(te) = 0,122 =0,0144
Maka kedua variable ini dapat dilihat dalam bentuk tabel dibawah ini.
Tabel 4.11 Nilai Standar Deviasi dan Varians kegiatan pada metode PERT
No Activity Hari(a) Hari(b) S V(te)
1 A 0,5 1,2 0,12 0,0144
2 B 3 4 0,17 0,0289
3 C 3 4 0,17 0,0289
4 D 3 4 0,17 0,0289
5 E 1,5 2,5 0,17 0,0289
6 F 1 1,2 0,03 0,0009
7 G 0,5 1,2 0,12 0,0144
8 H 1,6 2,6 0,17 0,0289
9 I 1,6 2,6 0,17 0,0289
10 J 0,5 1,2 0,12 0,0144
11 K 1,5 2,5 0,17 0,0289
12 L 2 2,5 0,08 0,0064
13 M 1,5 2,5 0,17 0,0289
14 N 0,5 1,2 0,12 0,0144
4.7 Analisa Data Hasil
Pengolahan data sebelumnya telah menunjukkan bahwa data yang dikumpulkan dapat digunakan dalam pengelohan data. Dalam pengolahan data ini bisa mendapatkan hasil perhitungan dengan CPM dan PERT.
1. Hitung CPM selama 20 minggu siklus hidup proyek (A,B,C,D,E,H,I,K,L,M.N).
2. Pada dasarnya,jika ingin menggunakan metode PERT untuk menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proyek, dibutuhkan waktu 20,4 minggu. Lalu jalur kritis untuk proyek tersebut adalah: A-B-D-E-H- I-K-L-M-N.
Dari data mentah tersebut dibuat perbandingan antara kedua metode tersebut, sehingga terdapat perbedaan waktu penyelesaian proyek pembangunan tersebut.
Dapat melihat perbedaan waktu pengembangan total pada grafik di bawah ini.
Gambar 4.7 Grafik Metode Terhadap Durasi
Gambar 4.7 menunjukkan bahwa total durasi pembangunan rumah susun Mutiara mahakam samarinda adalah 20 minggu dengan metode CPM, dan 20 minggu dengan metode PERT. Oleh karena itu, teknik perhitungan dengan metode CPM memiliki total durasi 20 minggu, sedangkan teknik perhitungan dengan metode PERT memiliki durasi keseluruhan 20 minggu.
Metode CPM kami gunakan untuk tahap penjadwalan dipercepat karena memiliki total waktu terpendek. Metode perhitungan menggunakan metode CPM dengan waktu 0,4 minggu.
4.8 Biaya Percepatan Pada Jalur Kritis CPM
Tabel 4.6 menunjukkan Rp 4590.903.138.37 sebagai biaya normal untuk penyelesaian konstruksi dengan durasi 26 minggu. Kecelakaan hampir selalu termasuk dalam kenaikan biaya. Kenaikan biaya akibat percepatan waktu merupakan biaya langsung untuk menyelesaikan atau melaksanakan tugas-tugas jangka pendek.
Kondisi yang paling sering kita lihat pada proyek konstruksi adalah time-to- value (TOV) constraint. Berdasarkan informasi yang tersedia bagi kami, kami dapat menyimpulkan bahwa waktu implementasi yang dipersingkat disebabkan oleh:
1. Perencanaan yang tidak akurat.
2. Manajemen implementasi yang bersih.
3. Kurangnya korelasi logis dan realistis antara kegiatan.
4. Memperpanjang waktu dan menambah biaya penyelesaian proyek.
Saat memustuskan untuk menggunakan metode crashing untuk percepatan waktu, manajer proyek harus mempertimbangkan hal berikut:
1. Tanggal penyelesaian proyek lebih lambar dari rencana semula. Oleh karena itu waktu perlu dipercepat.
2. Waktu proyek normal dipercepat dengan menerapkan metode crashing agar waktu penyelesaian lebih awal untuk meningkatkan performance dan profil dari perusahaan kontraktor.
Hasil perhitungan percepatan dapat dilihat pada gambar 4.17 dibawah ini.
Dari setiap aktivitas yang dipercepat dilakukan juga perhitungan biaya percepatan untuk aktivitas tersebut dengan perhitungan sebagai berikut:
Waktu Normal
Biaya percepatan = waktu percepat x Biaya normal Tabel 4.12 Anggaran Biaya Normal Pada Titik Kritis No Aktivitas Durasi Anggaran Biaya Normal
Pada Jalur Kritis
1 A 1 113.970.000,00
2 B 3 547.859.496,22
3 D 3 420.737.404,72
4 E 2 263.023.513,95
5 H 2 620.886.703,36
6 I 2 542.145.540,03
7 K 3 435.329.931,50
8 L 3 147.862.475,90
9 M 3 360.219.628,14
10 N 1 293.769.983,00
TOTAL 20 3.745.804.676,82
Perhitungan diatas adalah perhitungan pada jalur kritis yang jika dijumlahkan anggaran pada biaya normal sebesar Rp 3.745.804.676,82selama 20 minggu. Maka untuk mengetahui berapa kenaikan biaya percepatan pada titik kritis adalah dengan rumus yang sudah dijelaskan diatas, yaitu dengan perhitungan sebagai berikut:
Biaya percepatan = 26 x 3.745.804.676,82= Rp. 4.869.546.079.886 20
Jadi total kenaikan biaya pada jalur keritis CPM jika dihitung menjadi Rp 4.869.546.079.886
1. Pembahasan
Berdasarkan analisis saat ini, durasi pemrosesan metode CPM berbeda dengan metode PERT. Namun, jalur kritis dari masing-masing metode adalah sama.
Jalur kritis umumnya merupakan jalur yang membutuhkan durasi proses terlama. Ini adalah jalur yang tidak memiliki masa tenggang dari akhir satu fase aktivitas hingga dimulainya fase aktivitas lainnya.
Salah satu aspek terpenting dari metode ini adalah kurangnya keanggunan pada jalur kritis, jadi kegiayan ini harus dimulai dengan tepat waktu agar proyek tidak memakan waktu lama untuk diselesaikan.
Meskipun ada beberapa perbedaan dalam terminologi dan konstruksi jaringan, tujuan dari kedua teknik ini sebagian besar sama. Analisis yang digunakan dalam PERT sangat mirip dengan CPM. Perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa dalam PERT terdapat tiga estimasi waktu per aktivitas.
Estimasi waktu ini kemudian digunakan untuk menghitung nilai ekspektasi aktivitas dan standar deviasi untuk aktivitas tersebut.
Dalam CPM, hanya ada satu estimasi waktu per aktivitas. Ini karena CPM mengasumsikan bahwa waktu aktivitas diketahui dengan pasti.
4.10.1 Perbedaan CPM dan PERT
Apa perbedaan antara CPM dan PERT antara lain:
1. PERT digunakan untuk merencanakan dan mengelola proyek yang tidak pernah selesai dan BPS CPM digunakan untuk menjadwalkan dan mengelola kegiatan yang telah selesai sehingga informasi waktu untuk setiap elemen kegiatan.
2. Ada tiga jenis waktu pemrosesan dalam PERT: waktu pemrosesan tercepat, waktu pemrosesan paling lama, waktu pemrosesan yang paling memungkinkan waktu pemrosesan CPM.
3. Dalam PERT tabda panah berarti hubungan kepresidenan dan dalam CPM panah berarti aktivitas.
4. BPS CPM vs PERT memiliki satu kesamaan dan keduanya menggunakan
digram panah.
5. BPS CPM adalah varian dari PERT.
6. Apa perbedaan antara CPM dan PERT CPM didasarkan pada perkiraan.
7. Perhitungan Jalur Kritis (CPM) Berbeda dengan PERT yang menggunakan rumus untuk menghitung Critical Path, CPM menggunakan perhitungan estimasi waktu.
4.10.2 Faktor faktor pengerjaan proyek
Berdasarkan observasi lapangan dan wawancara dengan informan lapangan (dalam hal ini pengawas lapangan), terdapat beberapa unsur yang mempengaruhi lamanya pengerjaan proyek. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi durasi.
1. Penandatanganan Kontrak yang Terlambat.
2. Keterlambatan permintaan dan penerimaan gamber kerja dari owner.
3. Keterlambatan pengalihan atau penggunaan tanah.
4. Perencanaan yang kami gunakan tiak lengkap atau tidak benar, perencana yang tidak lengkap atau tidak sesuai (ditarik)
5. Perubahan tanggal mulai proyek.
6. Desain berubah.
7. Identiikasi dan jadwalkan pekerjaan yang menyimpang dari rencana.
8. Ada kurangnya koordinasi antara pemilik,konsultan, dan kontraktor.
9. Kekurang lengkapan dokumen tander
10. Pengawasan yang buruk oleh pemilik atau konsultan.
11. Lebih sedikit karyawan.
12. Kecelakaan kerja.
13. Pekerja adangan tidak tersedia.
14. Pengerjaan berkualitas buruk
15. Mengoperasikan peralatan konstruksi.
16. Kurangnya bahan di pasar.
17. Keterlambatan pengiriman.
18. Keterlambatan pengiriman barang ke lokasi.
19. Kurangnya ketersediaan material di lokasi proyek.
20. Kurangnya kualitas material yang digunakan.
21. Kurangnya produktivitas pencurian bahan.
22. Ketidak tersidianya peralatan kontruksi di lokasi proyek.
23. Peralatan sudah tua dan karena itu rentan terhadap kegagalan.
24. Penggunaan teknologi terbatas.
25. Pekerjaan utama telah tertunda selama 9 bulan.
26. Perkiraan waktu yang menyesatkan.
27. Kurangnya komunikasi dan koordinasi dalam organisasi.
28. Metode konstruksi atau metode pelaksanaan yang mengakibatkan kesalahan konstruksi.
29. Lokasi proyek yang sulit dijangkau.
30. Pembayaran kontraktor tertunda kepada pemasok dan tenaga kerja.
Kami dapat menggunakan wawasan dan saran strategis kami untuk mempercepat proyek konstruksi sehingga pekerjaan dapat dilakukan dengan benar dan dalam jangka waktu normal proyek. Misalnya kita dapat membuat rencana untuk sisa pekerjaan di mana kita menetapkan tujuan penyelesaian yang lebih ambisius sehingga kita dapat merencanakan hal-hal yang tidak dapat terjadi. Kami dapat membuat CPM mendetail untuk pembaruan sehingga dapat merencanakan siswa penerapan dan mencari tahu item pekerjaan mana yang termasuk kategori pekerjaan penting.
CPM adalah cara terbaik untuk mempercepat situasi proyek kritis dengan mempertimbangkan fitur unik dari proyek konstruksi dan apa yang menyebabkan keterlambatan proyek. Untuk membantu mempercepat proyek, Anda dapat:
Prioritaskan pekerjaan yang masuk CPM agar pekerjaan kritis tidak terlambat dari jadwal.Kurangi sebanyak mungkin pekerjaan kritis dalam set CPM.
Durasi total dapat dikurangi dengan menyebarkan pekerjaan kritis ke beberapa jalur kerja kritis. Misalnya, rangkaian yang dimulai sebagai rangkaian seri dapat dipecah menjadi beberapa rangkaian yang berjalan secara paralel. Ini biasanya dilakukan dengan memecah pekerjaan menjadi zona kerja yang lebih kecil yang berdiri sendiri. Mengurangi panjang pekerjaan pada jalur kritis juga dapat mengurangi total durasi.
Kurangi jumlah tugas non-kritis yang masuk ke jalur kritis sehingga menghasilkan lebih sedikit tugas kritis.
Jalur kritis dapat berubah tergantung pada perubahan dalam industri.
Misalnya, tugas non-kritis bisa menjadi tugas kritis karena terlambat dimulai.
Pastikan bahwa pekerjaan non-kritis diselesaikan tepat waktu. Misalnya, waktu eksekusi yang hilang untuk suatu pekerjaan dapat mengubah jalur kritisnya.
Pekerjaan yang terlambat juga bisa menjadi kritis.
Berdasarkan factor-faktor keterlambatan proyek, ada beberapa aspek dalam proyek pembangunan yang perlu diperhatikan untuk memperlancar dan mempercepat penyelesaian proyek yaitu;
Tabel 4.13 Aspek Untuk Mempercepat Pekerjaan
No Aspek-aspek Yang dapat
dilakukan
1 Tenaga Kerja
Mengganti tenaga kerja yang kurang produktif dengan yang lebih produktif. Durasi pekerjaan proyek konstruksi sangat tergantung
pada produktifitas tenaga kerja.
Menambah jam kerja atau lembur. Lembur yang efektif adalah sampai dengan jam 24.00. Di atas jam tersebut biasanya
produktifitas menurun.
Aktif memantau kedisiplinan tenaga kerja. Waktu yang hilang atas
ketidakdisiplinan tenaga kerja berdampak cukup besar.
Memperhatikan kelayakan tempat tinggal pekerja.
Tempat tinggal
yang tidak sehat, akan menyebabkan tingginya angka pekerjaan yang sakit. Hal tersebut akan menambah loss time di proyek.
Menyediakan tempat istirahat pekerja pada lokasi yang sedekat
mungkin dengan lokasi pekerjaan
Meniadakan warung di dalam dan sekitar lokasi proyek. Adanya
warung akan membuat waktu istirahat pekerja lebih panjang.
Disarankan untuk mengkoordinir pengadaan makan pada saat
istirahat pekerja. Ini akan memangkas waktu hilang yang menurunkan produktifitas.
Tenaga kerja harus disebar pada area pekerjaan sedemikian masih tetap dapat dimonitor dengan baik.
Jangan menyebarkan pekerja pada area yang terlalu luas sehingga menurunkan tingkat
Pengawasan
2 Manajerial
Dalam situasi krisis terhadap waktu, Jalur kritis harus dikomunikasikan dan disepakati oleh Tim proyek.
Menjaga kedisiplinan Tim proyek. Kedisiplinan akan mempengaruhi suasana kerja di proyek.
Melakukan rapat harian yang membahas segala hal terkait usaha untuk menjaga agar proyek dapat diselesaikan sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Rapat harian harus dihadiri oleh Pejabat proyek yang mampu mengambil keputusan atas suatu masalah.
Jangan pernah mengulur pengambilan keputusan pada rapat harian saat proyek mengalami krisis. Rapat harian harus dihadiri oleh Tim
proyek terkait, Mandor dan Wakil Subkontraktor.
Aktif menggali informasi mengenai potensi masalah kepada
subkontraktor dan Mandor. Hal ini agar masalah yang berpotensi terjadi dapat diantisipasi lebih dini Melakukan update yang rutin atas jalur kritis (CPM). Semakin sering akan semakin baik. Dapat pula membuat simulasi-simulasi atas rencana- rencana proyek agar didapatkan strategi yang paling
efisien dan efektif.
Selalu memberikan motivasi yang terbaik kepada karyawan dan
pekerja agar attitude dan mental kerja lebih baik.
Menambah jam kerja dengan lembur.
Menambah Personil proyek agar dapat meningkatkan pengawasan.
Menjaga kualitas pekerjaan. Kualitas yang tidak baik menyebabkan
pengulangan pekerjaan.
Memastikan ketersediaan dana dan mengusahakan dana
pendamping untuk hal-hal yang bersifat emergency.
Membantu mempercepat proses penagihan termijn bagi
Subkontraktor
Aktif berkomunikasi dengan Owner dan Pengawas pekerjaan mengenai strategi percepatan proyek. Usahakan untuk mendapatkan dukungan mereka.
Memberikan reward atas tercapainya setiap tahapan milestone
kepada tim proyek, subkontraktor dan kepada pekerja.
Tim proyek harus fokus terhadap Safety. Kecelakaan akan
membuat loss time.
Menempatkan personil khusus yang memonitor proses dan
dokumen administrasi vendor. Sering kali pekerjaan di lapangan terhambat oleh masalah prosedur administrasi.
3 Material dan Supplier
Aktif memonitor proses pengiriman dengan meminta bukti
manifest pengiriman material
Melakukan pengecekan langsung lokasi material yang akan dikirim ke proyek. Ini untuk memastikan bahwa material dalam kondisi
ready untuk dikirim.
Jumlah supplier untuk suatu jenis material diusahakan lebih dari
satu.
Mengganti material yang langka dengan material lain yang ready
stock dengan tetap memperhatikan kualitas pekerjaan.
4 Alat Memastikan alat dirawat sesuai prosedur
Mengganti alat yang tidak sesuai atau tidak cocok.
Memastikan tersedianya suku cadang di proyek terutama pada
elemen alat yang bersifat aus
Menambah jumlah alat sehingga mencukupi kebutuhan Pelaksanaan
Mengganti alat yang memiliki kapasitas yang lebih besar
Membuat sumber tenaga listrik cadangan. Kerusakan genset akan
menghentikan hampir seluruh pekerjaan.
5 Lingkungan Pekerjaan
Membuat checklist daftar sisa pekerjaan (Update WBS) dimana tingkat detil yang baik dan memadai.
Daftar sisa pekerjaan dengan melihat secara keseluruhan dokumen
kontrak yaitu gambar, BQ dan spesifikasi.
Meminimalisir adanya perubahan lingkup dan pekerjaan tambah- kurang. Perubahan lingkup akan membuat pekerjaan semakin
kompleks dan sulit dikelola.
6 Sub kontraktor
Mengurangi lingkup pekerjaan subkontraktor yang bermasalah dan menggantinya dengan subkontraktor yang terpercaya.
Mengambil alih pekerjaan subkontraktor yang berpotensi terlambat.
Jumlah subkontraktor pada suatu pekerjaan diusahakan lebih dari
satu.
Meminta setiap subkontraktor agar menempatkan wakilnya yang
dapat memutuskan masalah.
Aktif komunikasi via surat untuk masalah—masalah yang krusial
7
Design dan Metode Pelaksanaa n
Aktif mengevaluasi metode pelaksanaan yang ada sehingga didapatkan metode pelaksanaan yang paling efisien dan efektif.
Membuat metode pelaksananaan sedemikian dapat meminimalisir dampak cuaca buruk. Misalnya mempercepat pekerjaan struktur agar pekerjaan finishing dapat segera dimulai. Contoh lain adalah menyediakan atap terpal sehingga pekerjaan dapat terus
dilaksanakan walaupun terjadi hujan.
Melakukan review design sehingga volume pekerjaan yang kritis
Berkurang
8 Site
Mengevaluasi site dan penataannya. Perhatian pada alur proses pekerjaan dan material. Site harus dievaluasi agar menghasilkan suatu design site yang menghasilkan alur proses yang efektif atau
jalur alur sependek mungkin
Mengidentifikasi adanya masalah pada site yang dapat
menghalangi alur proses dan material. Contoh adalah jalan kerja harus memadai.
Mengurangi genangan air akibat hujan. Genangan air berpotensial
menghambat laju pergerakan alur proses pelaksanaan dan material.
Lokasi site harus diupayakan dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi ini akan sangat membantu secara psikologis para pekerja
yang bekerja di proyek.
Memastikan akses masuk proyek sedemikian arus keluar masuk
material tidak terhambat
9 Kontrak Melakukan negosiasi ulang kontrak apabila penyebab
keterlambatan adalah karena kontrak.
Mencatat secara harian dan mendokumentasikan hal- hal yang menjadi penyebab keterlambatan serta menyampaikan dengan surat kepada Owner dimana hal-hal tersebut secara kontraktual dapat menjadi dasar perpanjangan waktu pelaksanaan proyek / addendum waktu.
Kalaupun ada pekerjaan tambah dan kurang, harus didasarkan pada upaya melakukan percepatan.
Usahakan pekerjaan tambah adalah pekerjaan yang tidak berada di jalur kritis dan memiliki durasi pekerjaan yang singkat. Demikian pula dengan pekerjaan kurang haruslah pekerjaan yang berada di jalur kritis dan memiliki durasi yang panjang dimana aspek fungsi konstruksi masih dapat
dipertahankan.