1
ANALISIS PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR GEDUNG DENGAN KOLOM KOMPOSIT DAN KOLOM NON KOMPOSIT
Rosi Nursani
1, Mohammad Syarif A.H
2, Agustina Heryanti Suwandy
31. Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Siliwangi
2. Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Siliwangi
3. Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Siliwangi
Abstrak
Kolom merupakan salah satu komponen struktur utama dalam sebuah bangunan gedung yang berfungsi sebagai pemikul beban dari bagian atas dan meneruskannya sampai ke pondasi. Kekuatan sebuah gedung sangat didipengaruhi oleh kekuatan kolom. Kolom harus memiliki kapasitas yang baik diantaranya tahan terhadap bahaya tekuk akibat pembebanan. Desain kolom menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan agar memiliki kapasitas yang sesuai dengan pembebanan. Dalam perkembangan saat ini, kolom tidak hanya menggunakan material beton atau baja saja akan tetapi banyak digunakan material komposit baja- beton. Material komposit baja-beton digunakan dengan tujuan untuk mendapat kombinasi keuntungan dari kedua material yaitu baja dan beton sehingga dapat meningkatkan kapasitas kolom. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku gedung dengan menggunakan kolom komposit dan non komposit. Penelitian dilakukan dengan memodelkan gedung yang sama dengan variasi kolom yang berbeda yaitu kolom dengan menggunakan material beton, baja dan komposit beton-baja. Gedung yang dimodelkan merupakan gedung 6 lantai dengan dimensi, peruntukan gedung dan pembebanan yang sama yaitu gedung rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kolom komposit pada penelitian ini memiliki kapasitas terhadap momen dan geser yang lebih besar dari pada kolom nonn komposit
Kata kunci: Kolom; Baja; Beton; Komposit; Kapasitas kolom; Perilaku Gedung
Abstract
[Title: Comparative Analysis of Building Structure Behavior with Composite and Non-Composite Column] Column is one of the main structural components in a building that has functions as a load support from the top and continues it to the foundation. The strength of a building is strongly influenced by the strength of the columns. Columns must have a good capacity including resistance to the danger of buckling due to loading. Column design is one of the things that must be considered in order to have an good capacity for loading. In current developments, column is not only use from concrete or steel materials, but steel-concrete composite materials are widely used. Steel-concrete composite material is used with the aim of obtaining a combination of advantages from both materials to increase column capacity. Therefore, this study aims to analyze the behavior of structure building using composite and non-composite columns. The research was conducted by modeling the same building with different column variations, there are using concrete, steel and concrete-steel composite materials. The building model is a 6-storey hospital building with the same dimensions, function and same loadings. The results showed that the composite column in this study had a greater capacity for moments and shear than the non-composite column
Keywords: Column; Steel;Concrete; Composite, The column capacity; Building behavior
1. Pendahuluan
Kolom merupakan komponen struktur yang sangat penting dalam sebuah sebuah struktur gedung bertingkat. Kolom merupakan bagian rangka utama
---
*) Penulis Korespondensi.
E-mail: [email protected]
struktur yang berfungsi menahan beban dari lantai atas dan mendistribusikannya ke lantai bawah sampai ke bagian pondasi. Oleh karena itu, kolom harus dirancang sedemikian rupa agar memiliki kekuatan dan stabilitas yang memenuhi dalam menahan beban. Seiring dengan perkembangan desain konstruksi, untuk mendapatkan kekuatan yang lebih optimal, kini banyak digunakan kolom komposit yaitu kolom yang dibuat dengan lebih dari satu jenis material. Salah satu kolom komposit yang banyak digunakan adalah kolom komposit baja-beton, tujuannya untuk menggabungkan kelebihan-kelebihan dari dua material tersebut. Kolom komposit banyak digunakan untuk memperkokoh bangunan tinggi.
Struktur komposit baja-beton menggunakan karakteristik dasar dari masing-masing material secara optimal, sehingga dapat menahan beban dengan dimensi penampang yang lebih kecil dibandingkan dengan struktur beton bertulang tanpa komposit (Fauzi et al., 2018). Seperti telah diketahui bahwa kolom merupakan komponen struktur tekan, sehingga penggunaan material beton akan sangat menguntungkan dalam menahan beban aksial tekan. Pembuatan kolom komposit dapat memanfaatkan beton mutu tinggi dan baja karena memiliki keuntungan yang cukup signifikan untuk komponen struktur komposit yang mendapatkan tekan signifikan seperti pada bangunan-bangunan tinggi (Xiong et al., 2017).
Secara umum terdapat 2 jenis kolom komposit yang biasa digunakan sebagai komponen struktur pada gedung, yaitu; kolom komposit inside steel dan outside steel dimana kolom komposit dengan struktur baja terbungkus oleh beton disebut dengan kolom inside steel, sedangkan untuk baja yang berisi beton disebut dengan kolom outside steel. Kolom komposit yang memiliki tipe outside steel baik dalam menahan gaya aksial nominal dan momen nominal dibandingkan dengan kolom komposit baja inside steel. Akan tetapi, penggunaan struktur kolom komposit outside steel sebagai kolom utama dalam mendukung beban lateral pada struktur rangka bangunan belum terlalu lazim digunakan dalam perkembangan konstruksi saat ini (Propika et al., 2020). Kolom komposit inside steel telah banyak dikaji dan secara efektif meningkatkan ketahanan geser keseluruhan dan memiliki ketahanan lentur yang baik akibat dari bagian baja sebagai inti kolom. Selain kolom inside steel, kolom komposit outside steel salah satunya komposit dengan baja siku atau bentuk L memiliki kapasitas lentur yang lebih tinggi (Ding et al., 2020)
Selain itu, berkaitan dengan lokasi bangunan di wilayah rawan gempa, kolom komposit dapat dijadikan sebagai pilihan untuk mendapatkan kekuatan yang baik terhadap gaya lateral akibat gempa. Jenis kolom komposit baja-beton memiliki kekuatan yang lebih optimal pada struktur gedung di tempat rawan gempa
yang ditunjukan dengan kebutuhan dimensi yang lebih kecil dan kebutuhan material yang lebih rendah, selain itu strukturnya menyerupai kolom baja yang aman terhadap bahaya kebakaran (Ade O & Banu, 2019).
Kolom komposit baja terbungkus beton telah menjadi bentuk yang banyak dipakai dalam struktur tahan gempa. Dalam pembebanan lentur yang besar, selubung beton akan retak dan mengakibatkan pengurangan kekakuan akan tetapi inti baja memberikan kapasitas geser dan ketahanan ulet terhadap siklus beban lebih berikutnya. Ketika kolom pendek komposit diberikan beban aksial, penampang komposit mampu menahan momen lentur melebihi momen ultimatenya. Hal ini mirip dengan efek gaya prategang pada beton yang diperkuat oleh tulangan (Shanmugam & Lakshmi, 2001). Untuk menambah kekuatan tekuk lokal pada kolom komposit dapat menggunakan prinsip lebar efektif sebagai dasar dalam menentukan kekuatan penampang kotak yang telah diisi beton (H. B. Ge &
Usami, 1994). Kualitas kolom yang telah diisi oleh beton menunjukan kinerja struktural yang baik hal tersebut ditunjukan oleh kekuatan dan daktilitas yang lebih tinggi (H. Ge & Usami, 1992)
Upaya dalam memperkokoh bangunan di masa kini telah banyak digunakan metode struktur beton bertulang dengan memanfaatkan bahan komposit.
Teknik yang kini terus dikembangkan adalah dengan pengekangan terhadap seluruh komposit dimana pengekangan dapat meningkatkan kekuatan serta daktilitas kolom beton yang telah dibebani secara aksial (Rochette & Labossière, 2000). Kinerja struktural kolom beton dapat meningkat dengan melakukan pengekangan komposit yang diperkuat serat di sekitar kolom beton, terutama yang berkaitan dnegan daktilitas, selain itu dampak lain adalah pemulihan kekuatan penuh kolom yang rusak parah bersamaan dengan peningkatan daktilitas yang cukup siginifikan (Demers & Neale, 1999). Pengekangan jenis lainnya adalah pengekangan spiral, efektifitas kerja dari interlocking spiral dan bagian baja struktural yang saling berikatan kuat pada kolom komposit berbentuk persegi mencapai kapasitas terhadap beban aksial yang besar. Pengaruh lainnya yang berkerja optimal adalah adanya jarak yang tipis antara spiral dan area yang lebih besar dari beton di kolom komposit dapat menghasilkan kekuatan dan daktilitas yang lebih baik dari kolom tersebut (Liang et al., 2014). Tulangan baja melintang diperlukan sebagai bagian dari struktur yang memiliki kinerja tinggi karena memiliki daktilitas tarik tinggi dan ketangguhan tinggi (Hou et al., 2020).
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, Rasio kapasitas kolom komposit baja-beton lebih besar dari pada kapasitas kolom baja (Meillyta & Vuardi, 2021).
Komponen struktur komposit dapat menahan sekitar 33% sampai 50% beban lebih besar dari pada beban
yang dapat ditahan oleh komponen struktur baja tanpa perilaku komposit (Muharam et al., 2017). Kolom komposit baja-beton memiliki keunggulan dimana perpindahannya lebih kecil dibandingkan kolom baja.
Konsentrasi tegangan pada kolom baja dan kolom komposit berada di dasar dan kepala kolom akibat pembebanan uniaxial dan kondisi batas perletakan (Lacki et al., 2018). Selain keunggulan kapasitas kolom komposit sebagai salah satu komponen struktur yang dilihat dari diagram interaksi kolom yang telah banyak dilakukan, perilaku struktur keseluruhan sebagai satu kesatuan utuh struktur gedung juga perlu ditinjau untuk melihat pengaruh dari penggunaan kolom komposit dibandingkan dengan kolom non komposit. Oleh karena itu, penelitian dilakukan untuk mengetahui perbandingan kapasitas kolom dan perilaku gedung bertingkat dengan menggunakan kolom komposit dan non komposit. Kolom komposit yang digunakan adalah kolom komposit baja-beton sedangkan kolom non komposit yang digunakan adalah kolom beton bertulang dan kolom baja.
2. Bahan dan Metode
Penelitian yang dilakukan merupakan analisis numerik yang dilakukan dengan menggunakan program ETABS. Sturktur gedung dimodelkan sebagai struktur portal 3D dengan variasi material kolom yang digunakan yaitu kolom komposit dan non komposit. Pemodelan dilakukan untuk menganalisa dan membandingkan kapasitas kolom dan perilaku struktur gedung akibat pemberian beban, baik beban vertikal maupun beban gempa dengan variasi penggunaan material kolom yang berbeda tersebut.
Bangunan yang dimodelkan pada penelitian ini adalah gedung 6 lantai yang diperuntukkan sebagai gedung rumah sakit yang berlokasi di daerah Garut, Jawa Barat, dimana tinggi lantai 1 adalah 5,25 m dan lantai 2-6 tipikal 4,725 m serta bentang terpanjang antar kolomnya sejauh 8 m. Kolom komposit yang digunakan adalah kolom komposit baja-beton sedangkan kolom non-komposit yang digunakan adalah kolom beton bertulang dan kolom baja. Dimensi komponen struktur ditentukan dengan preliminary design terlebih dahulu yaitu melakukan perkiraan dimensi awal dari elemen- elemen struktur, penentuan mutu bahan dan material struktur serta merencanakan dimensi profil yang akan digunakan. Berikut marupakan diagram alur penelitian yang dilakukan.
Gambar 1. Diagram alir penelitian
Perencanaan pembebanan pada struktur ini berdasarkan pada peraturan yang berlaku. Pembebanan tersebut antara lain beban mati (SNI 1727-2020), Beban Hidup (SNI 1727-2020), beban gempa (SNI 1726-2019) dan beban angin (SNI 1727-2013). Pembebanan gempa yang digunakan dalam pemodelan merupakan beban gempa dinamik yaitu respon spektrum sesuai dengan SNI 1726-2019 mengenai Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung dan disesuaikan dengan lokasi bangunannya. Selain itu, pemodelan pada penelitian ini mengacu pada beberapa Standar Nasional Indonesia yaitu SNI 2847-2019 mengenai Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung. Berikut dibawah ini merupakan gambar denah gedung tipikal yang dimodelkan dalam program ETABS.
Gambar 2. Denah tipikal gedung
Pemodelan struktur menggunakan program ETABS dalam model struktur ruang 3 dimensi untuk mendapatkan reaksi dan gaya dalam yang terdapat pada struktur rangka utama. Pemodelan terdiri dari 3 variasi model struktur dengan material kolom berbeda yaitu model struktur dengan kolom baja kolom beton betulang dan kolom komposit beton-baja. Setelah melakukan analisa struktur bangunan, tahap selanjutnya kita kontrol desain meliputi kontrol terhadap pelat, kolom, balok, dan komponen struktur lainnya . Dimana dari kontrol tersebut dapat mengetahui apakah desain yang kita rencanakan telah sesuai dengan syarat-syarat perencanaan dan peraturan angka keamanan. Bila telah memenuhi maka dapat diteruskan ke tahap pendetailan, bila tidak dilakukan re-design.
Dimensi balok yang digunakan untuk struktur kolom beton bertulang adalah (750 x 350) mm untuk balok induk dan (600 x 300) mm untuk balok anak, sedangkan dimensi balok yang digunakan untuk struktur kolom baja dan kolom komposit adalah balok dengan baja profil WF500x200x10x16 untuk balok induk dan profil WF450x200x9x14 untuk balok anak. Tebal pelat lantai yang digunakan untuk semua variasi kolom adalah 120 mm dan tebal pelat lantai atap 100 mm. Mutu beton yang digunakan adalah mutu beton Fc’ 30 MPa dan mutu baja yang digunakan adalah BJ-41. Berikut merupakan dimensi final penampang kolom yang digunakan.
Gambar 3. Dimensi penampang kolom : (a) Baja. (b) Beton bertulang, (c) Komposit baja-beton
Gambar 4. Pemodelan 3D dalam software ETABS
3. Hasil dan Pembahasan Periode Struktur
Hasil analisis yang diperoleh dari program pemodelan menggunakan software adalah perilaku struktur berupa periode getar, simpangan horizontal setiap lantai, gaya geser dasar struktur dan kekakuan struktur. Hasil analisis tersebut digunakan dalam perancangan struktur serta untuk menarik kesimpulan tentang perubahan respon struktur sehingga dapat diketahui perbedaan akibat penggunaan kolom komposit dan non komposit. Periode struktur adalah waktu yang diperlukan struktur untuk menempuh satu putaran penuh dalam menerima beban yang bekerja (Wijayana et al., 2020). Dengan kata lain, periode struktur merupakan waktu yang diperlukan untuk struktur kembali kebentuk semula setelah menerima gaya gempa.
Tabel 1. Periode getar alamai struktur Variasi Periode (detik)
Baja 0,935
Beton
bertulang 1,118
Komposit 1,106
Tabel di atas merupakan tabel periode getar sturktur untuk setiap variasi kolom. Struktur gedung dengan kolom baja memiliki periode getar paling kecil sedangkan struktur gedung dengan kolom beton bertulang memiliki periode getar yang paling besar.
Gedung dengan kolom komposit memiliki nilai periode getar antara kedua jenis kolom non komposit. Selain memiliki periode getar struktur yang rendah, struktur gedung dengan kolom komposit memiliki kekuatan terhadap torsi yang baik. Hal ini terlihat dari pola ragam getar yang dihasilkan dari pemodelan dimana gedung dengan kolom komposit memiliki nilai rotasi arah z yang kecil.
Gaya Geser Struktur
Berdasarkan SNI 03-1726-2019 nilai gaya geser dasar dinamik tidak boleh kurang dari 100% gaya geser dasar yang dihitung menggunakan metode analisis statik ekuivalen. Jika syarat ini tidak terpenuhi maka faktor skala perlu dikoreksi berdasarkan ordinat ragam spektrumnya. Nilai gaya geser dasar yang disajikan pada tabel diatas merupakan gaya geser dasar pada mode shape pertama karena pada mode shape pertama adalah bentuk pertama dari bangunan setelah bangunan menerima gaya gempa. Pengambilan nilai gaya geser dasar dari mode pertama juga untuk menghindari adanya bentuk puntiran atau rotasi pada bangunan yang terdapat pada mode – mode selanjutnya. Dari hasil gaya geser
dasar setiap variasi kolom untuk semua variasi kolom tidak memenuhi persyaratan nilai gaya geser dasar dinamik tidak boleh kurang dari 100% gaya geser dasar yang dihitung menggunakan metode analisis statik ekuivalen sehingga gaya geser dasar perlu diperbesar dengan skala pembesaran yang telah dihitung. Berikut merupakan nilai gaya geser dasar setelah terkoreksi.
Tabel 2. Gaya geser dasar struktur Variasi
Kolom
Arah Gaya Geser
Gaya geser Dasar Struktur
(KN)
Baja X - Direction 12841,39
Y - Direction 16560,40 Beton bertulang X - Direction 15922,25 Y - Direction 21786,56 Komposit X - Direction 12371,65 Y - Direction 18309,11
Gaya geser dasar arah sumbu x struktur untuk varisi kolom komposit baja-beton memiliki gaya geser dasar paling kecil. Sedangkan untuk gaya geser dasar arah sumbu y variasi kolom baja memiliki nilai terkecil.
Struktur gedung dengan variasi kolom beton bertulang memiliki gaya geser dasar paling besar baik itu pada arah x maupun arah y.
Simpangan Antar Lantai
Sebelum menganalisis simpangan tiap lantai, harus dipastikan terlebih dahulu bahwa simpangan yang terjadi pada setiap model dengan variasi kolom yang berbeda tidak melebihi simpangan izin yang diperbolehkan.
Gambar 5. Simpangan antar lantai struktur dengan kolom baja
Gambar 6. Diagram Simpangan Antar Lantai Struktur dengan kolom Beton Bertulang
Gambar 7. Simpangan Antar Lantai Struktur dengan kolom Komposit baja-beton
Simpangan lateral antar lantai harus selalu diperiksa untuk menjamin stabilitas struktur, mencegah kerusakan elemen-elemen non struktural, serta untuk menjamin kenyamanan pengguna bangunan.
Berdasarkan SNI 03-1726-2019 2 mengenai Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, simpangan antar lantai tingkat desain tidak boleh melebihi simpangan antar lantai tingkat ijin dimana penentuan simpangan antar lantai tingkat desain (δ) harus dihitung berdasarkan perbedaan defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan terbawah. Dari gambar 5, gambar 6 dan gambar 7 di atas dapat disimpulkan bahwa struktur gedung dengan ketiga variasi kolom baik itu kolom baja, kolom beton bertulang dan kolom komposit baja-beton memiliki simpangan antar lantai yang tidak melebihi simpangan izinnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa semua struktur dengan semua variasi kolom memnuhi
persyaratan terhadap simpangan antar lantai yang tidak melebihi simpangan maksimumnya.
Gambar 8. Simpangan antar lantai arah x untuk semua variasi kolom
Gambar 9. Simpangan antar lantai arah y untuk semua variasi kolom
Apabila dibandingkan antara semua variasi kolom, baik simpangan antar lantai arah x maupun simpangan antar lantai arah y justru menghasilkan simpangan antar lantai terbesar pada struktur gedung dengan variasi kolom komposit dan simpangan antar lantai terkecil pada struktur gedung dengan variasi kolom beton bertulang. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu bahwa kolom komposit memiliki kapasitas paling baik, pada penelitian ini hal tersebut belum tentu menunjukkan bahwa gedung dengan variasi kolom komposit memiliki perilaku struktur gedung paling baik
dibandingkan dengan perilaku gedung dengan variasi kolom baja dan kolom beton bertulang.
Kapasitas Kolom dan Kekakuan Struktur
Kolom komposit baja-beton memiliki nilai momen ultimate dan geser ultimate paling kecil dibandingkan dengan kolom baja dan kolom beton bertulang. Hal tersebut menunjukan bahwa dengan pembebanan yang sama, kolom komposit memiliki kapasitas lebih besar dibandingkan dengan kolom non komposit yaitu kolom baja dan kolom beton bertulang.
Sedangkan untuk beban aksial ultimate, kolom beton bertulang memiliki beban aksial ultimate paling kecil sedangkan kolom baja memiliki beban aksial ultimate paling besar. Meskipun demikian, ketiga variasi kolom tidak menunjukan perbedaan yang begitu signifikan.
Tabel 3. Gaya aksial, momen dan gaya geser ultimate kolom.
Variasi Kolom
Pu (N)
Mu (Nm)
Vu (N)
Baja 769727 10555,6 2553,2
Beton
bertulang 751176 5449,3 1339,1 Komposit 763702 4868,3 1131,5
Gambar 10. Kekakuan lantai 6 untuk semua variasi kolom
Pada grafik diatas, terlihat bahwa kekakuan lantai paling atas untuk struktur dengan variasi kolom komposit memiliki kekakuan paling kecil. Struktur dengan variasi kolom baja memiliki kekakuan lantai atas paling tinggi. Hal ini sesuai dengan nilai periode struktur yang didapat dimana periode getar struktur dengan variasi kolom baja memiliki nilai terkecil yaitu 0,935 detik. Nilai periode struktur bangunan berbanding terbalik terhadap kekakuan struktur, sedangkan kekakuan struktur bangunan berbanding lurus terhadap momen inersia bangunan (Handayani & Jamal, 2018).
Semakin tinggi nilai periode getar gedung maka semakin kecil kekakuan gedung tersebut.
4. Kesimpulan
Perilaku struktur dengan variasi kolom komposit baja-beton pada penelitian ini tidak selalu menghasilkan perilaku struktur yang lebih baik dari pada struktur dengan variasi kolom non komposit. Struktur dengan variasi kolom komposit memiliki periode getar struktur 1,106 detik dimana nilai ini berada di antara periode getar struktur dengan variasi kolom baja dan kolom beton bertulang, gaya geser dasar struktur arah sumbu x untuk variasi kolom komposit baja-beton memiliki gaya geser dasar paling kecil yaitu 12371,65 KN, simpangan antar lantai baik arah x maupun simpangan antar lantai arah y terbesar terjadi pada struktur gedung dengan variasi kolom komposit dan kekakuan lantai paling atas untuk struktur dengan variasi kolom komposit memiliki kekakuan paling kecil. Meskipun demikian, apabila dilihat dari kapasitas kolom itu sendiri, kolom komposit pada penelitian ini memiliki kapasitas terhadap momen dan geser yang lebih baik dari pada kolom non komposit.
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih kepada LPPM Universitas Siliwangi atas dana yang diberikan untuk kegiatan penelitian ini dan pihak-pihak lain yang telah membantu penelitian.
Daftar Pustaka
Ade O, P. A. S. D., & Banu, D. H. (2019). Evaluasi Teknis Penggunaan Kolom Komposit Baja Beton Pada Bangunan Bertingkat Banyak. Jurnal Sipil
Statik, 7(2), 285–290.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jss/article/vi ew/22799
Demers, M., & Neale, K. W. (1999). Confinement of reinforced concrete columns with fibre-reinforced composite sheets - An experimental study.
Canadian Journal of Civil Engineering, 26(2), 226–241. https://doi.org/10.1139/l98-067
Ding, J., Zou, Y., Wang, C. Q., Zhou, H. F., & Li, T. Q.
(2020). Investigation on flexural behavior of a new-type composite column with steel angles.
Journal of Asian Architecture and Building
Engineering, 19(5), 458–479.
https://doi.org/10.1080/13467581.2020.1748038 Fauzi, M. Z., Wahyuni, E., & Suswanto, B. (2018).
Modifikasi Perencanaan Struktur Gedung Apartemen Brooklyn Alam Sutera menggunakan Struktur Komposit Baja-Beton dengan Sistem Rangka Berpengaku Eksentris. Jurnal Teknik ITS,
7(1), 6–11.
https://doi.org/10.12962/j23373539.v7i1.29171 Ge, H. B., & Usami, T. (1994). Strength Analysis of
Concrete-Filled Thin-Walled Steel Box columns.
Journal of Constructional Steel Research, 30(3), 259–281. https://doi.org/10.1016/0143- 974X(94)90003-5
Ge, H., & Usami, T. (1992). Strength of Concrete‐ Filled Thin‐ Walled Steel Box Columns: Experiment. Journal of Structural Engineering, 118(11), 3036–3054.
https://doi.org/10.1061/(asce)0733- 9445(1992)118:11(3036)
Handayani, E. M., & Jamal, A. F. (2018). Kolom, Perilaku struktur bangunan ireguler l bertingkat banyak akibat penempatan arah. Teknik Sipil Dan Perencanaan, 1, 1–8.
Hou, W., Lin, G., Li, X., Zheng, P., & Guo, Z. (2020).
Compressive behavior of steel spiral confined engineered cementitious composites in circular columns. Advances in Structural Engineering,
23(14), 3075–3088.
https://doi.org/10.1177/1369433220928528 Lacki, P., Derlatka, A., & Kasza, P. (2018). Comparison
of steel-concrete composite column and steel column. Composite Structures, 202, 82–88.
https://doi.org/10.1016/j.compstruct.2017.11.055 Liang, C. Y., Chen, C. C., Weng, C. C., Yin, S. Y. L., &
Wang, J. C. (2014). Axial Compressive Behavior of Square Composite Columns Confined by Multiple Spirals. Journal of Constructional Steel
Research, 103, 230–240.
https://doi.org/10.1016/j.jcsr.2014.09.006
Meillyta, M., & Vuardi, I. (2021). Analisis Perbandingan Rasio Kapasitas Kolom Baja Dan Kolom Komposit Baja Beton Pada Struktur Portal.
Tameh: Journal of Civil Engineering, 8(2), 90–99.
https://doi.org/10.37598/tameh.v8i2.91
Muharam, A. F., Wahyuni, E., & Iranata, D. (2017).
Modifikasi Perencanaan Struktur Apartemen One East Residence Surabaya dengan Struktur Komposit Baja Beton dan Base Isolator: High Damping Rubber Bearing. Jurnal Teknik ITS,
6(2), 152–158.
https://doi.org/10.12962/j23373539.v6i2.25114 Propika, J., Fitriyah, D. K., & Septiarsilia, Y. (2020).
Analisa Perbandingan Kolom Komposit Inside Steel dan Outside Steel terhadap Kapasitas Tahanan Aksial dan Momen. Reka Buana : Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Dan Teknik Kimia, 5(2), 62.
https://doi.org/10.33366/rekabuana.v5i2.1947 Rochette, P., & Labossière, P. (2000). Axial Testing of
Rectangular Column Models Confined with
Composites. Journal of Composites for
Construction, 4(3), 129–136.
https://doi.org/10.1061/(asce)1090- 0268(2000)4:3(129)
Shanmugam, N. E., & Lakshmi, B. (2001). State of The Art Report on Steel-Concrete Composite Columns. Journal of Constructional Steel
Research, 57(10), 1041–1080.
https://doi.org/10.1016/S0143-974X(01)00021-9 Wijayana, H., Susanti, E., & Septiarsilia, Y. (2020).
Studi Perbandingan Letak Shear Wall terhadap Perilaku Struktur dengan menggunakan SNI 1726 : 2019 dan SNI 2847 : 2019. Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Terapan VIII, 467–
474.
Xiong, M. X., Xiong, D. X., & Liew, J. Y. R. (2017).
Axial performance of Short Concrete Filled Steel Tubes with High- and Ultra-High- Strength Materials. Engineering Structures, 136, 494–510.
https://doi.org/10.1016/j.engstruct.2017.01.037