• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Desain Kolom Komposit Dengan Metode Load And Resistance Factor Design

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Desain Kolom Komposit Dengan Metode Load And Resistance Factor Design"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DESAIN KOLOM KOMPOSIT BAJA-BETON DENGAN METODE LOAD AND RESISTANCE FACTOR DESIGN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh ujian sarjana Teknik Sipil

Disusun Oleh :

ALFIN RICO SIMANJUNTAK 07 0404 126

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Pada saat ini kolom bangunan tinggi banyak menggunakan material beton bertulang. Seiring dengan berkembangnya teknologi bahan konstruksi di beberapa negara, kini sudah mulai banyak digunakan material baja dalam konstruksi bangunan tinggi. Dewasa ini juga telah dikembangkan penggunaan material komposit dalam konstruksi kolom

Dalam tugas akhir ini penulis mendesain 3 model gedung 10 lantai dengan material kolom yang berbeda, yaitu kolom beton bertulang, kolom baja dan kolom komposit beton – baja. 3 model struktur ini di desain dengan fungsi gedung, wilayah gempa dan pembebanan yang sama. Kemudian akan di bandingkan di antara ketiga kolom tersebut yang mana yang paling optimal untuk digunakan pada gedung yang direncanakan tersebut.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala hikmat dan

pertolongan-Nya sehingga penulisan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

sarjana S1 pada Bidang Studi Struktur Jurusan Sipil Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Adapun judul Tugas Akhir ini adalah ”ANALISIS DESAIN KOLOM

KOMPOSIT DENGAN METODE LOAD AND RESISTANCE FACTOR

DESIGN”. Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas akhir ini tidak lepas dari

pertolongan banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil

sekaligus dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan dan saran kepada

penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Ir. Syarizal, MT sebagai Sekretaris Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Medan.

3. Bapak dan Ibu staf pengajar dan seluruh pegawai Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Medan.

4. Orangtua tercinta M. Simanjuntak dan M. Pakpahan. Terimakasih atas

dukungannya baik dalam doa, nasehat, materi dan tenaga yang sangat berarti

bagi penulis selama proses penyelesaian Tugas Akhir ini.

5. Sri Irianti Pinem yang terkasih, atas bantuan dan dukungan kepada penulis

(4)

6. Ramot David Siallagan, tandem Project Tugas Akhir. Terimakasih atas

dukungan dan bantuanya.

7. Appara Andreas, Doan, Deddy GS

8. Jefferey, Bekro, Markus, Dedy Gultom, Boy, HMT Rustxell Simanungkalit,

Lae’ Endra dan rekan-rekan seperjuangan mahasiswa stambuk 2007. Serta

adik-adik kelas yang telah memberikan banyak motivasi serta bantuan dan

segala kekerabatan dan kerja sama selama pendidikan di Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Medan.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari Bapak

dan Ibu Staf pengajar serta rekan-rekan mahasiswa demi penyempurnaan Tugas Akhir

ini. Akhir kata, penulis berharap Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kita

semua.

Medan, Juni 2013

Hormat saya

Alfin Rico Simanjuntak

(5)

DAFTAR ISI

2.2.1.3 Perencanaan Struktur Beton Bertulang..……… ……... 11

(6)

2.2.1.3.2 Prencanaan alok...……… …..…….. 13

2.3.1.2 Kekuatan Balok Komposit dengan penghubung geser... 27

2.3.1.3 Menghitung momen nominal... 27

2.3.1.4 Penghubung Geser...…………... 30

2.3.1.5 Kontrol Lendutan...……... 30

2.3.2 Kolom Komposit... ………...…………... 31

2.3.2.1 Kriteria Kolom Komposit...………... 32

2.3.2.2 Kuat Rencana...………... 33

2.3.3 Aksi Komposit... 34

2.4 Analisis Kolom... 36

2.4.1 Beban Aksial dan Lentur pada Kolom …... 36

(7)

2.4.3 Konsep dan asumsi diagram interaksi kolom....…....……….. 40

2.4.4 Eksentrisitas pada kolom…………... 42

2.5 Metode Desain... 19

BAB III : APLIKASI 3.1 Umum ………..………... 58

3.2 Metodologi dan diagram Alir.………... 58

3.3 Perencanaan Struktur Sekunder...………... 86

3.3.1 Struktur Beton Bertulang ……...………... 86

3.3.2 Struktur Baja dan Komposit………...…….. 86

3.4 Analisis dan Output Program Komputer....………...………….…… 90

BAB IV : ANALISIS KOLOM 4.1 Perencanaan Struktur Kolom………... 94

4.1.1 Kolom Struktur Beton Bertulang ………...… 103

4.1.2 Kolom Baja ………...………... 108

4.1.3 Kolom Komposit………...…... 112

4.2 Pembahasan………..………... 112

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Keismpulan………...…... 121

5.2 Saran... 121

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Datasheet Karakteristik Baja 31

Tabel 2.2 Koefisien Gempa (C) untuk kondisi tanah sedang 49

Tabel 3.1 Kontrol kinerja batas layan dan kinerja batas ultimate pada struktur

kolom komposit 93

Tabel 4.1 Perbandingan kebutuhan material kolom masing-masing struktur 118

Tabel 4.2 Tabulasi perbandingan kolom masing-masing struktur 118

(9)

DAFTAR NOTASI

Ac = luas penampang beton, mm2

Ar = luas penampang tulangan longitudinal, mm2

As = luas penampang profil baja, mm2

E = modulus elastisitas baja, MPa

Ec = modulus elastisitas beton, Mpa

Em = modulus elastisitas untuk perhitungan kolom komposit, MPa

fcr = tegangan tekan kritis, MPa

f y = tegangan leleh untuk perhitungan kolom komposit, MPa

fy = tegangan leleh profil baja, MPa

fc’ = kuat tekan karakteristik beton, MPa

kc = faktor panjang efektif kolom

L = panjang unsur struktur, mm

Nn = kuat aksial nominal, N

rm = jari-jari girasi kolom komposit, mm

w = berat jenis beton, kg/m3

λc = parameter kelangsingan

φc = faktor reduksi beban aksial tekan

= faktor tekuk

R0 = Tingkat ketahanan terhadap api pada kelembaban nol (menit)

W = Berat jenis kolom baja (lbs/ft), untuk baja normal 90 lbs/ft

D = Parameter dalam perlindungan api (in), = 84,6 in

(10)

kc = Konduktivitas themal beton pada suhu kamar (Btu/hroF), =0,95 Btu/hroF

H = Kapasitas termal kolom baja pada suhu kamar = 0,11W (Btu/ftoF

ρc = Kepadatan beton (pcf)

cc = panas spesifik beton pada suhu kamar (Btu/lboF)

L = dimensi satu sisi kolom beton pelindung (in)

d = tinggi penampang profil baja (in)

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Kolom berfungsi sebagai elemen struktur tekan... 2

Gambar 1.2. Hubungan tegangan regangan pada beton dan baja (beban sentris)... 2

Gambar 1.3. latar belakang desain kolom sebagai material komposit beton-baja... 5

Gambar 1.4. Jenis-jenis Kolom ... 5

Gambar 1.5 Denah dan potongan bangunan... 8

Gambar 2.1. Diagram tegangan regangan beton... 10

Gambar 2.2. konversi q segi tiga... 13

Gambar 2.3. nomogram faktor panjang efektif K... 16

Gambar 2.5 Macam-macam Struktur Komposit... 26

Gambar 2.6 Distribusi tegangan elastis pada balok... 28

Gambar 2.7 Distribusi tegangan plastis pada balok... 29

Gambar 2.8 Penampang Kolom komposit ... 32

Gambar 2.9 kolom baja struktural dengan pelindung beton ... 35

Gambar 2.10 Perbandingan lendutan balok dengan dan tanpa aksi komposit... 36

Gambar 2.11 Spektrum Respons Gempa Wilayah 3... 37

Gambar 3.1. Denah Rencana Bangunan... 38

Gambar 3.2 Tampak Depan Rencana... 39

Gambar 3.3 Skema diagram alir penyelesaian tugas akhir... 41

Gambar 3.4 Distribusi Gaya... 43

Gambar 3.5 q ekuivalen balok anak... 44

Gambar 3.6. Penampang dek bergelombang bondek® Lysaght ... 45

(12)

Gambar 3.8 Penulangan bondek lantai... 50

Gambar 3.9 Denah pembebanan Balok Anak... 51

Gambar 3.10 Bidang momen dan geser pada balok sebelum komposit... 52

Gambar 3.11 Bidang momen dan geser pada balok setelah komposit... 55

Gambar 3.12 Distribusi tegangan plastis... 74

Gambar 3.13 Denah portal yang ditinjau... 79

Gambar 4.1 Skema Kolom Beton bertulang lantai 1... 82

Gambar 4.2 Nomogram faktor panjang efektif (K)... 83

Gambar 4.3 Kolom Beton bertulang lantai 1-4 85

Gambar 4.4 Skema Kolom Beton bertulang lantai 5 74

Gambar 4.5 Nomogram faktor panjang efektif (K) 75

Gambar 4.6 Kolom Beton bertulang lantai 5-7 77

Gambar 4.7 Skema Kolom Beton bertulang lantai 8 78

Gambar 4.8 Nomogram faktor panjang efektif (K) 79

Gambar 4.9 Kolom Beton bertulang lantai 8-10 80

Gambar 4.10 Skema Kolom B2 struktur baja lantai 1 82

Gambar 4.11 Nomogram faktor tekuk 83

Gambar 4.12 Kolom B2 Struktur Baja lantai 1-4 85

Gambar 4.13 Skema Kolom B2 Lantai 5 87

Gambar 4.15 Nomogram Kolom struktur baja lantai 5 88

Gambar 4.16 Kolom B2 Struktur Baja lantai 5-7 89

Gambar 4.17 Skema Kolom Komposit lantai 1 96

Gambar 4.18 Nomogram Kolom komposit lantai 1 96

(13)

Gambar 4.20 Detail kolom komposit lantai 1 100

Gambar 4.21 Kolom bangunan struktur Beton bertulang 102

Gambar 4.22 Kolom bangunan struktur baja 103

Gambar 4.23 Kolom bangunan struktur Beton bertulang 104

(14)

ABSTRAK

Pada saat ini kolom bangunan tinggi banyak menggunakan material beton bertulang. Seiring dengan berkembangnya teknologi bahan konstruksi di beberapa negara, kini sudah mulai banyak digunakan material baja dalam konstruksi bangunan tinggi. Dewasa ini juga telah dikembangkan penggunaan material komposit dalam konstruksi kolom

Dalam tugas akhir ini penulis mendesain 3 model gedung 10 lantai dengan material kolom yang berbeda, yaitu kolom beton bertulang, kolom baja dan kolom komposit beton – baja. 3 model struktur ini di desain dengan fungsi gedung, wilayah gempa dan pembebanan yang sama. Kemudian akan di bandingkan di antara ketiga kolom tersebut yang mana yang paling optimal untuk digunakan pada gedung yang direncanakan tersebut.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang

Pada saat ini kolom bangunan tinggi banyak menggunakan material beton

bertulang. Seiring dengan berkembangnya teknologi bahan konstruksi di beberapa

negara, kini sudah mulai banyak digunakan material baja dalam konstruksi bangunan

tinggi. Dewasa ini juga telah dikembangkan pnggunaan material komposit dalam

konstruksi kolom.

Dalam tugas akhir ini, akan di analisa suatu struktur sepuluh lantai dengan

tinggi dan luas bangunan yang sama. Bangunan akan direncanakan menggunakan

material beton bertulang, baja dan juga komposit pada material kolomnya, yang

kemudian akan dibandingkan ketiganya.

Adapun literatur yang digunakan sebagai acuan untuk mendesain konstruksi

beton bertulang adalah SNI 03-1729-2002 dan untuk desain baja serta komposit

baja-beton menggunakan SNI 03-2847-2002. Untuk mendukung penulisan tugas akhir ini

juga diambil dari buku literatur seperti yang di cantumkan dalam daftar pustaka.

Digunakan juga peraturan pendukung lainya dari luar Indonesia seperti Spesification for structural Steel Buildings(AISC-LRFD 2005).

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul

beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang

(16)

merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang

bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur.(Anonim1, 2002)

Gambar 1.1. Kolom berfungsi sebagai elemen struktur tekan

Beton cocok sebagai material untuk komponen tekan karena karakteristiknya

yang memiliki nilai kuat tekan yang relatif tinggi, namun beton merupakan bahan

bersifat getas dan nilai kuat tariknya hanya berkisar 9%-15% saja dari kuat tekanya.

Pada penggunaan sebagai komponen struktural bangunan, umumnya beton diperkuat

dengan batang tulangan baja sebagai bahan yang dapat bekerja sama dan mampu

menutupi kelemahanya, terutama pada bagian yang mengalami gaya tarik. Mekanisme

keruntuhan pada material baja ketika struktur baja telah berada pada kondisi inelastis

(plastisnya), baja akan mengalami leleh sebelum runtuh yang akan memberikan waktu

bagi para pengguna gedung untuk menyelamatkan diri, tidak seperti beton tanpa

tulangan baja yang bersifat getas yang akan runtuh seketika pada saat gaya yang

(17)

Gambar 1.2. Hubungan tegangan regangan pada beton dan baja (beban sentris)

Pada prisipnya Kolom yang terbuat dari beton murni dapat mendukung

beban kombinasi yang bekerja, akan tetapi karena kapasitas kolomnya kecil maka daya

dukungnya juga kecil. Kapasitas kolom tersebut dapat ditingkatkan secara signifikan

dengan cara menambahkan tulangan longitudinal pada kolom. Adanya tulangan

longitudinal ini untuk membuat kolom menjadi lebih daktail dengan persyaratan

penulangan sebanyak 1% sampai dengan 6% (SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4.3.1).

Untuk meningkatkan kapasitas kolom dapat dilakuakan: (a) ditingkatkan mutu beton f’c dan fy serta

memperbesar diameter tulangan; (b)memperbesar dimensi kolom untuk dapat tetap memenuhi syarat persantase penulangan; (c) didesain sebagai kolom komposit

(18)

Kolom juga dapat dibuat secara komposit yaitu kolom baja yang terbuat

dari profil baja diletakan dalam beton bertulang atau terbuat dari pipa besi dan diisi

dengan beton. Perbandingan luas baja dengan luas penampang kolom (As/Ag) paling

sedikit 0,01 agar memenuhi syarat sebagai kolom komposit. Pada kolom komposit

tidak terdapat batas atas untuk besarnya ratio luas profil terhadap luas penampang

kolom, batasan hanya untuk batas bawah yaitu sebesar 4%. (SNI 03-1729-2002).

Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994)

ada tiga jenis kolom beton bertulang yaitu :

1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom

brton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak

spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini

berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada

tempatnya. Terlihat dalam gambar 1.4.(a).

2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama

hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral

yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi

dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap

deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya

kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan

terwujud. Seperti pada gambar 1.4.(b).

3. Struktur kolom komposit seperti tampak pada gambar 1.4.(c). Merupakan

komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar

(19)

Gambar 1.4. Jenis-jenis Kolom

Keuntungan utamanya yang didapat dengan mendesain kolom sebagai

kolom komposit adalah kapsitas menahan beban yang besar meskipun dengan

penampang yang kecil. Khusus untuk kolom komposit dengan penyelimutan beton

juga membawa keuntungan lain, yaitu :

1. Ketahan terhadap api dan korosi yang lebih baik dibandingkan kolom baja biasa.

2. Efek penguatan dalam melawan tekuk.

3. Kemampuan kolom komposit memikul beban aksial dan lentur lebih besar

dibandingkan kolom beton bertulang.

Keuntungan diatas didapat karena terlindungnya profil baja oleh beton

bertulang yang menyelimutinya.

I.2

Perumusan Masalah

Penggunaan material baja-beton yang pada desain kolom komposit

memerlukan perhitungan yang lebih kompleks dibanding perhitungan kolom

(20)

pengerjaanya di lapangan juga perlu diberi perhatian khusus agar beton dan baja dapat

berprilaku komposit.

I.3

Tujuan Penulisan

Tujuan yang akan dicapai penulis setelah menyelesaikan tugas akhir ini

adalah:

1. Merencanakan Kolom komposit dengan metode Load Resistance Factor

Design (LRFD).

2. Mempelajari konsep kolom komposit.

3. Membandingkan kolom komposit, beton bertulang dan kolom baja

I.4

Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam Tugas Akhir ini dapat lebih spesifik dan

terarah, penulis membatasi Tugas akhir ini hanya mencakup poin-poin sebagai berikut

1. Studi tugas akhir ini hanya meninjau elemen struktur komposit baja-beton yang

mengalami kombinasi momen lentur dan gaya aksial yaitu kolom komposit

tipe Concrete encased column, yaitu kolom yang terbuat dari baja profil dan

diletakkan dalam beton bertulang. Profil yang dipakai adalah profil WF (Wide

Flange)

2. Studi tugas akhir ini hanya meninjau kolom komposit berpenampang persegi

dengan baja profil WF di dalamnya.

3. Studi tugas akhir ini hanya menghitung dan analisa kapasitas kolom komposit

Tidak meninjau dari segi analisa biaya, arsitektural dan manajemen konstruksi.

(21)

5. Peraturan baja mengacu kepada Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan

Gedung Menggunakan Metode LRFD dan peraturan- peraturan pendukung

lainya adalah SNI 03-2847-2002 dan SNI 03-1729-2002.

I.5

Metodologi

Adapun pembahasan dalam Tugas akhir ini dilakukan dengan metode study

literatur yaitu dengan mengumpulkan data-data dan keterangan dari buku-buku,

perpustakaan serta masukan dari dosen pembimbing. Perhitungan analisa struktur

dilakukan dengan bantuan program komputer untuk mempercepat pengerjaan.

Untuk melakukan Analisis Desain Kolom Komposit Baja-Beton, penulis

mendesain bangunan 10 lantai dengan ketinggian setiap lantai 3,75 meter dengan

metode Load and Resistance Factor Design (LRFD). Kolom didesain menggunakan

material komposit Beton-baja.

(22)

Data – data yang diperlukan dalam perencanaan seperti wilayah gempa, mutu bahan dan sebagainya ditetapkan sebelumnya. Selanjutnya kolom yang telah di

rencanakan menggunakan material komposit tersebut akan dibandingkan

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Umum

Pada awal perkembangannya penyelimutan baja oleh beton digunakan untuk

melindungi profil baja dari bahaya suhu yang tinggi akibat api dan korosi pada

lingkungan. Sehingga beton dianggap sebagai elemen non struktural dan kekuatan

kolom hanya didasarkan kekuatan baja saja. Tetapi dengan semakin berkembangnya

ilmu pengetahuan, akhirnya diketahui bahwa penyelimutan profil baja dengan beton

tidak hanya berguna untuk melindungi profil baja saja. Ternyata beton penyelimut dan

profil baja bekerja sama untuk menahan beban yang bekerja. Dengan demikian

penyelimutan beton seperti menambah kekuatan dan kekakuan kolom dalam melawan

bahaya tekuk.

Sistem struktur komposit sendiri terbentuk akibat interaksi antara komponen struktur baja danbeton yang karakteristik dasar masing-masing bahan dimanfaatkan secara optimal. Karakteristik penting yang dimiliki oleh struktur baja adalah kekuatan tinggi, modulus elastisitas tinggi, serta daktalitas tinggi. Sedangkan karakteristik penting yang dimiliki oleh struktur beton adalah ketahanan yang baik terhadapapi,mudahdibentuk,danmurah.

II.2 Teori Material dan perencanaan

II.2.1 Beton bertulang

Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi

agregat dan pengikat semen, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya kerikil dan

(24)

tidak kurang dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang, dan

direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bersama-sama dalam

menahan gaya yang bekerja, maka disebut dengan beton bertulang.

Kuat tarik beton berkisar seperdelapan belas kuat tekannya pada umur masih

muda dan berkisar seperduapuluh pada umur sesudahnya. Nilai kuat tekan dan tarik

bahan beton tidak berbanding lurus. Suatu perkiraan kasar dapat dipakai bahwa nilai

kuat tarik bahan beton normal hanya berkisar antara 9% - 15% dari kuat tekannya.

Nilai pendekatan yang diperoleh dari hasil pengujian berulang kali mencapai kekuatan

0.50 – 0.60 kali√ ′ , sehingga untuk beton normal digunakan nilai 0,57 √ ′ .

Gambar 2.1. Diagram tegangan regangan beton

Beton adalah material buatan atau artifisial (berbeda dengan kayu, dan baja),

yang terdiri dari beberapa campuran:

a. Semen

b. Air

c. Agregat (kerikil) kasar dan halus.

(25)

Material-material ini dicampur dan diaduk dengan jumlah dan rasio tertentu

sehingga mudah dipindahkan, ditempatkan (dituang), dipadatkan (compact), dan

dibentuk (finish), dan campuran material tersebut akan mengeras dan menghasilkan

produk yang kuat dan tahan lama.

Jumlah dari masing-masing bahan yang dicampurkan (semen, air, agregat, dll)

akan mempengaruhi properti dari beton yang dihasilkan Kekuatannya tinggi dan dapat

disesuaikan dengan kebutuhan struktur seperti beton mutu K-225,K-250,K-350 dan

seterusnya.

II.2.1.1 Keunggulan Material Beton

Saat ini masih terdapat banyak sekali struktur yang menggunakan beton,

misalnya jembatan, gedung, jalan, dan masih banyak lagi struktur yang lain. Hal

ini dikarenakan beberapa keuntungan yang dimiliki beton, antara lain :

 Mudah dibentuk menggunakan bekisting sesuai dengan kebutuhan

struktur bangunan.

 Tahan terhadap temperatur tinggi jadi aman jika terjadi kebakaran gedung,

atau setidaknya masih memberikan kesempatan kepada penghuni pada

saat bencana terjadi.

 Biaya pemeliharaan rendah karena setelah mengeras menjadi batu, asalkan

besi tulangan berada pada posisi yang baik didalam beton maka

kemungkinan terjadinya karat dapat dikurangi.

 Lebih murah jika dibandingkan dengan baja

(26)

 Mudah didapat bahan bakunya, karena Indonesia merupakan negara yang

kaya akan sumber daya alam misalnya pasir beton dapat ditemukan di

pegunungan maupun di dasar lautan

 Mempunyai tekstur yang terlihat alami sebagai batuan sehingga dapat

difungsikan sebagai bagian dari seni arsitektur

 Umurnya tahan lama

II.2.1.2 Kelemahan Beton

 Beton termasuk material yang relatif berat. Beton mempunyai Berat jenis

2400 kg/m2.

 Kuat tarik kecil (9%-15%) dari kuat tekannya.

II.2.1.3 Perencanaan struktur beton bertulang

II.2.1.3.1 Perencanaan pelat

Perencanaan pelat dikategorikan berdasarkan panjang bentang pada arah x dan y

sebagai pelat satu arah dan dua arah sesuai SNI03-2847-2002 sebagai berikut:

1. Pelat satu arah, yaitu plat yang rasio panjang dengan lebarnya sama dengan 2 atau

lebih dari 2. Pada pelat satu arah, pembebanan yang diterima pelat akan diteruskan

pada balok-balok (pemikul bagian yang lebih panjang) dan hanya sebagian kecil

saja yang akan diteruskan pada gelegar (pemikul pada bagian panel yang lebih

pendek).

2. Pelat dua arah, yaitu pelat yang rasio panjang dengan lebarnya kurang dari 2,

sehingga besar pembebanan yang diterima diteruskan pada keseluruhan pemikul

(27)

Pemodelan struktur yang digunakan adalah sistem rangka pemikul momen, di

mana pelat difokuskan hanya menerima beban gravitasi. Tumpuan pada sisi-sisi pelat

diasumsikan sebagai perletakan jepit elastis.

Menurut SNI03 — 2847 — 2002 Ps.11.5.3.3 tebal minimum pelat dua arah yang menghubungkan tumpuan pada semua sisinya harus memenuhi

untuk α < 2,0

Distribusi pembebanan pada pelat atap dua arah menggunakan metode

amplop yang dapat di konversi ke beban ekuivalen merata.

Gambar 2.2. konversi q segi tiga

Momen maksimum beban segi tiga adalah sedangkan pada beban merata

momen maksimumnya adalah dengan menyamakan keduanya, didapat

persamaan

= ... (2.3)

(28)

= ... (2.4)

II.2.1.3.2 Perencanaan Balok

Dimensi rencana awal balok dapat ditentukan dengan menghitung h minimum

balok agar aman dari lendutan sesuai yang di syaratkan SNI03 — 2847 — 2002 pasal 11.5.2.3b yaitu

ℎ � = , + ... (2.5)

Untuk gaya-gaya dalam yang dapat digunakan untuk menghitung tulangan dapat

digunakan persamaan pada SNI03 — 2847 — 2002 pasal 10.3.3.5 Momen tumpuan

= ... (2.6)

Momen lapangan

= ... (2.7)

Gaya geser

= , ... (2.8)

= ... (2.9)

II.2.1.3.3 Perencanaan Penulangan

Luas tulangan lentur yang diperlukan As perlu, ditentukan dengan persamaan

berikut

= − √ − ... (2.10)

(29)

di mana

= , ′ ... (2.12)

= ... (2.13)

Menurut SNI03-2847-2002 pasal 12.5.1 nilai As minimum harus memenuhi

syarat tidak boleh kurang dari

� � =

√ ′

... (2.14)

juga tidak lebih kecil dari

� � = , ... (2.15)

Sedangkan untuk nilai As maksimum di atur dalam SNI03-2847-2002 pasal

12.3.3 yaitu berdasarkan nilai ρbalance

= , ... (2.16)

di mana nilai ρbalance dihitung sesuai dengan pasal 10.4.3 yaitu

= , � ;( + )... (2.17)

Sedangkan untuk perencanaan tulangan geser, diatur dalam butir 13

SNI03-2847-2002. Perncanaan penampang terhadap geser harus didasarkan pada

� ... (2.18)

(30)

=√ ′ ... (2.20)

= ... (2.21)

II.2.1.3.4 Perencanaan kolom

Faktor panjang efektif, K pada kolom beton ditentukan dengan menggunakan

nomogram seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.3 dengan menarik garis dari

dan . Nilai didapat dari rasio Σ ⁄ dari struktur tekan terhadap Σ ⁄ dari

struktur lentur pada salah satu ujung komponen struktur tekan yang ditinjau

= Σ EI/LΣ EI/L ... (2.22)

Gambar 2.3. nomogram faktor panjang efektif K

Untuk perhitungan perbesaran momen, nilai EI dihitung berdasarkan SNI03 — 2847 — 2002 pasal 12.11.1 yaitu

= , ... (2.23)

(31)

Untuk komponen tekan yang tidak ditahan terhadap goyangan samping,

pengaruh kelangsingan boleh diabaikan apabila

< (2.25)

di mana nilai r sesuai SNI03 — 2847 — 2002 pasal 12.11.2 adalah

r= 0,3h... (2.26)

dengan substitusi persamaan 2.17 ke persamaan 2.16 didapat

< ... (2.27)

Nilai beban kritis Pc dihitung sesuai SNI03 — 2847 — 2002 pasal 12.12.3 yaitu

= ... (2.28)

Karena adanya perbesaran momen, maka momen M1 dan M2 pada ujung-ujung

komponen struktur tekan harus diambil sesuai persamaan pada SNI03 — 2847 — 2002 pasal 12.13.3

Untuk penulangan, SNI03-2847-2002 membatasi luas tulangan longitudinal

komponen struktur tekan non-komposit tidak boleh kurang dari 0,01 ataupun lebih dari

(32)

II.2.2Baja

Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon sebagai

unsur paduan utamanya. Selain beton, baja merupakan salah satu bahan bangunan

yang banyak digunakan sampai saat ini.

Baja sebagai material bangunan mulai digunakan sejak abad ke 19 ketika

dimulainya revolusi industri di Inggris. Baja terkenal amat baik untuk bahan utama

struktur bangunan karena memiliki kekuatan tarik dan kekuatan tekan yang sama

baiknya. Jadi, baja memiliki kekuatan terhadap beban tarik dan tekan aksial serta

beban lentur yang amat baik. Kekuatan besar ini membutuhkan volume yang relatif

tidak tinggi.

II.2.2.1 Sifat-sifat Mekanis Baja

Menurut SNI 03–1729–2002 tentang tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung, sifat mekanis baja terdiri dari:

 Tegangan leleh untuk perencanaan (fy) tidak boleh diambil melebihi nilai

yang diberikan pada tabel di bawah:

 Tegangan putus untuk perencanaan (fu) tidak boleh diambil melebihi nilai

yang diberikan pada tabel di bawah:

(33)

Kebanyakan properti mekanika yang penting dari baja untuk desain

didapat dari test tarik. Properti penting yang didapat dari test tarik adalah tegangan

leleh baja (fy), tegangan ultimate ( fu ) dan modulus elastisitas ( E ).

Gambar 2.4 Diagram tegangan regangan baja

Beberapa sifat penting dari baja yang dapat dipergunakan dalam

perhitungan struktur baja adalah :

Tegangan tarik leleh ( fy )

Tegangan tarik leleh ( fy ) didapat dari diagram tegangan-regangan seperti pada

gambar 2.4, yang merupakan tegangan yang menjadi batas keadaan elastis dan

plastis

Modulus Elastisitas ( E )

Modulus Elastisitas ( E ) merupakan kemiringan ( tangen ) dari grafik tegangan

(34)

II.2.2.2 Keunggulan Material Baja

Baja sebagai material bangunan memiliki keuntungan-keuntungan

sebagai berikut:

 Kekuatan tinggi

Kekuatan per volume tetap paling tinggi dibanding dengan material lain.

Kekuatan dinyatakan dengan Fy (Tegangan Leleh) dan Fu (Tegangan Tarik

Batas). Akibatnya, dalam perhitungan beban mati, nilainya lebih kecil dengan

bentang yang bisa lebih lebar sehingga ruang dapat dimanfaatkan akibat

kecilnya profil baja yang dipakai.

 Kemudahan Pemasangan

Umumnya semua komponen konstruksi baja dipersiapkan di bengkel. Yang

dilakukan di lapangan atau site adalah menyambung/ assembly komponen-komponen ini. Semua komponen-komponen, sambungan, dan alat sambung baja memiliki

standar baik yang nasional maupun internasional

 Keseragaman

Karena baja adalah komponen yang homogen dan buatan manusia, maka

keseragaman sangat tinggi dan dapat diharapkan pula keseragaman dalam hal

kekuatannya. Karena keseragaman inilah maka pemborosan yang terjadi dalam

proses pelaksanaan umumnya dapat ditekan.

 Daktilitas

Daktilitas adalah sifat material yang memungkinkan adanya deformasi yang

besar akibat tegangan tarik tanpa hancur dan putus. Adanya sifat ini pada baja

(35)

yang berlebihan. Ini sangat menguntungkan bila bangunan mengalami beban

besar tiba- tiba misalnya beban gempa.

 Keuntungan lainnya:

- Proses pemasangan cepat dan tak perlu menunggu untuk mencapai 100%

kekuatan

- Dapat dilas

- Komponen-komponen strukturnya bisa digunakan lagi untuk keperluan

lainnya

- Komponen-komponen yang sudah tidak dapat digunakan lagi masih

mempunyai nilai sebagai besi tua.

- Struktur yang dihasilkan bersifat permanen dengan cara pemeliharaan yang

tidak terlalu sukar.

II.2.2.3 Kelemahan Baja

Baja Sebagai material bangunan memiliki keuntungan-keuntungan

sebagai berikut:

 Komponen-komponen struktur yang dibuat dari bahan baja perlu diusahakan

supaya tahan api sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk bahaya

kebakaran

 Diperlukannya suatu biaya pemeliharaan untuk mencegah baja dari bahaya

karat

 Akibat kemampuannya menahan tekukan pada batang-batang yang langsing,

walaupun dapat menahan gaya-gaya aksial, tetapi tidak bisa mencegah

terjadinya

(36)

II.2.2.4 Perencanaan struktur baja

Batas kelangsingan profil baja kompak ditentukan dalam SNI03-1729-2002

pasal 7.6.4. untuk sayap

Suatu komponen struktur yang memikul lentur harus memenuhi persyaratan

berikut sesuai SNI03-1729-2002 pasal 8.1.1 dan 8.1.2 yaitu

� ... (2.34)

dan

� ... (2.35)

Kuat nominal lentur penampang dengan pengaruh tekuk lokal di hitung dengan

mengikuti kaidah SNI03-1729-2002 SNI03-1729-2002 pasal 8.2

Momen leleh My adalah momen lentur yang menyebabkan penampang mulai

mengalami tegangan leleh. Sesuai SNI03-1729-2002 SNI03-1729-2002 pasal 18.2b

besarnya dihitung dengan

= ... (2.36)

Kuat lentur plastis Mp momen lentur yang menyebabkan seluruh penampang

mengalami tegangan leleh. Sesuai SNI03-1729-2002 pasal 18.2b ditentukan dengan

(37)

= ... (2.37)

atau

Mp = 1,5 My ... (2.38)

Momen batas tekuk Mr diambil sama sesuai persamaan SNI03-1729-2002

pasal 8.2.1c

= ( – )... (2.39)

Kuat lentur nominal penampang dengan pengaruh tekuk lateral dihitung

dengan mengikuti kaidah SNI03-1729-2002 SNI03-1729-2002 pasal 8.2. momen

kritis Mc untuk profil I dan kanal ganda adalah sebesar

= [ + ( − ) �−

( �− )] ... (2.40)

di mana faktor pengali momen Cb ditenrukan dengan persamaan dari

SNI03-1729-2002 pasal8.3.1

= , +, + + , ... (2.41)

Panjang bentang untuk pengekangan lateral Lp sesuai persyaratan pada

SNI03-1729-2002 dihitung dengan persamaan

= , √ ... (2.42)

Kuat geser pelat badan dihitung sesuai ketentuan SNI03-1729-2002 pasal 8.8. pelat

badan yang memikul gaya geser perlu (Vu) harus memenuhi

� ... (2.43)

Kuat geser nominal pelat badan harus dihitung sebagai berikut sesuai anonim2,

2002

(38)

II.2.2.4.2 Perencanaan komponen tekan

Suatu komponen struktur yang mengalami gaya tekan konsentrasi akibat beban

terfaktor, Nu, harus memenuhi persyaratan seperti diatur dalam SNI03-1729-2002

Pasal 9.1

� ... (2.45)

Analisis tekuk komponen struktur diatur dalam SNI03-1729-2002 pasal 7.6.

gaya tekuk elastis komponen struktur (Ncr) ditetapkan sebagai berikut

= ... (2.46)

dengan mensubstitusikan persamaan 3.39 ke persamaan 3.37

(39)

Untuk , < � < , maka = ,

, − , � ... (2.52b)

Untuk � , maka = , � ... (2.52c)

Persamaan interaksi aksial-momen harus dipenuhi oleh setiap komponen

struktur sesuai persyaratan SNI03-1729-2002 Pasal 7.4.3.3.

Bila

� , maka � + (� +� ) , ... (2.53a)

Bila

� < , maka � + (� +� ) , ... (2.53b)

II.3 Struktur Komposit Beton-Baja

Struktur komposit (Composite) merupakan struktur yang terdiri dari dua

material atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan

sehingga menghasilkan sifat gabungan yang lebih baik

Karena struktur komposit melibatkan dua macam material yang berbeda, maka

perhitungan kapasitasnya tidak sesederhana bila struktur bukan komposit.

Karakteristik dan dimensi kedua bahan akan menentukan bagaimana pemilihan jenis

profil dan pelat beton yang akan dikomposisikan dan kinerja struktur tersebut.

Sistem struktur komposit sendiri terbentuk akibat interaksi antara komponen

struktur baja dan beton yang karakteristik dasar masing-masing bahan dimanfaatkan

secara optimal. Karakteristik penting yang dimiliki oleh struktur baja adalah

kekuatan tinggi, modulus elastisitas tinggi, serta daktalitas tinggi. Sedangkan

karakteristik penting yang dimiliki oleh struktur beton adalah ketahanan yang baik

terhadap api, mudah dibentuk, dan murah.

Struktur komposit dalam aplikasinya dapat merupakan elemen dari bangunan,

(40)

1. Kolom baja terbungkus beton / balok baja terbungkus beton (Gambar 2.5.a/d).

2. Kolom baja berisi beton/tiang pancang (Gambar 2.5.b/c).

3. Balok baja yang menahan slab beton (Gambar 2.5.e).

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 2.5 Macam-macam Struktur Komposit

II.3.1 Balok Komposit

Balok adalah salah satu di antara elemen-elemen struktur yang paling

banyak dijumpai pada setiap struktur. Balok adalah elemen struktur yang memikul

beban yang bekerja tegak lurus dengan sumbu longitudinalnya. Hal ini akan

menyebabkan balok melentur.

Sebuah balok komposit (composite beam) adalah sebuah balok yang

kekuatannya bergantung pada interaksi mekanis diantara dua atau lebih bahan

(41)

1. Balok komposit penuh

Untuk balok komposit penuh, penghubung geser harus disediakan

dalam jumlah yang memadai sehingga balok mampu mencapai kuat lentur

maksimumnya. Pada penentuan distribusi tegangan elastis, slip antara baja

dan beton dianggap tidak terjadi (SNI 03-1729-2002 Ps.12.2.6).

2. Balok komposit parsial

Pada balok komposit parsial, kekuatan balok dalam memikul lentur

dibatasi oleh kekuatan penghubung geser. Perhitungan elastis untuk balok

seperti ini, seperti pada penentuan defleksi atau tegangan akibat beban layan,

harus mempertimbangkan pengaruh adanya slip antara baja dan beton (SNI

03- 1729-2002 Ps. 12.2.7).

3. Balok baja yang diberi selubung beton

Walaupun tidak diberi angker, balok baja yang diberi selubung beton di

semua permukaannya dianggap bekerja secara komposit dengan beton,

selama hal-hal berikut terpenuhi (SNI 03-1729-2002 Ps.12.2.8)

 Tebal minimum selubung beton yang menyelimuti baja tidak uang

daripada 50 mm, kecuali yang disebutkan pada butir ke-2 di bawah.

 Posisi tepi atas balok baja tidak boleh kurang daripada 40 mm di bawah

sisi atas pelat beton dan 50 mm di atas sisi bawah plat.

 Selubung beton harus diberi kawat jaring atau baja tulangan dengan

jumlah yang memadai untuk menghindari terlepasnya bagian selubung

(42)

II.3.1.1 Lebar Efektif Pelat Beton komposit

Lebar efektif pelat lantai yang membentang pada

masing-masing sisi dari sumbu balok komposit seperti yang diatur dalam

SNI03-1729-2002 tidak boleh melebihi :

a. Seperdelapan dari bentang balok (jarak antara tumpuan)

...(2.44a)

b. Jarak ke tepi pelat

...(2.44b)

II.3.1.2 Kekuatan Balok Komposit dengan Penghubung geser

Kuat lentur negatif rencana øbMn, harus dihitung untuk penampang

baja saja, dengan mengikuti ketentuan-ketentuan pada butir 8

SNI03-1729-2002. Kuat lentur positif rencana øbMn ditentukan sebagai berikut:

a. Untuk ℎ

Dengan øb=0,85 dan Mn dihitung berdasarkan superposisi

tegangan-tegangan elastis yang memperhitungkan pengaruh tumpuan

(43)

II.3.1.3 Menghitung Momen Nominal

II.3.1.3.1 Perhitungan Mn berdasarkan distribusi tegangan elastis

Gambar 2.6 Distribusi tegangan elastis pada balok

 Menghitung nilai transformasi beton ke baja

= . √ ′ (Mpa) ; Untuk beton normal ... (2.45)

= ... (2.46)

= ...(2.47)

� = ...(2.48)

dimana: Es = 200000 Mpa

 Menentukan letak garis netral penampang transformasi

= . +(+ + ) ...(2.49)

 Menghitung momen inersia penampang transformasi

= + � − + + � ( + + ℎ − ) (2.50)

 Menghitung modulus penampang transformasi

= ...(2.51)

= + + ℎ − ...(2.52)

(44)

 Menghitung momen ultimate

Kapasitas momen positif penampang balok komposit penuh digunakan dari

nilai yang terkecil dari

= , . . . ...(2.54)

= . ...(2.55)

II.3.1.3.2 Perhitungan Mn berdasarkan distribusi tegangan plastis

Gambar 2.7 Distribusi tegangan plastis pada balok

gaya tekan yang terjadi pada pelat sesuai persamaan Untuk aksi komposit di

mana beton mengalami gaya tekan akibat lentur, gaya geser horizontal total yang

bekerja pada daerah yang dibatasi oleh titik-titik momen positif maksimum dan

momen nol yang berdekatan harus diambil sebagai nilai terkecil dari:

C = A xf ... (2.56a)

C = , fc′x tp a x b ... (2.56b)

C = ∑ = Qn... (2.56c)

 Mengitung jarak ke sentroid

= ℎ + − . ... (2.57a)

(45)

= ... (2.57c)

 Menghitung momen ultimate

= + + + ... (2.59)

II.3.1.4 Penghubung Geser

Gaya geser yang terjadi antara pelat beton dan profil baja harus dipikul oleh

sejumlah penghubung geser, sehingga tidak terjadi slip pada saat masa layan.

Idealnya alat penghubung geser harus cukup kaku untuk menghasilkan interaksi

penuh, namun hal ini akan memerlukan pengaku yang sangat tegar. Adapun

jenis-jenis alat penghubung geser yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:

 Alat penyambung stud (stud connector) berkepala dan berbentuk pancing.

 Alat penyambung kanal (canal connector)

 Alat penyambung spiral (spiral connector)

 Alat penyambung siku (angle conector)

Pada tugas akhir ini, alat penghubung geser yang digunakan berbentuk Stud

berkepala (stud connector). Kekuatan penghubung geser jenis paku sesuai SNI03:

= , � √ ′ ... (2.60)

Dan untuk perhitungan jumlah penghubung geser (shear connector) yang

dibutuhkan digunakan persamaan :

= ...(2.70)

(46)

Batasan lendutan atau deflection pada balok telah diatur dalam SNI

03-1729-2002. Lendutan diperhitungkan berdasarkan hal-hal sebagai berikut :

 lendutan yang besar dapat mengakibatkan rusaknya barang-barang atau

alat-alat yang didukung oleh balok tersebut .

 lendutan yang terlalu besar akan menimbulkan rasa tidak nyaman bagi

penghuni bangunan tersebut. Perhitungan lendutan pada balok berdasarkan

beban kerja yang dipakai di dalam perhitungan struktur, bukan berdasarkan

beban terfaktor. Besar lendutan dapat dihitung dengan rumus :

= untuk beban terbagi rata ...(2.71)

= untuk beban terpusat di tengah bentang ...(2.72)

II.3.2 Kolom Komposit

Menurut SNI 03-1729-2002, kolom komposit di definisikan sebagai:

1. Kolom yang terbuat dari penampang baja gilas atau tersusun yang diberi

selubung beton di sekelilingnya, (gambar 2.8.a/b)

2. Kolom yang terbuat dari penampang baja berongga yang diisi dengan beton

struktural. (gambar 2.8.c/ d)

(47)

Pada kolom baja berselubung beton (gambar 2.8.a dan 2.8.b) penambahan

beton dapat menunda terjadinya kegagalan lokal buckling pada profil baja serta

berfungsi sebagai material penahan api, sementara itu material baja di sini

berfungsi sebagai penahan beban yang terjadi setelah beton gagal. Sedangkan

untuk kolom baja berintikan beton (gambar2.8.c dan gambar 2.8.d) kehadiran

material baja dapat meningkatkan kekuatan dari beton serta beton dapat

menghalangi terjadinya lokal buckling pada baja.

II.3.2.1 Kriteria Kolom Komposit

Kriteria untuk kolom komposit bagi komponen struktur tekan:

1) Luas penampang profil baja minimal sebesar 4% dari luas penampang

komposit total;

2) Selubung beton untuk penampang komposit yang berintikan baja harus

diberi tulangan baja longitudinal dan tulangan pengekang lateral. Tulangan

baja longitudinal harus menerus pada lantai struktur portal, kecuali untuk

tulangan longitudinal yang hanya berfungsi memberi kekangan pada

beton. Jarak antar pengikat lateral tidak boleh melebihi 2/3 dari dimensi

terkecil penampang kolom komposit. Luas minimum penampang tulangan

transversal (atau longitudinal) tidak boleh kurang dari 0,18 mm2 untuk

setiap mm jarak antar tulangan transversal (atau longitudinal) terpasang.

Tebal bersih selimut beton dari tepi terluar tulangan longitudinal dan

transversal minimal sebesar 40 mm;

3) Mutu beton yang digunakan tidak lebih tinggi daripada 55 Mpa dan tidak

kurang dari 21 MPa untuk beton normal dan tidak kurang dari 28 MPa

(48)

4) Tegangan leleh profil dan tulangan baja yang digunakan untuk perhitungan

kekuatan kolom komposit tidak boleh melebihi 380 MPa;

5) Tebal minimum dinding pipa baja atau penampang baja berongga yang

diisi beton adalah √ / untuk setiap sisi selebar b pada penampang

persegi dan √ / untuk penampang bulat yang mempunyai diameter

luar D.

II.3.2.2 Kuat rencana

Kuat rencana kolom komposit yang menumpu beban aksial (SNI

(49)

Pada persamaan di atas c1,c2 dan c3 adalah koefisien yang besarnya

a. untuk pipa baja yang diisi beton

c1=1,0 ; c2 = 0,85 dan c3=0,4 ...(2.81a)

b. untuk profil baja yang diberi selubung beton

c1=0,7 ; c2 = 0,6 dan c3=0,2 ...(2.81b)

II.3.2.3 Ketahanan terhadap bahaya api

Salah satu keuntungan yang didapat dari kolom komposit baja berselimut

beton adalah faktor ketahanan terhadap bahaya api. American Institute of Steel

Building dalam Steel desing Guide 19 – Fire Resistance of Structural Steel Framing memberi petunjuk dalam mendesain struktur tahan api.

(a)precast concrete column cover; (b)concrete encased Steel column

Gambar 2.9 kolom baja struktural dengan pelindung beton

Penyelimutan profil baja oleh beton dapat berfungsi untuk memperpanjang

waktu bagi kolom dapat terus memikul beban dengan menggunakan kapasitas

termal beton untuk keuntungan kolom itu. Kapasitas beton untuk menyerap panas

dipengaruhi oleh kadar air dari beton. Oleh karena itu, ketahanan api dapat

ditentukan dengan persamaan dalam dua langkah. Pertama, daya tahan api dengan

kadar air nol ditentukan, dan kemudian bahwa ketahanan api meningkat sebagai

fungsi dari kelembaban yang sebenarnya. IBC butir 720.5.1.4 daftar persamaan

untuk daya tahan api pada kelembaban nol dirumuskan sebagai:

= / , + ℎ ,

(50)

dimana:

R0 = Tingkat ketahanan terhadap api pada kelembaban nol (menit)

W = Berat jenis kolom baja (lbs/ft), untuk baja normal 90 lbs/ft

D = Parameter dalam perlindungan api (in), = 84,6 in

h = Ketebalan pelindung beton (in)

kc = Konduktivitas themal beton pada suhu kamar (Btu/hroF), =0,95 Btu/hroF

H = Kapasitas termal kolom baja pada suhu kamar = 0,11W (Btu/ftoF

ρc = Kepadatan beton (pcf)

cc = panas spesifik beton pada suhu kamar (Btu/lboF)

L = dimensi satu sisi kolom beton pelindung (in)

Parameter di atas dapat diatur agar sesuai dengan konfigurasi di lapangan dari

kolom komposit baja di selimuti beton seperti pada gambar 2.9b. ketika ruang

antara saya dan badan profil baja diisi dengan beton (seperti pada gambar 28b),

kapasitas termal dari kolom baja, H, dapat ditingkatkan sebagai berikut

= , + − � ...(2.83)

dimana:

d = tinggi penampang profil baja (in)

As = luas penampang profil baja (in)

II.3.3 Aksi Komposit

Aksi komposit terjadi apabila dua batang struktural pemikul beban seperti

pada pelat beton dan balok baja sebagai penyangganya dihubungkan secara

(51)

Pada balok non-komposit pelat beton dan balok baja tidak bekerja

bersama-sama sebagai satu kesatuan karena tidak terpasang alat penghubung geser,

sehingga masing-masing memikul beban secara terpisah. Apabila balok

non-komposit mengalami defleksi pada saat dibebani, maka permukaan bawah pelat

beton akan tertarik dan mengalami perpanjangan sedangkan permukaan atas dari

balok baja akan tertekan dan mengalami perpendekan.

Karena penghubung geser tidak terpasang pada bidang pertemuan antara

pelat beton dan balok baja maka pada bidang kontak tersebut tidak ada gaya yang

menahan perpanjangan serat bawah pelat dan perpendekan serat atas balok baja.

Dalam hal ini, pada bidang kontak tersebut hanya bekerja gaya geser

vertikal. Sedangkan pada balok komposit, pada bidang pertemuan antara pelat

beton dan balok baja dipasang alat penghubung geser (shear connector) sehingga

pelat beton dan balok baja bekerja sebagai satu kesatuan. Pada bidang kontak

tersebut bekerja gaya geser vertikal dan horizontal, di mana gaya geser horizontal

tersebut akan menahan perpanjangan serat bawah pelat dan perpendekan serat atas

balok baja.

Gambar 2.10 Perbandingan lendutan balok dengan dan tanpa aksi komposit

(Salmon dkk, 1991)

Untuk memahami konsep kelakuan komposit, diambil contoh pada balok yang

(52)

antara pelat dan balok diabaikan, balok dan plat masing-masing memikul suatu bagian

beban secara terpisah. Bila pelat mengalami deformasi akibat beban vertikal,

permukaan bawahnya akan tertarik dan memanjang; sedang permukaan atas balok

tertekan dan memendek. Jadi, diskontinuitas akan terjadi pada bidang kontak. Karena

gesekan diabaikan, maka hanya gaya dalam vertikal yang bekerja antara plat dan

balok.

Kekakuan lantai komposit jauh lebih besar dari kekakuan lantai beton yang balok

penyanggahnya bekerja secara terpisah. Biasanya plat beton bekerja sebagai plat satu

arah yang membentang antara balok-balok baja penyangga. Dalam perencanaan

komposit, aksi plat beton dalam arah sejajar balok dimanfaatkan dan digabungkan

dengan balok baja penyangga. Akibatnya, momen inersia konstruksi lantai dalam arah

balok baja meningkat dengan banyak.

Kekakuan yang meningkat ini banyak mengurangi lendutan beban hidup dan jika

penunjang (shoring) diberikan selama pembangunan, lendutan akibat beban mati juga akan berkurang. Pada aksi komposit penuh, kekuatan batas penampang jauh

melampaui jumlah dari kekuatan plat dan balok secara terpisah sehingga timbul

kapasitas cadangan yang tinggi.

II.4 Metode Desain

Dalam perencanaan struktur baja dikenal dua macam filosofi desain yang

sering digunakan, yaitu desain tegangan kerja (oleh AISC diacu sebagai Allowable

Stress Design, ASD) dan desain keadaan batas (oleh AISC diacu sebagai LRFD).

LRFD merupakan suatu perbaikan terhadap perencanaan sebelumnya, yang

(53)

resistensi, atau dengan kata lain LRFD menggunakan konsep memfaktorkan, baik

beban maupun resistensi.

Desain ASD telah lama dikenal dan digunakan sebagai filosofi utama dalam

perencanaan struktur baja selama kurang lebih 100 tahun. Dalam desain tegangan

kerja, fokus perencanaan terletak pada kondisi-kondisi beban layanan

(tegangan-tegangan unit yang mengasumsikan struktur elastis) yang memenuhi persyaratan

keamanan (kekuatan yang cukup) bagi struktur tersebut.

Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 1986 di Amerika Serikat

diperkenalkanlah suatu filososfi desain yang baru, yaitu desain keadaan batas yang

disebut LRFD. Metode ini diperkenalkan oleh American Institute of Steel

ωonstruction (AISω), dengan diterbitkannya dua buku “Load and Resistance Factor Design Spesification for Structural Steel ψuildings” (yang dikenal sebagai LRFD

spesification) dan Load and Resistance Factor Design of Steel Construction (LRFD

manual) yang menjadi acuan utama perencanaan struktur baja dengan LRFD.

LRFD adalah suatu metode perencanaan struktur baja yang mendasarkan

perencaannya dengan membandingkan kekuatan struktur yang telah diberi suatu faktor

resistensi () terhadap kombinasi beban terfaktor yang direncanakan bekerja pada

struktur tersebut (iQi). Faktor resistensi diperlukan untuk menjaga kemungkinan kurangnya kekuatan struktur, sedangkan faktor beban digunakan untuk mengantisipasi

kemungkinan adanya kelebihan beban.

Peraturan di Indonesia sendiri, yakni SNI 03 – 1729 – 2002 , meskipun tidak ada dicantumkan penjelasan mengacu metode ASD atau LRFD, namun peraturan ini lebih

(54)

Dalam Tugas Akhir ini Penulis Menggunakan Metode desain Load and

Resistance Factor Design (LRFD) yang telah di sesuaikan dengan kondisi di Indonesia

oleh SNI 03-1729-2002 dalam merencanakan bangunan sepuluh tingkat struktur

komposit.

II.5 Analisis Struktur

Perhitungan struktur pada Tugas akhir ini menggunakan bantuan program

komputer, yaitu program Structure Analysis Program (SAP2000 V15.2.1). dengan

input pembebanan sesuai peraturan perencanaan yang digunakan.

II.5.1 Beban Mati (Dead Load)

Berat sendiri elemen struktur terdiri dari berat sendiri elemen kolom, drop

panel, pelat lantai. Berat sendiri elemen struktural tersebut akan dihitung otomatis

sebagai self weight oleh software SAP2000. Selain berat sendiri elemen struktural,

pada beban mati juga terdapat beban lain yang berasal dari elemen arsitektural

bangunan, seperti sesi+keramik dan penggantung

II.5.2 Beban Hidup (Live Load)

Beban hidup pada lantai gedung diambil sebesar 250 kg/m2, sedangkan untuk

lantai atap 100 kg/m2, sesuai dengan standar Tata Cara Perencanaan Pembebanan

Untuk Rumah Dan Gedung 1987.

II.5.3 Beban Gempa (Quake Load)

Analisis struktur terhadap beban gempa mengacu pada Standar Perencanaan

Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1726- 2002). Analisis

struktur terhadap beban gempa pada gedung dilakukan dengan Metode Analisis

Dinamik Spektrum Respon. Besarnya beban gempa nominal pada struktur

(55)

= ... (2.84)

Dimana :

V = Beban gempa

W = Berat bangunan

I = Faktor keutamaan struktur

R = Faktor reduksi gempa

(56)

II.5.3.1 Fakator Keutamaan Struktur (I)

Dari Tabel Faktor Keutamaan Bangunan (SNI 03-1726-2002, halaman 18),

besarnya faktor keutamaan struktur (I) untuk gedung umum seperti untuk

perkantoran dan parkir diambil sebesar 1.

II.5.3.2 Fakator Reduksi Gempa (R)

Dari tabel Faktor Reduksi Gempa (SNI 03-1726-2002, halaman 23), Struktur

Gedung ini termasuk dalam kategori struktur sistem ganda struktur rangka penahan

momen biasa dengan besarnya nilai faktor reduksi gempa R= 4,5 untuk struktur

baja dan 5,5 untuk struktur beton bertulang

II.5.3.3 Penentuan Jenis Tanah (I)

Jenis Tanah Jenis tanah ditetapkan sebagai tanah keras, tanah sedang dan

tanah lunak. Untuk tugas akhir ini di asumsikan tanah yang dignakan adalah jenis

tanah sedang

II.5.3.4 Zona Wilayah Gempa

Penentuan Zona Wilayah Gempa Berdasarkan Peta Wilayah Gempa

Indonesia (SNI 03-1726-2002, halaman 30), Gedung diasumsikan berlokasi di

wilayah gempa 3 dari zona gempa Indonesia. Diagram Respon Spektrum Gempa

(57)

Gambar 2.11 Spektrum Respons Gempa Wilayah 3

Tabel 2.2 Koefisien Gempa (C) untuk kondisi tanah sedang

Periode Getar

T (detik)

Koefisien Gempa

C

0 0,230

0,2 0,550

0,4 0,550

0,6 0,550

0,8 0,412

1,0 0,330

1,2 0,275

1,4 0,236

1,6 0,206

1,8 0,183

(58)

2,2 0,150

2,4 0,137

2,6 0,127

2,8 0,118

3,0 0,110

II.5.4 Kontrol Simpangan (Drift)

II.5.4.1 Kinerja Batas Layan

Simpangan antar tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung

tidak boleh melampaui 0.03/R kali tinggi tingkat yang bersangkutan atau 30 mm

bergantung yang mana yang nilainya lebih kecil. Ketentuan tersebut dapat

dituliskan dengan persamaan sebagai berikut

∆ , ℎ dan ∆ ... (2.85)

II.5.4.2 Kinerja Batas Ultimate

Simpangan antar tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung

tidak boleh melampaui persyaratan berikut :

∆ , , ℎ ; Untuk bangunan beraturan ... (2.86a)

(59)

BAB III

APLIKASI DESAIN

III.1.

Umum

Sebagai aplikasi dalam penulisan tugas akhir ini, akan dilakukan desain

struktur bangunan bertingkat (sepuluh lantai) seperti ditampilkan pada gambar 3.1 dan

3.2. Direncanakan bangunan akan difungsikan untuk keperluan perkantoran. Luas

keseluruhan bangunan 324m2 dan tinggi total bangunan 37,5 m. Denah bangunan

berbentuk persegi dengan panjang melintang 3 x 6m dan memanjang 3 x 6m, dan

tinggi tiap lantai adalah 3,75m. Direncanakan di bangun di wilayah zona gempa 3

dengan jenis tanah keras.

(60)

Gambar 3.2 Tampak Depan Rencana

Akan direncanakan tiga buah bangunan dengan denah seperti tersebut di atas,

dengan dimensi dan jenis material kolom yang berbeda, yaitu struktur dengan kolom

beton bertulang, kolom baja dan struktur dengan kolom komposit baja diselimuti

beton.

III.2.

Metodologi dan diagram alir

Tugas dimulai dengan pengumpulan data-data bangunan, dan asumsi-asumsi

perencanaan struktur. Kemudian dilakukan tinjauan pustaka (studi literatur) mengenai

(61)

Selanjutnya akan dilakukan desain pada struktur sekunder pada bangunan

beton bertulang dan bangunan baja. Struktur sekunder merupakan bagian dari struktur

gedung yang tidak menahan kekuatan secara keseluruhan, namun tetap mengalami

tegangan-tegangan akibat pembebanan yang bekerja pada bagian tersebut secara

langsung, ataupun tegangan akibat perubahan bentuk dari struktur primer. Bagian dari

struktur sekunder meliputi pelat lantai dan atap dan balok anak. Struktur sekunder pada

bangunan baja dan komposit disamakan, yaitu menggunakan pelat beton komposit dek

bergelombang, dan balok anak dari profil baja

Dimensi awal dari perencanaan struktur sekunder akan di gunakan sebagai

input untuk merencanakan struktur primer (balok induk dan kolom) menggunakan

program analisis komputer, dalam hal ini program yang digunakan adalah SAP2000

V15. Nantinya dimensi hasil perhitungan SAP2000 V15 akan di kontrol ulang dengan

perhitungan manual.

Setelah didapat dimensi kolom beton bertulang, kolom baja dan kolom

komposit, akan dibandingkan hasil desain dari masing-masing kolom tersebut

Sistematika penulisan tugas akhir ini dapat dilihat dalam diagram alir pada

(62)
(63)

III.3.

Perencanaan struktur Sekunder

Termasuk di dalamnya berat sendiri pelat atap (0,12m x 24KN/m3) berat

spesi setebal 2 cm (2 x 0,21KN/m2) dan berat plafon + penggantung (0,18 KN/m2).

Sehingga beban mati atap adalah:

qDL = 3,48 KN/m

Beban Hidup (qLL) atap

Menurut peraturan pembebanan Indonesia 1983, beban hidup yang

direncanakan pada pelat atap untuk bangunan perkantoran adalah 100 kg/m2

(64)

Beban mati yang bekerja pada pelat lantai sama seperti yang bekerja pada

atap, ditambah dengan penambahan berat tegel setebal 2 cm pada pelat lantai (2 x

0,24 KN/m2):

qDL = 3,96 KN/m

Beban Hidup (qLL) lantai

Menurut peraturan pembebanan Indonesia 1983, beban hidup yang

direncanakan pada pelat atap untuk bangunan perkantoran adalah 100 kg/m2

qLL = 2,50 KN/m2

III.3.1.2. Balok anak

Pelimpahan beban merata pada balok-balok struktur dilakukan dengan metode

amplop. dengan cara ini, balok-balok struktur tersebut ada yang memikul beban

segitiga. Untuk memudahkan perhitungan, beban segi tiga diubah menjadi beban

merata ekuivalen (qc ).

(65)

Gambar 3.5 q ekuivalen balok anak

Beban mati untuk pelat atap berasal dari distribusi pelat atap qDL atap ditambah

berat sendiri balok anak atap. qek dari beban segitiga ke beban merata ekuivalen

dihitung dengan persamaan 2.4.

= ( ) + = , x + , , = , /

Untuk beban hidup diambil dari pembebanan pelat atap disalurkan ke balok

anak

= ( ) = /

Sehingga beban terfaktor pada balok anak

= , , + , = ,

Gaya-gaya dalam yang terjadi sesuai persamaan 2.6, 2.7, 2.8 dan 2.9 didapat

momen-momen pada tumpuan

= , , = ,

Dan momen-momen pada lapangan

= , , = ,

Sedangkan untuk gaya gesernya

(66)

= , , = ,

III.3.1.2.1. Penulangan balok anak

a. Penulangan lentur

Luas tulangan untuk memikul beban lentur seperti yang di syaratkan

pada persamaan 2.14 tidak boleh kurang dari

� =

√ ′

= , −

Dan tidak lebih kecil dari

� � = , = , = , cm2

Dengan menggunakan persamaan 2.10 didapat nilai β1 yang kemudian nilainya akan digunakan untuk menentukan ρb menggunakan persamaan 2.11

� = , − − = ,

= , , + = ,

Maka

= , ′ = , = ,

(67)

Penulangan tumpuan

Diketahui Mu= 48,605 KNm, sehingga momen nominal didapat dengan

persamaan 2.10

= = ,, = ,

= = , ,, = ,

= − √ − = , − √ − , , = , −

Maka luas tulangan yang diperlukan untuk menahan beban yang bekerja pada

balok anak, Aperlu sesuai persamaan 2.11 di dapat

� = = , x x , = , cm

Dipasang tulangan dengan diameter 16mm sebanyak 4 buah, sehingga nilai

As=4,02cm2. Karena serat bawah tidak mengalami tarik, maka tulangan negatif

digunakan tulangan praktis minimum. Maka luasan tulangan tekan

� ′ = , � = , , = ,

Dipasang tulangan tekan 2 buah tulangan D16mm

Penulangan lapangan

Diketahui Mu= , KNm, sehingga momen nominal didapat dengan

persamaan 2.10

(68)

= = , ,, = ,

= − √ − = , − √ − , , =

, −

Maka luas tulangan yang diperlukan untuk menahan beban yang bekerja pada

balok anak adalah sebagai berikut

� = , x x , = , cm

Dipasang tulangan dengan diameter 16mm sebanyak 3 buah, sehingga nilai

As=3,02cm2. Karena serat atas tidak mengalami tarik, maka tulangan negatif

digunakan tulangan praktis minimum. Maka luasan tulangan tekan

� ′ = , � = , , = ,

Dipasang tulangan tekan 2 buah tulangan D16mm

b. Penulangan geser

Dengan gaya geser maksimum yang terjadi pada balok anak Vu sebesar

34,107KN, maka nilai �Vc adalah sebagai berikut

� = , √ = ,

Dan nilai �Vs min

� � = , = ,

Kontrol terhadap syarat geser maksimum

< , �

(69)

, � < �

, < , , ... (not OK)

� < [� + � � ]

, < , , ... (not OK)

Maka, untuk memikul gaya geser yang terjadi balok anak memerlukan

tulangan geser yang perencanaannya sebagai berikut

> = ,, = ,

= − = , − ,, = ,

= = ( , ,) , = ,

III.3.2.

Struktur Baja dan komposit

Untuk struktur dengan kolom baja dan kolom komposit, menggunakan struktur

sekunder yang sama. Pelat menggunakan beton dengan tulangan positif menggunakan

dek bergelombang, dan balok menggunakan profil baja.

III.3.2.1. Pelat

a. Pelat Atap

Pada pelat dipakai pelat komposit menggunakan dek bergelombang bondek®

(70)

Gambar 3.6. Penampang dek bergelombang bondek® Lysaght

Beban Superimposed (Berguna)

Beban berguna untuk perencanaan pelat dek bergelombang adalah berat spesi

setebal 2 cm (2 x 0,21KN/m2), berat plafon + penggantung (0,18 KN/m2) dan berat

tegel setebal 2 cm pada pelat lantai (2 x 0,24 KN/m2)ditambah beban hidup untuk atap

2,5 KN/m2. Sehingga beban berguna atap adalah diluar berat sendiri adalah 1,5 KN/m2.

Berdasarkan tabel perencanaan praktis untuk bentang menerus dengan

tulangan negatif dengan satu baris penyangga untuk beban berguna 1,5 KN/m2, mutu

beton (fc’) 35Mpa, dan tebal pelat beton 10 cm, diperlukan luas tulangan negatif 1,7 cm2/m. Direncanakan memakai tulangan Ø 8 (As = 0,5024 cm2), sehingga banyaknya

tulangan yang diperlukan dalam 1 meter (n)

= , , = , ℎ ≈ ℎ

Jarak antar tulangan tarik per meter = 1000/4 = 250 mm. Jadi, dipasang tulangan

(71)

Gambar 3.7 Penulangan bondek atap

b. Pelat Lantai (lantai 1-9)

Untuk pelat lantai dipakai pelat komposit menggunakan dek bergelombang

bondek® dari lysaght. Beban berguna untuk perencanaan pelat dek bergelombang

adalah berat spesi setebal 2 cm (2 x 0,21KN/m2) dan berat plafon + penggantung (0,18

KN/m2) ditambah beban hidup untuk atap 2,5 KN/m2. Sehingga beban berguna atap di

luar berat sendiri adalah 3,7 KN/m2 (dipakai $KN/m2)

Berdasarkan tabel perencanaan praktis untuk bentang menerus dengan

tulangan negatif dengan satu baris penyangga untuk beban berguna 4 KN/m2, mutu

beton (fc’) 35Mpa, dan tebal pelat beton 10 cm, diperlukan luas tulangan negatif = 3,25 cm2/m. Direncanakan memakai tulangan Ø 10 (As = 0,5024 cm2), sehingga banyaknya

tulangan yang diperlukan dalam 1 meter (n)

= ,, = , ℎ ≈ ℎ

Jarak antar tulangan tarik per meter = 1000/5 = 200 mm. Jadi, dipasang tulangan

(72)

Gambar 3.8 penulangan bondek lantai

III.3.2.2. Balok anak

Balok anak berfungsi membagi luasan lantai agar tidak terlalu lebar, sehingga

mempunyai kekakuan yang cukup. Balok anak menumpu di atas dua tumpuan

sederhana. Pada perencanaan ini, balok anak dari lantai 1-10 sama semua, balok anak

direncanakan menggunakan profil WF 300x200x8x12, dengan data sebagai berikut

A = 72,38 cm2

Distribusi beban pada pelat bondek® direncanakan satu arah, sehingga balok

Gambar

Gambar 2.3. nomogram faktor panjang efektif K
Gambar 2.5 Macam-macam Struktur Komposit
Gambar 2.8  Penampang Kolom komposit
Gambar 2.9  kolom baja struktural dengan pelindung beton
+7

Referensi

Dokumen terkait

Grafik yang dibuat pada tugas akhir ini merupakan alat bantu dalam menganalisis maupun mendesain suatu penampang kolom beton bertulang terhadap beban aksial dan lentur

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN F IBER GLASS JACKET YANG DIBEBANI KONSENTRIK.. Laporan

Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui desain untuk daktilitas kolom komposit dalam mengakomodasi seismic column demand pada struktur rangka baja bresing

Balok komposit merupakan gabungan antara beton dan baja profil, dimana perbedaannya dengan beton bertulang adalah untuk momen positif, pada beton bertulang gaya-gaya tariknya

Adapun data awal gedung terdiri dari 4 lantai dengan struktur balok, kolom terbuat dari beton, sedangkan modifikasi perencanaan menjadi struktur komposit baja-beton

Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah dengan. kajian literatur, yaitu mengumpulkan teori-teori dan

Bangunan gedung SMA Al Hikmah Surabaya dalam tugas akhir ini direncanakan kolom, balok, sloof, pelat lantai, tangga menggunakan konstruksi beton bertulang, sedangkan pada

Penulisan Laporan Tugas Akhir dengan judul ”PERANCANGAN KOLOM KOMPOSIT PADA STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN BRESING KONSENTRIK KHUSUS” disusun guna melengkapi syarat untuk