• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NON-PERFORMING LOAN (NPL) DAN RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP PENYALURAN KREDIT PADA PT. BANK BNI KCU PALOPO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS NON-PERFORMING LOAN (NPL) DAN RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP PENYALURAN KREDIT PADA PT. BANK BNI KCU PALOPO "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NON-PERFORMING LOAN (NPL) DAN RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP PENYALURAN KREDIT PADA PT. BANK BNI KCU PALOPO

Ansar1, Sutardjo Tui2, Iqbal AR3

1,2,3Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPUP Makassar

1ansar@gmail.com, 2sutardjotui@gmail.com, 3iqbalar317@gmail.com

ABSTRACT

Lending growth in Indonesian Banking is fluctuative. It caused by some variable from previous studies.

This research aim to analyze the factors considered to affect bank lending, namely: Non Performing Loan (NPL) and Return on Assets (ROA). Using purposive sampling method, this study focus on accounting report period 2010-2016. The analytical method used is multiple linear regression analysis, the coefficient of determination (R2), a simultaneous test (F-test) and partial regression coefficients (t-test).

The results showed that simultaneously there is a significant influence between the Non Performing Loan (NPL) and Return on Assets (ROA) on bank lending. Partially Non Performing Loan (NPL) significantly gives negative effect on bank lending and Return On Assets (ROA) significantly gives positive on bank lending.

Keywords: Non Performing Loan (NPL), Return On Assets (ROA), Bank Lending.

PENDAHULUAN

Dalam perekonomian modern saat ini dibutuhkan suatu lembaga yang memiliki peranan besar dalam meningkatkan perkembangan ekonomi suatu Negara. Salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan meningkatkan perekonomian adalah perbankan. Bank dalam menjalankan kegiatan operasionalnya selalu di bawah pengawasan pemerintah. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang “Perbankan”

menyebutkan bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dengan demikian, bank merupakan bagian dari lembaga keuangan yang memiliki fungsi intermediasi yang menjembatani kepentingan pihak yang kelebihan dana (penyimpan dana atau kreditur) dan pihak yang membutuhkan dana (peminjam dana atau debitur).

Penyaluran kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan, tetapi resiko yang terbesar dalam bank juga bersumber dari penyaluran kredit.

Oleh karena itu penyaluran kredit harus diawasi dengan manajemen yang ketat.

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang

“Perbankan” menyebutkan bahwa Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dalam menyalurkan kredit dunia perbankan memiliki beberapa jenis kredit, salah satunya dari segi kegunaan yang terdiri dari kredit investasi dan kredit modal kerja. Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan untuk keperluan investasi, misalnya membangun pabrik, rumah, pembelian mesin- mesin, tanah, dan lainnya. Kredit investasi biasanya diberikan untuk waktu jangka panjang. Sedangkan kredit modal kerja merupakan kredit yang diberikan untuk keperluan modal kerja, misalnya untuk membeli bahan baku, pembayaran gaji, dan biaya lainnya. Kredit modal kerja diberikan dalam waktu yang relatif pendek dan satu kali siklus operasi (Kasmir, 2011).

Penyaluran kredit bertujuan untuk meningkatkan nilai kekayaan bank. Dengan adanya stabilitas ekonomi yang baik maka akan menarik minat para investor asing. Maka dari itu banyak pihak bank yang berlomba- lomba untuk meningkatkan sumber dana bank yang kemudian disalurkan kembali dalam

(2)

bentuk kredit. Saat ini bank harus lebih berhati-hati dalam menentukan kebijakan yang diambil terutama dalam kebijakan kredit.

Faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit ini berupa faktor yang berasal dari kondisi internal bank yang biasanya dilihat dari tingkat kesehatan bank dalam berbagai aspek antara lain aspek kolektibilitas kredit dengan NonPerforming Loan (NPL) dan aspek profitabilitas dengan Return On Assets (ROA).

Perbankan dalam menyalurkan kredit tentunya akan memiliki resiko kredit itu sendiri. Resiko kredit tersebut biasa sering disebut dengan NPL (NonPerforming Loan), semakin tinggi tingkat NPL maka semakin besar pula resiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank.

Kredit bermasalah dapat diukur dari kolektibilitasnya yang merupakan persentase jumlah kredit bermasalah (dengan kriteria kurang lancar, diragukan dan macet) terhadap total kredit yang disalurkan oleh bank.

Kolektibilitas merupakan gambaran kondisi pembayaran pokok dan bunga pinjaman serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga. Bank Indonesia telah menentukan sebesar 5% untuk NPL. Apabila bank mampu menekan resiko NPL di bawah 5% maka potensi keuntungan yang akan diperoleh semakin besar karena bank-bank akan menghemat uang yang akan diperlukan untuk cadangan kerugian kredit yang bermasalah.

Tujuan utama perbankan tentu saja berorientasi pada laba. Laba yang tinggi membuat bank mendapat kepercayaan dari masyarakat yang memungkinkan bank untuk menghimpun modal yang lebih banyak sehingga bank memperoleh kesempatan untuk meminjamkan dengan lebih luas. Suatu bank yang mampu menghasilkan laba yang besar berarti bank mampu secara efisien menjalankan usahanya. Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya laba berdasarkan Return On Assets (ROA) karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat. Return On Assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan.

Semakin besar Return On Assets (ROA) suatu bank semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dengan laba yang besar maka suatu bank dapat menyalurkan

kredit lebih banyak, sehingga penyaluran kredit dapat meningkat. Menurut ketentuan Bank Indonesia, standar yang paling baik untuk ROA dalam ukuran bank-bank Indonesia minimal 1,5%.

Tingginya NPL dapat mempengaruhi kebijakan bank dalam menyalurkan kreditnya yaitu bank menjadi lebih berhati-hati.

Penelitian yang dilakukan oleh Triasdini (2010) bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit modal kerja. Nilai NPL yang tinggi akan menyebabkan bank cenderung mengurangi jumlah kredit yang disalurkannya. Apabila rentabilitas yang dimiliki bank meningkat maka jumlah kredit yang mampu disalurkan juga akan ikut meningkat. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Triasdini (2010) bahwa ROA berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit modal kerja. Tingginya ROA menunjukkan laba bank yang stabil dengan kualitas aktiva yang sudah baik dan dengan manajemen laba yang baik memungkinkan bank lebih banyak menyalurkan kredit dalam rangka penambahan aktiva produktif.

Dari permasalahan tersebut maka dapat diturunkan pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut: 1) Bagaimana pengaruh Non Performing Loans (NPL) terhadap penyaluran kredit pada PT.BNI KCU PALOPO?” 2) Bagaimana pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap penyaluran kredit pada PT. BNI KCU PALOPO?

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk Mengetahui dan Menganalisa pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap penyaluran kredit perbankan. 2) Untuk Mengetahui dan Menganalisa Menganalisis pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap penyaluran kredit perbankan

TINJAUAN LITERATUR

Para praktisi perbankan mengembangkan beberapa teori likuiditas bank (Latumaerissa, 2014) diartikan sebagai kemampuan untuk memenuhi uang kas apabila diperlukan. Vodova (2011) mendefinisikan likuiditas sebagai kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban kas yang dapat dibedakan dalam likuiditas pendanaan (funding liquidity) dan likuiditas pasar (market liquidity). Menurut Veitzhal (2007), teori

(3)

tentang manajemen likuiditas perbankan ini relatif hampir sama tuanya dengan ilmu perbankan, ada lima teori likuiditas perbankan yang dikenal yaitu: 1) The Commercial Loan Theory. Teori ini mengemukakan bahwa suatu bank akan tetap likuid jika sebagian besar kredit yang disalurkan merupakan kredit perdagangan jangka pendek dan dapat dicairkan dalam keadaan bisnis yang normal (usual business). 2) The Shiftability Theory.

Teori ini beranggapan bahwa likuiditas suatu bank akan lebih terjamin jika bank bersangkutan memiliki asset yang dapat dipindahkan atau dijual secara cepat seperti Surat Berharga Bank Indonesia. 3) The Anticipated Income Theory. Menurut teori ini, likuiditas suatu bank akan dapat dipertahankan jika bank itu dapat merencanakan pembayaran kembali utangnya dengan pendapatan di masa yang akan datang. 4) The Gentleman Agreement Theory. Menurut teori ini suatu bank dalam menjaga likuiditas minimumnya dilakukakan dengan membina kerja sama dan tolong-menolong yang saling menguntungkan diantara sesama bank anggota kliring, yaitu dengan cara interbank call money market, dari lending bank kepada borrowing bank. 5) The Liability Management Theory. Teori ini beranggapan bahwa suatu bank dalam menjaga likuiditas minimumnya dilakukan dengan cara mempunyai jaringan pinjaman yang cukup banyak, baik dari rekanan maupun call money atau sumber lainnya.

Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Sedangkan menurut Triandaru dan Budisantoso (2008) menyatakan bahwa bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat baik secara langsung berupa tabungan,giro dan deposito maupun secara tidak langsung berupa kertas berharga; penyertaan dan sebagainya yang kemudian menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

Kredit berasal dari bahasa yunani

“credere” yang berarti “kepercayaan” atau dalam bahasa latin “creditum” yang berarti

kepercayaan akan kebenaran. Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu peminjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati.

Menurut Rivai (2006), bahwa kredit adalah penyerahan barang, jasa, atau uang dari satu pihak (kreditor/atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (nasabah atau pengutang/borrower) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak.

Adapun pengertian kredit menurut pasal 1 ayat 12 Undang-undang No.7 1992 tentang perbankan, “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan”. Dalam praktik sehari-hari persetujuan pinjaman kredit dinyatakan dalam bentuk perjanjian tertulis baik di bawah tangan ataupun secara notariil dan sebagai pengamanan bahwa pihak peminjam akan memenuhi kewajibannya akan menyerahkan suatu jaminan baik yang bersifat kebendaan maupun bukan kebendaan.

Berdasarkan telaah pustaka yang diperkuat dengan penelitian terdahulu diduga bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit sedangkan Return On Assets (ROA) berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit.

Berdasarkan rumusan masalah dan uraian-uraian yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Diduga bahwa Non Performing Loan (NPL) berpengaruh kepada tingkat penyaluran kredit di bank (BNI),

2. Diduga bahwa Return On Assets (ROA) berpengaruh kepada penyaluran kredit di bank (BNI).

Gambar 1. Model Penelitian

Sumber: Ansar (2021).

(4)

METODE PENELITIAN

Dalam pelaksanaannya dilakukan dalam bentuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitif untuk memperoleh informasi tentang faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit perbankan yang di wakili oleh Return On Assets dan Non Performing Loan (NPL) dengan menggunakan data historis berupa laporan keuangan publikasi PT.

Bank Negara Indonesia periode tahun 2010 sampai dengan 2016.

Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah laporan keuangan publikasi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk periode 2014 samapi dengan periode 2018.

Penelitian ini sepenuhnya menggunakan data sekunder. Data sekunder berupa laporan keuangan publikasi perbankan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang diperoleh dari website Otoritas Jasa Keuangan (www.ojk.go.id) dan website BNI (www.bni.co.id).

Berdasarkan masalah, tujuan serta hipotesis yang telah dikemukakan, maka metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode analisis kuantitatif dilakukan melalui analisis pengaruh Non Performing Loan (NPL) dan Return On Assets (ROA) terhadap penyaluran kredit. Metode analis data yang digunakan adalah: 1) analisis regresi linear berganda, 2) Multikolinieritas, 3) Heteroskedastisitas 4) Autokorelasi, 5) Pengujian hipotesis.

HASIL DAN PEMBAHASAN Multikolinieritas menunjukkan terdapatnya hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi, yaitu terdapatnya lebih dari satu hubungan linier pasti. Untuk mengetahui terjadinya multikolinieritas dalam penelitian ini maka dapat ditunjukkan matriks korelasi yang dihitung dengan menggunakan paket SPSS versi 23 seperti yang ditunjukkan pada table sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Koefisien

Korelasi Pearson

Penyalur an Kredit

NPL ROA

Penyaluran Kredit

1,000 0,864 0,282

NPL -0,864 1,000 0,120

ROA 0,282 0,120 1,000

Sumber: data diolah SPSS 23 (2021).

Dengan memperhatikan tabel tersebut di atas menunjukkan hasil analisis interkorelasi antara variabel bebas yang ditandai dengan nilai Koefisien korelasi pearson (dapat dilihat pada persilangan antar variabel bebas), hasil korelasi antar variabel bebas NPL dan ROA adalah sebesar 0.120 berarti bahwa nilai tersebut kurang dari nilai kolerasi 0.80 (>0,80), maka gejala multikolinearitas tidak terdeteksi.

Tabel 2. Koefisien Standar Kolinearitas Mod

el

Koefis ien Stand

ar Error

Koefis ien Stand

ar Beta

Statistik Kolinearitas Tolera

nsi

VIF

Kons tan

0,082 0 0,000 0

NPL 2,335 -0,911 0,005 1,015 ROA 2,071 0,392 0,071 1,015

Sumber: data diolah SPSS 23 (2021).

Dari tabel koefisien diatas dapat terlihat bahwa nilai standar error untuk kedua variabel (Nilai NPL dan rasio ROA) seluruhnya bernilai > 1, namun koefisien beta bernilai < 1, maka dapat diindikasikan nilai standar error tinggi dan multikolinearitas tidak terdeteksi.

Selanjutnya nilai rentang (NPL dan ROA) sempit yaitu 0.986 sampai dengan 1.015 dan nilai VIF kurang dari 10 (1.015) atau nilai toleransi lebih dari 0.01 (0.986), maka multikolinearitas tidak terdeteksi.

Berikutnya adalah pada tabel collinearity diagnostics dibawah sebagai hasil uji regresi linear, kita perhatikan juga nilai condition index < 30 (5,044) dan eigenvalue >

0,01 (0,105) maka dapat disimpulkan bahwa gejala multikolinearitas tidak terjadi di dalam model regresi.

(5)

Tabel 3. Diagnosa Kolinearitas Model

Dimensi

Eigen value

Kondisi Index

1 2,674 1,000

2 0,221 3,480

3 0,105 5,044

Sumber: data diolah SPSS 23 (2021).

Heteroskedastisitas merupakan syarat klasik didalam analisis regresi linier yang harus tidak terjadi yang berarti bahwa varian residual harus sama. Dengan menggunakan paket program SPSS versi 23 dideteksi adanya Gejala heterokedastisitas melalui grafik scatterplot variabel dependen berikut:

Grafik 1. Scatterplot

1.5 1.0 0.5 0.0 -0.5 -1.0 -1.5

Regression Standardized Predicted Value 2

1

0

-1

Regression Studentized Deleted (Press) Residual

Dependent Variable: PENYALURAN KREDIT Scatterplot

Grafik tersebut diatas menunjukkan titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu, disamping itu tesebar di atas maupun di atas angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak menunjukkan gejala heteroskesdisitas pada model regresi.

Autokorelasi merupakan korelasi yang terjadi diantara anggota-anggota dari serangkaian observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.

Untuk mendeteksi adanya penyimpangan asumsi klasik ini menunjukkan bahwa varian residual tidak saling berpengaruh, kemungkinan ini bisa dilihat dari nilai Durbin Watson (DW).

Ketentuan atau dasar pengambilan keputusan sebagai berikut: a) Jika d (Durbin Watson) lebih kecil dari dL atau lebih besar dari 4-dL, maka hipotesis nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi. b) Jika d (Durbin Watson) terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi. c) Jika d (Durbin Watson) terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

Berikut adalah hasil regresi pengaruh variabel Xi (Nilai Non Performing Loan (NPL)

dan Rasio ROA terhadap penyaluran kredit, dengan pengujian Durbin Watson yang menunjukkan nilai DW-hitungsebesar 1.9830.

Tabel 4. Durbin-Watson Model R Estimasi

Standar Error

Durbin- Watson

1 0,948 0,08583 1,983 Sumber: data diolah SPSS 23 (2021).

Dengan menggunakan tabel Durbin Watson dimana N = 7 dan K = 2, maka diperoleh nilai du = 1.3564 dan nilai dL = 0.4672, sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Nilai Durbin-Watson (d) > dU ➔ 1.9830 > 1.3564 dan < dari (4-dU) 4-1.3564

=2.6436. Maka sebagaimana dasar pengambilan keputusan dalam uji Durbin- Watson di atas bahwa tidak terdapat masalah atau gejala autokorelasi. Dengan demikian maka analisis regresi linier berganda untuk uji hipotesis dapat dilanjutkan.

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda (multiple regression) dengan menggunakan SPSS versi 23 menunjukkan adanya hubungan dan variasi arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel independen. Pengaruh dan arah hubungan tersebut dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 5. Tabel Regresi Berganda Variabel bebas

Koefisien regresi

Arah Pengar uh

Uji teori terhadap variabel bebas (Constant) 1.152

X1 Nilai NPL -13.236 Negatif Berpengaruh X2 Rasio

ROA

5.050 Positif Berpengaruh R2

(Determinasi)

- 0.847 Berpengaruh Sumber: data diolah SPSS 23 (2021).

Berdasarkan hasil analisis regresi pada tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa variabel Nilai Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan Rasio Return On Assets (ROA) berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit, dan dari hasil analisis tersebut maka disusun persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 1.152–13.236X1+5.050X2

(6)

Dari hasil persamaan regresi tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 1) Nilai koefisien regresi Nilai NPL (X1) = (- 13.236), menunjukkan adanya pengaruh negatif (-) yang berarti bahwa jika dua variabel lainnya tetap atau konstant, maka penyaluran kredit akan menurun satu satuan sebesar 1.152 atau memberikan pengaruh yang berlawanan sebesar 1.152 satuan terhadap penyaluran kredit. 2) Nilai koefisien regresi Rasio ROA (X2) = 5,050, menunjukkan adanya pengaruh positif (+) yang berarti bahwa jika dua variabel lainnya tetap atau konstant, maka penyaluran kredit akan meningkat satu satuan sebesar 1.152 atau memberikan pengaruh yang searah sebesar 1.152 satuan terhadap penyaluran kredit. 3) Nilai koefisien Determinsi (R2) sebesar 0.874 artinya varibel dependen Penyaluran kredit dipengaruhi 87,40% oleh variabel independen nilai NPL dan rasio ROA adapun sisanya sebesar 15,30% dipengaruhi oleh faktor lainnya

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebanyak dua hipotesis adalah hipotesis pertama dengan uji F (secara bersama-sama/simultan) dan hipotesis uji t (secara parsial). Adapun pembuktian terhadap hipotesis yang diajukan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6. Hasil Uji Hipotesis

Variabel Independen

Hasil uji

Kesimpulan F-

hitu ng

F-

tabe l

t-

hitu ng

t-

tab el

Sig.

Pengujian bersama- sama

17 .6 39

6.

94 4

- - 0.010 F-

hitung=17.639

> F-

tabel=6.944➔

Nilai Sig 0,010 < 0.05 Berpengaruh secara bersama-sama

Pengujian secara parsial nilai NPL (X1)

Rasio ROA (X2)

-5.67

2.438

-2.570

2.015

0.050

0.071

t-hitung=- 5.670 > t- tabel=- 2.570➔Nilai Sig 0,005 <

0.05 Berpengaruh signifikan t-

hitung=2.438

> t-

tabel=2.015➔

Nilai Sig 0,071 > 0.05 Berpengaruh signifikan

Sumber: data diolah SPSS 23 (2021).

Berdasarkan tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa F-hitung sebesar 17.639 sedangkan nilai F-tabel pada  = 0.05 dan degree of freedom (df) =2 adalah sebesar 6.944 sehingga F-hitung lebih besar dari pada F-

tabel (3.791<5.790) dan Signifikansi 0.010 <

0.05. Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa Nilai Non Performing Loan (NPL) dan Rasio Return On Assets (ROA) secara bersama-sama berpengaruh terhadap penyaluran kredit pada PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

Berdasarkan tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel sehingga Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti Nilai NonPerforming Loan (NPL) Negatif (-) dan Rasio Return On Assets (ROA) positif (+) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran Kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

Hal tersebut di atas sejalan dengan grafik dibawah ini yang diproyeksikan nilai NonPerforming Loan (NPL) dan Rasio Return On Assets terhadap Penyaluran Kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk periode tahun 2010-2016 sebagai berikut:

(7)

Grafik 1. Nilai NPL terhadap Penyaluran Kredit

Grafik 2. Rasio Return On Assets (ROA) terhadap Penyaluran Kredit

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian melalui uji Asumsi Klasik, Metode Regresi Linier, Uji-t dan Uji-f serta pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Hasil uji asumsi klasik, pengaruh Nilai NonPerforming Loan (NPL) dan Rasio Return on Assets (ROA) tidak terdapat gejala multikolinearitas heteroskedastisitas dan autokorelasi. Sedangkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel Nilai NonPerforming Loan (NPL) berpengaruh Negatif (-) sebesar -13.326 dan Rasio Return on Assets (ROA) berpengaruh positif (+) sebesar 5.050 secara signifikan terhadap penyaluran kredit.

Hasil uji-f menunjukkan F-hitung sebesar 17.639 sedangkan nilai F-tabel pada  = 0.05 dan df = 2 adalah sebesar 6.944 sehingga F-

hitung lebih besar dari pada F-tabel

(17.639>6.944). Sehingga Ho ditolak dan Ha

diterima yang berarti bahwa Nilai NonPerforming Loan (NPL) dan Rasio Return on Assets (ROA) secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap Penyaluran Kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

Berdasarkan Output SPSS, Koefisien Determinan diperoleh sebesar 84,7%

dihasilkan dari nilai Adjusted R2, hal ini berarti 84,7% dapat dijelaskan oleh kedua variasi variabel independen NonPerforming Loan (NPL) dan Return On Assets (ROA), sedangkan sisanya 15,3% dipengaruhi oleh oleh faktor lain yang tidak diteliti

Berdasarkan kesimpulan dan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya, maka berikut ini dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1) Berdasarkan 2 (dua) variabel NonPerforming Loan (NPL) dan Return On Assets (ROA) yang diuji dimana keduanya secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran Kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dapat menjadi bahan pertimbangan bagi bank dalam proses peningkatan dan atau pengambilan keputusan dalam penyaluran kredit perbankan. 2) Peneliti menyadari bahwa banyak kekurangan pada penelitian ini dikarenakan hanya difokuskan pada 2 (dua) variabel yaitu NonPerforming Loan (NPL) dan Rasio Return On Assets (ROA) terhadap Penyaluran Kredit. Untuk itu kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian dengan metode dan variabel penelitian yang lebih bervariasi (dhi. Variabel Independen dan Indikator lain) serta menambah periode dan populasi perusahaan sehingga mendapatkan hasil yang lebih bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anggono, Y. P. (2013). Pengaruh DPK, CAR, NPL, Terhadap Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Jurnal Ilmiah. Malang Arikunto, A. (1996). Prosedur Penelitian:

Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Badrulzaman, M. D. (1991). Dasar-dasar dan Teknik Manajemen Kredit. Jakarta: PT Binarupa Aksara.

Bambang Sudiyatno & Jati Suroso. (2010).

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, BOPO, CAR, dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan Pada Sektor Perbankan Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia.

Greydi, N. S. (2013). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Bank Umum Di Indonesia periode (2008 – 2012).

(8)

Jurnal akuntansi & auditing. Vol 7 No.1 November 2010, hal 94 – 110.

Hadiwidjaja, H. dan R. A. Rivai Wirasamita.

(1991). Analisis Kredit (Dilengkapi Telaah Kasus). Bandung: Pionir Jaya.

Hasibuan, Malayu, S. P. (2002). Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara.

Huda, Ghalih, F. 2014. Pengaruh DPK, NPL dan ROA terhadap Penyaluran Kredit:

Studi pada Bank Umum yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012.

Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro.

I Made Pratista Yuda & Wahyu Meiranto.

(2010). Pengaruh Faktor Internal Bank Terhadap Jumlah Kredit Yang Disalurkan.

Jurnal Ilmiah. Malang Kasmir. 2004.

Manajemen Perbankan.

Ikatan Bankir Indonesia. (2014). Mengelola Kredit Secara Sehat, Modul Sertifikasi Bidang Kredit Tingkat I Untuk Kredit Officer. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Ikatan Akuntan Indonesia. (1999). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Kasmir, (2010). Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT Raja Grafindo

Kuncahyono, Dwi. 2016. Pengaruh DPK, NPL, CAR, LDR, dan BOPO terhadap Penyaluran Kredit: Studi Kasus Bank Umum Go Public di Indonesia Periode 2010-2014. Skripsi. Surabaya: Program Studi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbarnas.

Oktaviani. (2008). Pengaruh DPK, ROA, CAR, NPL, dan Jumlah SBI terhadap Penyaluran Kredit Perbankan: Studi pada Bank Umum Go Public di Indonesia Periode 2008-2011. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

PBI No.7/2/PBI/2005 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Tgl. 20-01 2015.

Perbankan yang Listed di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015. Jurnal Balance 13, No. 2 (2016).

Putri, Yua. M. W. dan Alien, A. Pengaruh CAR, NPL, ROA dan LDR terhadap Penyaluran Kredit pada Perbankan: Studi pada Perusahaan

Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.

31/147/KEP/DIR tentang Kualitas Aktiva

Produktif. 1998. Jakarta: Direksi Bank Indonesia

Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang- Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 1998. Jakarta: Grafika.

Wanda, A. (2015). Analisis Pengaruh faktor Eksternal dan Internal terhadap Penyaluran Kredit Perbankan di Indonesia. Jurnal Ilmiah. Malang.

Wildan Ismaulandy. (2014). Pengaruh DPK, LDR, ROA, CAR, NPL, GWM dan Inflansi Terhadap Penyaluran Kredit Investasi pada Bank BUMN. Jurnal Ilmiah.

Malang.

Yogi, L. B. (2014). Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, NonPerforming Loan, Dan Suku Bunga Pinjaman terhadap Penyaluran Kredit Modal kerja, Investasi, dan Konsumsi Bank Pembangunan Daerah.

Jurnal Ilmiah. Malang.

https://eprints.polsri.ac.id https://repository.unpas.ac.id https://www.online-journal.unja.ac.id

https://jounal.umy.ac.id/index.php/mb/article/v iew

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berarti secara statistik besarnya variasi variabel dependen penghindaran pajak dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen pertumbuhan penjualan, profitabilitas, leverage,

Hal ini dapat dilihat koefisien korelasi sebesar 0.955 yang terletak pada rentang 0,80-1.00 dan nilai koefisien determinan yang dihasilkan adalah sebesar KP = r2 × 100% = 82,99% yang