• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI MURABAHAH PADA PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH SULSELBAR CABANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI MURABAHAH PADA PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH SULSELBAR CABANG "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.02, Juni 2020, pp 1-8

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI MURABAHAH PADA PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH SULSELBAR CABANG

SYARIAH MAKASSAR

Novianti1, Ibrahim H. Ahmad 2, Neng Indriyani3

1,2,3Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPUP Makassar

1noviantiopi02@gmail.com, 2ibrahimahmad3112@gmail.com, 3nengindriyani16@gmail.com

ABSTRACT

This research aimed to find out vthe accounting treatment of murabahah financing at. PT Bank Pembangunan Daerah Sulselbar Makassar Branch Office based on PSAK 102. The research user descriptive qualitative analysis that represented the actual state of the research objek, the purpose of the study wa the application of murabahah accounting, based on PSAK 102. The data collection techniques used were observation, interviews and documentation. The results of this research indicated that the application of murabahah financing at PT. BanK Sulselbar is in accordance with PSAK 102 recognition and measurement techniques at the time of transaction for the cost id recognized at the time of acquisition as inventory at the cost of the acquisition of goods

Keywords: Murabahah Financing, Accounting, PSAK 102

PENDAHULUAN

Sistem perbankan di Indonesia diatur dalam UU No.7 Tahun 1992 (diubah dengan UU No.10 Tahun 1998) tentang Perbankan bahwa perbankan di Indonesia terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat. Kedua jenis bank tersebut melaksanakan kegiatan konvensional atau syariah. Hal ini berarti bahwa Indonesia menganut sistem perbankan ganda, yaitu ketika bank konvensional dan bank syariah beroperasi berdampingan. Semenjak itu, bank syariah mulai tumbuh pesat di Indonesia dalam bentuk bank umum syariah, unit usaha syariah (bank konvensional yang membuka cabang syariah), dan (gerai syariah di kantor bank konvensional).

Satu bank yang dipercaya oleh masyarakat dalam menjalankan kegiatan usahanya. Bank syariah memiliki fungsi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan dan invenstasi dari pihak pemilik dana dengan berbagai akad. Salah satunya adalah akad murabahah Dalam akuntansi syariah, perlakuan akuntansi murabahah diatur dalam PSAK No. 59 paragraf 52 – 68 yang kemudian disempurnakan dalam PSAK No. 102.

Perlakuan akuntansi murabahah dalam PSAK

No. 102 mengatur mengenai pembiayaan murabahah yang mulai berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2008 dan tidak hanya mengatur mengenai akuntansi untuk penjual saja, namun juga diatur mengenai akuntansi murabahah untuk pembeli. Tujuan akuntansi murabahahdidalam akuntansi syariah untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi murabahah.

Perkembangan bank syariah didominasi oleh produk jual beli terutama murabahah yang dapat dibuktikan dari beberapa hasil survey, ternyata bank-bank syariah pada umumnya, banyak menerapkan murabahah sebagai metode pembiayaan mereka yang utama, meliputi kurang lebih tujuh puluh lima persen (75%) dari total kekayaan mereka.

Sejak awal tahun 1984, di Pakistan, pembiayaan jenis murabahah mencapai sekitar delapan puluh tujuh persen (87%) dari total pembiayaan dalam investasi deposito PLS.

Sementara itu, di Dubai Islamic bank, pembiayaan murabahah mencapai delapan puluh dua persen (82%) dari total pembiayaan selama tahun 1989. Bahkan, di Islamic Development Bank (IDB), selama lebih dari sepuluh tahun periode pembiayaan, tujuh puluh tiga persen (73%) dari seluruh pembiayaannya adalah murabahah. Padahal, sebenarnya bank syariah memiliki produk

(2)

2 Novianti, Ibrahim H. Ahmad , Neng Indriyani unggulan, yang berbasis profit and loss sharing (PLS), yaitu mudharabah dan musyarakah.

Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembiayaan murabahah menganut sistem margin dan merupakan pembiayaan komsumtif. Namun, untuk membentuk pembiayaan komsumtif seperti pembiayaan murabahah ini, biasa dikatakan lebih aman dan perlu diteliti dan dikaji dalam lagi akan keunggulan dan kemudahannya dalam melakukan pembiayaan ini, baik bagi nasabah yang orientasi pada bisnis maupun nasabah orientasi non bisnis atau disebut murni komsumtif. Yang mana pembiayaan murabahah itu sendiri merupakan suatu mekanisme pembiayaan jual beli suatu barang antara pembeli dan penjual menetukan perjanjian secara terbuka mengenai beberapa ketentuan yang telah diatur berdasarkan Al- Qur’an dan Al- Hadits.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah pada PT.

Bank Pembangunan Daerah Sulselbar Kantor Cabang Syariah Makassar berdasarkan PSAK No.102?

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah pada PT. Bank Pembangunan Daerah Sulselbar Kantor Cabang Syariah Makassar berdasarkan PSAK No. 102.

TINJAUAN LITERATUR

Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengendalikan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan bank tanpa bunga adalah lembaga keuangan/

perbankan yang operasinalnya dan produknya dikembangkan berdasarkan pada Al-Qur’an dam Hadist Nabi SAW atau kata lain, bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa- jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoprasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Bank syariah didasari oleh larangan agama Islam yaitu menganut maupun meminjam dengan bunga riba serta untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram Islam.

Undang-Undang Perbankan Syariah No.12 Tahun 2008 menyatakan bahwa perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

Menurut Sri Nurhayati & Walsiah (2015) Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Hal yang membedakan murabahah dengan penjualan yang bisa kita kenal adalah penjual secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa harga pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang diinginkannya. Pembeli dan penjual dapat melakukan tawar-menawar atas besaran margin keuntungan sehingga akhirnya diperoleh kesepakatan.

Menurut Nurhayati & Wasilah (2015), murabahah terbagi atas sebagai berikut:

1) Murabahah Tanpa Pesanan

Dalam jenis ini pengadaan barang yang merupakan objek jual dilakukan tanpa memperhatikan ada yang pesan atau tidak, ada yang akan membeli atau tidak, jika barang dagangan sudah menipis, penjual akan mencari tambahan barang dagangan dan pengadaan barang dilakukan diatas dasar persediaan minimum yang harus dipelihara. Sebagai contoh dapat dilihat pada supermarket, ada yang beli atau tidak, begitu persediaan sudah sampai pada jumlah persediaan minimum yang harus dipelihara, maka langsung dilakukan pengadaan barang.

2) Murabahah dengan pesanan

Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ad pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Kalau bersifat mengikat, berarti pembeli harus membeli barang yang dipesannya dan tidak dapat membatalkan pesanannya. Jika asset murabahah yang telah diberi oleh penjual, dalam murabahah pesanan mengikat,

(3)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.02, Juni 2020, pp 1-8 mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual dan akan mengalami penurunan nilai akad.

Pada saat perolehan, set murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan

Dr.Aset Murabahah xxx

Cr. Kas xxx

Untuk murabahah pesanan mengikat, pengukuran asset murabahah setelah perolehan asset dinilai sebesar biaya perolehan dan jika terjadi penurunan nilai asset kerana using, rusak atau kondisi lainnya sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aset.

Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan meningkat, maka jurnal:

Dr. Beban penurunan Nilai xxx

Cr. Aset Murabahah xxx

Apabila terdapat diskon pada saat pembeliaan murabahah, maka perlakuannya adalah sebagai berikut.

Jika terjadi sebelum akad murabahah akan menjadi pengurang biaya perolehan aset murabahah,jurnal:

Dr.Aset murabahah xxx

Cr. Kas xxx

Jika terjadi setelah akad murahbahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli.

Dr. Kas xxx

Cr. Utang xxx

Jika terjadi akad murababah sesuai akad yang disepakati menjadi hak penjual mejadi tambahan sebagai pendapat murabahah.

Dr. kas xxx

Cr. Pendapatan Murahbah xxx Jika terjadi setelah akad murahbah dan tidak diperjanjikan dalam akad, maka akan menjadi hak penjual dan diakui sebagai pendapat operasional lain, jurnal:

Dr. Kas xxx

Cr. Pendapat operasional lain xxx

3)

Penyajian

Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. Margin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang piutang murabahah. Jika penjual menggunakan metode anuitas untuk akad murabahah, maka piutang murabahah akan

disajikan sebesar biaya perolehan yang diamorsasi dengan menggunakan effective rate. Jika terjadi penurunan nilai maka penurunan nikai akan disajikan sebagai kontra akun terhadap piutang. Penilaian atas penurunan nilai dilakukan mengacu kepada PSAK 55.

4)

Pengungkapan

Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak terbatas pada:

5) Harga perolehan aset murabahah

Janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau bukan

6) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang penyajian laporan keuangan syariah.

Jika penjual menggunakan metode anuitas untuk akad murabahah, maka pengungkapan akan mengacu pada PSAK 60, dimana informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk menilai signifikansi instrument keuangan terhadap kinerja dan posisi keuangan entitas, termasuk di antaranya adalah jumlah tercatat, nilai wajar, eksposur risiko kredit, agunan, penyisihan kerugian pembiayaan.

Pengungkapan juga dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yakni menganalisis perlakuan akuntansi murabah yang diterapkan dalam perusahaan lalu disesuaikan dengan pedoman standar akuntansi yang berlaku, yakni PSAK 102. Penelitian ini dilaksanakan pada PT. Bank Sulselbar Kantor Cabang Syariah Makassar.

Adapun data yang akan diolah berupa Dokumen-dokumen mengenai pembiayaan murabahah, diantaranya kebijakan akuntansi yang menyangkut pembiayaan murabahah, laporan keuangan, dan pembukuan dengan masalah pokok.

Teknik pengumpulan data yang digunakan seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembiayaan murabahah diakui pada saat akad transaksi pembiayaan murabahah

(4)

4 Novianti, Ibrahim H. Ahmad , Neng Indriyani sebesar nilai perolehan barang ditambahmargin/ keutungan yang disepakati oleh Grup Usaha Syariah (GUS) Bank Sulselbar dan Nasabah. Dalam hal Grup Usaha Syariah (GUS) Bank Sulselbar menggunakan metode anuitas maka pembiayaan murabahah yang diakui termasuk pendapatan dan beban yang terkait langsung dengan transaksi murabahah.

1. Uang Muka diakui sebagai uang pembayaran sebesar jumlah yang diterima dari Nasabah. Jika transaksi pembiayaan murabahah dilaksanakan maka uang muka berlaku sebagai bagian dari pelunasan pembayaran dan apabila tidak jadi dilaksanakan uang maka harus dikembalikan kepada Nasabah setelah dikurangi biaya-biaya yang telah dikeluarkan Grup Usaha Syariah (GUS) Bank Sulselbar.

2. Pendapatan dan beban yang terkait langsung dengan transaksi Murabahah diakui dengan metode anuitas atau metode proporsional yaitu:

Metode anuitas, yakni pendapatan dan beban yang berkait langsung dengan transaksi murabahah diakui sebagai bagian dari pembiayaan murabahah sebesar pendapatan yang diterima dan beban yang dikeluarkan. Pendapatan dan beban tersebut diamortisasi dengan menggunakan metode offective rate sepanjang masa akad

Metode proporsional yakni Pendapatan dan beban yang terkait langsung dengan transaksi murabahah diakui secara terpisah dari pembiayaan murabahah sebesar pendapatan yang diterima dan beban yang dikeluarkan. Pendapatan dan beban tersebut diamortisasi jika nilai pendapatan dan beban tersebut material. Untuk menentukan batasan nilai tersebut material atau tidak material harus ditetapkan dengan surat keputusan Direksi Grup Usaha Syariah (GUS) Bank Sulselbar. Dalam melakukan amortisasi pendapatan dan beban tersebut dengan cara menggunakan metode yang sama dengan metode pengakuan pendapatan Murabahah sepanjang masa akad. Pendapatan dan beban tersebut yang belum diamortisasi, disajikan sebagai liabilitas lainnya dan aset lainnya.

3. Pengakuan Non Tunai

Dalam hal transaksi murabahah dilakukan secara non-tunai, maka pengakuan

pendapatan murabahah diakui sebagai berikut:

Metode anuitas, yakni pendapatan murabahah diakui sebesar saldo efektif murabahah yang dikalikan dengan effective rate, pendapatan murabahah yang diakui tidak boleh melebihi pembiayaan murabahah yang disepakati dalam akad murabahah

Metode proporsional yakni pendapatan murabahah diakui berdasarkan jumlah pembayaran angsuran oleh nasabah secara proporsional berdasarkan porsi marjin murabahah terhadap pembiayaan murabahah pada saat akad ditandatangani.

4. Potongan Pembiayaan Murabahah

Potongan pelunasan murabahah murabahah diakui sebagai pengurang pendapatan murabahah pada saat pelunasan sebesar jumlah yang diberikan, jika potongan pembiayaan cicilan pembiayaan murabahah diberikan kepada nasabah karena membayar cicilan tepat waktu,maka potongan pembayaran diakui sebaagai pengurang pendapatan murabahah dan adanya penurunan kemampuan pembayaran oleh nasabah, maka potongan pembayaran diakui sebagai beban Grup Usaha Syariah(GUS) Bank Sulselbar.

5. Adanya nasabah melakukan pembayaran angsuran lebih kecil dari kewajibannya, maka pengakuan pendapatan untuk perhitungan distribusi bagi hasil usahadilakukan secara proporsional atau sebanding dengan porsi margin yang terkandung dalam anggsuran.

6. Pencatatan pembayaran angsuran oleh nasabah atas pembiayaan dengan kolektibiltas lancar. Dalam perhatian khusus dan kurang lancar dilakukan sebagai berikut yaitu Pembayaran angsuran dari nasabah diperhitungkan dengan secara proporsional yaitu harga pokok pembiayaan dan margin/ keuntungan. Dan jika pembayaran nasabah baik kurang maupun sesuai dengan yang shearusnya, tetap dilakukan secara operasional. Jika ada pembahasan biaya administrasi kepada nasabah pada saat pencairan, maka lakukan pencatatan atas biaya administrasi sebesar nilai diterima.

7. Pencatatan muqasah, apabila Grup Usaha Syariah (GUS) Bank Sulselbar mengeluarkan kebijakan untuk memberikan muqasah kepada nasabah yang

(5)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.02, Juni 2020, pp 1-8 mempercepat pelunasan sebelum berakhirnya jangka waktu pembiayaan murabahah, maka besarnya muqasah tersebut diakui sebagai pengurang margin/

keuangan pembiayaan murabahah.

8. Pelunasan pembiayaan murabahah sebelum jangka waktu atas pembiayaan murabahah dan Grup Usaha Syariah (GUS) Bank Sulselbar memberikan discount (muqasah) kepada nasabah, maka Grup Usaha Syariah (GUS) Bank Sulselbar dapat melakukan salah satu cara dari 2 (dua) cara tersebut yaitu Pembayaran angsuran dilakukan untuk pelunasan seluruh saldo pembiayaan kemudian berulang Bank memberikan discount. Pembayaran angsuran dari nasabah sudah diperhitungkan dengan pengurang discount yang kemudian baru dibukukan pelunasannya.

9. Pencatatan angsuran pembiayaan murabahah yang jatuh tempo. Angsuran pembayaran murabahah yang sudah jatuh tempo dibukukan sebagai pembiayaan murabahah jatuh tempo, dan pendapatan dari porsi margin/ keuntungan atau anggaran tersebut belum dapat diakui sebagai unsur perhitungan bagi hasil kepada dana pihak ketiga. Pada saat menerima pelunasan pembiayaan jatuh tempo tersebut, haruslah pendapatan margin/keuangan diakui sebagai pendapatan (cash basis). Setelah pendapatan diakui barulah komponen tersebut dapat menjadi unsur perhitungan bagi hasil kepada dana pihak ketiga. Dalam hal nasabah mengalami tunggakan pembayaran angsuran, Grup Usaha Syariah (GUS) Bank Sulselbar wajib membentuk cadangan kerugian penurunan nilai untuk pembiayaan murabahah.

10. Pencatatan Pembiayaan Murabahah NonPerforming. Jika dari pembiayaan murabahah yang sudah jatuh tempo menjadi kolektibilitas dirugikan atau macet, maka pendapatan margin doakui sebagai pendapatan margin jatuh tempo dan dicatat kedalam rekening adminitrasi sebagai tagihan kontijensi (pendapatan margin penyelesaian) Pencatatan pembayaran angsuran pembiayaan oleh nasabah dengan kolektibilitas diragukan dan macet, maka bila penerima pembayaran angsuran dari nasabah sebelum dihapus bukukan, maka selain melunasi angsuran pokok yang jatuh tempo dilakukan pula pengakuan

pendapatan margin dengan secara proporsional. Dan dilakukan pencatatan dalam extra comptable sebagai pembatalan tagihan kontijensi (pendapatan tagihan bermasalah) sebesar pendapatan margin/

keuangan yang diakui. Hasil pengumutan denda kepada nasabah yang lalai atas kewajibannya, diakui sebagain dana kebajikan pada saat diterima. Dalam hal nasabah mengalami tanggakan pembayaran angsuran, Bank wajib membentuk cadangan piutang kerugian penurunan nilai untuk pembayaran murabahah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PSAK yang terkait. Dalam hal membentuk cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) pembiayaan murabahah untuk menutup kemungkinan terjadinya kerugian dari pembiayaan murabahah tersebut, maka CKPN tersebut disajikan sebagai pos pengurang (offsetting account) dari pos pembayaran murabahah.

11. Penghapusan Pembiayaan Murabahah Pelaksanaan penghapus bukuan pembiayaan murabahah yang digolongkan macet, harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari Direksi atau pejabat lain yang ditentukan oleh kebijakan Grup Usaha Syariah (GUS) Bank Sulsebar yang mengatur penghapus bukukan pembiayaan Bank. Jumlah yang dihapus bukukan, adalah sebesar outstandingnya (tidak termasuk biaya yang dicatat secara extra comptable). Besarnya pembiayaan murabahah yang dihapus buku dan atau dihapus tagih (dapat dilakukan secara bersamaan), adalah seluruh sisa kewajiban nasabah yang dibebankan kea kun

“cadangan kerugian penilaian nilai” yaitu sebesar saldo kewajiban dalam neraca, sedangkan terhadap tagihan kontijensi dilakukan jurnal balik.

Penyajian Pembiayaan Murabahah pada akhir periode akuntansi yaitu penilain atas pembayaran murabahah pada akhir periode akuntansi, adalah nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu saldo pembiayaan murabahah dikurang CKPN pembiayaan murabahah. Margin murabahah ditangguhkan disajikan, sebagai akun lawan pembiayaan murabahah.

Berdasarkan hasil analisis penelitian, beberapa poin penting yang menjadi pokok pembahasan yaitu:

1. Pengakuan dan Pengukuran

(6)

6 Novianti, Ibrahim H. Ahmad , Neng Indriyani a. Pembiayaan Bank Sulselbar Syariah

pada saat transaksi sebesar biaya perolehan barang ditambah margin yang disepakati oleh nasabah sedangkan pada PSAK 102 pembiayaan diakui pada saat perolehan sebagai persediaan sebesar biaya perolehan barang. Hal ini menandakan bahwa pengakuan akad murabahah sudah sesuai dengan PSAK 102.

b. Pengukuran pembiyaan murabahah menggunakan metode anuitas.

Sedangkan pada PSAK 102 pengukuran akad murabahah metode proporsional.

Hal ini menandakan bahwa pengukuran pembiayaan belum sesuai PSAK 102.

c. Potongan pelunasan piutang murabahah Bank Sulselbar syariah diakui sebagai pengurang pendapatan murabahah pada saat pelunasan sebesar jumlah yang diberikan karena membayar cicilan tepat waktu. Sedangkan pada PSAK potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang melunasi secara tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah. Hal ini menadakan bahwa potongan Murabahah pada Bank Sulselbar sesuai dengan PSAK 102 d. Pada Bank Sulselbar Syariah uang muka

diakui sebagai uang muka pembayaran murabahah sebesar jumlah yang diterima dari nasabah. Sedangkan PSAK pengakuan dan pengukuran uang muka adalah uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima, jika barang jadi dibeli oleh pembeli, maka uang muka diakui sebagai pembayaran piutang (merupakan bagian pokok), jika barang batal dibeli oleh pembeli, maka uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah perhitungan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual. Hal ini mendakan bahwa uang muka akad murabahah yang diterapkan pada Bank Sulselbar Syariah sudah sesaui denga PSAK 102

e. Pada Bank Sulselbar Syariah pendapatan diakui dengan menggunakan metode anuitas yaitu sebesar pendapatan yang diterima sedangkan pada PSAK 102 pengakuan pendapatan dilakukan secara metode proporsional atas jumlah

piutang yang berhasil ditagih dengan mengalihkan persentase keuntungan terhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih. Hal ini menandakan bahwa pengakuan pendapatan Bank Sulselbar tidak sesuai dengan PSAK 102

f. Pada Bank Sulselbar Syariah jika nasabah mengalami tunggakan pembayaran angsuran, Bank wajib membentuk Cadangan kerugian penurunan nilai untuk pembiayaan murabahah, sedangkan dalam PSAK 102 jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad maka akan dikenakan denda dan denda yang diterima tersebut diakui sebagai bagian dana kebajikan. Hal ini tidak sesuai dengan PSAK 102

g. Pada Bank Sulselbar Syariah pengakuan piutang menggunakan metode anuitas atau metode proporsional. Untuk metode anuitas piutang diakui sebesar saldo efektif murabahah yang dikalikan dengan effektifvitas rate, dan tidak boleh melebihi yang disepakati dalam akad murabahah sedangkan metode proporsional diakui berdasarkan jumlah pemberian angsuran dengan porsi margin murabahah terhadap pembiayaan murabahah pada saat akad ditanda tangani. Dalam PSAK 102 pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset murabahah ditambah keutungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai neto yang yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian piutang. Hal ini menandakan bahwa pengakuan piutang murabahah pada Bank Sulselbar tidak sesuai dengan PSAK 102

2. Penyajian dan pengungkapan

Penyajian pada PT Bank Sulselbar Syariah terkait penilaian atas pembiayaan murabahah pada akhir periode akuntansi adalah nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo pembiayaan murabahah dikurangi CKPN pembiayaan murabahah. Sedangkan pada PSAK 102 penyajian disajikan sebesar nilai neto yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. Untuk margin murabahah pada PT Bank Sulselbar Syariah disajikan, sebagai

(7)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.02, Juni 2020, pp 1-8 akun lawan pembiayaan murabahah sedangkan PSAK 102 menyajikan margin murabahah sebagai pengurang piutang murabahah. Terkait dengan penyajian beban murabahah tangguhan pada PT Bank Sulselbar Syariah disajikan sebagai pengurang kas, sedangkan pada psak 102 disajkan sebagai pengurang utang murabahah. Pada pengungkapan murabahah dalam Bank Sulselbar Syariah mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan transaksi akad murabahah yaitu kesepakatan akad, seperti jenis barang, harga barang, besaran margin, kualifikasi barang. Rincian piuang murabahah berasarkan jumlah dan jangka waktu, jenis valuta dan kualitas piutang. Sedangkan pada PSAK 102 mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi terbatas pada harga perolehan aset murabahah, janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau bukan dan pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101:

Perjanjian laporan keuangan syariah.

PENUTUP

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Salah satu produk pembiayaan di Bank Sulselbar Syariah, yaitu pembiayaan murabahah. Produk murabahah merupakan produk penyaluran dana kepada masyarakat yang membutuhkan dan di pasarkan oleh tenaga pemasaran Bank atau Account Manager yang bertugas mempromosikan dan mengajak nasabah / masyarakat untuk menggunakan fasuilitas pembiayaan

2. Berbeda dengan Bank Konvensional, pembiayaan Bank Sulselbar Syariah dalam hal ini pembiayaan murabahah nasabah dan tidan terpengaruh terhadap naik turunnya nilai mata uang tetapi tergantung pada margin/ keuntungan persetujuan diawal antara bank dan nasabah hingga berakhirnya jangka waktu pembiayaan.

3. Pada akhir periode neraca, Bank Sulselbar Syariah menyajikan piutang murabahah sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan.

4. Bank Sulselbar Syariah mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan transaksi

murabahah yaitu, isi kesepakatan akad, seperti jenis barang, harga barang, besaran margin, kualifikasi barang.

5. Waktu, jenis valuta dan kualitas piutang.

Kebijakan akuntansi untuk pengakuan pendapatan margin murabahah yaitu, penyisihan penghapusan piutang murabahah (cadangan umum PPAP).

Penulis memberikan saran kepada pihak PT. Bank Sulselbar terkait dengan penerapan akad murabahah, PT. Bank Sulselbar Syariah harus mempertahankan kesesuaian pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengunggkapan akad murabahah yang sesuai PSAK 102

DAFTAR PUSTAKA

Afrida, Y (2016). Analisis pembiayaan murabahah diperbankan syariah. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam.1(2).

Ascarya. (2015). Akad Dan Produk Bank Syariah. Edisi 5. Jakarta: Rajawali

Anshori, A.N. (2018). Hukum perjanjian islam di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Bahri, S. (2016). Pengantar Akuntansi.

Yogyakarta: Cv. Andi Offset

Harahap. (2015). Teori Akuntansi. Jakarta:

Rajawali Pers

Hasti, A. (2015). Analisis laporan keuangan dalam mengukur tingkat profitabilitas pada PT. PLN (persero) area Makassar. Jurnal AKMEN, Vol. 12 (3). Makassar: STIE YPUP. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2019 melalui website

https://e-jurnal.stienobel-

indonesia.ac.id/index.php/akmen/article/vie w/456/453iew/37

Ismail. (2017). Perbankan Syariah. Edisi 1 Jakarta: Kencana

Ikit. (2015). Akuntansi Penghimpunan Dana Bank Syaiah. Yogyakarta: Budi utama Lestari, S. (2019). Analisis Perlakuan

Akuntansi Pembiayaan Murabahah (Studi Pada BRI Syariah Cabang Kota Solo):

Institut Agama Islam Negeri Surakarta Mulya dan Ahmad. (2016). Standar Produk

Perbankan Syariah Murabahah. Jakarta:

Divisi Pengembangan Produk dan Edukasi Nurhayati, S. & Wasilah. (2015). Akuntansi

Syariah di Indonesia, edisi 4. Jakarta Selatan: Salemba Empat

Prabowo. (2009). Konsep akad murabahah pada perbankan syariah. Vol.16

(8)

8 Novianti, Ibrahim H. Ahmad , Neng Indriyani PT. Bank Sulselbar. (2017). Annual Report

2017. Makassar: PT. Bank Sulselbar.

Diakses pada tanggal 19 Maret 2019 melalui website

http://banksulselbar.co.id

Ridwan. (2006). Sistem operasi bank syariah dan penyajian dalam akuntansi syariah.

Yogyakarta.

Regar, R. (2016). Analisis Pemberian Kredit Mikro Terhadap Peningkatan Nasabah Studi Pada PT. Bank Sulutgo Cabang Manado.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Musyarakah, dan Pembiayaan Murabahah Terhadap Profitabilitas Pada Bank Syariah Mandiri Dan Bank Muamalat Indonesia Studi pada Bank Umum