• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN OKRA (Abelmoschus esculentus L.)

N/A
N/A
20-262 Putri Angel Sinaga

Academic year: 2024

Membagikan " ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN OKRA (Abelmoschus esculentus L.) "

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

PUTRI ANGEL SINAGA 200301262

AGRONOMI-1

LABORATORIUM ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN P R O G R A M S T U D I A G R O T E K N O L O G I

F A K U L T A S P E R T A N I A N UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022

(2)

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN OKRA (Abelmoschus esculentus L.) LAPORAN

OLEH :

PUTRI ANGEL SINAGA 200301262

AGRONOMI-1

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian Di Laboratorium Analisis Pertumbuhan Tanaman Program Studi Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

LABORATORIUM ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN P R O G R A M S T U D I A G R O T E K N O L O G I

F A K U L T A S P E R T A N I A N UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022

(3)

Judul : Analisis Pertumbuhan Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) Nama : Putri Angel Sinaga

NIM : 200301262 Kelas : Agronomi-1

Ditugaskan Oleh:

Dosen Penanggung Jawab Praktikum

(Ir. Meiriani M.P) NIP. 196505181992032001

Diktahui Oleh, Asisten Koordinator

(Elita Yona Franica Sipayung) NIM.180301137

Diketahui Oleh, Diketahui Oleh, Asisten Korektor I Asisten Korektor 2

( Haikal Khairi ) (Faruja Rizki Wirawan)

NIM. 180301110 NIM. 190301224

(4)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan ini pada waktunya.

Adapun judul dari laporan ini adalah “Analisis Pertumbuhan Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.)” yang merupakan salah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian pada Praktikum Laboratorium Analisis Pertumbuhan Tanaman Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Meiriani, MP ; Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP ; Dr. Ir. Haryati, MP ; dan Dr. Ir. Lisa Mawarni, MP selaku dosen mata kuliah Analisis Pertumbuhan

Tanaman, serta abang dan kakak asisten yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kebaikan penulis di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2022

Penulis

(5)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Praktikum ... 4

Kegunaan Penulisan ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) ... 5

Syarat Tumbuh ... 7

Iklim ... 7

Tanah ... 8

Pupuk Nitrogen ... 9

Pupuk Fosfor ... 11

Pupuk Kalium ... 12

Analisis Pertumbuhan Tanaman ... 14

Pertumbuhan dan Perkembangan ... 15

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Praktikum ... 19

Bahan dan Alat ... 19

Prosedur Percobaan ... 19

PELAKSANAAN PECOBAAN Persiapan Lahan ... 21

Penanaman Benih ... 21

Penyiraman ... 22

Penyiangan ... 22

Penjarangan ... 23

Pemupukan ... 24

Pemanenan ... 24

Parameter Pengamatan ... 24

Tinggi Tanaman ... 24

Jumlah Daun ... 24

Diameter Batang... 25

Bobot Basah Tajuk ... 26

Bobot Basah Akar ... 26

Bobot Kering Tajuk... 27

Bobot Kering Akar ... 27

Bobot Buah Tanaman ... 28

(6)

iii

Luas Daun ... 28 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ... 29 Pembahasan ... 39 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 44 Saran ... 45 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(7)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Persiapan Lahan ... 22

Gambar 2. Penanaman ... 22

Gambar 3. Penyiraman ... 23

Gambar 4. Penyiangan ... 23

Gambar 5. Penjarangan... 23

Gambar 6. Pemupukan ... 24

Gambar 7. Pemanenan ... 24

Gambar 8. Tinggi Tanamam ... 24

Gambar 9. Jumlah Daun ... 25

Gambar 10. Diameter Batang ... 25

Gambar 11. Bobot Basah Tajuk ... 26

Gambar 12. Bobot Basah akar ... 26

Gambar 13. Bobot Kering Tajuk ... 27

Gambar 14. Bobot Kering Akar ... 27

Gambar 15. Bobot Buah Tanaman ... 28

Gambar 16. Luas Daun ... 28

(8)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tinggi Tanaman Okra (cm) ... 29

Tabel 2. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Okra ... 29

Tabel 3. Diameter Batang Tanaman Okra (mm) ... 30

Tabel 4. Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman Okra ... 30

Tabel 5. Jumlah Daun Tanaman Okra (helai) ... 31

Tabel 6. Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Okra ... 31

Tabel 7. Bobot Basah Tajuk Tanamam Tanaman ... 32

Tabel 8 Sidik Ragam Basah Tajuk Tanaman Okra ... 32

Tabel 9. Bobot Basah Akar Tanaman ... 33

Tabel 10. Sidik Ragam Basah Akar Tanaman Okra ... 33

Tabel 11. Bobot Kering Tajuk Tanaman Okra ... 34

Tabel 12. Sidik Ragam Kering Tajuk Tanaman Okra ... 34

Tabel 13. Berat Kering Akar Tanaman Okra ... 35

Tabel 14. Sidik Ragam Kering Akar Tanaman Okra ... 36

Tabel 15. Luas Daun Tanaman Okra ... 36

Tabel 16. Sidik Ragam Luas Daun Tanaman Okra ... 37

Tabel 17. Bobot Buah Tanaman Okra ... 38

Tabel 18. Sidik Ragam Bobot Buah Tanaman Okra ... 38

(9)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pertumbuhan didefenisikan sebagai suatu proses bertambahnya ukuran atau volume tubuh akibat bertambahnya sel-sel tubuh mahkhluk hidup, proses ini tidak dapat dibalik atau dikembalikan serta dapat diukur dengan satuan pengukuran tertentu dan dapat dinyatakan dengan suatu satuan karena bersifat kuantitatif. Misalnya bertambahnya ukuran panjang batang pada tanaman jagung dari 5 cm menjadi 7 cm atau pertambahan banyaknya daun (Suparmuji, 2013).

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan perkembangan suatu spesies. Dan berlangsung secara terus menerus sepanjang daur hidup, hasil aimilasi, hormone, bergantung pada tersedianya meristem, dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang mendukung (Zulkifli, 2012).

Tanaman Okra merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik pada daerah subtropis dan maupun tropis. Tanaman Okra adalah tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman Okra mulai dibudidayakan di Indonesia mulai tahun 1877 khususnya di daerah Kalimantan Barat. Tanaman Okra dapat tumbuh baik pada daerah yang berada pada ketinggian 800 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Tanaman Okra cenderung berumur lebih pendek jika ditanam pada ketinggian

< 800 mdpl. Sedangkan pada daerah dengan ketinggian 800 mdpl, umur tanaman Okra bisa mencapai 4 – 6 bulan (Simanjuntak, 2018).

Okra (Abelmoschus esculentus L.) merupakan tanaman holtikultural yang tumbuh di daerah tropis dan bagian sub-tropis di dunia. Di Indonesia khususnya di Bali tanaman ini belum begitu dikenal atau masih langka, hanya terdapat di

(10)

supermarket besar. Di beberapa tempat Okra dikenal dengan nama yang berbeda seperti Okura, kacang bendi ataupun Lady Finger. Tanaman ini sudah dibudidayakan sangat populer di negara-negara Asia seperti Jepang, Malaysia, Cina dan India.merupakan peran arti utama okra dunia (75%) depan luas produksi 3,5 juta ton/ha (Yuliartini, 2017).

Okra merupakan tanaman multiguna karena banyak bagian yang dapat dimanfaatkan dari daun segar, tunas, bunga, polong, batang sampai biji. Buah okra yang belum matang dikonsumsi sebagai sayuran, dapat digunakan untuk salad, sup dan minuman, dimakan segar atau kering, digoreng atau direbus. Okra memiliki lendir yang dapat diaplikasikan sebagai obat, yaitu digunakan sebagai penggantian plasma. Biji okra merupakan sumber potensi minyak dengan konsentrasi yang bervariasi dari 20% sampai 40%, yang terdiri atas asam linoleat hingga 47,4% yaitu sebuah asam lemak esensial tak jenuh ganda untuk nutrisi manusia (Habtamu et al., 2014).

Salah satu bagian tanaman okra yang dimanfaatkan adalah buah muda.

Buah okra mengandung senyawa fenolik dan flavonoid. Senyawa fenolik dan flavonoid merupakan antioksidan alami yang lebih aman dari pada antioksidan sintetik karena mampu meredam radikal bebas dalam tubuh manusia, sehingga mencegah penyakit degenerative (Syam et al., 2019).

Okra biasa dikonsumsi sebagai sayuran dari buah muda. Buah okra memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan nutrisi dari 100 g dari edible fruit terdiri dari 1.8-1.9 g protein, 0.2 g lemak, 6.4 g karbohidrat, 0.7 g mineral dan 1.2 g serat (Tiwari et al., 1998). Komposisi kandungan buah okra antara lain

(11)

453 IU vitamin A, thiamin, pyridoxin, vitamin C, riboflavin, calcium, potasium, zinc, besi, beta caroten dan folic acid (Kumar et al., 2013).

Buah okra mempunyai kandungan gizi yang tinggi, kaya serat, antioksidan dan vitamin C. Oleh karena itu buah okra banyak dikonsumsi baik sebagai sayur maupun sebagai obat karena buah okra dapat memberi manfaat positif bagi tubuh dalam menjaga kesehatan. Buah okra tergolong buah yang mengeluarkan lendir karena mengandung musilane. Padahal dalam lendir itulah sebagian besar manfaat dan khasiat buah okra tersimpan. Komposisi okra buah per 100 g mengandung air 81,50 g, energi 235.00 kJ (56.00 kkal), protein 4,40 g, lemak 0,60 g, karbohidrat 11.30 g, serat 2,10 g, Ca 532,00 mg, P 70,00 mg, Fe 0.70 mg, asam askorbat 59.00 mg, betakaroten 385.00 mg, thiamin 0,25 mg, riboflavin 2,80 mg, niacin 0,20 mg (Benchasri, 2012).

Genotipe okra hijau paling banyak ditanam di Indonesia terutama di pulau Jawa karena adaptif, produksi tinggi dan berumur panjang. Penelitian selama dua tahun terakhir menunjukkan adanya perbedaan penampilan atau segregasi di dalam populasi yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa persilangan terbuka secara alami cukup besar sehingga upaya pemurnian perlu dilakukan. Okra hijau bisa dipanen hingga hari ke-7, namun hasil beberapa kali evaluasi di lapangan menunjukkan bahwa okra hijau yang dipanen setelah hari ke-6 memiliki tekstur yang mulai keras sehingga tidak disukai oleh konsumen. Jika okra dipanen sebelum hari ke- 6, bobot buah belum maksimal sehingga produksi rendah (Putri,2016).

Salah satu cara untuk meningkatkan produksi okra yaitu melalui pemupukan. Pemupukan bertujuan mengganti unsur hara yang hilang dan

(12)

menambah persediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan produksi dan mutu tanaman. Ketersediaan unsur hara yang lengkap dan berimbang yang dapat diserap oleh tanaman merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman okra. Proses pertumbuhan, perkembangan, sampai dengan produksi buah okra membutuhkan unsur hara antara lain 150 kg N/ha, 60 kg P/ha dan 75 kg K/ha (Khan, 2013).

Pemupukan merupakan hal yang harus diperhatikan pada saat budidaya tanaman, karena pemberian pupuk merupakan faktor peting dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman. Pemupukan bertujuan mengganti unsur hara yang hilang dan menambah persediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan produksi dan mutu tanaman. Ketersediaan unsur hara yang lengkap dan berimbang yang dapat diserap oleh tanaman merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman (Dewanto, 2013).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menganalisis pertumbuhan tanaman okra (Abelmoschus esculentus L.)

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian pada praktikum Laboratorium Analisis Pertumbuhan Tanaman Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

(13)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.)

Okra merupakan tanaman yang termasuk famili Malvaceae dan berasal dari wilayah Afrika bagian tropik. Taksonomi tanaman okra adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae; Divisi : Magnoliophyta; Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Violales; Famili : Cucurbitaceae; Genus : Abelmochus;

Species : Abelmochus Esculentus (L.) (Idawati, 2012).

Tanaman okra termasuk ke dalam dikotil yaitu berkeping dua. Sistem perakaran okra tergolong dalam perakaran tunggang dan memiliki akar lembaga.

Okra termasuk tanaman yang memiliki perakaran yang dangkal. Warna akar kuning kecoklatan, berbentuk bulat pipih dan tergolong akar yang cukup keras.

Kedalaman pertumbuhan bakar pada tanaman okra berkisar 20 cm sampai 35 cm dibawah permukaan tanah (Werdhiwati, 2016).

Daun okra berbentuk lima jari dengan pertulangan daun yang menyirip.

Tersusun secara spiral, tunggal, tepi berlekuk 3-5-7 dan ukuran daun mencapai 15-20 cm. Bentuk daun muda tanaman okra, berjari agak lebar kemudian akan semakin menyempit seiring pertumbuhan. Tangkai daun memiliki panjang 10-25 cm dan berwarna kemerahan (Ichsan, 2016).

Batang tanaman okra memiliki batang yang keras seperti berkayu yang berwarna hijau dan bercabang sedikit. Tunas-tunas pada ketiak daun dapat tumbuh menjadi cabang baru. Rata-rata cabangnya berdiameter 1-2 cm. Tanaman okra mempunyai tinggi tanaman 1- 4 m. Jenis okra yang berbatang hijau, tingginya dapat mencapai lebih dari 2 meter, lebih tinggi dari okra yang berbatang kemerah- merahan (Bencashri, 2012).

(14)

Bunga tanaman okra memiliki diameter 4-8 cm dengan kelopak berjumlah 5, berwarna putih sampai kekuningan dan terdapat bercak berwarna merah atau ungu pada dasar kelopaknya. Bunga tanaman okra merupakan hermaprodit, yaitu pada setiap bunga terdapat putik dan benang sari. Bunga tunggal atau tersusun dalam tandan semu yang muncul pada ketiak daun. Kuncup bunga mulai muncul pada umur 22-26 hst dan bunga pertama membuka sempurna pada umur 41-48 hst, kemudian bunga terus muncul selama 40-60 hari (Santoso, 2016).

Buah okra berbentuk kerucut persegi lima, panjang buah 15-20 cm, diameternya 1-5 cm dan panjang tangkai buah 2–3 cm. Buahnya memiliki lima ruang sebagai tempat biji-bijinya dan tersusun membujur. Ukuran buah panjang 6–10 cm, diameter 1,5–1,9 cm, warna buah hijau, panjang tangkai buah 2–3 cm, ketebalan daging buah 3–4,5 mm, tekstur daging buah kasar dan rasa manis hambar. Buahnya memiliki bulu-bulu yang halus, jika buahnya kering akan pecah dengan sendirinya dan biji-bijinya akan keluar (Habtamu, 2014).

Biji tanaman okra yang masih muda berwarna putih sedangkan biji okra yang sudah tua berwarna hitam dan sangat keras, biji dalam satu ruang bisa mencapai 10-15 biji. Okra memiliki banyak biji didalam buahnya, yang berbentuk oval, tekstur permukaan biji yang halus, lurik dan jika sudah tua akan berwarna hijau gelap dan jika mengering akan berwarna coklat. Setelah buah mengering, biji dari polong yang pecah bisa rusak dan jatuh ketanah karena hujan. Maka dari itu okra perlu dipanen secepatnya sebelum buah mulai pecah (Tripathi, 2012).

(15)

Syarat Tumbuh Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) Iklim

Tanaman okra dapat tumbuh pada ketinggian 1–800 mdpl. Tanaman okra dapat tumbuh dengan suhu udara di antara 27-30 °C untuk mendukung pertumbuhan yang cepat dan sehat. Benih okra tidak akan berkecambah jika suhu tanah di bawah 17 °C. Adapun curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan okra adalah 1700 mm–3000 mm/tahun. Penyinaran matahari tanaman okra ini penuh berkisar 5-7 jam /hari, sedangkan kelembaban 80 % (Sutjahjo, 2015).

Tanaman okra tumbuh dengan baik jika ditanam pada daerah dengan suhu berkisar antara 27-30°C dengan curah hujan antara 1.700-3.000 mm/tahun. Suhu rata-rata pertumbuhan pembungaan dan pembentukan buah okra yang optimum antara 20-30°C. Okra menghendaki tempat yang terbuka sehingga mendapatkan sinar matahari penuh, bila terlindung maka pembentukan polong tidak sempurna dan produksi buah berkurang. Okra dapat ditanam pada segala musim karena tahan terhadap kekeringan dan kondisi musim hujan. Namun tanaman okra tidak tahan terhadap genangan air sehingga ketika ditanam pada musim hujan, perlu dibuat drainase yang baik agar pertumbuhan okra dapat optimal (Luther, 2012).

Okra menghendaki tempat terbuka yang mendapat sinar matahari secara penuh agar dapat berbuah banyak. Okra yang ditanam di tempat ternaungi pada umumnya akan sukar berbuah banyak. Karena pembentukan polong okra memerlukan fotosintesis yang sempurna. Penyinaran matahari tanaman okra ini penuh berkisar 5-7 jam /hari, sedangkan kelembaban 80 % (Sutjahjo, 2015).

Iklim mempunyai peranan yang penting dalam mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman. Salah satu unsur iklim yang berperanan penting adalah

(16)

curah hujan. Pada musim hujan, ketersedian air berlebihan, keawanan tinggi, dan radiasi neto menjadi rendah. Sebaliknya pada musim kemarau, limpahan radiasi neto tinggi, curah hujan rendah dan kandungan air dalam tanah menjadi kurang tersedia untuk pertumbuhan tanaman. Tanaman okra tahan terhadap cekaman kekeringan dan naungan, tetapi tidak tahan dengan stress genangan air. Okra sangat baik di tanam pada daerah dengan curah hujan antara 1700-3000 mm/tahun (Irsal, 2015).

Tanah

Okra tidak memerlukan syarat yang khusus untuk pertumbuhannya namun untuk pertumbuhan dan produksi yang optimal faktor iklim dan tanah sangat diperhatikan. Okra dapat tumbuh baik pada ketinggian tempat 0-800 mdpl. Okra yang ditanam pada ketinggian kurang dari 600 mdpl, maka umur tanaman akan lebih pendek sedangkan jika ditanam di dataran tinggi maka umur tanaman mencapai 4-6 bulan (Ikrarwati, 2016).

Tanah merupakan faktor yang dapat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman okra, tetapi tanaman okra tidak memerlukan jenis tanah yang khusus untuk bisa tumbuh secara optimal. Okra dapat tumbuh baik di daerah dataran rendah 0 mdpl hingga sedang 800 mdpl. Apabila ditanam pada ketinggian kurang dari 600 meter, umur tanaman okra lebih pendek, sedangkan jika ditanam di dataran rendah umur okra dapat mencapai 4-6 bulan (BPTP, 2016).

Tanah yang berpasir hingga tanah lempung, mengandung banyak bahan organik dengan drainase yang baik, sangat cocok ditanami okra. Tanaman okra tumbuh dalam kemasaman (pH) tanah 6-7, apabila tingkat kemasaman rendah perlu dilakukan pengapuran. Dosis pupuk kandang yang baik adalah 4-6 ton/ha

(17)

dan diusahakan tanah yang mengandung unsuk K yang tinggi (Rukmana, 2016).

Okra (Abelmoschus esculentus L.) dapat ditanam di berbagai macam tanah yang memiliki drainase/pengeringan yang baik – tanah geluh pasir paling bagus.

Tanah sebagai media tumbuh tanaman berfungsi sebagai tempat persediaan unsur hara, air, udara dan unsur-unsur mineral lainnya yang dibutuhkan oleh tanaman.

Maka jenis tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi suatu tanaman (Luther, 2012).

Kondisi tanah yang paling cocok untuk okra adalah tanah yang bertekstur gembur dan dapat menyalurkan air. Menanam okra pada tanah yang terlalu padat teksturnya memerlukan proses penggemburan. Tanah dengan pH rendah dapat membuat okra tidak dapat tumbuh dengan baik, maka perlu diberi kapur agar pH menjadi 6,5-7 (Idawati, 2012).

Okra memerlukan kondisi tanah yang agak lembab, apabila tidak hujan sebaiknya diberi pengairan dengan interval dua hari sekali. Serta lahan yang terbebas dari gulma – gulma. Proses pertumbuhan, perkembangan, sampai dengan produksi buah okra membutuhkan unsur hara antara lain 150 kg N/ha, 60 kg P/ha, dan 75 kg K/ha. Pemupukan dengan campuran antara pukan ayam dan abu sekam dengan dosis 10 ton/ha mampu meningkatkan kandungan C, N, P, K, Ca dan Mg tanah (Zulkarnaen, 2019).

Pupuk Nitrogen

Nitrogen (N) merupakan salah satu unsur hara utama dalam tanah yang sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan dan memberi warna hijau pada daun. Nitrogen dalam tanah berasal dari: (1) mineralisasi N dari bahan organik dan imobilisasinya, (2) fiksasi N dari udara oleh mikroorganisme (penambatan N2

(18)

atmosfer oleh mikroorganisme secara simbiotik maupun non simbiotik), (3) melalui hujan dan bentuk presipitasi yang lain, dan (4) pemupukan (Sari, 2013).

Nitrogen (N) yang merupakan penyusun utama protein, relative tidak tersedia bagi tanaman walaupun molekul nitrogen menduduki 80 persen dari total unsur di atmosfir. Pada umumnya, nitrogen di atmosfir secara kimiawi bersifat

“innert” dan tidak bisa langsung digunakan oleh tanaman. Sebagai pengganti tanaman gharus bergantung pada sejumlah kecil senyawa Nitrogen (N) yang terdapat dalam tanah, terutama yang berbentuk ion bagi nitrit dan ammonium.

Tanaman biasanya menyerap Nitrogen (N) dari dalam tanah dalam bentuk nitrat (NO3- ) atau ammonium (NH4 + ), dimana pada kebanyakan tanah pertanian nitrat merupakan bentuk senyarwa Nitrogen (N) yang paling banyak diserap tanaman (Sugito, 2012).

Bila tanah kurang mengandung Nitrogen (N) tersedia, maka seluruh tanaman akan berwarna hijau pucat atau kuning (klorosis). Hal ini dapat terjadi karena rendahnya produksi klorofil dalam tanaman. Daun tertua lebih dahulu menguning karena Nitrogen (N) dipindahkan dari bagian tanaman ini menuju ke daerah ujung pertumbuhan. Daun bagian bawah tanaman yang mengalami defisiensi pada awalnya menguning dibagian ujung dan gejala klorosisi cepat merambat melalui tulang tengah daun menuju batang. Daun tepi dapat tetap hijau untuk beberapa saat. Bila defisiensi menjadi semakin berat, daun tertua kedua dan ketiga mengalami pola defisiensi serupa dan daun tertua pada saat itu akan menjadi coklat sempurna (Tando, 2019).

Urea adalah pupuk tunggal yang mengandung N tinggi yaitu sekitar 45- 46%.Sifat urea yang cepat terlarut menjadikannya cepat tersedia bagi tanaman.

(19)

Namun, sifatnya ini pula yang dapat merugikan. Jika urea diaplikasikan di permukaan dan tidak dimasukkan dalam tanah, kehilangan N ke udara bisa mencapai 40% dari N yang telah diaplikasikan. Oleh karena itu, efisiensi penggunaan pupuk perlu dilakukan. Salah satu strategi efisiensi penggunaan pupuk ialah pengaturan waktu pemberian pupuk urea (Ramadhani et al., 2016).

Pupuk Fosfor

Fosfor merupakan komponen utama pada asam nukleat, fosfolipid, dan senyawa fosfat yang berperan dalam perkembangan akar. Kekurangan fosfor dapat menyebabkan pertumbuhan kerdil pada tanaman muda, warna daun menjadi ungu tua kehijauan, produksi batang ramping (tapi tidak berkayu), kerontokan daun dan menyebabkan pembungaan pada tanaman sedikit sehingga menyebabkan produksi tanaman menurun (Benjamin et al., 2014).

Pupuk P (fosfor) dalam tanaman dapat berfungsi mempercepat pertumbuhan akar semai, mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa. Pada umumnya, mempercepat pembungaan dan pemasakan buah biji atau gabah, dan dapat meningkatkan produksi biji-bijian.

Selain itu, fosfat juga berperan dalam proses respirasi dan fotosintesis, penyusunan asam nukleat, pembentukan bibit tanaman dan penghasil buah, perangsang perkembangan akar, sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap kekeringan dan mempercepat masa panen sehingga dapat mengurangi resiko keterlambatan waktu panen (Normahani, 2015).

Unsur P adalah unsur penting kedua setelah nitrogen yang berperan penting dalam fotosintesis, perkembangan akar, pembentukan bunga, buah dan biji. Unsur P berperan dalam pertumbuhan benih, akar, bunga dan buah,

(20)

penyusunan asam nukleat dan mempercepat masa panen. Pemberian pupuk P tidak mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman disebabkan oleh unsur ini terfiksasi sangat erat (pH tanah = 4.39) sehingga tidak tersedia bagi tanaman.

Kandungan Al yang tinggi pada tanah masam juga berhubungan dengan membran lipid bilayer pada sel, aluminium dapat memblok Ca2+ dan saluran K+ sehingga menggangu proses penyerapan hara tanaman (Hanum, 2013).

Sumber fosfat yang dalam tanah sebagai fosfat mineral yaitu batu kapur fosfat, sisa-sisa tanaman dan bahan organik lainnya. Perubahan fosfor organik menjadi fosfor anorganik dilakukan oleh mikroorganisme. Selain itu, penyerapan fosfor juga dilakukan oleh liat dan silikat. Fosfat anorganik maupun organik terdapat dalam tanah. Bentuk anorganiknya adalah senyawa Ca, Fe, Al, dan F.

Fosfor organik mengandung senyawa yang berasal dari tanaman dan mikroorganisme dan tersusun dari asam nukleat, fosfolipid, dan fitin (Isnaini, 2016).

Pupuk SP-36 merupakan pupuk fosfat buatan berbentuk butiran yang dibuat dari batuan fosfat dengan campuran asam fosfat dengan asam sulfat yang komponen utamanya mengandung unsur hara fosfor berupa mono kalsium fosfat.

Kandungan fosfor yang terdapat dalam pupuk SP-36 sebesar 36%, yang berarti setiap 100 kg SP-36 mengandung fosfor 36 kg (BSN, 2015).

Pupuk Kalium

Kalium klorida (KCl) merupakan salah satu jenis pupuk kalium, dengan kandungan unsure haradalam pupuk ini adalah 60% K2O, pemberian kalium ke dalam tanah dapat menambah jumlah kalium tersedia. Peran unsur K adalah untuk memacu translokasi asimilat dari sumber (daun) ke bagian organ penyimpanan

(21)

(sink), selain terlibat dalam proses membuka dan menutupnya stomata. Stomata akan membuka karena sel penjaga menyerap air, dan penyerapan air ini terjadi sebagai akibat adanya ion K+ (Singh et al., 2014).

Pupuk kalium dibuat dari deposit garam kalium, dan pada umumnya berasosiasi dengan magnesium, sulfat, dan klor. Kalium merupakan hara utama ketiga setelah N dan P. Kalium diserap dalam bentuk ion K+ . Fungsi K adalah pembentukan pati, pengaktifkan enzim, pembukaan stomata, proses fisiologis dalam tanaman, proses metabolik dalam sel, mempengaruhi penyerapan unsur unsur lain, mempertinggi ketahahan terhadap penyakit dan perkembangan akar (Mustafa, 2012).

Kalium merupakan unsur hara esensial yang terdapat dalam pupuk KCl dengan kadar 60% K2O yang memiliki peran dalam pembentukan, pemecahan, sintesis protein dan mempercepat pertumbuhan. Selan itu kalium berguna pada tubuh tanaman dan perkembangan sel-sel tanaman, memperkuat batang tanaman sehingga tak mudah roboh, memperkuat daun, bunga dan buah agar tidak mudah lepas dari tangkainya serta lebih tahan terhadap penyakit (Darwin et al., 2016).

Tanaman yang tumbuh pada tanah yang kekurangan unsur kalium akan memperlihatkan gejala-gejala seperti daun mengerut atau keriting terutama pada daun tua walaupun tidak merata. Kemudian pada daun akan timbul beracak-acak merah cokelat. Selanjutnya, daun akan mengering, lalu mati. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya rendah, dan tidak tahan simpan (Lingga, 2013).

Unsur K dijumpai pada pupuk tunggal Kalium Chlorida (KCl), dengan rumus kimia K2O, kadar K yang terkandung pada pupuk tunggal KCl 52-55%,

(22)

reaksi fisiologi masam lemah dan agak higroskopis. Jika tanaman kekurangan unsur kalium daun mengkerut atau keriting dan timbul bercak-bercak merah kecoklatan lalu kering dan mati, buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutu dan hasil tidak bagus dan tidak tahan simpan (Siahaan, 2012).

Analisis Pertumbuhan Tanaman

Analisis pertumbuhan tanaman merupakan suatu metode pengamatan untuk mengintegrasikan data dari peubah pertumbuhan tanaman ke dalam informasi sederhana dengan menggunakan perhitungan berdasarkan rumus atau informasi yang tepat untuk mengetahui produksi suatu tanaman. Analisis pertumbuhan tanaman ini dapat dijadikan salah satu cara untuk mengikuti dinamika fotosintesis yang diukur dengan luas daun dan produksi bahan kering ( Baskoro, 2016).

Komponen analisis pertumbuhan diantaranya adalah laju pertumbuhan relatif (Relatif Growth Rate), laju unit daun (Unit Leaf Rate), nisbah luas daun (Leaf Area Ratio), luas daun spesifik dan rasio berat daun (Specific Leaf Area and Leaf Weight Ratio), indeks luas daun (Leaf Area Index), laju tumbuh pertanaman (Crop Growth Rate), lamanya luas daun dan lamanya biomassa (Leaf area Duration and Biomass Duration) (Sumarsono, 2018).

Laju pertumbuhan mutlak (Absolute Growth Rate) didefenisikan sebagai penambahan biomas yang merupakan karakteristik tumbuh yang sederhana biasanya harga ini diperoleh dari 2 keadaan dari tanaman yang berbeda. Selama pertumbuhan tanaman menunjukan kecenderungan yang dipengaruhi oleh lingkungan. Harga biomas makin lama makin keil dan ini sesuai dengan penambahan besar atau berat komponen tumbuh yang lain. Laju perrtumbuhan

(23)

mutlak dapat di peroleh dari penambahan bahan organik, karbon, karbindioksida, atau energi yang diikat (Pramanda, 2019).

Kemampuan tanaman dalam menghasilkan bahan kering per satuan luas lahan dan persatuan waktu digambarkan oleh laju pertumbuhannya. Laju pertumbuhan tanaman (LPT) adalah bertambahnya berat tanaman persatuan luas lahan dalam satuan waktu. Umumnya tanaman menghasilkan asimilat yang akan disimpan sebagai cadangan makanan, sebagian hasil tersebut digunakan untuk proses fotosintesis, dan sisanya digunakan untuk pembentukan bagian-bagian tanaman atau komponen hasil (Mangera, 2014).

Laju pertumbuhan nisbi pada tanaman biasanya berjalan, kemudian menjadi cepat dan sesudah itu turun lagi. Tanaman tomat dan kacang tanah memperlihatkan tanggap terhadap penambahan CO2 , laju pertumbuhan nisbi akan meningkat begitu juga ketersediaan air berpengaruh terhadap laju pertumbuhan nisbi. Suhu tinggi juga akan meningkatkan pertambahan laju pertumbuhan nisbi. Tanaman C4 menghasilkan laju pertumbuhan nisbi lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman C3 (Pramanda, 2019).

Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai suatu proses bertambahnya ukuran atau volume tubuh akibat bertambahnya sel-sel tubuh makhluk hidup, proses ini tidak dapat dibalik atau dikembalikan serta dapat diukur dengan satuan pengukuran tertentu dan dapat dinyatakan dengan suatu satuan karena bersifat kuantitatif (Suparmuji, 2013).

Pertumbuhan tanaman merupakan suatu hasil dari metabolisme sel – sel hidup yang dapat diukur sebagai pertambahan bobot basah atau kering, isi,

(24)

panjang atau tinggi. Faktor iklim mempengaruhi pertumbuhan dan hasil seperti Suhu, cahaya dan curah hujan mempengaruhi laju fotosintesis dan respirasi sehingga berimplikasi pada pertumbuhan (Zulkifli, 2012).

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya jumlah dan volume sel tanaman yang dapat diukur secara kuantitatif. Pertumbuhan tanaman okra hijau dipengaruhi oleh faktor internal dan esternal. Faktor internal meliputi gen, kualitas dan mutu bibit, dan hormon, sedangkan faktor eksternal meliputi kondisi iklim dan tanah. Unsur hara didalam tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Hal yang dapat dilakukan untuk menambah unsur hara, antara lain pemberian pupuk dan pemberian mulsa organik. Pemberian pupuk pada tanaman dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman.

Penambahan unsur N dapat meningkatkan jumlah daun, tinggi tanaman dan berat segar polong (Uka, 2013).

Proses pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang penting pada makhluk hidup. Suatu makhluk hidup dikatakan tumbuh apabila mengalami perubahan fisik yang berkaitan dengan pertambahan ukuran, bentuk, dan volume yang bersifat tidak kembali lagi ke asalnya. Sedangkan dikatakan berkembang jika makhluk hidup mengalami tingkat kedewasaan yang menjadikannya lebih sempurna (Jouyban, 2012).

Proses pertumbuhan merupakan hal yang lazim bagi setiap tumbuhan.

Dalam proses pertumbuhan terjadi pertambahan volume yang signifikan. Seiring berjalannya waktu pertumbuhan suatu tanaman terus bertambah. Proses tumbuh sendidri dapat dilihat pada selang waktu tertentu. Dimana setiap pertumbuhan

(25)

tanaman akan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk kurva/diagram pertumbuhan (Latunra, 2014).

Perkembangan didefinisikan sebagai suatu proses menuju kedewasaan, ketika fungsi-fungsi fisiologi organ-organ tubuh yang telah menjadi lebih sempurna. Kemudian, pada proses ini tidak dapat dinyatakan dengan suatu ukuran tertentu karena bersifat kualitatif sehingga tidak dapat diukur dengan satuan pengukuran. Contoh dari proses ini adalah waktu siapnya suatu tumbuhan untuk berbunga dan berbuah (Suparmuji, 2013).

Proses menuju kedewasaan merupakan pengertian dari perkembangan.

Proses ini terjadi secara kualitatif dan baik pertumbuhan dan perkembangan bersifat irreversible. Sebagai contoh jika kita menanam biji tanaman, terlihat bentuk awal (biji) yang demikian sederhana menjadi bentuk bentuk tanaman yang lengkap. Dan pada tanaman tersebut tumbuh dan terlihat adanya pembentukan berbagai organ- organ baru, seperti daun yang memanjang dan akar yang memanjang dan bertambah banyak (Mariska, 2012).

Perkembangan adalah suatu proses kemajuan yang terjadi secara berangsurangsur dari kompleksitas rendah ke kompleksitas tinggi dan terjadi di ferensiasi. Perkembangan dapat dinyatakan melalui berbagai cara, mulai dari bagian tertentu suatu tanaman sampai jumlah total perkembangan tanaman. Pada tanaman, aktivitas perkembangan yang vital ini banyak tumpang tindih.

Pertumbuhan apikal pada ujung akar dan ujung batang mendahului morfogenesis dan diferensiasi. Tetapi pembesaran batang terjadi oleh karena pembesaran sel-sel setelah morfogenesis dan diferensiasi berlangsung (Rumanta, 2019).

(26)

Faktor dalam yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan adalah gen dan zat pengatur tumbuh. Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan. Faktor gen Faktor penurunan sifat pada keturunan terkandung di dalam gen. Informasi genetik pada gen mengendalikan terbentuknya sifat penampakan secara fisik (fenotip) melalui interaksinya dengan faktor lingkungan (Rinaldi, 2012).

Proses pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang penting pada makhluk hidup. Suatu makhluk hidup dikatakan tumbuh apabila mengalami perubahan fisik yang berkaitan dengan pertambahan ukuran, bentuk, dan volume yang bersifat tidak kembali lagi ke asalnya. Sedangkan dikatakan berkembang jika makhluk hidup mengalami tingkat kedewasaan yang menjadikannya lebih sempurna (Jouyban, 2012).

(27)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun praktikum dilaksanakan di Lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada hari Rabu, 28 September 2022 s/d selesai pukul 08.00-09.40 WIB pada ketinggian 25 mdpl.

Alat dan Bahan Praktikum

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul sebagai alat untuk mengolah tanah, polybag ukuran 10 kg sebagai wadah media tanam, wadah perendaman sebagai tempat untuk merendam benih, gembor/handsprayer sebagai alat untuk menyiram tanaman, meteran/penggaris sebagai alat ukur tinggi tanaman, jangka sorong sebagai alat ukur diameter tanaman, spidol/twinpen sebagai alat ukur jumlah daun, buku data sebagai alat untuk tempat data dituliskan, buku logbook sebagai alat untuk tempat dokumentasi kegiatan pengamatan dan perawatan, dan pena sebagai alat untuk menulis data, gunting sebagai alat potong, oven sebagai alat pengering tajuk tanaman.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih Okra (Abelmoschus esculentus L.) varietas Naila IPB sebagai objek yang diteliti, tanah top soil sebagai media tanam, pupuk SP-36, KCl,dan Urea untuk mensuplai hara bagi tanaman, label nama sebagai identitas tanaman dan air untuk menyiram tanaman, amplop coklat sebagai wadah tajuk tanaman yang didestruksi, kertas hvs sebagai media menggambar patron daun.

Metode Praktikum

Percobaan ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial menggunakan pupuk Nitrogen yang terdiri dari 3 taraf yaitu:

(28)

- (N0) Kontrol = Tanpa Pemupukan

- (N1) ¼ Dosis Anjuran = 0,375 gr/tanaman - (N2) ½ Dosis Anjuran = 0,75 gr/tanaman - (N3) ¾ Dosis Anjuran = 1,125 gr/tanaman - (N4) Dosis Penuh = 1,5 gr/tanaman

Data Hasil Percobaan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut:

Yij= µ + Ti + βj +

ε

ij

i= 1,2,3,4,5 j= 1,2,3,4

Yij= Pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j µ = Rataan umum

Ti = Pengaruh perlakuan ke-i βj = Pengaruh kelompok ke-j

ε

ij

=

Pengaruh acak (error) pada perlakuan ke-i ulangan ke-j

Data analisis dengan sidik ragam pada taraf kepercayaan 5% dan 1%.

(29)

PELAKSANAAN PRAKTIKUM Persiapan Lahan

Diukur dan dibentuk plot pada lahan praktikum analisis pertumbuhan tanaman dengan ukuran luas lahan 9,1 m x 13 m, ukuran plot 2,8 m x 1,5 m, saluran drainase 25 cm, dan jalan 50 cm, sesuai dengan bagan denah lahan praktikum.

Gambar 1. Persiapan Lahan Penanaman

Disiapkan media tanam berupa tanah topsoil yang di masukkan kedalam polybag 10 kg sampai memenuhi ± 4/5 dari isi keseluruhan polybag. Disiapkan benih okra (Abelmoschus esculentus L.), direndam benih okra tersebut kedalam air secukupnya selama ± 15 menit, dan ditanam benih okra dengan membuat tiga lubang tugal, dengan masing-masing lubang ditanam dua benih jagung.

Gambar 2. Penanaman

(30)

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Dilakukan penyiraman tanaman okra setiap hari, tepatnya pada pagi dan sore hari dengan jumlah air yang diberikan sesuai dengan jumlah kebutuhan air per polibag. Penyiraman dilakukan dengan memperhatikan keadaan cuaca, apabila terjadi hujan maka tidak perlu dilakukan penyiraman.

Gambar 3.Penyiraman Penyiangan

Dilakukan penyianga setiap ada gulma tumbuh dengan di cabut secara manual agar tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan komoditi tanaman jagung dan kacang kedelai, sehingga tidak terjadi persaingan.

Gambar 4. Penyiangan

(31)

Penjarangan

Dilakukan penjarangan untuk menentukan jumlah tanaman per lubang sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 2 tanaman, sedangkan yang dikehendaki hanya 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi.

Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyiangan dilakukan untuk menghindari kompetisi unsur hara antar tanaman.

Gambar 5. Penjerangan Pemupukan

Dilakukan pemupukan tanaman okra pada MST-1 dan MST-3 dengan dosis pupuk sesuai taraf perlakuan yaitu : Urea sebanyak 0,0375 g, pupuk SP-36 sebanyak 0,125 g , dan pupuk Kcl sebanyak 0,125 g per polybag.

Gambar 6. Pemupukan

(32)

Pemanenan

Dilakukan pemanenan tanaman okra pada MST 9 pada semua taraf dengan cara dibongkar tanaman okra dalam polybag lalu dihitung bobot basa tajuk, bobot basah akar, dan bobot buah tanaman okra.

Gambar 7. Pemanenan Parameter pengamatan

Tinggi tanaman (cm)

Dihitung parameter tinggi tanaman okra setiap minggunya menggunakan penggaris dan meteran dengan menancapkan satu batang kayu di dekat batang tanaman okra dan ditandai dengan spidol permanen. Pengukuran dari batang kayu dilakukan untuk mempermudah pengukuran dengan akurat saat tanah yang didalam polybag terkikis. Tinggi tanaman dihitung sejak tanaman jagung berumur 1 MST.

Gambar 8. Mengukur Tinggi Tanaman

(33)

Jumlah daun (helai)

Dihitung parameter jumlah daun setiap minggu dengan menghitung jumlah daun yang sudah mekar sempurna dan ditandai atau ditulis dengan spidol permanen jumlah daun pada bagian bawah daun terakhir. Jumlah daun dihitung sejak tanaman okra berumur 1 MST.

Gambar 9. Menghitung Jumlah daun Diameter Batang

Dihitung diameter batang tanaman jagung dengan cara mengukurnya dari kedua sisi batang tanaman jagung menggunakan jangka sorong. Diameter batang dihitung sejak tanaman jagung berumur 1 MST.

Gambar 10. Menghitung Diameter Batang

(34)

Bobot Basa Tajuk

Dicabut tanaman okra dan dibersihkan dari tanah yang menempel pada akar, di potong dengan memisahkan tajuk tanaman dengan akar, dan ditimbang bobot basah tajuk tanaman okra sebelum dilakukan pengeringan.

Gambar 11. Bobot Basah Tajuk Bobot Basah Akar

Dipisahkan akar dan tajuk tanaman dengan menggunakan gunting dan dicuci akar yang sudah dipisahkan dari tajuk agar bersih dari tanah kemudian akar yang di cuci tadi dikering anginkan, lalu ditimbang akar tanaman dengan timbangan analitik sebelum dilakuan pengeringan.

Gambar 12. Bobot Basah Akar

(35)

Bobot Kering Tajuk

Dimasukkan tanaman okra yang sudah di destruktif kedalam amplop coklat yang sudah di beri lubang dan label, kemudian dilakukan proses pengeringan menggunakan oven pada suhu 70˚C selama 24 jam. Setelah 24 jam ditimbang bobot kering tajuk yang telah di keringkan dengan menggunakan timbangan analitik.

Gambar 13. Bobot Kering Tajuk Bobot Kering Akar

Ditimbang bobot kering akar tanaman okra menggunakan timbangan analitik setelah proses pengeringan dengan oven pada suhu 70˚C selama 24 jam.

Gambar 14. Bobot Kering Akar

(36)

Bobot Buah Tanaman

Dipanen buah pada tanaman okra pada MST 9, lalu ditimbang menggunakan timbangan analitik.

Gambar 15. Bobot Buah Tanaman Luas Daun

Digambar replica daun pada kertas hvs yang sudah ditimbang terlebih dahulu dan digunting replica daun tersebut. Kemudian ditimbang berat kertas replica dengan timbangan analitik. Dihitung luas daun dengan metode gavimetri.

Gambar 16. Luas Daun

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Tinggi Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (cm)

Data pengamatan tinggi tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) umur 1 MST sampai dengan 9 MST dan sidik ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada perlakuan yang ditetapkan yang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Tinggi Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (cm)

Perlakuan Blok

Total Rataan

I II III

N0 14.87 14.16 13.82 42.85 14.28

N1 18.30 17.10 16.85 52.25 17.42

N2 18.55 17.57 18.18 54.30 18.10

N3 14.38 15.81 15.96 46.15 15.38

N4 16.33 19.52 17.68 53.53 17.84

Total 82.44 84.15 82.49 249.08

Rataan 16.49 16.83 16.50 16.61

Tabel 1 menunjukkan hasil dari perlakuan berbagai dosis pada umur1 sampai 9 MST dan tinggi tanaman tertinggi pada 9 MST diperoleh pada perlakuan dosis N2 yaitu 18,10 cm dan terendah pada perlakuan N0 yaitu 14,28 cm.

Data destruktif tinggi tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) umur 1 sampai 9 MST dan sidik ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman destruktif pada pengamatan 1 sampai 9 MST yang dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (cm)

SK Db JK KT F hitung F 5% F 1% Ket

Blok 2 0.382 0.19 0.224 4.103 7.559 tn

Perlakuan 4 33.933 8.48 9.948 3.478 5.994 *

Galat 10 8.528 0.85

Total 14 42.84 9.53

(38)

Diameter Batang Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (mm)

Data pengamatan diameter batang tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) umur 1 MST sampai dengan 9 MST dan sidik

ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis berpengaruh nyata terhadap diameter batang tanaman pada perlakuan yang ditetapkan yang dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Diameter Batang Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (mm)

Perlakuan Blok

Total Rataan

I II III

N0 4.20 4.25 3.58 12.03 4.011

N1 4.86 5.03 4.20 14.08 4.69

N2 6.42 4.98 5.73 17.13 5.71

N3 4.27 4.53 4.87 13.67 4.56

N4 5.78 5.52 5.22 16.51 5.504

Total 25.53 24.31 23.59 73.42

Rataan 5.106 4.86 4.72 4.50

Tabel 3 menunjukkan hasil dari perlakuan berbagai dosis pada umur1 sampai 9 MST dan tinggi tanaman tertinggi pada 9 MST diperoleh pada perlakuan dosis N2 yaitu 5,71 mm dan terendah pada perlakuan N0 yaitu 4,011 mm.

Data destruktif diameter batang Okra (Abelmoschus esculentus L.) umur 1 sampai 9 MST dan sidik ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis berpengaruh nyata terhadap diameter batang tanaman destruktif pada pengamatan 1 sampai 9 MST yang dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (mm)

SK db JK KT F hitung F 5% F 1% Ket

Blok 2 0.384 0.192 1.157 4.103 7.559 tn

Perlakuan 4 5.920 1.480 8.906 3.478 5.994 *

Galat 10 1.662 0.166

Total 14 7.97 1.84

(39)

Jumlah Daun Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (helai)

Data pegamatan jumlah daun tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) umur 1 MST sampai dengan 9 MST dan sidik ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada perlakuan yang ditetapkan yang dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Daun Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (helai)

Perlakuan Blok

Total Rataan

I II III

N0 5.24 5.45 5.14 15.82 5.27

N1 5.37 6.11 5.32 16.80 5.60

N2 7.53 6.72 6.77 21.02 7.01

N3 5.59 5.82 6.14 17.55 5.85

N4 6.46 6.10 6.36 18.92 6.31

Total 30.18 30.20 29.73 90.12

Rataan 6.04 6.04 5.95 6.01

Tabel 5 menunjukkan hasil dari perlakuan berbagai dosis pada umur1 sampai 9 MST dan Jumlah daum tanaman terbanyak pada 9 MST diperoleh pada perlakuan dosis N2 yaitu 7,01 helai dan terendah pada perlakuan N0 yaitu 15,82 helai.

Data destruktif jumlah daun Okra (Abelmoschus esculentus L.) umur 1 sampai 9 MST dan sidik ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman destruktif pada pengamatan 1 sampai 9 MST yang dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (helai)

SK db JK KT F hitung F 5% F 1% Ket

Blok 2 0.028 0.014 0.134 4.103 7.559 tn

Perlakuan 4 5.456 1.364 13.030 3.478 5.994 *

Galat 10 1.047 0.105

Total 14 6.53 1.48

(40)

Bobot Basah Tajuk Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (gram)

Data pengamatan bobot basah tajuk tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) umur 1 MST sampai dengan 9 MST dan sidik

ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis berpengaruh sangat nyata terhadap bobot basah tajuk tanaman pada perlakuan yang ditetapkan yang dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Bobot Basah Tajuk Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (gram)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

I II III

N0 15,65 14,36 15,23 45,24 15,08

N1 27,76 20,36 23,95 72,07 24,02

N2 35,73 36,96 32,76 105,45 35,15

N3 25,43 21,47 28,14 75,04 25,01

N4 41,5 28,93 28,95 99,38 33,13

Total 146,07 122,08 129,03 397,18

Rataan 29,21 24,42 25,81 26,48

Tabel 7 menunjukkan hasil dari perlakuan berbagai dosis pada umur1 sampai 9 MST dan bobot basah tajuk tanaman tertinggi pada 9 MST diperoleh pada perlakuan dosis N2 yaitu 35,15 gram dan terendah pada perlakuan N0 yaitu 15,08 gram.

Data destruktif bobot basah tajuk Okra (Abelmoschus esculentus L.) umur 1 sampai 9 MST dan sidik ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis berpengaruh sangat nyata terhadap bobot basah tajuk tanaman destruktif pada pengamatan 1 sampai 9 MST dan berpengaruh tidak nyata pada ulangan yang dilakukan pada pengamatan yang dapat dilihat pada tabel 8.

(41)

Tabel 8. Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (gram)

SK db JK KT F hit F 5% F 1% KET

Ulangan 2 60,96 30,48 2,92 4,103 7,56 tn

Perlakuan 4 772,49 193,12 18,51 3,48 5,99 **

Galat 10 104,32 10,43

Total 14 937,77 234,04

Bobot Basah Akar Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (gram)

Dari pengamatan bobot basah akar tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) umur 1 MST sampai dengan 9 MST dan sidik

ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis berpengaruh sangat nyata terhadap bobot basah akar tanaman pada perlakuan yang ditetapkan dan memiliki ulangan yang menunjukkan berpengaruh nyata yang dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Bobot Basah Akar Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (gram)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

I II III

N0 3,13 2,8 3,8 9,73 3,24

N1 12,52 8,28 11,23 32,03 10,68

N2 16,13 12,7 12,23 41,06 13,69

N3 14,93 12,13 13,43 40,49 13,50

N4 13,53 13,6 10,7 37,83 12,61

Total 59,25 48,51 50,39 158,15

Rataan 11,85 9,702 10,08 10,54

Tabel 9 menunjukkan hasil dari perlakuan berbagai dosis pada umur 1 sampai 9 MST dan bobot basah akar tanaman tertinggi pada 9 MST diperoleh pada perlakuan dosis N2 yaitu 13,69 gram dan terendah pada perlakuan N0 yaitu 3,24 gram.

(42)

Data destruktif bobot basah akar Okra (Abelmoschus esculentus L.) umur 1 sampai 9 MST dan sidik ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis berpengaruh sangat nyata terhadap bobot basah akar tanaman destruktif dan ulangan setiap tanaman menujukkan berpengaruh nyata pada pengamatan 1 sampai 9 MST yang dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Sidik Ragam Bobot Basah Akar Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (gram)

SK db JK KT

F

hitung F 5% F 1% KET

Ulangan 2 13,14 6,57 4,29 4,10 7,56 *

Perlakuan 4 227,99 56,99 37,25 3,48 5,99 **

Galat 10 15,30 1,53

Total 14 256,44 65,101

Bobot Kering Tajuk Tanaman Okra (Abelmoschus esculentusL.) (gram) Dari pengamatan bobot kering tajuk tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) umur 1 MST sampai dengan 9 MST dan sidik ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman pada perlakuan dan berpengaruh tidak nyata terhadap ulangan yang ditetapkan yang dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Bobot Kering Tajuk Tanaman Okra (Abelmoschus esculentusL.) (gram) Perlakuan Ulangan

Total Rataan

I II III

N0 2,36 4,003 3,44 9,79 3,27

N1 5,33 2,76 4,05 12,13 4,04

N2 8,57 6,66 9,57 24,8 8,27

N3 3,79 3,77 3,06 10,61 3,54

N4 5,47 6,203 6,65 18,32 6,11

Total 25,51 23,39 26,76 75,66

Rataan 5,101 4,68 5,35 5,04

Tabel 11 menunjukkan hasil dari perlakuan berbagai dosis pada umur1 sampai 9 MST dan bobot kering tajuk tanaman tertinggi pada 9 MST diperoleh

(43)

pada perlakuan dosis N2 yaitu 8,27 gram dan terendah pada perlakuan N0 yaitu 3,27 gram.

Data destruktif bobot kering tajuk Okra (Abelmoschus esculentus L.) umur 1 sampai 9 MST dan sidik ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman destruktif pada pengamatan 1 sampai 9 MST yang dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (gram)

SK db JK KT F hit F 5% F 1% KET

Ulangan 2 1,16 0,58 0,64 4,103 7,56 tn

Perlakuan 4 53,85 13,46 15,01 3,48 5,99 *

Galat 10 8,97 0,90

Total 14 63,97 14,94

Bobot Kering Akar Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (gram)

Dari pengamatan bobot kering akar tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L. ) umur 1 MST sampai dengan 9 MST dan sidik

ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar tanaman pada perlakuan yang ditetapkan yang dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 13. Bobot Kering Akar Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (gram)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

I II III

N0 0,81 1,66 1,103 3,57 1,19

N1 2,15 0,68 1,23 4,06 1,35

N2 2,49 1,94 2,73 7,17 2,39

N3 1,38 1,74 0,88 3,99 1,33

N4 1,43 1,69 1,89 5,01 1,67

Total 8,26 7,71 7,83 23,79

Rataan 1,65 1,54 1,57 1,59

(44)

Tabel 13 menunjukkan hasil dari perlakuan berbagai dosis pada umur 1 sampai 9 MST dan bobot kering akar tanaman tertinggi pada 9 MST diperoleh pada perlakuan dosis N2 yaitu 2,39 gram dan terendah pada perlakuan N0 yaitu 1,19 gram.

Data destruktif bobot kering akar Okra (Abelmoschus esculentus L.) umur 1 sampai 9 MST dan sidik ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bobot kering akar destruktif pada pengamatan 1 sampai 9 MST yang dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Sidik Ragam Bobot Kering Akar Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (gram)

SK db JK KT

F

hitung F 5% F 1% KET

Ulangan 2 0,03 0,02 0,08 4,103 7,56 tn

Perlakuan 4 2,79 0,69 3,08 3,48 5,99 tn

Galat 10 2,26 0,23

Total 14 5,08 0,94

Luas Daun Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (cm2)

Dari pengamatan luas daun tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) umur 1 MST sampai dengan 9 MST dan sidik ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis berpengaruh sangat nyata terhadap luas daun tanaman pada perlakuan yang ditetapkan yang dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 15. Luas Daun Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (cm2) Perlakuan Ulangan

Total Rataan

I II III

V1N0 90,95 76,01 79,62 246,58 82,19

V1N1 114,94 106,59 105,88 327,40 109,14

V1N2 110,18 111,41 76,08 297,67 99,22

V1N3 126,56 133,59 121,75 381,89 127,29

V1N4 114,79 111,46 102,25 328,50 109,5

Total 557,42 539,05 485,58 1582,04

(45)

Rataan 111,48 107,81 97,16 105,47 Tabel 15 menunjukkan hasil dari perlakuan berbagai dosis pada umur 1 sampai 9 MST dan tinggi tanaman tertinggi pada 9 MST diperoleh pada perlakuan dosis N3 yaitu 127,29 cm2 dan terendah pada perlakuan N0 yaitu 82,19 cm2.

Data destruktif luas daun tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) umur 1 sampai 9 MST dan sidik ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis berpengaruh sangat nyata terhadap luas daun tanaman destruktif dan berpengaruh nyata terhadap ulangan berbagai dosis pada pengamatan 1 sampai 9 MST yang dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 16. Sidik Ragam Luas Daun Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (cm2)

SK db JK KT F hit F 5% F 1% KET

Ulangan 2 557,17 278,58 4,848 4,103 7,56 *

Perlakuan 4 3260,64 815,16 14,186 3,48 5,99 **

Galat 10 574,62 57,46

Total 14 4392,44 1151,21

Bobot Buah Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (gram)

Dari pengamatan bobot buah tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) umur 1 MST sampai dengan 9 MST dan sidik ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis berpengaruh nyata terhadap bobot buah tanaman pada perlakuan yang ditetapkan yang dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17. Bobot Buah Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (gram) Perlakuan Ulangan

Total Rataan

I II III

N0 3,03 3,76 5,9 12,69 4,23

N1 5,33 22,99 14,79 43,11 14,37

N2 31,6 21,03 35,14 87,77 29,26

N3 22,63 28,42 10,49 61,54 20,51

N4 23,63 24,9 38,16 86,69 28,89

Total 86,23 101,098 104,48 291,81

(46)

Rataan 17,25 20,22 20,89 19,45 Tabel 17 menunjukkan hasil dari perlakuan berbagai dosis pada umur1 sampai 9 MST dan tinggi tanaman tertinggi pada 9 MST diperoleh pada perlakuan dosis N2 yaitu 29,26 gram dan terendah pada perlakuan N0 yaitu 4,23 gram.

Data bobot buah Okra (Abelmoschus esculentus L.) umur 1 sampai 9 MST dan sidik ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis berpengaruh nyata terhadap bobot buah pada pengamatan 1 sampai 9 MST yang dapat dilihat pada tabel 18.

Tabel 18. Sidik Ragam Bobot Buah Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (gram)

SK db JK KT

F

hitung F 5% F 1% KET

Ulangan 2 37,71 18,85 0,36 4,103 7,56 tn

Perlakuan 4 1332,08 333,02 6,31 3,48 5,99 *

Galat 10 527,74 52,77

Total 14 1897,53 404,65

Laju Asimilasi Bersih (LAB) Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) (gram)

Laju Asimilasi Bersih (N0) =

x

=

x ( ) ( ) ( ) ( )

= 0,00204358 Laju Asimilasi Bersih (N1) =

x

=

x ( ) ( ) ( ) ( )

= 0,00046309 Laju Asimilasi Bersih (N2) =

x

=

x ( ) ( ) ( ) ( )

= 0,00046309 Laju Asimilasi Bersih (N3) =

x

=

x ( ) ( ) ( ) ( )

= 0,00375381

(47)

Laju Asimilasi Bersih (N4) =

x

=

x ( ) ( ) ( ) ( )

= 0,00389277 Pembahasan

Hasil analisis sidik ragam pada tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan yang dilakukan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman okra dengan rataan tertinggi pada perlakuan N2 sebesar 18.09 cm. Pupuk nitrogen yang diberikan mampu merangsang pertumbuhan tanaman terutama batang, cabang dan daun. Hal ini sesuai dengan literatur Dartius (2015) yang mengatakan bahwa pupuk nitrogen diperlukan tanaman untuk merangsang pertumbuhan tanaman terutama batang, cabang, dan daun. Meratanya cahaya yang dapat diterima oleh daun menyebabkan meningkatnya proses asimilasi yang terjadi sehingga hasil asimilasi yang diakumulasi akan lebih banyak, dimana asimilat tersebut akan digunakan sebagai energi pertumbuhan tanaman untuk membentuk organ vegetatif seperti daun dan tinggi tanaman.

Hasil analisis sidik ragam pada tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan yang dilakukan berpengaruh nyata terhadap diameter batang tanaman okra dengan rataan tertinggi pada perlakuan N2 sebesar 5.71 mm. Pemberian dosis N yang lebih tinggi akan membantu meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman, sehingga berpengaruh terhadap peningkatan ukuran diameter batang okra. Hal ini sesuai dengan literatur Eahyu et al (2018) yang menyatakan bahwa semakin tinggi dosis N maka semakin tinggi tingkat pembelahan sel dan pembentukan jaringan sehingga terjadi peningkatan pertumbuhan vegetatif tanaman.

Hasil analisis sidik ragam pada tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan yang dilakukan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman okra dengan

(48)

rataan tertinggi pada perlakuan N2 sebesar 7,01 helai. Hal ini dapat terjadi karena tidak tersuplainya unsur hara bagi tanaman sehingga penambahan jumlah daun tidak terlihat jelas. Hal ini sesuai dengan literatur literatur Dartius (2015) yang mengatakan bahwa pemberian pupuk nitrogen mampu mensuplai unsur hara untuk pertumbuhan vegetatif seperti tinggi tanaman, jumlah daun, dan pertumbuhan diameter batang. Peningkatan jumlah daun akibat pemberian pupuk nitrogen akan menyebabkan proses fotosintesis berlangsung dengan optimal dan fotosintat yang dihasilkan juga akan meningkat, dan kemudian ditranslokasikan ke bagian-bagian tanaman lainnya. Ketersediaan unsur hara pada media tanam, terutama nitrogen diperlukan dalam pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti akar, batang, dan daun

Hasil analisis sidik ragam pada tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan yang dilakukan berpengaruh sangat nyata terhadap bobot basah tajuk tanaman okra dengan rataan tertinggi pada perlakuan N2 sebesar 35.15 gram. Bobot basah dipengaruh oleh proses fotosintensis serta peningkatan tinggi tanaman dan luas daun. Hal ini sesuai dengan literatur Prasetya (2019) yang mengatakan bahwa Nitrogen berfungsi sebagai pembentuk klorofil yang berperan penting dalam proses fotosintesis. Semakin tinggi pemberian nitrogen (sampai batas optimum- nya) maka jumlah klorofil yang terbentuk akan meningkat. Hasil fotosintesis digunakan untuk partumbuhan organorgan tanaman, dimana semakin besar organ tanaman yang terbentuk maka semakin banyak kadar air yang dapat diikat oleh tanaman. Disamping itu, bobot segar tanaman dipengaruhi oleh tinggi tanaman dan luas daun, semakin tinggi dan semakin besar luas daunnya maka bobot segar tanaman akan semakin tinggi.

(49)

Hasil analisis sidik ragam pada tabel 10 menunjukkan bahwa perlakuan yang dilakukan berpengaruh sangat nyata terhadap bobot basah akar tanaman okra dengan rataan tertinggi pada perlakuan N2 sebesar 13.69 gram. Hal ini sesuai dengan literatur Mangera (2014) pemberia-n pupuk atau bahan organik yang memiliki kandung N yang cukup saat tanaman dapat mempertahankan awal pertumbuhan tanaman yang bagus, sehingga dapat meningkatkan jumlah akar yang banyak. Apabila jumlah akar pada tanaman dalam jumlah yang banyak akan mendukung pertumbuhan tanaman itu sendiri, karena pada dasarnya akar merupakan salah satu organ tanaman yang digunakan untuk menyimpan air dan biomasa dari tanah yang kemudian akan di distribusikan pada tanaman yang nantinya akan digunakan untuk proses metabolisme pada tanaman itu sendiri.

Hasil analisis sidik ragam pada tabel 12 menunjukkan bahwa perlakuan yang dilakukan berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman okra dengan rataan tertinggi pada perlakuan N2 sebesar 8,27 gram. Pembentukan bahan kering dipengaruhi oleh luas daun. Hal tersebut karena luas daun merupakan organ tanaman yang dipergunakan untuk fotosintesis, sehingga semakin luas daun maka proses fotosintesis akan berjalan lebih efektif dan pembentukan bahan kering meningkat. Hal ini sesuai dengan literatur Hokmalipur dan Darbandi (2012), kandungan khlorofil tergantung pada ketersediaan N dalam tanah yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Semakin lebar daun dan tingginya kandungan khlorofil pada daun semakin meningkatkan laju fotosintesis sehingga proses fotosintesis berjalan lebih efektif dan akumulasi fotosintat yang diarahkan untuk pembentukan bahan kering dan tinggi tanaman menjadi meningkat.

(50)

Hasil analisis sidik ragam pada tabel 14 menunjukkan bahwa perlakuan yang dilakukan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar tanaman okra dengan rataan tertinggi pada perlakuan N4 sebesar 2,39 gram. Bobot kering akar dipengaruhi oleh jumlah akar dan volume akar itu sendiri. Hal ini sesuai dengan literatur Nurdin (2012) yang mengatakan bahwa Hasil berat kering.

Hasil analisis sidik ragam pada tabel 16 menunjukkan bahwa perlakuan yang dilakukan berpengaruh sangat nyata terhadap luas daun tanaman okra dengan rataan tertinggi pada perlakuan N3 sebesar 127.30 cm2. Hal ini sesuai dengan literatur Sumarsono (2018) yang mengatakan bahwa pemberian pupuk nitrogen yang cukup tinggi maka jumlah daun tanaman akan semakin banyak dan tumbuh melebar sehingga menghasilkan luas daun yang besar dan memperluas permukaan yang tersedia untuk fotosintesis.

Hasil analisis sidik ragam pada tabel 20 menunjukkan bahwa perlakuan yang dilakukan tidak berpengaruh nyata terhadap laju asimilasi bersih tanaman okra dengan rataan tertinggi pada perlakuan N4 sebesar 0,00389277 mg/cm2/hr.

Laju asimilasi bersih (LAB) tanaman merupakan laju penimbunan bobot kering per satuan luas daun per satuan waktu. Hal ini sesuai dengan literatur Taufiq dan Sundari (2012) yang mengatakan bahwa laju asimilasi bersih (LAB) tanaman merupakan laju penimbunan bobot kering per satuan luas daun per satuan waktu.

LAB merupakan ukuran rata-rata efisiensi fotosintesis daun dalam suatu komunitas tanaman budidaya. LAB dipengaruhi oleh proses fotosintesis, semakin tua umur tanaman maka semakin banyak pula daun yang berguguran sehingga nilai LAB akan menurun.

Gambar

Gambar 2. Penanaman
Gambar 1. Persiapan Lahan  Penanaman
Gambar 4. Penyiangan
Gambar 3.Penyiraman  Penyiangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada awal pertumbuhan vegetatif, tanaman jambu biji membutuhkan ketersediaan unsur hara yang cukup yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro untuk.. mendukung proses

Pada fase pertumbuhan vegetatif dibutuhkan juga ketersediaan unsur hara K.Unsur K berperan dalam mengatur pergerakan stomata, sehingga dapat membantu meningkatkan

Pukan ayam lebih mudah di absorbsi oleh akar dibanding pukan sapi dan kambing, sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman (Ajari dkk.,

Menurut hasil penelitian Prihandhini (2014), komposisi media tanam yaitu tanah : bokashi : arang sekam dengan perbandingan 2:1:1 memberikan pengaruh yang sangat nyata

Hal ini karena unsur hara yang dibutuhkan tanaman tidak tercukupi dengan baik oleh pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit dan pupuk NPK phoska, sehingga

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi antara perlakuan dosis pupuk kompos serasah dan pemangkasan terhadap lingkar batang

(2018) menun- jukkan pemberian bahan organik mampu meningkat- kan pertumbuhan vegetatif tanaman okra sehingga sehingga Bobot buah/tanaman sebagai bagian pent- ing dari

Peningkatan konsentrasi pupuk organik cair fermentasi urine sapi akan meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman, sehingga akar lebih banyak menyerap unsur hara terutama kalium