• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN OKRA (Abelmoschus esculentus L.)

N/A
N/A
20-262 Putri Angel Sinaga

Academic year: 2024

Membagikan "ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN OKRA (Abelmoschus esculentus L.) "

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

PUTRI ANGEL SINAGA 200301262

AGRONOMI-1

LABORATORIUM ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022

(2)

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN OKRA (Abelmoschus esculentus L.) LAPORAN

OLEH :

PUTRI ANGEL SINAGA 200301262

AGRONOMI-1

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian Di Laboratorium Analisis Pertumbuhan Tanaman Program Studi Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

LABORATORIUM ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022

(3)

Judul : Analisis Pertumbuhan Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) Nama : Putri Angel Sinaga

NIM : 200301262 Kelas : Agronomi-1

Ditugaskan Oleh:

Dosen Penanggung Jawab Praktikum

(Ir. Meiriani M.P) NIP. 196505181992032001

Diktahui Oleh, Asisten Koordinator

(Elita Yona Franica Sipayung) NIM.180301137

Diketahui Oleh, Diketahui Oleh, Asisten Korektor I Asisten Korektor 2

( Haikal Khairi ) (Faruja Rizki Wirawan) NIM. 180301110 NIM. 190301224

(4)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan ini pada waktunya.

Adapun judul dari laporan ini adalah “Analisis Pertumbuhan Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.)” yang merupakan salah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian pada Praktikum Laboratorium Analisis Pertumbuhan Tanaman Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Meiriani, MP ; Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP ; Dr. Ir. Haryati, MP ; dan Dr. Ir. Lisa Mawarni, MP selaku dosen mata kuliah Analisis Pertumbuhan

Tanaman, serta abang dan kakak asisten yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kebaikan penulis di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2022

Penulis

(5)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Praktikum ... 4

Kegunaan Penulisan ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) ... 5

Syarat Tumbuh ... 7

Iklim ... 7

Tanah ... 8

Pupuk Nitrogen ... 9

Pupuk Fosfor ... 11

Pupuk Kalium ... 12

Analisis Pertumbuhan Tanaman ... 14

Pertumbuhan dan Perkembangan ... 15

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Praktikum ... 19

Bahan dan Alat ... 19

Prosedur Percobaan ... 19

PELAKSANAAN PECOBAAN Persiapan Lahan ... 21

Penanaman Benih ... 21

Penyiraman ... 22

Penyiangan ... 22

Penjarangan ... 23

Pemupukan ... 24

Pemanenan ... 24

Parameter Pengamatan ... 24

Tinggi Tanaman ... 24

Jumlah Daun ... 24

Diameter Batang... 25

Bobot Basah Tajuk ... 26

Bobot Basah Akar ... 26

Bobot Kering Tajuk... 27

Bobot Kering Akar ... 27

Bobot Buah Tanaman ... 28

(6)

iii

Luas Daun ... 28 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ... 29 Pembahasan ... 39 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 44 Saran ... 45 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(7)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Persiapan Lahan ... 22

Gambar 2. Penanaman ... 22

Gambar 3. Penyiraman ... 23

Gambar 4. Penyiangan ... 23

Gambar 5. Penjarangan... 23

Gambar 6. Pemupukan ... 24

Gambar 7. Pemanenan ... 24

Gambar 8. Tinggi Tanamam ... 24

Gambar 9. Jumlah Daun ... 25

Gambar 10. Diameter Batang ... 25

Gambar 11. Bobot Basah Tajuk ... 26

Gambar 12. Bobot Basah akar ... 26

Gambar 13. Bobot Kering Tajuk ... 27

Gambar 14. Bobot Kering Akar ... 27

Gambar 15. Bobot Buah Tanaman ... 28

Gambar 16. Luas Daun ... 28

(8)

v

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

Tabel 1 Tinggi Tanaman Okra pada 1 MST – 9 MST (cm) 28

Tabel 2 Tinggi Tanaman Okra pada 9 MST 29

Tabel 3 Sidik Ragam Tinggi Tanaman Okra pada 9 MST (cm) 29 Tabel 4 Diameter Batang Tanaman Okra 1 MST- 9 MST (mm) 30 Tabel 5 Diameter Batang Tanaman Okra pada 9 MST (mm) 30 Tabel 6 Sidik Ragam Tinggi Tanaman Okra pada 9 MST (mm) 31 Tabel 7 Jumlah Daun Tanaman Okra pada 1MST-9 MST (helai) 31 Tabel 8 Jumlah Daun Tanaman Okra pada 9MST (helai) 32 Tabel 9 Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Okra pada 9 MST (helai) 32

Tabel 10 Luas Daun Tanaman Okra pada 9 MST (cm2) 33

Tabel 11 Sidik Ragam Luas Daun Tanaman Okra pada 9 MST (cm2) 33 Tabel 12 Bobot Basah Tajuk Tanaman pada 6 MST (gram) 34 Tabel 13 Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk Tanaman Okra pada 6 MST (gram) 34 Tabel 14 Bobot Basah Tajuk Tanaman Okra pada 7 MST (gram) 35 Tabel 15 Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk Tanaman Okranpada 7 MST (gram) 35 Tabel 16 Bobot Basah Tajuk Tanaman pada 8 MST (gram) 35 Tabel 17 Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk Tanaman Okrabpada 8 MST (gram) 36 Tabel 18 Bobot Basah Tajuk Tanaman Okra pada 9 MST (gram) 36 Tabel 19 Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk Tanaman Okra pada 9 MST (gram) 37 Tabel 20 Bobot Basah Akar Tanaman Okra pada 6 MST (gram) 37 Tabel 21 Sidik Ragam Bobot Basah Akar Tanaman Okra pada 6 MST (gram) 38 Tabel 22 Bobot Basah Akar Tanaman Okra pada 7 MST (gram) 38 Tabel 23 Sidik Ragam Bobot Basah Akar Tanaman Okra pada 7 MST (gram) 38 Tabel 24 Bobot Basah Akar Tanaman Okra pada 8 MST (gram) 39 Tabel 25 Sidik Ragam Bobot Basah Akar Tanaman Okra pada 8 MST (gram) 39 Tabel 26 Bobot Basah Akar Tanaman Okra pada 9 MST (gram) 39 Tabel 27 Sidik Ragam Bobot Basah Akar Tanaman Okra pada 9 MST (gram) 40 Tabel 28 Bobot Kering Tajuk Tanaman Okra pada 6 MST (gram) 40 Tabel 29 Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk Tanaman Okra pada 6 MST (gram) 41 Tabel 30 Bobot Kering Tajuk Tanaman Okra pada 7 MST (gram) 41 Tabel 31 Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk Tanaman Okra pada 7 MST (gram) 42 Tabel 32 Bobot Kering Tajuk Tanaman Okra pada 8 MST (gram) 42 Tabel 33 Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk Tanaman Okra pada 8 MST (gram) 42 Tabel 34 Bobot Kering Tajuk Tanaman Okra pada 9 MST (gram) 43 Tabel 35 Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk Tanaman Okra pada 9 MST (gram) 43 Tabel 36 Bobot Kering Akar Tanaman Okra pada 6 MST (gram) 44 Tabel 37 Sidik Ragam Bobot Kering Akar Tanaman Okra pada 6 MST (gram) 44 Tabel 38 Bobot Kering Tajuk Tanaman Okra pada 7 MST (gram) 45 Tabel 39 Sidik Ragam Bobot Kering Akar Tanaman Okra pada 7 MST (gram) 45

(9)

vi

Tabel 40 Bobot Kering Akar Tanaman Okra pada 8 MST (gram) 45 Tabel 41 Sidik Ragam Bobot Kering Akar Tanaman Okra pada 8 MST (gram) 46 Tabel 42 Bobot Kering Akar Tanaman Okra pada 9 MST (gram) 46 Tabel 43 Sidik Ragam Bobot Kering Akar Tanaman Okra pada 9 MST (gram) 47

Tabel 44 Bobot Buah Tanaman Okra pada 9 MST (gram) 47

Tabel 45 Sidik Ragam Bobot Buah Tanaman Okra pada 9 MST (gram) 48 Tabel 46 Laju Asimilasi Bersih Tanaman Okra pada 6MST-8 MST (mg/cm2/hr) 48

(10)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pertumbuhan didefenisikan sebagai suatu proses bertambahnya ukuran atau volume tubuh akibat bertambahnya sel-sel tubuh mahkhluk hidup, proses ini tidak dapat dibalik atau dikembalikan serta dapat diukur dengan satuan pengukuran tertentu dan dapat dinyatakan dengan suatu satuan karena bersifat kuantitatif. Misalnya bertambahnya ukuran panjang batang pada tanaman jagung dari 5 cm menjadi 7 cm atau pertambahan banyaknya daun (Suparmuji, 2013).

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan perkembangan suatu spesies. Dan berlangsung secara terus menerus sepanjang daur hidup, hasil aimilasi, hormone, bergantung pada tersedianya meristem, dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang mendukung (Zulkifli, 2012).

Tanaman Okra merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik pada daerah subtropis dan maupun tropis. Tanaman Okra adalah tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman Okra mulai dibudidayakan di Indonesia mulai tahun 1877 khususnya di daerah Kalimantan Barat. Tanaman Okra dapat tumbuh baik pada daerah yang berada pada ketinggian 800 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Tanaman Okra cenderung berumur lebih pendek jika ditanam pada ketinggian

< 800 mdpl. Sedangkan pada daerah dengan ketinggian 800 mdpl, umur tanaman Okra bisa mencapai 4 – 6 bulan (Simanjuntak, 2018).

Okra (Abelmoschus esculentus L.) merupakan tanaman holtikultural yang tumbuh di daerah tropis dan bagian sub-tropis di dunia. Di Indonesia khususnya di Bali tanaman ini belum begitu dikenal atau masih langka, hanya terdapat di

(11)

supermarket besar. Di beberapa tempat Okra dikenal dengan nama yang berbeda seperti Okura, kacang bendi ataupun Lady Finger. Tanaman ini sudah dibudidayakan sangat populer di negara-negara Asia seperti Jepang, Malaysia, Cina dan India.merupakan peran arti utama okra dunia (75%) depan luas produksi 3,5 juta ton/ha (Yuliartini, 2017).

Okra merupakan tanaman multiguna karena banyak bagian yang dapat dimanfaatkan dari daun segar, tunas, bunga, polong, batang sampai biji. Buah okra yang belum matang dikonsumsi sebagai sayuran, dapat digunakan untuk salad, sup dan minuman, dimakan segar atau kering, digoreng atau direbus. Okra memiliki lendir yang dapat diaplikasikan sebagai obat, yaitu digunakan sebagai penggantian plasma. Biji okra merupakan sumber potensi minyak dengan konsentrasi yang bervariasi dari 20% sampai 40%, yang terdiri atas asam linoleat hingga 47,4% yaitu sebuah asam lemak esensial tak jenuh ganda untuk nutrisi manusia (Habtamu et al., 2014).

Salah satu bagian tanaman okra yang dimanfaatkan adalah buah muda.

Buah okra mengandung senyawa fenolik dan flavonoid. Senyawa fenolik dan flavonoid merupakan antioksidan alami yang lebih aman dari pada antioksidan sintetik karena mampu meredam radikal bebas dalam tubuh manusia, sehingga mencegah penyakit degenerative (Syam et al., 2019).

Okra biasa dikonsumsi sebagai sayuran dari buah muda. Buah okra memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan nutrisi dari 100 g dari edible fruit terdiri dari 1.8-1.9 g protein, 0.2 g lemak, 6.4 g karbohidrat, 0.7 g mineral dan 1.2 g serat (Tiwari et al., 1998). Komposisi kandungan buah okra antara lain

(12)

453 IU vitamin A, thiamin, pyridoxin, vitamin C, riboflavin, calcium, potasium, zinc, besi, beta caroten dan folic acid (Kumar et al., 2013).

Buah okra mempunyai kandungan gizi yang tinggi, kaya serat, antioksidan dan vitamin C. Oleh karena itu buah okra banyak dikonsumsi baik sebagai sayur maupun sebagai obat karena buah okra dapat memberi manfaat positif bagi tubuh dalam menjaga kesehatan. Buah okra tergolong buah yang mengeluarkan lendir karena mengandung musilane. Padahal dalam lendir itulah sebagian besar manfaat dan khasiat buah okra tersimpan. Komposisi okra buah per 100 g mengandung air 81,50 g, energi 235.00 kJ (56.00 kkal), protein 4,40 g, lemak 0,60 g, karbohidrat 11.30 g, serat 2,10 g, Ca 532,00 mg, P 70,00 mg, Fe 0.70 mg, asam askorbat 59.00 mg, betakaroten 385.00 mg, thiamin 0,25 mg, riboflavin 2,80 mg, niacin 0,20 mg (Benchasri, 2012).

Genotipe okra hijau paling banyak ditanam di Indonesia terutama di pulau Jawa karena adaptif, produksi tinggi dan berumur panjang. Penelitian selama dua tahun terakhir menunjukkan adanya perbedaan penampilan atau segregasi di dalam populasi yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa persilangan terbuka secara alami cukup besar sehingga upaya pemurnian perlu dilakukan. Okra hijau bisa dipanen hingga hari ke-7, namun hasil beberapa kali evaluasi di lapangan menunjukkan bahwa okra hijau yang dipanen setelah hari ke-6 memiliki tekstur yang mulai keras sehingga tidak disukai oleh konsumen. Jika okra dipanen sebelum hari ke- 6, bobot buah belum maksimal sehingga produksi rendah (Putri,2016).

Salah satu cara untuk meningkatkan produksi okra yaitu melalui pemupukan. Pemupukan bertujuan mengganti unsur hara yang hilang dan

(13)

menambah persediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan produksi dan mutu tanaman. Ketersediaan unsur hara yang lengkap dan berimbang yang dapat diserap oleh tanaman merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman okra. Proses pertumbuhan, perkembangan, sampai dengan produksi buah okra membutuhkan unsur hara antara lain 150 kg N/ha, 60 kg P/ha dan 75 kg K/ha (Khan, 2013).

Pemupukan merupakan hal yang harus diperhatikan pada saat budidaya tanaman, karena pemberian pupuk merupakan faktor peting dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman. Pemupukan bertujuan mengganti unsur hara yang hilang dan menambah persediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan produksi dan mutu tanaman. Ketersediaan unsur hara yang lengkap dan berimbang yang dapat diserap oleh tanaman merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman (Dewanto, 2013).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menganalisis pertumbuhan tanaman okra (Abelmoschus esculentus L.)

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian pada praktikum Laboratorium Analisis Pertumbuhan Tanaman Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.)

Okra merupakan tanaman yang termasuk famili Malvaceae dan berasal dari wilayah Afrika bagian tropik. Taksonomi tanaman okra adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae; Divisi : Magnoliophyta; Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Violales; Famili : Cucurbitaceae; Genus : Abelmochus;

Species : Abelmochus Esculentus (L.) (Idawati, 2012).

Tanaman okra termasuk ke dalam dikotil yaitu berkeping dua. Sistem perakaran okra tergolong dalam perakaran tunggang dan memiliki akar lembaga.

Okra termasuk tanaman yang memiliki perakaran yang dangkal. Warna akar kuning kecoklatan, berbentuk bulat pipih dan tergolong akar yang cukup keras.

Kedalaman pertumbuhan bakar pada tanaman okra berkisar 20 cm sampai 35 cm dibawah permukaan tanah (Werdhiwati, 2016).

Daun okra berbentuk lima jari dengan pertulangan daun yang menyirip.

Tersusun secara spiral, tunggal, tepi berlekuk 3-5-7 dan ukuran daun mencapai 15-20 cm. Bentuk daun muda tanaman okra, berjari agak lebar kemudian akan semakin menyempit seiring pertumbuhan. Tangkai daun memiliki panjang 10-25 cm dan berwarna kemerahan (Ichsan, 2016).

Batang tanaman okra memiliki batang yang keras seperti berkayu yang berwarna hijau dan bercabang sedikit. Tunas-tunas pada ketiak daun dapat tumbuh menjadi cabang baru. Rata-rata cabangnya berdiameter 1-2 cm. Tanaman okra mempunyai tinggi tanaman 1- 4 m. Jenis okra yang berbatang hijau, tingginya dapat mencapai lebih dari 2 meter, lebih tinggi dari okra yang berbatang kemerah- merahan (Bencashri, 2012).

(15)

Bunga tanaman okra memiliki diameter 4-8 cm dengan kelopak berjumlah 5, berwarna putih sampai kekuningan dan terdapat bercak berwarna merah atau ungu pada dasar kelopaknya. Bunga tanaman okra merupakan hermaprodit, yaitu pada setiap bunga terdapat putik dan benang sari. Bunga tunggal atau tersusun dalam tandan semu yang muncul pada ketiak daun. Kuncup bunga mulai muncul pada umur 22-26 hst dan bunga pertama membuka sempurna pada umur 41-48 hst, kemudian bunga terus muncul selama 40-60 hari (Santoso, 2016).

Buah okra berbentuk kerucut persegi lima, panjang buah 15-20 cm, diameternya 1-5 cm dan panjang tangkai buah 2–3 cm. Buahnya memiliki lima ruang sebagai tempat biji-bijinya dan tersusun membujur. Ukuran buah panjang 6–10 cm, diameter 1,5–1,9 cm, warna buah hijau, panjang tangkai buah 2–3 cm, ketebalan daging buah 3–4,5 mm, tekstur daging buah kasar dan rasa manis hambar. Buahnya memiliki bulu-bulu yang halus, jika buahnya kering akan pecah dengan sendirinya dan biji-bijinya akan keluar (Habtamu, 2014).

Biji tanaman okra yang masih muda berwarna putih sedangkan biji okra yang sudah tua berwarna hitam dan sangat keras, biji dalam satu ruang bisa mencapai 10-15 biji. Okra memiliki banyak biji didalam buahnya, yang berbentuk oval, tekstur permukaan biji yang halus, lurik dan jika sudah tua akan berwarna hijau gelap dan jika mengering akan berwarna coklat. Setelah buah mengering, biji dari polong yang pecah bisa rusak dan jatuh ketanah karena hujan. Maka dari itu okra perlu dipanen secepatnya sebelum buah mulai pecah (Tripathi, 2012).

(16)

Syarat Tumbuh Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) Iklim

Tanaman okra dapat tumbuh pada ketinggian 1–800 mdpl. Tanaman okra dapat tumbuh dengan suhu udara di antara 27-30 °C untuk mendukung pertumbuhan yang cepat dan sehat. Benih okra tidak akan berkecambah jika suhu tanah di bawah 17 °C. Adapun curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan okra adalah 1700 mm–3000 mm/tahun. Penyinaran matahari tanaman okra ini penuh berkisar 5-7 jam /hari, sedangkan kelembaban 80 % (Sutjahjo, 2015).

Tanaman okra tumbuh dengan baik jika ditanam pada daerah dengan suhu berkisar antara 27-30°C dengan curah hujan antara 1.700-3.000 mm/tahun. Suhu rata-rata pertumbuhan pembungaan dan pembentukan buah okra yang optimum antara 20-30°C. Okra menghendaki tempat yang terbuka sehingga mendapatkan sinar matahari penuh, bila terlindung maka pembentukan polong tidak sempurna dan produksi buah berkurang. Okra dapat ditanam pada segala musim karena tahan terhadap kekeringan dan kondisi musim hujan. Namun tanaman okra tidak tahan terhadap genangan air sehingga ketika ditanam pada musim hujan, perlu dibuat drainase yang baik agar pertumbuhan okra dapat optimal (Luther, 2012).

Okra menghendaki tempat terbuka yang mendapat sinar matahari secara penuh agar dapat berbuah banyak. Okra yang ditanam di tempat ternaungi pada umumnya akan sukar berbuah banyak. Karena pembentukan polong okra memerlukan fotosintesis yang sempurna. Penyinaran matahari tanaman okra ini penuh berkisar 5-7 jam /hari, sedangkan kelembaban 80 % (Sutjahjo, 2015).

Iklim mempunyai peranan yang penting dalam mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman. Salah satu unsur iklim yang berperanan penting adalah

(17)

curah hujan. Pada musim hujan, ketersedian air berlebihan, keawanan tinggi, dan radiasi neto menjadi rendah. Sebaliknya pada musim kemarau, limpahan radiasi neto tinggi, curah hujan rendah dan kandungan air dalam tanah menjadi kurang tersedia untuk pertumbuhan tanaman. Tanaman okra tahan terhadap cekaman kekeringan dan naungan, tetapi tidak tahan dengan stress genangan air. Okra sangat baik di tanam pada daerah dengan curah hujan antara 1700-3000 mm/tahun (Irsal, 2015).

Tanah

Okra tidak memerlukan syarat yang khusus untuk pertumbuhannya namun untuk pertumbuhan dan produksi yang optimal faktor iklim dan tanah sangat diperhatikan. Okra dapat tumbuh baik pada ketinggian tempat 0-800 mdpl. Okra yang ditanam pada ketinggian kurang dari 600 mdpl, maka umur tanaman akan lebih pendek sedangkan jika ditanam di dataran tinggi maka umur tanaman mencapai 4-6 bulan (Ikrarwati, 2016).

Tanah merupakan faktor yang dapat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman okra, tetapi tanaman okra tidak memerlukan jenis tanah yang khusus untuk bisa tumbuh secara optimal. Okra dapat tumbuh baik di daerah dataran rendah 0 mdpl hingga sedang 800 mdpl. Apabila ditanam pada ketinggian kurang dari 600 meter, umur tanaman okra lebih pendek, sedangkan jika ditanam di dataran rendah umur okra dapat mencapai 4-6 bulan (BPTP, 2016).

Tanah yang berpasir hingga tanah lempung, mengandung banyak bahan organik dengan drainase yang baik, sangat cocok ditanami okra. Tanaman okra tumbuh dalam kemasaman (pH) tanah 6-7, apabila tingkat kemasaman rendah perlu dilakukan pengapuran. Dosis pupuk kandang yang baik adalah 4-6 ton/ha

(18)

dan diusahakan tanah yang mengandung unsuk K yang tinggi (Rukmana, 2016).

Okra (Abelmoschus esculentus L.) dapat ditanam di berbagai macam tanah yang memiliki drainase/pengeringan yang baik – tanah geluh pasir paling bagus.

Tanah sebagai media tumbuh tanaman berfungsi sebagai tempat persediaan unsur hara, air, udara dan unsur-unsur mineral lainnya yang dibutuhkan oleh tanaman.

Maka jenis tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi suatu tanaman (Luther, 2012).

Kondisi tanah yang paling cocok untuk okra adalah tanah yang bertekstur gembur dan dapat menyalurkan air. Menanam okra pada tanah yang terlalu padat teksturnya memerlukan proses penggemburan. Tanah dengan pH rendah dapat membuat okra tidak dapat tumbuh dengan baik, maka perlu diberi kapur agar pH menjadi 6,5-7 (Idawati, 2012).

Okra memerlukan kondisi tanah yang agak lembab, apabila tidak hujan sebaiknya diberi pengairan dengan interval dua hari sekali. Serta lahan yang terbebas dari gulma – gulma. Proses pertumbuhan, perkembangan, sampai dengan produksi buah okra membutuhkan unsur hara antara lain 150 kg N/ha, 60 kg P/ha, dan 75 kg K/ha. Pemupukan dengan campuran antara pukan ayam dan abu sekam dengan dosis 10 ton/ha mampu meningkatkan kandungan C, N, P, K, Ca dan Mg tanah (Zulkarnaen, 2019).

Pupuk Nitrogen

Nitrogen (N) merupakan salah satu unsur hara utama dalam tanah yang sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan dan memberi warna hijau pada daun. Nitrogen dalam tanah berasal dari: (1) mineralisasi N dari bahan organik dan imobilisasinya, (2) fiksasi N dari udara oleh mikroorganisme (penambatan N2

(19)

atmosfer oleh mikroorganisme secara simbiotik maupun non simbiotik), (3) melalui hujan dan bentuk presipitasi yang lain, dan (4) pemupukan (Sari, 2013).

Nitrogen (N) yang merupakan penyusun utama protein, relative tidak tersedia bagi tanaman walaupun molekul nitrogen menduduki 80 persen dari total unsur di atmosfir. Pada umumnya, nitrogen di atmosfir secara kimiawi bersifat

“innert” dan tidak bisa langsung digunakan oleh tanaman. Sebagai pengganti tanaman gharus bergantung pada sejumlah kecil senyawa Nitrogen (N) yang terdapat dalam tanah, terutama yang berbentuk ion bagi nitrit dan ammonium.

Tanaman biasanya menyerap Nitrogen (N) dari dalam tanah dalam bentuk nitrat (NO3- ) atau ammonium (NH4 + ), dimana pada kebanyakan tanah pertanian nitrat merupakan bentuk senyarwa Nitrogen (N) yang paling banyak diserap tanaman (Sugito, 2012).

Bila tanah kurang mengandung Nitrogen (N) tersedia, maka seluruh tanaman akan berwarna hijau pucat atau kuning (klorosis). Hal ini dapat terjadi karena rendahnya produksi klorofil dalam tanaman. Daun tertua lebih dahulu menguning karena Nitrogen (N) dipindahkan dari bagian tanaman ini menuju ke daerah ujung pertumbuhan. Daun bagian bawah tanaman yang mengalami defisiensi pada awalnya menguning dibagian ujung dan gejala klorosisi cepat merambat melalui tulang tengah daun menuju batang. Daun tepi dapat tetap hijau untuk beberapa saat. Bila defisiensi menjadi semakin berat, daun tertua kedua dan ketiga mengalami pola defisiensi serupa dan daun tertua pada saat itu akan menjadi coklat sempurna (Tando, 2019).

Urea adalah pupuk tunggal yang mengandung N tinggi yaitu sekitar 45- 46%.Sifat urea yang cepat terlarut menjadikannya cepat tersedia bagi tanaman.

(20)

Namun, sifatnya ini pula yang dapat merugikan. Jika urea diaplikasikan di permukaan dan tidak dimasukkan dalam tanah, kehilangan N ke udara bisa mencapai 40% dari N yang telah diaplikasikan. Oleh karena itu, efisiensi penggunaan pupuk perlu dilakukan. Salah satu strategi efisiensi penggunaan pupuk ialah pengaturan waktu pemberian pupuk urea (Ramadhani et al., 2016).

Pupuk Fosfor

Fosfor merupakan komponen utama pada asam nukleat, fosfolipid, dan senyawa fosfat yang berperan dalam perkembangan akar. Kekurangan fosfor dapat menyebabkan pertumbuhan kerdil pada tanaman muda, warna daun menjadi ungu tua kehijauan, produksi batang ramping (tapi tidak berkayu), kerontokan daun dan menyebabkan pembungaan pada tanaman sedikit sehingga menyebabkan produksi tanaman menurun (Benjamin et al., 2014).

Pupuk P (fosfor) dalam tanaman dapat berfungsi mempercepat pertumbuhan akar semai, mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa. Pada umumnya, mempercepat pembungaan dan pemasakan buah biji atau gabah, dan dapat meningkatkan produksi biji-bijian.

Selain itu, fosfat juga berperan dalam proses respirasi dan fotosintesis, penyusunan asam nukleat, pembentukan bibit tanaman dan penghasil buah, perangsang perkembangan akar, sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap kekeringan dan mempercepat masa panen sehingga dapat mengurangi resiko keterlambatan waktu panen (Normahani, 2015).

Unsur P adalah unsur penting kedua setelah nitrogen yang berperan penting dalam fotosintesis, perkembangan akar, pembentukan bunga, buah dan biji. Unsur P berperan dalam pertumbuhan benih, akar, bunga dan buah,

(21)

penyusunan asam nukleat dan mempercepat masa panen. Pemberian pupuk P tidak mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman disebabkan oleh unsur ini terfiksasi sangat erat (pH tanah = 4.39) sehingga tidak tersedia bagi tanaman.

Kandungan Al yang tinggi pada tanah masam juga berhubungan dengan membran lipid bilayer pada sel, aluminium dapat memblok Ca2+ dan saluran K+ sehingga menggangu proses penyerapan hara tanaman (Hanum, 2013).

Sumber fosfat yang dalam tanah sebagai fosfat mineral yaitu batu kapur fosfat, sisa-sisa tanaman dan bahan organik lainnya. Perubahan fosfor organik menjadi fosfor anorganik dilakukan oleh mikroorganisme. Selain itu, penyerapan fosfor juga dilakukan oleh liat dan silikat. Fosfat anorganik maupun organik terdapat dalam tanah. Bentuk anorganiknya adalah senyawa Ca, Fe, Al, dan F.

Fosfor organik mengandung senyawa yang berasal dari tanaman dan mikroorganisme dan tersusun dari asam nukleat, fosfolipid, dan fitin (Isnaini, 2016).

Pupuk SP-36 merupakan pupuk fosfat buatan berbentuk butiran yang dibuat dari batuan fosfat dengan campuran asam fosfat dengan asam sulfat yang komponen utamanya mengandung unsur hara fosfor berupa mono kalsium fosfat.

Kandungan fosfor yang terdapat dalam pupuk SP-36 sebesar 36%, yang berarti setiap 100 kg SP-36 mengandung fosfor 36 kg (BSN, 2015).

Pupuk Kalium

Kalium klorida (KCl) merupakan salah satu jenis pupuk kalium, dengan kandungan unsure haradalam pupuk ini adalah 60% K2O, pemberian kalium ke dalam tanah dapat menambah jumlah kalium tersedia. Peran unsur K adalah untuk memacu translokasi asimilat dari sumber (daun) ke bagian organ penyimpanan

(22)

(sink), selain terlibat dalam proses membuka dan menutupnya stomata. Stomata akan membuka karena sel penjaga menyerap air, dan penyerapan air ini terjadi sebagai akibat adanya ion K+ (Singh et al., 2014).

Pupuk kalium dibuat dari deposit garam kalium, dan pada umumnya berasosiasi dengan magnesium, sulfat, dan klor. Kalium merupakan hara utama ketiga setelah N dan P. Kalium diserap dalam bentuk ion K+ . Fungsi K adalah pembentukan pati, pengaktifkan enzim, pembukaan stomata, proses fisiologis dalam tanaman, proses metabolik dalam sel, mempengaruhi penyerapan unsur unsur lain, mempertinggi ketahahan terhadap penyakit dan perkembangan akar (Mustafa, 2012).

Kalium merupakan unsur hara esensial yang terdapat dalam pupuk KCl dengan kadar 60% K2O yang memiliki peran dalam pembentukan, pemecahan, sintesis protein dan mempercepat pertumbuhan. Selan itu kalium berguna pada tubuh tanaman dan perkembangan sel-sel tanaman, memperkuat batang tanaman sehingga tak mudah roboh, memperkuat daun, bunga dan buah agar tidak mudah lepas dari tangkainya serta lebih tahan terhadap penyakit (Darwin et al., 2016).

Tanaman yang tumbuh pada tanah yang kekurangan unsur kalium akan memperlihatkan gejala-gejala seperti daun mengerut atau keriting terutama pada daun tua walaupun tidak merata. Kemudian pada daun akan timbul beracak-acak merah cokelat. Selanjutnya, daun akan mengering, lalu mati. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya rendah, dan tidak tahan simpan (Lingga, 2013).

Unsur K dijumpai pada pupuk tunggal Kalium Chlorida (KCl), dengan rumus kimia K2O, kadar K yang terkandung pada pupuk tunggal KCl 52-55%,

(23)

reaksi fisiologi masam lemah dan agak higroskopis. Jika tanaman kekurangan unsur kalium daun mengkerut atau keriting dan timbul bercak-bercak merah kecoklatan lalu kering dan mati, buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutu dan hasil tidak bagus dan tidak tahan simpan (Siahaan, 2012).

Analisis Pertumbuhan Tanaman

Analisis pertumbuhan tanaman merupakan suatu metode pengamatan untuk mengintegrasikan data dari peubah pertumbuhan tanaman ke dalam informasi sederhana dengan menggunakan perhitungan berdasarkan rumus atau informasi yang tepat untuk mengetahui produksi suatu tanaman. Analisis pertumbuhan tanaman ini dapat dijadikan salah satu cara untuk mengikuti dinamika fotosintesis yang diukur dengan luas daun dan produksi bahan kering ( Baskoro, 2016).

Komponen analisis pertumbuhan diantaranya adalah laju pertumbuhan relatif (Relatif Growth Rate), laju unit daun (Unit Leaf Rate), nisbah luas daun (Leaf Area Ratio), luas daun spesifik dan rasio berat daun (Specific Leaf Area and Leaf Weight Ratio), indeks luas daun (Leaf Area Index), laju tumbuh pertanaman (Crop Growth Rate), lamanya luas daun dan lamanya biomassa (Leaf area Duration and Biomass Duration) (Sumarsono, 2018).

Laju pertumbuhan mutlak (Absolute Growth Rate) didefenisikan sebagai penambahan biomas yang merupakan karakteristik tumbuh yang sederhana biasanya harga ini diperoleh dari 2 keadaan dari tanaman yang berbeda. Selama pertumbuhan tanaman menunjukan kecenderungan yang dipengaruhi oleh lingkungan. Harga biomas makin lama makin keil dan ini sesuai dengan penambahan besar atau berat komponen tumbuh yang lain. Laju perrtumbuhan

(24)

mutlak dapat di peroleh dari penambahan bahan organik, karbon, karbindioksida, atau energi yang diikat (Pramanda, 2019).

Kemampuan tanaman dalam menghasilkan bahan kering per satuan luas lahan dan persatuan waktu digambarkan oleh laju pertumbuhannya. Laju pertumbuhan tanaman (LPT) adalah bertambahnya berat tanaman persatuan luas lahan dalam satuan waktu. Umumnya tanaman menghasilkan asimilat yang akan disimpan sebagai cadangan makanan, sebagian hasil tersebut digunakan untuk proses fotosintesis, dan sisanya digunakan untuk pembentukan bagian-bagian tanaman atau komponen hasil (Mangera, 2014).

Laju pertumbuhan nisbi pada tanaman biasanya berjalan, kemudian menjadi cepat dan sesudah itu turun lagi. Tanaman tomat dan kacang tanah memperlihatkan tanggap terhadap penambahan CO2 , laju pertumbuhan nisbi akan meningkat begitu juga ketersediaan air berpengaruh terhadap laju pertumbuhan nisbi. Suhu tinggi juga akan meningkatkan pertambahan laju pertumbuhan nisbi. Tanaman C4 menghasilkan laju pertumbuhan nisbi lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman C3 (Pramanda, 2019).

Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai suatu proses bertambahnya ukuran atau volume tubuh akibat bertambahnya sel-sel tubuh makhluk hidup, proses ini tidak dapat dibalik atau dikembalikan serta dapat diukur dengan satuan pengukuran tertentu dan dapat dinyatakan dengan suatu satuan karena bersifat kuantitatif (Suparmuji, 2013).

Pertumbuhan tanaman merupakan suatu hasil dari metabolisme sel – sel hidup yang dapat diukur sebagai pertambahan bobot basah atau kering, isi,

(25)

panjang atau tinggi. Faktor iklim mempengaruhi pertumbuhan dan hasil seperti Suhu, cahaya dan curah hujan mempengaruhi laju fotosintesis dan respirasi sehingga berimplikasi pada pertumbuhan (Zulkifli, 2012).

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya jumlah dan volume sel tanaman yang dapat diukur secara kuantitatif. Pertumbuhan tanaman okra hijau dipengaruhi oleh faktor internal dan esternal. Faktor internal meliputi gen, kualitas dan mutu bibit, dan hormon, sedangkan faktor eksternal meliputi kondisi iklim dan tanah. Unsur hara didalam tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Hal yang dapat dilakukan untuk menambah unsur hara, antara lain pemberian pupuk dan pemberian mulsa organik. Pemberian pupuk pada tanaman dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman.

Penambahan unsur N dapat meningkatkan jumlah daun, tinggi tanaman dan berat segar polong (Uka, 2013).

Proses pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang penting pada makhluk hidup. Suatu makhluk hidup dikatakan tumbuh apabila mengalami perubahan fisik yang berkaitan dengan pertambahan ukuran, bentuk, dan volume yang bersifat tidak kembali lagi ke asalnya. Sedangkan dikatakan berkembang jika makhluk hidup mengalami tingkat kedewasaan yang menjadikannya lebih sempurna (Jouyban, 2012).

Proses pertumbuhan merupakan hal yang lazim bagi setiap tumbuhan.

Dalam proses pertumbuhan terjadi pertambahan volume yang signifikan. Seiring berjalannya waktu pertumbuhan suatu tanaman terus bertambah. Proses tumbuh sendidri dapat dilihat pada selang waktu tertentu. Dimana setiap pertumbuhan

(26)

tanaman akan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk kurva/diagram pertumbuhan (Latunra, 2014).

Perkembangan didefinisikan sebagai suatu proses menuju kedewasaan, ketika fungsi-fungsi fisiologi organ-organ tubuh yang telah menjadi lebih sempurna. Kemudian, pada proses ini tidak dapat dinyatakan dengan suatu ukuran tertentu karena bersifat kualitatif sehingga tidak dapat diukur dengan satuan pengukuran. Contoh dari proses ini adalah waktu siapnya suatu tumbuhan untuk berbunga dan berbuah (Suparmuji, 2013).

Proses menuju kedewasaan merupakan pengertian dari perkembangan.

Proses ini terjadi secara kualitatif dan baik pertumbuhan dan perkembangan bersifat irreversible. Sebagai contoh jika kita menanam biji tanaman, terlihat bentuk awal (biji) yang demikian sederhana menjadi bentuk bentuk tanaman yang lengkap. Dan pada tanaman tersebut tumbuh dan terlihat adanya pembentukan berbagai organ- organ baru, seperti daun yang memanjang dan akar yang memanjang dan bertambah banyak (Mariska, 2012).

Perkembangan adalah suatu proses kemajuan yang terjadi secara berangsurangsur dari kompleksitas rendah ke kompleksitas tinggi dan terjadi di ferensiasi. Perkembangan dapat dinyatakan melalui berbagai cara, mulai dari bagian tertentu suatu tanaman sampai jumlah total perkembangan tanaman. Pada tanaman, aktivitas perkembangan yang vital ini banyak tumpang tindih.

Pertumbuhan apikal pada ujung akar dan ujung batang mendahului morfogenesis dan diferensiasi. Tetapi pembesaran batang terjadi oleh karena pembesaran sel-sel setelah morfogenesis dan diferensiasi berlangsung (Rumanta, 2019).

(27)

Faktor dalam yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan adalah gen dan zat pengatur tumbuh. Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan. Faktor gen Faktor penurunan sifat pada keturunan terkandung di dalam gen. Informasi genetik pada gen mengendalikan terbentuknya sifat penampakan secara fisik (fenotip) melalui interaksinya dengan faktor lingkungan (Rinaldi, 2012).

Proses pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang penting pada makhluk hidup. Suatu makhluk hidup dikatakan tumbuh apabila mengalami perubahan fisik yang berkaitan dengan pertambahan ukuran, bentuk, dan volume yang bersifat tidak kembali lagi ke asalnya. Sedangkan dikatakan berkembang jika makhluk hidup mengalami tingkat kedewasaan yang menjadikannya lebih sempurna (Jouyban, 2012).

(28)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun praktikum dilaksanakan di Lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada hari Rabu, 28 September 2022 s/d selesai pukul 08.00-09.40 WIB pada ketinggian 25 mdpl.

Alat dan Bahan Praktikum

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul sebagai alat untuk mengolah tanah, polybag ukuran 10 kg sebagai wadah media tanam, wadah perendaman sebagai tempat untuk merendam benih, gembor/handsprayer sebagai alat untuk menyiram tanaman, meteran/penggaris sebagai alat ukur tinggi tanaman, jangka sorong sebagai alat ukur diameter tanaman, spidol/twinpen sebagai alat ukur jumlah daun, buku data sebagai alat untuk tempat data dituliskan, buku logbook sebagai alat untuk tempat dokumentasi kegiatan pengamatan dan perawatan, dan pena sebagai alat untuk menulis data, gunting sebagai alat potong, oven sebagai alat pengering tajuk tanaman.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih Okra (Abelmoschus esculentus L.) varietas Naila IPB sebagai objek yang diteliti, tanah top soil sebagai media tanam, pupuk SP-36, KCl,dan Urea untuk mensuplai hara bagi tanaman, label nama sebagai identitas tanaman dan air untuk menyiram tanaman, amplop coklat sebagai wadah tajuk tanaman yang didestruksi, kertas hvs sebagai media menggambar patron daun.

Metode Praktikum

Percobaan ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial menggunakan pupuk Nitrogen yang terdiri dari 3 taraf yaitu:

(29)

- (N0) Kontrol = Tanpa Pemupukan

- (N1) ¼ Dosis Anjuran = 0,375 gr/tanaman - (N2) ½ Dosis Anjuran = 0,75 gr/tanaman - (N3) ¾ Dosis Anjuran = 1,125 gr/tanaman - (N4) Dosis Penuh = 1,5 gr/tanaman

Data Hasil Percobaan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut:

Yij= µ + Ti + βj +

ε

ij

i= 1,2,3,4,5 j= 1,2,3,4

Yij= Pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j µ = Rataan umum

Ti = Pengaruh perlakuan ke-i βj = Pengaruh kelompok ke-j

ε

ij

=

Pengaruh acak (error) pada perlakuan ke-i ulangan ke-j

Data analisis dengan sidik ragam pada taraf kepercayaan 5% dan 1%.

(30)

PELAKSANAAN PRAKTIKUM Persiapan Lahan

Diukur dan dibentuk plot pada lahan praktikum analisis pertumbuhan tanaman dengan ukuran luas lahan 9,1 m x 13 m, ukuran plot 2,8 m x 1,5 m, saluran drainase 25 cm, dan jalan 50 cm, sesuai dengan bagan denah lahan praktikum.

Gambar 1. Persiapan Lahan Penanaman

Disiapkan media tanam berupa tanah topsoil yang di masukkan kedalam polybag 10 kg sampai memenuhi ± 4/5 dari isi keseluruhan polybag. Disiapkan benih okra (Abelmoschus esculentus L.), direndam benih okra tersebut kedalam air secukupnya selama ± 15 menit, dan ditanam benih okra dengan membuat tiga lubang tugal, dengan masing-masing lubang ditanam dua benih jagung.

Gambar 2. Penanaman

(31)

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Dilakukan penyiraman tanaman okra setiap hari, tepatnya pada pagi dan sore hari dengan jumlah air yang diberikan sesuai dengan jumlah kebutuhan air per polibag. Penyiraman dilakukan dengan memperhatikan keadaan cuaca, apabila terjadi hujan maka tidak perlu dilakukan penyiraman.

Gambar 3.Penyiraman Penyiangan

Dilakukan penyianga setiap ada gulma tumbuh dengan di cabut secara manual agar tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan komoditi tanaman jagung dan kacang kedelai, sehingga tidak terjadi persaingan.

Gambar 4. Penyiangan

(32)

Penjarangan

Dilakukan penjarangan untuk menentukan jumlah tanaman per lubang sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 2 tanaman, sedangkan yang dikehendaki hanya 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi.

Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyiangan dilakukan untuk menghindari kompetisi unsur hara antar tanaman.

Gambar 5. Penjerangan Pemupukan

Dilakukan pemupukan tanaman okra pada MST-1 dan MST-3 dengan dosis pupuk sesuai taraf perlakuan yaitu : Urea sebanyak 0,0375 g, pupuk SP-36 sebanyak 0,125 g , dan pupuk Kcl sebanyak 0,125 g per polybag.

Gambar 6. Pemupukan

(33)

Pemanenan

Dilakukan pemanenan tanaman okra pada MST 9 pada semua taraf dengan cara dibongkar tanaman okra dalam polybag lalu dihitung bobot basa tajuk, bobot basah akar, dan bobot buah tanaman okra.

Gambar 7. Pemanenan Parameter pengamatan

Tinggi tanaman (cm)

Dihitung parameter tinggi tanaman okra setiap minggunya menggunakan penggaris dan meteran dengan menancapkan satu batang kayu di dekat batang tanaman okra dan ditandai dengan spidol permanen. Pengukuran dari batang kayu dilakukan untuk mempermudah pengukuran dengan akurat saat tanah yang didalam polybag terkikis. Tinggi tanaman dihitung sejak tanaman jagung berumur 1 MST.

Gambar 8. Mengukur Tinggi Tanaman

(34)

Jumlah daun (helai)

Dihitung parameter jumlah daun setiap minggu dengan menghitung jumlah daun yang sudah mekar sempurna dan ditandai atau ditulis dengan spidol permanen jumlah daun pada bagian bawah daun terakhir. Jumlah daun dihitung sejak tanaman okra berumur 1 MST.

Gambar 9. Menghitung Jumlah daun Diameter Batang

Dihitung diameter batang tanaman jagung dengan cara mengukurnya dari kedua sisi batang tanaman jagung menggunakan jangka sorong. Diameter batang dihitung sejak tanaman jagung berumur 1 MST.

Gambar 10. Menghitung Diameter Batang

(35)

Bobot Basa Tajuk

Dicabut tanaman okra dan dibersihkan dari tanah yang menempel pada akar, di potong dengan memisahkan tajuk tanaman dengan akar, dan ditimbang bobot basah tajuk tanaman okra sebelum dilakukan pengeringan.

Gambar 11. Bobot Basah Tajuk Bobot Basah Akar

Dipisahkan akar dan tajuk tanaman dengan menggunakan gunting dan dicuci akar yang sudah dipisahkan dari tajuk agar bersih dari tanah kemudian akar yang di cuci tadi dikering anginkan, lalu ditimbang akar tanaman dengan timbangan analitik sebelum dilakuan pengeringan.

Gambar 12. Bobot Basah Akar

(36)

Bobot Kering Tajuk

Dimasukkan tanaman okra yang sudah di destruktif kedalam amplop coklat yang sudah di beri lubang dan label, kemudian dilakukan proses pengeringan menggunakan oven pada suhu 70˚C selama 24 jam. Setelah 24 jam ditimbang bobot kering tajuk yang telah di keringkan dengan menggunakan timbangan analitik.

Gambar 13. Bobot Kering Tajuk Bobot Kering Akar

Ditimbang bobot kering akar tanaman okra menggunakan timbangan analitik setelah proses pengeringan dengan oven pada suhu 70˚C selama 24 jam.

Gambar 14. Bobot Kering Akar

(37)

Bobot Buah Tanaman

Dipanen buah pada tanaman okra pada MST 9, lalu ditimbang menggunakan timbangan analitik.

Gambar 15. Bobot Buah Tanaman Luas Daun

Digambar replica daun pada kertas hvs yang sudah ditimbang terlebih dahulu dan digunting replica daun tersebut. Kemudian ditimbang berat kertas replica dengan timbangan analitik. Dihitung luas daun dengan metode gavimetri.

Gambar 16. Luas Daun

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Tanggal Tanam : 28 September 2022

Komoditi : Okra (Abelmoschus esculentus L.) Tinggi Tanaman Okra (cm)

Data pengamatan tinggi tanaman Okra pada 1 MST sampai dengan 9 MST dan sidik ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman okra. Tanaman okra pada setiap perlakuan mengalami pertumbuhan yang terus meningkat yang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Tinggi Tanaman Okra pada 1 MST -9 MST (cm) Perlakuan MST

1

MST 2

MST 3

MST 4

MST 5

MST 6

MST 7

MST 8

MST

9 Total Rataan N0 (0 kg/ha) 4.69 5.73 7.28 10.26 14.03 18.01 22.37 24.91 25.93 133.21 14.80 N1 (75 kg/ha) 5.98 8.56 11.49 14.48 17.03 21.23 26.01 29.06 30.81 164.65 18.29 N2 (150 kg/ha) 6.94 9.67 11.84 13.84 16.47 20.94 25.44 31.08 32.92 169.14 18.79 N3 (225 kg/ha) 5.77 7.91 9.84 11.67 13.78 19.05 23.12 30.17 35.20 156.51 17.39 N4 (300 kg/ha) 5.99 8.33 10.86 14.78 17.96 25.26 27.83 32.03 35.46 178.50 19.83

Tabel 1 menunjukkan hasil dari perlakuan berbagai dosis pada umur 1MST sampai 9 MST dan pertumbuhan tanaman yang optimal terdapat pada perlakuan dosis N4 dengan dosis rekomendasi 300 kg/ha.

Grafik 1. Tinggi Tanaman Okra pada 1 MST-9 MST (cm)

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tinggi Tanaman (cm)

Minggu Setelah Tanam (MST)

Tinggi Tanaman (cm)

N0 (0 kg/ha) N1 (75 kg/ha) N2 (150 kg/ha)

(39)

Tabel 2. Tinggi Tanaman Okra pada 9 MST (cm)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

I II III

N0 (0 kg Urea/ha) 23.93 26.75 27.10 77.78 25.93 N1 (75kg urea/ha) 31.06 31.60 29.75 92.41 30.80 N2 (150 kg urea/ha) 34.20 27.30 37.25 98.75 32.92 N3 (225 kg urea/ha) 33.10 38.00 34.50 105.60 35.20 N4 (300 kg urea/ha) 32.13 39.15 35.10 106.38 35.46

Total 154.42 162.80 163.70 480.92

Rataan 30.00 31.09 30.49 30.53

Tabel 2 menunjukkan rataan tinggi tanaman okra pada 9 MST tertinggi diperoleh pada perlakuan N4 dengan dosis rekomendasi 300 kg/ha yaitu 35.46 cm dan terendah diperoleh pada perlakuan N0 dengan dosis rekomendasi 0 kg/ha yaitu 25.93 cm.

Tabel 3. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Okra pada 9 MST (cm)

SK db JK KT F hitung F 5% F 1% Ket

Ulangan 2 10.48 5.24 0.48 4.46 8.65 tn

Perlakuan 4 184.05 46.01 4.23 3.84 7.01 * Galat 8 86.92 10.87

Total 14 281.45

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian dosis pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman okra pada 9 MST yang dapat dilihat pada tabel 3.

Diameter Batang Tanaman Okra (mm)

Data pengamatan diameter batang tanaman Okra pada 1 MST sampai dengan 9 MST dan sidik ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap diameter batang tanaman okra.

Tanaman okra pada setiap perlakuan mengalami pertumbuhan yang terus meningkat yang dapat dilihat pada tabel 4.

(40)

Tabel 4. Diameter Batang Tanaman Okra pada 1MST- 9 MST (mm) Perlakuan MST

1

MST 2

MST 3

MST 4

MST 5

MST 6

MST 7

MST 8

MST

9 Total Rataan N0 (0 kg/ha) 1.55 2.20 2.79 3.48 4.43 5.44 6.21 7.01 7.42 40.53 4.50 N1 (75 kg/ha) 1.32 1.98 2.47 3.07 4.12 5.41 6.88 7.76 8.83 41.84 4.65 N2 (150 kg/ha) 1.47 2.50 3.09 3.93 5.29 6.20 8.06 9.24 9.79 49.57 5.51 N3 (225 kg/ha) 1.47 2.37 3.01 3.46 4.09 5.67 6.97 8.41 9.86 45.31 5.03 N4 (300 kg/ha) 1.48 2.30 2.96 3.79 5.64 6.90 8.14 9.71 11.27 52.19 5.80

Tabel 4 menunjukkan hasil dari perlakuan berbagai dosis pada umur 1MST sampai 9 MST dan pertumbuhan tanaman yang optimal terdapat pada perlakuan dosis N4 dengan dosis rekomendasi 300 kg/ha.

Grafik 2. Diameter Batang Tanaman Okra pada 1MST-9 MST (cm) Tabel 5. Diameter Batang Tanaman Okra pada 9 MST (mm)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

I II III

N0(0 kg/ha) 5.73 7.85 5.30 18.88 6.29 N1(75 kg/ha) 6.93 7.95 7.35 22.23 7.41 N2 (150 kg/ha) 9.97 9.10 10.30 29.37 9.79 N3(225 kg/ha) 8.77 8.85 11.95 29.57 9.86 N4(300 kg/ha) 10.56 13.20 10.05 33.81 11.27

Total 41.96 46.95 44.95 133.86

Rataan 8.39 9.39 8.99 8.92

Tabel 5 menunjukkan rataan diameter batang tanaman okra pada 9 MST tertinggi diperoleh pada perlakuan N4 dengan dosis rekomendasi 300 kg/ha yaitu 11.27 mm dan terendah diperoleh pada perlakuan N0 dengan dosis rekomendasi 0 kg/ha yaitu 6.29 mm.

(41)

Tabel 6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Okra pada 9 MST (mm)

SK db JK KT F hitung F 5% F 1% Ket

Ulangan 2 2.52 1.26 0.68 4.10 7.56 tn

Perlakuan 4 48.98 12.24 6.62 3.48 5.99 *

Galat 8 14.79 1.85

Total 14 66.28 15.35

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian dosis pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap diameter batang tanaman okra pada 9 MST yang dapat dilihat pada tabel 6.

Jumlah Daun Tanaman Okra (helai)

Data pengamatan jumlah daun tanaman Okra pada 1 MST sampai dengan 9 MST dan sidik ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman okra. Tanaman okra pada setiap perlakuan mengalami pertumbuhan yang terus meningkat yang dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Daun Tanaman Okra pada 1MST-9 MST (helai) Perlakuan MST

1

MST 2

MST 3

MST 4

MST 5

MST 6

MST 7

MST 8

MST

9 Total Rataan N0 (0 kg/ha) 2.00 3.00 3.70 3.50 5.50 7.42 7.57 9.14 9.28 51.11 5.68 N1 (75 kg/ha) 2.00 3.20 3.83 3.67 6.00 7.16 6.83 8.66 9.30 50.65 5.63 N2 (150 kg/ha) 2.00 3.11 4.00 5.57 6.42 8.00 9.00 10.00 10.28 58.38 6.49 N3 (225 kg/ha) 2.00 3.28 4.21 4.42 6.57 8.57 9.28 10.57 10.57 59.47 6.61 N4 (300 kg/ha) 2.00 3.42 4.71 5.57 6.85 9.00 9.85 11.00 11.00 63.40 7.04

Tabel 7 menunjukkan hasil dari perlakuan berbagai dosis pada umur 1MST sampai 9 MST dan pertumbuhan tanaman yang optimal terdapat pada perlakuan dosis N4 dengan dosis rekomendasi 300 kg/ha.

(42)

Grafik 3. Jumlah Daun Tanaman Okra pada 1MST-9 MST (helai) Tabel 8. Jumlah Daun Tanaman Okra pada 9 MST (helai)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

I II III

N0 (0 kg/ha) 8.33 9.5 8 25.83 8.61

N1 (75 kg/ha) 9.03 8.5 8.9 26.43 8.81 N2 (150 kg/ha) 9.96 9.1 10.3 29.36 9.79 N3 (225 kg/ha) 8.76 10 11.5 30.26 10.09 N4 (300 kg/ha) 10.6 11.5 12.5 34.6 11.53

Total 46.68 48.6 51.2 146.48

Rataan 9.336 9.72 10.24 9.77

Tabel 8 menunjukkan rataan jumlah daun tanaman okra pada 9 MST tertinggi diperoleh pada perlakuan N4 dengan dosis rekomendasi 300 kg/ha yaitu 11.53 helai dan terendah diperoleh pada perlakuan N0 dengan dosis rekomendasi 0 kg/ha yaitu 8.61 helai.

Tabel 9. Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Okra pada 9 MST (helai)

SK db JK KT F hitung F 5% F 1% Ket

Ulangan 2 2.05845 1.02923 1.45126 4.10282 7.55943 tn Perlakuan 4 16.431 4.10774 5.79213 3.47805 5.99434 *

Galat 8 5.67355 0.70919

Total 14 24.163 5.84616

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian dosis pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman okra pada 9 MST yang dapat dilihat pada tabel 9.

(43)

Luas Daun Tanaman Okra (cm2)

Data pengamatan luas daun tanaman Okra pada 9 MST dan sidik ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap luas daun tanaman okra yang dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Luas Daun Tanaman Okra pada 9 MST (cm2)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

I II III

N0 (0 kg/ha) 90.95 76.02 79.62 246.59 82.20 N1 (75 kg/ha) 115.09 106.59 105.54 327.22 109.07 N2 (150 kg/ha) 109.95 111.41 75.81 297.18 99.06 N3 (225 kg/ha) 126.56 133.59 123.75 383.90 127.97 N4 (300 kg/ha) 117.70 111.46 99.58 328.74 109.58

Total 560.25 539.06 484.31 1583.62 Rataan 112.05 107.81 96.86 105.57

Tabel 10 menunjukkan data dekstruksi luas daun tanaman okra pada 9 MST dengan rataan tertinggi diperoleh pada perlakuan N3 dengan dosis rekomendasi 225 kg/ha yaitu 127.97 cm2 dan terendah diperoleh pada perlakuan N0 dengan dosis rekomendasi 0 kg/ha yaitu 82.20 cm2.

Tabel 11. Sidik Ragam Luas Daun Tanaman Okra pada 9 MST (cm2)

Sk Db Jk Kt F Hitung F 5% F 1% Ket

Ulangan 2 614.31 307.16 4.13 4.10 7.56 *

Perlakuan 4 3355.64 838.91 11.29 3.48 5.99 **

Galat 8 594.48 74.31

Total 14 4564.43 1220.38

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian dosis pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap luas daun tanaman okra pada 9 MST yang dapat dilihat pada tabel 11.

(44)

Bobot Basah Tajuk Tanaman Okra (gram)

Data pengamatan bobot basah tajuk tanaman Okra pada 6 MST sampai dengan 9 MST dan sidik ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk tanaman okra.

Tabel 12. Bobot Basah Tajuk Tanaman Okra pada 6 MST (gram)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

U1 U2 U3

N0 (0 kg/ha) 7.40 9 17.40 33.80 11.27

N1 (75 kg/ha) 22.50 20.3 16.00 58.80 19.60 N2 (150 kg/ha) 21.68 23.6 34.80 80.08 26.69 N3 (225 kg/ha) 24.30 29.5 31.90 85.70 28.57 N4 (300 kg/ha) 29.30 28.1 32.00 89.40 29.80

Total 105.18 110.50 132.10 347.78

Rataan 23.19

Tabel 12 menunjukkan data dekstruksi tanaman okra pada 6 MST dengan rataan bobot basah tajuk tertinggi diperoleh pada perlakuan N4 dengan dosis rekomendasi 300 kg/ha yaitu 29.80 gram dan terendah diperoleh pada perlakuan N0 dengan dosis rekomendasi 0 kg/ha yaitu 11.27 gram.

Tabel 13. Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk Tanaman Okra pada 6 MST (gram)

SK db JK KT F hitung F 5% F 1% Ket

Ulangan 2 81.3033 40.6516 2.37641 4.10282 7.55943 tn Perlakuan 4 719.784 179.946 10.5193 3.47805 5.99434 **

Galat 8 136.85 17.1063

Total 14 937.937

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian dosis pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk tanaman okra pada 6 MST yang dapat dilihat pada tabel 13

(45)

Tabel 14. Bobot Basah Tajuk Tanaman Okra pada 7 MST (gram)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

U1 U2 U3

N0 (0 kg/ha) 7.40 9.00 17,4 16.40 8.20 N1 (75 kg/ha) 14.30 19.50 21.90 55.70 18.57 N2 (150 kg/ha) 19.30 18.00 32.00 69.30 23.10 N3 (225 kg/ha) 32.50 20.30 36.05 88.85 29.62 N4 (300 kg/ha) 41.88 43.60 34.80 120.28 40.09 Total 115.38 110.40 124.75 350.53

Rataan 25.04

Tabel 14 menunjukkan data dekstruksi tanaman okra pada 7 MST dengan rataan bobot basah tajuk tertinggi diperoleh pada perlakuan N4 dengan dosis rekomendasi 300 kg/ha yaitu 40.09 gram dan terendah diperoleh pada perlakuan N0 dengan dosis rekomendasi 0 kg/ha yaitu 8.20 gram.

Tabel 15. Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk Tanaman Okra pada 7 MST (gram)

SK db JK KT F hitung F 5% F 1% Ket

Ulangan 2 21.2347 10.6173 0.23945 4.10282 7.55943 tn Perlakuan 4 1987.09 496.774 11.2035 3.47805 5.99434 **

Galat 8 354.729 44.3411

Total 14 2363.06

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian dosis pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk tanaman okra pada 7 MST yang dapat dilihat pada tabel 15

Tabel 16. Bobot Basah Tajuk Tanaman Okra pada 8 MST (gram)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

U1 U2 U3

N0 (0 kg/ha) 11.45 16.66 14.70 42.81 14.27 N1 (75 kg/ha) 20.10 14.8 14.15 49.05 16.35 N2 (150 kg/ha) 21.70 17.5 52,5 39.20 19.60 N3 (225 kg/ha) 38.70 44.4 49.03 132.13 44.04 N4 (300 kg/ha) 45.00 39.7 32.20 116.90 38.97

Total 136.95 133.06 110.08 380.09

Rataan 27.15

(46)

Tabel 16 menunjukkan data dekstruksi tanaman okra pada 8 MST dengan rataan bobot basah tajuk tertinggi diperoleh pada perlakuan N4 dengan dosis rekomendasi 300 kg/ha yaitu 38.97 gram dan terendah diperoleh pada perlakuan N0 dengan dosis rekomendasi 0 kg/ha yaitu 14.27 gram.

Tabel 17. Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk Tanaman Okra pada 8 MST (gram)

SK db JK KT F hitung F 5% F 1% Ket

Ulangan 2 84.34729 42.1736 0.95848 4.10282 7.55943 tn Perlakuan 4 2668.501 667.125 15.1617 3.47805 5.99433 **

Galat 8 352.0057 44.0007 Total 14 3104.85

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian dosis pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk tanaman okra pada 8 MST yang dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 18. Bobot Basah Tajuk Tanaman Okra pada 9 MST (gram)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

U1 U2 U3

N0 (0 kg/ha) 30.13 16.05 11.60 57.78 19.26 N1 (75 kg/ha) 20.50 16.62 23.30 60.42 20.14 N2 (150 kg/ha) 31.68 23.64 34.78 90.10 30.03 N3 (225 kg/ha) 27.60 39.7 37.60 104.90 34.97 N4 (300 kg/ha) 45.67 41.86 56.35 143.88 47.96

Total 155.58 137.87 163.63 457.08

Rataan 30.47

Tabel 18 menunjukkan rataan bobot basah tajuk tanaman okra pada 9 MST tertinggi diperoleh pada perlakuan N4 dengan dosis rekomendasi 300 kg/ha yaitu 47.96 gram dan terendah diperoleh pada perlakuan N0 dengan dosis rekomendasi 0 kg/ha yaitu 19.26 gram.

(47)

Tabel 19. Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk Tanaman Okra pada 9 MST (gram)

SK db JK KT F hitung F 5% F 1% Ket

Ulangan 2 69.468 34.734 0.69 4.10 7.56 *

Perlakuan 4 1676.051 419.013 8.32 3.48 5.99 **

Galat 8 402.744 50.343

Total 14 2148.263

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian dosis pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk tanaman okra pada 9 MST yang dapat dilihat pada tabel 3

Bobot Basah Akar Tanaman Okra (gram)

Data pengamatan bobot basah akar tanaman Okra pada 6 MST sampai dengan 9 MST dan sidik ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar tanaman okra.

Tabel 20. Bobot Basah Akar Tanaman Okra pada 6 MST (gram)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

U1 U2 U3

N0 (0 kg/ha) 1.60 2.2 1.30 5.10 1.70

N1 (75 kg/ha) 1.46 1.77 2.95 6.18 2.06 N2 (150 kg/ha) 2.57 2.13 2.05 6.75 2.25 N3 (225 kg/ha) 3.30 2.78 2.88 8.96 2.99 N4 (300 kg/ha) 2.79 3.55 3.76 10.10 3.37

Total 11.72 12.43 12.94 37.09

Rataan 2.47

Tabel 20 menunjukkan data dekstruksi tanaman okra pada 6 MST dengan rataan bobot akar tertinggi diperoleh pada perlakuan N4 dengan dosis rekomendasi 300 kg/ha yaitu 3.37 gram dan terendah diperoleh pada perlakuan N0 dengan dosis rekomendasi 0 kg/ha yaitu 1.70 gram.

(48)

Tabel 21. Sidik Ragam Bobot Basah Akar Tanaman Okra pada 6 MST (gram)

SK db JK KT F hitung F 5% F 1% Ket

Ulangan 2 0.15 0.08 0.26 4.10 7.56 tn

Perlakuan 4 5.64 1.41 4.83 3.48 5.99 *

Galat 8 2.34 0.29

Total 14 8.12709

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian dosis pupupk nitrogen berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar tanaman okra pada 6 MST yang dapat dilihat pada tabel 21.

Tabel 22. Bobot Basah Akar Tanaman Okra pada 7 MST (gram)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

U1 U2 U3

N0 (0 kg/ha) 4.10 5.2 4.90 14.20 4.73

N1 (75 kg/ha) 4.56 4.78 5.16 14.50 4.83 N2 (150 kg/ha) 5.40 6.3 5.25 16.95 5.65 N3 (225 kg/ha) 5.90 6.15 6.67 18.72 6.24 N4 (300 kg/ha) 8.12 6.77 7.24 22.13 7.38

Total 28.08 29.20 29.22 86.50

Rataan 5.77

Tabel 22 menunjukkan data dekstruksi tanaman okra pada 7 MST dengan rataan bobot basah akar tertinggi diperoleh pada perlakuan N4 dengan dosis rekomendasi 300 kg/ha yaitu 7.38 gram dan terendah diperoleh pada perlakuan N0 dengan dosis rekomendasi 0 kg/ha yaitu 4.73 gram.

Tabel 23. Sidik Ragam Bobot Basah Akar Tanaman Okra pada 7 MST (gram)

SK db JK KT F hitung F 5% F 1% Ket

Ulangan 2 0.17 0.09 0.27 4.10 7.56 tn

Perlakuan 4 14.31 3.58 11.20 3.48 5.99 **

Galat 8 2.55 0.32

Total 14 17.03

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian dosis pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar tanaman okra pada 7 MST yang dapat dilihat pada tabel 23

(49)

Tabel 24. Bobot Basah Akar Tanaman Okra pada 8 MST (gram)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

U1 U2 U3

N0 (0 kg/ha) 3.70 2.1 2.50 8.30 2.77

N1 (75 kg/ha) 8.22 6.04 9.70 23.96 7.99 N2 (150 kg/ha) 8.30 9.8 9.57 27.67 9.22 N3 (225 kg/ha) 10.60 9.63 10.78 31.01 10.34 N4 (300 kg/ha) 11.50 10.72 9.67 31.89 10.63

Total 42.32 38.29 42.22 122.83

Rataan 8.19

Tabel 24 menunjukkan data dekstruksi tanaman okra pada 8 MST dengan rataan bobot basah akar tertinggi diperoleh pada perlakuan N4 dengan dosis rekomendasi 300 kg/ha yaitu 10.63 gram dan terendah diperoleh pada perlakuan N0 dengan dosis rekomendasi 0 kg/ha yaitu 2.77 gram.

Tabel 25. Sidik Ragam Bobot Basah Akar Tanaman Okra pada 8 MST (gram)

SK db JK KT F hitung F 5% F 1% Ket

Ulangan 2 2.11 1.06 0.86 4.10 7.56 tn

Perlakuan 4 123.25 30.81 25.13 3.48 5.99 **

Galat 8 9.81 1.23

Total 14 135.17

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian dosis pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar tanaman okra pada 8 MST yang dapat dilihat pada tabel 25.

Tabel 26. Bobot Basah Akar Tanaman Okra pada 9 MST (gram)

Perlakuan Blok

Total Rataan

U1 U2 U3

N0 (0 kg/ha) 7.93 7.22 6.45 21.60 7.20

N1 (75 kg/ha) 7.74 8.03 7.59 23.36 7.79 N2 (150 kg/ha) 8.43 8.12 7.79 24.34 8.11 N3 (225 kg/ha) 8.93 9.19 9.33 27.45 9.15 N4 (300 kg/ha) 11.29 9.56 10.02 30.87 10.29

Total 44.32 42.12 41.18 127.62

Rataan 8.51

(50)

Tabel 26 menunjukkan rataan bobot basah akar tanaman okra pada 9 MST tertinggi diperoleh pada perlakuan N4 dengan dosis rekomendasi 300 kg/ha yaitu 10.29 gram dan terendah diperoleh pada perlakuan N0 dengan dosis rekomendasi 0 kg/ha yaitu 7.20 gram.

Tabel 27. Sidik Ragam Bobot Basah Akar Tanaman Okra pada 9 MST (gram)

SK db JK KT F hitung F 5% F 1% Ket

Ulangan 2 1.04 0.52 2.03 4.10 7.56 tn

Perlakuan 4 17.92 4.48 17.49 3.48 5.99 **

Galat 8 2.05 0.26

Total 14 21.01

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian dosis pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar tanaman okra pada 9 MST yang dapat dilihat pada tabel 27

Bobot Kering Tajuk Tanaman Okra (gram)

Data pengamatan bobot kering tajuk tanaman Okra umur 6 MST sampai dengan 9 MST dan sidik ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman okra.

Tabel 28. Bobot Kering Tajuk Tanaman Okra pada 6 MST (gram)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

U1 U2 U3

N0 (0 kg/ha) 3.97 2.41 2.09 8.47 2.82 N1 (75 kg/ha) 4.00 2.6 2.14 8.74 2.91 N2 (150 kg/ha) 4.10 3.8 2.91 10.81 3.60 N3 (225 kg/ha) 4.73 4.32 3.5 12.55 4.18 N4 (300 kg/ha) 5.98 6.31 4.4 16.69 5.56

Total 22.78 19.44 15.04 57.26

Rataan 3.82

Tabel 28 menunjukkan data dekstruksi tanaman okra pada 6 MST dengan rataan bobot kering tajuk tertinggi diperoleh pada perlakuan N4 dengan dosis

(51)

rekomendasi 300 kg/ha yaitu 5.56 gram dan terendah diperoleh pada perlakuan N0 dengan dosis rekomendasi 0 kg/ha yaitu 2.82 gram.

Tabel 29. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk Tanaman Okra pada 6 MST (gram)

SK db JK KT F hitung F 5% F 1% Ket

Ulangan 2 6.02821 3.01411 15.9972 4.10282 7.55943 tn Perlakuan 4 15.1006 3.77514 20.0363 3.47805 5.99434 **

Galat 8 1.51 0.18842

Total 14 22.64

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian dosis pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman okra pada 6 MST yang dapat dilihat pada tabel 29

Tabel 30. Bobot Kering Tajuk Tanaman Okra pada 7 MST (gram)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

U1 U2 U3

N0 (0 kg/ha) 5.00 3.1 2.54 10.64 3.55 N1 (75 kg/ha) 4.38 3.86 2.65 10.89 3.63 N2 (150 kg/ha) 4.20 4.03 3.64 11.87 3.96 N3 (225 kg/ha) 5.92 4.66 5.77 16.35 5.45 N4 (300 kg/ha) 5.44 5.71 6.44 17.59 5.86

Total 24.94 21.36 21.04 67.34

Rataan 4.49

Tabel 30 menunjukkan data dekstruksi tanaman okra pada 7 MST dengan rataan bobot kering tajuk tertinggi diperoleh pada perlakuan N4 dengan dosis rekomendasi 300 kg/ha yaitu 5.56 gram dan terendah diperoleh pada perlakuan N0 dengan dosis rekomendasi 0 kg/ha yaitu 3.55 gram.

Gambar

Tabel 1. Tinggi Tanaman Okra  pada 1 MST -9 MST (cm)  Perlakuan  MST
Tabel 4. Diameter Batang Tanaman Okra pada 1MST- 9 MST (mm)  Perlakuan  MST
Tabel  4  menunjukkan  hasil  dari  perlakuan  berbagai  dosis  pada  umur  1MST  sampai  9  MST  dan  pertumbuhan  tanaman  yang  optimal  terdapat  pada  perlakuan dosis N4 dengan dosis rekomendasi 300 kg/ha
Tabel 7. Jumlah Daun Tanaman Okra pada 1MST-9 MST (helai)  Perlakuan  MST
+7

Referensi

Dokumen terkait

Daftar sidik ragam tinggi tanaman pada 2 MST.. SK Db JK KT

Perbaikan karakter umur panen okra hijau perlu dilakukan agar didapatkan buah okra yang memiliki tekstur lunak dan tidak berserat dengan umur panen lebih lama

Lampiran 29.Sidik Ragam Data Laju Pertumbuhan Tanaman 3-4 MST. Sumber Db JK KT

Pengaruh interaksi nyata antara jenis pupuk dan varietas okra terhadap kadar P daun (Tabel 6), yaitu pemberian pupuk menurunkan kadar P daun pada okra merah (9.43-18.87%),

Pertumbuhan dan produksi Okra merah ( Abelmoschus esculentus L. Moench) pada dosis pupuk kompos serasah yang berbeda dan pemangkasanR. (Growth and production of red Okra

Penelitian tentang aktivitas antidiare buah okra belum pernah dilakukan, sehingga dilakukan penelitian untuk mengetahui efek antidiare buah okra (Abelmoschus

Pemangkasan pucuk dapat memberi pengaruh pada perubahan fisiologi dan morfologi tanaman okra seperti halnya jumlah cabang dan jumlah daun, dkarenakan semakin

Seperti halnya dengan pengamatan jumlah daun dan luas daun, pada pengamatan jumlah buah, bobot segar buah bobot segar akar, batang dan bobot segar total tanaman