• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Analisis Portofolio Saham Syariah Optimal dengan Pendekatan Sharia Compliant Asset Pricing Model (SCAPM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Analisis Portofolio Saham Syariah Optimal dengan Pendekatan Sharia Compliant Asset Pricing Model (SCAPM)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Journal of Applied Islamic Economics and Finance

Vol. 3, No. 3, June 2023, pp. 507 – 515

https://doi.org/10.35313/jaief.v3i3.5112

Analisis Portofolio Saham Syariah Optimal dengan Pendekatan Sharia Compliant Asset Pricing Model (SCAPM)

Analysis of optimum sharia stock portfolio with sharia compliant asset pricing model (SCAPM)

Febrin Ayu Salsabila*, Radia Purbayati, Fifi Afiyanti Tripuspitorini Department of Accounting, Politeknik Negeri Bandung, Bandung, Indonesia

Research article

Received 04 May 2023; Accepted 08 June 2023

How to cite: Salsabila, FA., & Purbayati, R. (2023). Analisis Portofolio Saham Syariah Optimal dengan Pendekatan Sharia Compliant Asset Pricing Model (SCAPM). Journal of Applied Islamic Economics and Finance, 3(3), 507-515.

*Corresponding author: [email protected]

Abstract: The purpose of this study is to determine the sharia stock portfolio that can be formed using the Sharia Compliant Asset Pricing Model (SCAPM) from 2017-2021. SCAPM is a modified form of CAPM which aims to frame the analytical model within the sharia framework. This research is descriptive quantitative research. The sample used is 13 Islamic stocks selected using purposive sampling method. The data used is secondary data obtained from the official websites of the Indonesia Stock Exchange, Bank Indonesia, and Investing.com. The software used to process the data is Microsoft Excel. The research result shows that there are 4 stocks that qualified for optimum stock portfolio, namely ADRO, ANTM, EXCL, and INCO. The largest proportion of funds held by ANTM (39,38%) while the lowest held by EXCL (13,04%) of the total funds.

Keywords: sharia stock portfolio, optimum sharia stock portfolio, SCAPM.

1. Pendahuluan

Ditinjau dari Laporan Perkembangan Pasar Modal Syariah yang dipublikasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara berkala, terlihat bahwa peminat pasar modal syariah meningkat dari tahun ke tahunnya. Fenomena ini tercermin dari jumlah investor saham syariah yang selaras meningkat tiap tahun.

Adapun saat memutuskan untuk melakukan investasi, khususnya pada produk saham, investor mempertimbangkan tingkat pengembalian investasi (return), risiko sistematis, serta kinerja saham yang diselaraskan dengan risiko (Indonesia Stock Exchange, 2022). Hal-hal ini dapat terlukis pada indeks saham. Indeks saham dapat menjadi indikator kinerja dari suatu pasar modal dan diperlukan untuk indikator mobilitas harga dari sekelompok saham di suatu pasar modal (Hartono, 2022). Jakarta Islamic Index (JII) adalah indeks saham syariah yang beranggotakan 30 saham syariah yang mempunyai kriteria berupa kinerja keuangan yang baik serta likuiditas yang tinggi.

(2)

Salsabila, FA., Purbayati, R., & Tripuspitorini, FA.

Gambar 1. Jumlah Investor Saham Syariah Tahun 2017-2021

Gambar 2. Kapitalisasi Pasar Indeks Syariah (JII) Tahun 2017-2021 (dalam Miliar Rupiah)

Gambar di atas menunjukkan kapitalisasi saham JII yang cenderung turun dari tahun ke tahunnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa banyaknya investor saham syariah berbanding terbalik dengan kapitalisasi saham JII sehingga investor saham syariah yang tertarik ataupun sudah memiliki investasi pada saham-saham syariah JII perlu melakukan revaluasi portofolio investasinya.

Investasi merupakan suatu keterikatan dalam bentuk uang maupun sumber daya lainnya di masa ini dengan harapan menuai manfaat di masa depan (Bodie et al., 2021). Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh investor saat berinvestasi, yakni adanya risiko (risk) dan keuntungan (return) (Prasetyo, 2018). Agar memiliki investasi dengan risiko yang minim, seorang investor perlu melakukan diversifikasi. Diversifikasi merupakan pengalokasian dana ke dalam beberapa aset dengan tujuan meminimalkan risiko. Hal inilah yang membuat investor perlu membuat portofolio investasi yang berisikan aset-aset agar risiko dapat diminimumkan tanpa harus mengurangi keuntungan. Pembentukan portofolio bisa terdiri dari beberapa aset yang tersedia di pasar uang ataupun pasar modal yang kombinasinya dapat mencapai jumlah yang tidak terbatas (Hartono, 2022). Diantara sekian banyaknya portofolio yang dapat dibentuk, tentunya investor mengharapkan portofolio optimal yang merupakan portofolio terbaik diantara semua portofolio yang tersedia.

(3)

Salsabila, FA., Purbayati, R., & Tripuspitorini, FA.

Portofolio optimal dikenalkan pertama kali oleh Harry Markowitz melalui artikelnya di Journal of Finance pada Maret 1952 yang memperkenalkan model pemilihan portofolio yang dikenal dengan model rata-rata varian (mean variance model) karena menggunakan dua faktor yaitu mean (return ekspektasi) dan variance (varian). Setelah teori ini, banyak bermunculan metode-metode untuk membentuk portofolio optimal, salah satunya adalah Capital Asset Pricing Model (CAPM).

CAPM menggunakan asumsi-asumsi yang diantaranya bertentangan dengan syariah, diantaranya adalah kehadiran variabel risk free (return ekspektasi aset bebas risiko) yang jika ditinjau dari pandangan syariah merupakan riba (Oktavia et al., 2022). Dikarenakan model CAPM yang bertentangan dengan syariah, beberapa penelitian dilakukan untuk memodifikasi CAPM dalam kerangka syariah yang dikenal dengan Islamic Capital Asset Pricing Model (ICAPM) atau Sharia Compliant Asset Pricing Model (SCAPM).

Dari pemaparan di atas, penulis terdorong untuk menganalisis portofolio optimal saham syariah yang tercantum pada indeks JII secara konsisten dengan pendekatan model SCAPM yang berjudul “ANALISIS PORTOFOLIO SAHAM SYARIAH OPTIMAL DENGAN PENDEKATAN SHARIA COMPLIANT ASSET PRICING MODEL (SCAPM)”

2. Kajian Pustaka 2.1. Investasi

Investasi merupakan penangguhan konsumsi yang dialokasikan ke dalam aset-aset profitabel yang diharapkan investor nantinya akan mendapat konsumsi yang lebih besar di masa yang akan datang atas hasil investasinya (Hartono, 2022). Dalam sudut pandang ekonomi syariah, investasi merupakan aktivitas berupa penghimpunan dana ataupun pelibatan modal untuk bidang usaha tertentu yang kegiatannya tidak kontradiktif dengan prinsip-prinsip syariah, baik dari segi objek maupun prosesnya (Inayah, 2020).

2.2. Saham

Saham merupakan instrumen keuangan yang diperjual belikan di pasar modal. Saham memiliki definisi tanda penanaman modal individu ataupun badan usaha dalam suatu perusahaan. Kepemilikan perusahaan ditunjukkan dalam bentuk saham (Hartono, 2022).

Perusahaan yang menerbitkan saham disebut dengan emiten. Emiten merupakan pihak yang melakukan penawaran efek di pasar modal. Jika suatu perusahaan menerbitkan saham, maka perusahaan tersebut memutuskan untuk mendapatkan pendanaan dari masyarakat untuk kepentingan bisnisnya. Di pasar modal, perusahaan yang memiliki reputasi baik tidak menjamin sahamnya akan membagikan return yang maksimal kepada investor, maka dari itu perlu dilakukan analisis lebih dalam mengenai perusahaan tersebut (Febrianti et al., 2023).

2.3. Portofolio

Portofolio merupakan kumpulan dari sekuritas. Portofolio dibuat dengan tujuan agar meningkatkan return investasi dan menyebarkan risiko sehingga investor dapat meraih keuntungan yang diharapkan namun dengan risiko yang seminimal mungkin. Hartono (2022) mengatakan bahwa pengembalian dan risiko investasi merupakan hal yang padu, tak terpisahkan. Hubungan keduanya positif. Artinya, makin besar risiko yang ditanggung, maka return yang akan didapatkan pun akan semakin besar pula.

2.4. Sharia Compliant Asset Pricing Model (SCAPM)

SCAPM merupakan pengembangan dari CAPM yang berfungsi untuk menimbang risiko dan

(4)

Salsabila, FA., Purbayati, R., & Tripuspitorini, FA.

return dalam lingkup syariah. Dalam model CAPM terdapat komponen Rf atau komponen aset bebas risiko yang menggunakan konsep time value of money. Hal inilah yang menyebabkan komponen risk-free bertentangan dengan prinsip syariah (Puspitasari et al., 2022). Oleh sebab itu, SCAPM dibentuk sebagai alternatif dari metode CAPM. Beberapa penelitian terdahulu mengusulkan beberapa variabel untuk mengganti variabel Rf. Diantaranya adalah Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).

(Oktavia et al. (2022) menyatakan bahwa model SCAPM SBIS memiliki return ekspektasi yang tertinggi dan kapasitas portofolio yang paling baik jika dibandingkan dengan model SCAPM yang lain. Adapun model SCAPM SBIS yang diaplikasikan dalam penelitian ini adalah:

E(Ri)=SBIS+(Rm-SBIS) βi

Keterangan:

E(Ri) : Return Ekspektasi,

SBIS : Sertifikat Bank Indonesia Syariah RM : Return Pasar, dan

βi : Risiko Sistematis.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif deskriptif. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder berupa daftar perusahaan syariah yang termuat di indeks JII, yakni 30 saham syariah. Penelitian ini memakai data harga penutupan (closing price) serta persentase imbal hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) bulanan dalam periode 2017 hingga 2021.

Adapun sumber data penelitian ini dikumpulkan dari website resmi Bursa Efek Indonesia, website Investing.com, dan website resmi Bank Indonesia. Adapun kriteria untuk memilih sampel adalah saham syariah yang senantiasa terdaftar di JII selama Juni 2017 hingga November 2021. Berikut merupakan sampel yang digunakan:

Tabel 1. Daftar Sampel Penelitian

SCAPM pada penelitian ini berperan sebagai teknik analisis data. Berikut merupakan langkah-langkah untuk membentuk portofolio saham syariah dengan pendekatan SCAPM:

1. Mengumpulkan data berupa himpunan saham syariah yang terdaftar di JII selama Juni 2017 hingga November 2021

2. Menyeleksi saham-saham dengan kriteria pemilihan sampel berupa saham-saham konsisten terdaftar pada indeks JII selama periode penelitian

3. Menghitung data-data saham yang terseleksi dengan pendekatan SCAPM, yakni:

a. Mengumpulkan data input yang dibutuhkan dalam proses formasi portofolio

(5)

Salsabila, FA., Purbayati, R., & Tripuspitorini, FA.

optimal dengan SCAPM yang terdiri dari return saham, return market, imbalan SBIS, dan beta saham.

b. Menentukan saham-saham syariah efisien dengan kriteria saham yang return realisasinya lebih besar dari return ekspektasi.

c. Menghitung Excess Return to Beta (ERB) d. Menentukan cut-off point (C*)

e. Menentukan kandidat portofolio optimal. Kriterianya adalah saham yang memiliki selisih return ekspektasi dan tingkat imbal hasil SBIS yang positif.

4. Kalkulasi proporsi tiap saham

5. Menghitung return ekspektasi dan risiko portofolio 6. Terbentuknya portofolio saham syariah optimal

4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Hasil Expected Return Saham Syariah dengan pendekatan Sharia Compliant Asset Pricing Model (SCAPM)

Perhitungan expected return dengan pendekatan SCAPM melibatkan beberapa variabel yaitu Return Realisasi (R), Return Pasar (Rm), persentase imbal hasil SBIS, dan Beta Saham Individu.

Tabel 2. Hasil Perhitungan Expected Return dengan Pendekatan SCAPM

Tabel diatas menunjukkan bahwa saham yang memiliki return realisasi (R) terbesar adalah ANTM yakni sebesar 0,028223 (2,82%) sementara yang terendah merupakan UNVR yakni sebesar -0,00849 (-0,85%). Sedangkan saham yang meraih nilai expected return terbesar adalah ICBP yakni sebesar 0,005441 (0,54%) sedangkan ANTM memiliki nilai expected return yang paling kecil yakni sebesar 0,004347 (0,43%). Dapat disimpulkan bahwa saham yang memiliki beta tertinggi justru memiliki nilai expected return yang rendah. Hal ini mencerminkan bahwa relasi antara beta dengan expected return adalah negatif.

4.2. Penggolongan Saham Efisien

Portofolio saham optimal terdiri dari sekumpulan saham efisien. Maka, portofolio optimal tergolong portofolio yang efisien. Namun, portofolio efisien belum tentu masuk ke dalam kategori portofolio optimal. Oleh sebab itu sebelum melakukan konstruksi portofolio saham

(6)

Salsabila, FA., Purbayati, R., & Tripuspitorini, FA.

syariah optimal, perlu diketahui kelompok saham syariah yang efisien.

Adapun kriteria yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu saham dikatakan efisien yaitu ketika saham tersebut memiliki return realisasi yang mendominasi return ekspektasi (R > E(Ri)). Hal yang melatarbelakangi ini adalah asumsi investor berpandangan rasional. Lebih jelasnya, investor akan mengambil kesempatan kondisi lebih daripada kurang (Hartono, 2022). Investor rasional akan memilih kelompok saham yang return realisasinya lebih besar dari return ekspektasinya. Hal ini mengakibatkan investor dengan perilaku rasional cenderung mengacu kepada sekelompok saham efisien dan tidak akan mengambil sekelompok saham yang tergolong inefisiensi (Abdurrohman et al., 2021). Berikut merupakan penggolongan saham-saham syariah yang efisien.

Tabel 3. Penggolongan Saham Syariah

Merujuk pada tabel di atas diketahui bahwa dari 13 sampel penelitian, terindikasi ada 6 saham syariah yang memiliki nilai return realisasi yang mendominasi expected returnnya yaitu ADRO, ANTM, EXCL, INCO, PTBA, dan UNTR. Sementara tujuh lainnya tidak memiliki return realisasi yang lebih kecil daripada expected returnnya sehingga digolongkan sebagai saham yang tidak efisien dan tidak masuk ke dalam kandidat saham portofolio optimal.

4.3. Excess Return to Beta dan Cut-off Point (C*)

Untuk memilah kelompok saham yang lolos ke portofolio optimal digunakanlah Excess Return to Beta (ERB) dan Cut-off Point (C*). Nilai ERB dikalkulasi dengan cara mengurangi expected return dengan SBIS, kemudian membaginya dengan beta.

Tabel 4. Kalkulasi Excess Return to Beta

(7)

Salsabila, FA., Purbayati, R., & Tripuspitorini, FA.

Setelah nilai ERB terkalkulasi, langkah selanjutnya adalah memeringkatkan nilai ERB dari yang tertinggi hingga yang terendah, lalu menentukan nilai C*. Portofolio optimal adalah portofolio pada titik C* ini. Portofolio optimal ini berisi kelompok saham yang mempunyai kriteria nilai ERB lebih besar atau sama dengan nilai C*. Saham yang tidak memenuhi kriteria tersebut tidak lolos ke dalam portofolio optimal.

Nilai C* diperoleh dari nilai Ci terbesar. Untuk menyederhanakan perhitungan Ci, maka rumus Ci disederhanakan dengan cara dihitung per bagian, yaitu dengan menghitung Ai dan Bi. Nilai Ai diperoleh dari pengurangan expected return dengan SBIS, lalu dikalikan dengan beta saham dan dibagi dengan unsystematic risk atau risiko tidak sistematis. Sementara Bi dihitung dengan rumus beta saham kuadrat dibagi dengan unsystematic risk.

Tabel 5. Perhitungan C*

Kelompok saham syariah yang terseleksi masuk portofolio optimal harus memenuhi kriteria berupa nilai ERB yang lebih besar dari nilai C*. Portofolio saham syariah optimal merupakan portofolio yang berada pada titik C* ini. Sekumpulan saham yang tidak memenuhi kriteria tersebut tidak lolos ke dalam portofolio.

Tabel 6. Kandidat Portofolio Optimal

Terlihat bahwa dari 6 kandidat portofolio optimal, dua diantaranya tidak memenuhi kriteria terakhir. Oleh sebab itu, portofolio saham syariah optimal tersusun atas 4 saham syariah yaitu ANTM, INCO, ADRO, dan EXCL.

4.4. Proporsi Dana Portofolio Optimal

Tahapan berikutnya adalah menghitung besarnya proporsi dana (Wi) dari tiap saham. Untuk mengetahui nilai Wi, perlu diketahui terlebih dahulu skala tertimbang dari saham individu (Zi). Berikut merupakan hasil kalkulasinya.

Tabel 7. Kalkulasi Skala Tertimbang (Zi) dan Proporsi Dana (Wi)

(8)

Salsabila, FA., Purbayati, R., & Tripuspitorini, FA.

Dapat disimpulkan bahwa ANTM memegang proporsi dana terbesar yaitu sebanyak 39,84% dan EXCL memiliki proporsi dana terkecil yaitu sebanyak 12,64%.

4.5. Expected Return serta Risiko Portofolio Optimal

Return harapan portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari return ekspektasi tiap aset tunggal di dalam portofolio. Besarnya dapat diketahui dengan mengkalkulasikan rata- rata return realisasi historis selama lima tahun, yakni dari tahun 2017 hingga 2021.

Tabel 8. Expected Return dan Risiko Portofolio

Jika investor menyimpan dana ke dalam portofolio sebesar Rp. 10.000.000 maka nilai expected return dari kegiatan investasi tersebut sebesar Rp. 251.706,87 dan risikonya adalah sebesar Rp. 4.358,76. Jadi, nilai investasi yang diharapkan pada akhir tahun adalah Rp.

10.251.706,87. Sedangkan jika nilai investasi di awal periode sejumlah Rp. 100.000.000 maka nilai expected return dari kegiatan investasi tersebut sebesar Rp. 2.517.068,75 serta risiko sebesar Rp. 43.587,57. Nilai investasi yang diharapkan pada akhir tahun adalah Rp. 102.517.068,75.

5. Penutup

Berdasarkan perhitungan dan pengolahan data yang dilakukan di bab IV, saham yang lolos masuk ke portofolio saham syariah optimal terdiri atas 4 saham yaitu ADRO, ANTM, EXCL, dan INCO karena memenuhi kriteria saham syariah efisien dengan kriteria saham yang memenuhi kriteria return realisasi yang lebih besar dari return ekspektasi serta nilai ERB yang lebih besar atau sama dengan C*.

Dari portofolio optimal yang terbentuk, dilakukan kalkulasi skala tertimbang (Zi) serta Proporsi Dana (Wi) yang menghasilkan bahwa ANTM mendominasi dengan nilai 39,84%

sedangkan proporsi terkecil dipegang oleh EXCL dengan persentase sebesar 12,64% dari keseluruhan dana.

Penelitian ini dapat menjadi panduan atau referensi bagi investor maupun calon investor yang berminat untuk melakukan investasi di pasar modal syariah khususnya pada sekelompok saham yang ada di Jakarta Islamic Index (JII). Konstruksi portofolio saham syariah optimal diperlukan untuk memperoleh return semaksimal mungkin serta risiko yang seminimum mungkin. Dengan adanya penelitian ini, investor maupun calon investor dapat

(9)

Salsabila, FA., Purbayati, R., & Tripuspitorini, FA.

melakukan pengamatan lebih lanjut baik secara fundamental maupun teknikal sebelum memutuskan untuk membeli saham yang diteliti pada penelitian ini, khususnya saham-saham yang lolos masuk ke dalam portofolio optimal.

Peneliti mengaplikasikan pendekatan Sharia Compliant Asset Pricing Model (SCAPM) untuk membentuk portofolio saham syariah optimal. Diharapkan bagi penelitian selanjutnya menggunakan pendekatan SCAPM dengan proxy lain seperti zakat ataupun inflasi untuk pembaharuan pendekatan ini. Selain itu, penelitian ini terbatas hanya meneliti sekelompok saham konsisten berada di indeks JII dalam kurun waktu 5 tahun sehingga diharapkan penelitian selanjutnya dapat memiliki sampel serta jangka waktu penelitian yang berlainan demi keterbaruan dalam panduan berinvestasi saham syariah.

Daftar Pustaka

Abdurrohman, Setyowati, D. H., & Djuwarsa, T. (2021). Penilaian Efisiensi Saham Syariah dengan Pendekatan Sharia Compliant Asset Pricing Model pada Jakarta Islamic Index.

Journal of Applied Islamic Economics and Finance, 1(3), 641–650.

Bodie, Z., Kane, A., & Marcus, A. J. (2021). Investments (12th ed.). Mc Graw Hill.

Febrianti, P. D., Hermawan, D., Syarief, M. E., & Amailiya, L. (2023). Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Return Saham Perusahaan Kategori Jakarta Islamic Index di Bursa Efek Indonesia. Journal of Applied Islamic Economics and Finance, 3(2), 403–413.

https://doi.org/10.35313/jaief.v3i2.3815

Hartono, J. (2022). Portofolio dan Analisis Investasi Pendekatan Modul. Penerbit ANDI.

Inayah, I. N. (2020). PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM DALAM INVESTASI SYARIAH.

Jurnal Ilmu Akuntansi Dan Bisnis Syariah, 8(2).

Oktavia, R. D., Supandi, E. D., & Chasanah, S. U. I. (2022). ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM SYARIAH MENGGUNAKAN SHARI’A COMPLIAN ASSET PRICING MODEL (SCAPM) (Studi Kasus : Saham Syariah Jakarta Islamic Index (JII)) (Vol. 4).

Prasetyo, Y. (2018). PERBANDINGAN RISIKO DAN RETURN INVESTASI PADA INDEKS LQ 45 DENGAN INDEKS JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII). In Jurnal Ekonomi Islam |

Islamic Economics Journal (Vol. 6, Issue 2).

https://doi.org/https://doi.org/10.24090/ej.v6i2.2043

Puspitasari, N., Sukorno, H., & Ramadhiani, R. (2022). The Model of Sharia Compliant Asset Pricing Model (Scapm): Evidence of Indonesia. Quality - Access to Success, 23(189), 316–

321. https://doi.org/10.47750/QAS/23.189.36

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini akan menerapkan metode Multi-Index Models pada studi kasus saham Jakarta Islamic Index (JII) dalam rangka membentuk portofolio optimum dengan menentukan

Pada penelitian-penelitian sebelumnya belum pernah dibahas tentang pembentukan portofolio optimal saham syariah (JII) pada masa pandemik COVID-19, sehingga

1) Mengetahui proses pembentukan portofolio optimal berdasarkan model indeks tunggal. 2) Mengetahui seberapa besar proporsi masing-masing saham syariah di BEI yang terbentuk

Hasil dari penelitian ini adalah terdapat delapan portofolio saham dari JII dan sepuluh portofolio saham dari indeks LQ45 yang dihasilkan dengan Constant Correlation

Analisis pembentukan portofolio optimal dengan menggunakan model indeks tunggal pada periode new normal Desember 2020 - November 2021 memberikan keuntungan yang optimal

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif diterima, yang berarti terdapat perbedaan signifikan antara kinerja portofolio optimal saham syariah Indonesia dan

Hasil uji statistik dengan membandingkan kinerja portofolio optimal dengan model indeks tunggal (strategi aktif) dengan mengikuti indeks JII (strategi pasif) adalah

Bagaimana cara merancang dan membangun sistem berbasis web yang dapat mengukur kinerja saham dengan menggunakan indeks sharpe dan membentuk portofolio optimal saham dengan