• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS POTENSI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK HOTEL (STUDI KASUS KOTA BATU TAHUN 2008-2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "ANALISIS POTENSI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK HOTEL (STUDI KASUS KOTA BATU TAHUN 2008-2015)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POTENSI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK HOTEL

(STUDI KASUS KOTA BATU TAHUN 2008-2015)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Dyah Ayu Larasati Tri Palupi 135020101111052

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2014

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

ANALISIS POTENSI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK HOTEL

(STUDI KASUS KOTA BATU TAHUN 2008-2015)

Yang disusun oleh :

Nama : Dyah Ayu Larasati Tri Palupi

NIM : 135020101111052

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 31 Agustus 2017

Malang, 31 Agustus 2017 Dosen Pembimbing,

Faishal Fadli, S.E., M.E

NIP. 2014048702201001

(3)

ANALISIS POTENSI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK HOTEL (STUDI KASUS KOTA BATU TAHUN 2008-2015)

Dyah Ayu Larasati Tri Palupi, Faishal Fadli

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari jumlah wisatawan, PDRB sektor pariwisata dan jumlah penduduk terhadap penerimaan pajak hotel. pajak hotel merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah yang sangat berpotensi untuk meningkatkan pendapatan asli daerah guna meningkatkan perekonomian daerah. Untuk memaksimalkan penerimaan pajak hotel perlu dilakukan perhitungan potensi penerimaan pajak hotel. Penelitian ini menggunakan data time series terkait jumlah wisatawan, sektor pariwisata dan jumlah penduduk selama kurun waktu delapan tahun mulai tahun 2008-2015. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan softwre SPSS 20 sebagai alat penguji data penelitian. Hasil analisis dengan menggunakan model ini menunjukkan bahwa jumlah wisatawan tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak hotel di Kota Batu. Pada variabel sektor pariwisata dan jumlah penduduk pengaruh positif signifikan terhadap sikap kepatuhan wajib pajak.

Kata kunci: potensi penerimaan pajak hotel, penerimaan pajak hotel, jumlah wisatawan, sektor pariwisata jumlah penduduk.

A. PENDAHULUAN

Otonomi Daerah merupakan upaya dari pemerintah pusat dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang lebih efektif, efisien dan bertanggung jawab. Lahirnya otonomi daerah dimulai sejak berlakunya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999 yang selanjutnya direvisi dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No 33 Tahun 2009 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dengan berlakunya otonomi daerah tersebut, maka pemeritah daerah memiliki peran yang sangat penting dalam mengatur dan mengurus semua urusan dan kebutuhan daerahnya masing- masing. Pemerintah daerah juga dituntut dapat mengelola keuangan daerahnya sendiri yang didapat dari kekayaan alam yang dimiliki daerah tersebut. Dengan begitu pemerintah daerah diharapkan dapat menggali potensi yang dimilikinya guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), sehingga nantinya mampu untuk membiayai segala kebutuhan untuk membangun daerahnya masing-masing. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ialah penerimaan daerah yang berasal dari sumber-sumber penerimaan yang ada di masing-masing daerah, pendapatan tersebut didapatkan dari penerimaan pemungutan pajak dan retribusi darah, hasil dari perusahaan milik daerah, penerimaan dari dinas dinas, dan dari penerimaan lainnya yang termasuk dalam pendapatan asli daerah yang sah. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD) diggunakan sebagai tolok ukur penyelenggaraan pemerintahan, dimana semakin tinggi Pendapatan Asli Daerah maka pemerintah dinilai mampu melaksanakan kemandirian otonomi daerah.

Sumber yang paling utama dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pajak daerah, yang mana pajak daerah tersebut memiliki peran dalam membiayai jalannya pemerntahan dan juga pembangunan daerah.

Menurut Mahmudi (2010) “Pajak Daerah merupakan sumber utama Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pajak daerah berguna dalam meningkatkan kemampuan penerimaan PAD dan juga mendorong laju pertumbuhan ekonomi daerah”. Pajak bagi pemerintah daerah berperan sebagai sumber pendapatan yang utama dan juga sebagai alat pengatur. Pajak sebagai salah satu sumber pendapatan daerah digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah, seperti membiayai administrasi pemerintah, membangun dan memperbaiki infrastruktur, menyediakan fasilitas pendidikan dan kesehatan dan membiayai kegiatan pemerintah daerah.

Kota Batu merupakan kota Baru yang ada di Provinsi Jawa Timur. Pemerintah Daerah Kota Batu baru terbentuk pada tahun 2001, dimana Kota Batu termasuk salah satu daerah otonomi yang diberikan wewenang untuk mengatur dan mengelola rumah tangga daerahnya sendiri. Seiring dengan berjalannya otonomi daerah, Kota Batu

(4)

diharapkan mampu mengeloladan memaksimalkan potensi yang dimiliki untuk kelangsungan dan kemajuan daerah Kota Batu itu sendiri. Kota Batu merupakan salah satu kota di Jawa Timur yang terkenal dengan tempat wisatanya ataupun aktivitas wisatanya yang dikenal dengan sebutan Kota Apel. Dalam mendorong pembangunan ekonominya, pemerintah Kota Batu harus memiliki kemampuan untuk dapat mengembangkan potensi-potensi ekonomi yang dimiliki wilayahnya secara efektif dan efisien. Salah satu potensi yang dapat dioptimalkan yaitu terletak pada pajak hotel.

Tabel 1.1: Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pajak Daerah Kota Batu Tahun 2011-2015 TAHUN PENERIMAAN PAJAK

HOTEL

PENERIMAAN PAJAK DAERAH

KONTRIBUSI PAJAK HOTEL TERHADAP PENERIMAAN

PAJAK DAERAH

2011 Rp 3.365.076.772 Rp 19.404.220.619 17,34 %

2012 Rp 5.244.491.392 Rp 28.187.860.661 18,61 %

2013 Rp 6.592.700.658 Rp 44.853.946.415 14,70 %

2014 Rp 14.390.391.081 Rp 62.807.445.882 22,91 %

2015 Rp 16.533.613.716 Rp 83.680.994.901 19,76 %

Sumber: Dinas Pendapatan Kota Batu, diolah.

Dari data di atas dapat diketahui bahwa kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah dari tahun 2011 hingga tahun 2015 sangat fluktuatif. Dimana kontribusi terendah terjadi pada tahun 2013 dengan persentase 14,70% kontribusi terbesar terjadi pada tahun 2014 dengan persentase 22,91%. Pada Tahun 2014 penerimaan pajak hotel mengalami kenaikan yang sangat signifikan sehingga memberikan kontribusi yang semakin tinggi terhadap pendapatan daerah, hal ini dikarenakan adanya pemeriksaan keuangan maupun kinerja yang dilakukan oleh Badan Pengawas Keuangan (BPK) sehingga Dispenda membenahi laporan keuangannya dan melakukan pengendalian intern untuk memperbaiki kinerja organisasi. Untuk penerimaan pajak hotel, diadakan observasi langsung menuju objek pajak untuk dilakukan pengawasan terutama bagi pengusaha hotel yang belum membayar pajak dan belum mempunyai NPWP (Nathania,2016). Tingkat kontribusi Pajak Hotel di Kota Batu memang sangat fluktuatif bahkan cenderung mengalami penurunan, tapi hal tersebut terjadi karena tingkat penerimaan PAD yang setiap tahunnya selalu meningkat pula. Sehingga hal tersebut bukan berarti menandakan penurunan potensi dari Pajak Hotel di Kota Batu. Hal tersebut bisa dilihat dari penerimaannya yang selalu meningkat setiap tahunnya seperti yang akan tersaji di data berikut ini:

Tabel 1.2: Efektivitas Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Terhadap Target Penerimaan Pajak Hotel

TAHUN TARGET PENERIMAAN PAJAK HOTEL

REALISASI PAJAK HOTEL

EFEKTIVITAS REALISASI TERHADAP TARGET PENERIMAAN PAJAK HOTEL 2011 Rp 3.000.000.000 Rp 3.365.076.772 112,17 %

2012 Rp 4.300.000.000 Rp 5.244.491.392 121,96 % 2013 Rp 5.359.000.000 Rp 6.592.700.658 123,02 % 2014 Rp 9.025.000.000 Rp 14.390.391.081 159,45 %

2015 Rp 13.930.000.000 Rp 16.533.613.716 118,69 %

Sumber: Dinas Pendapatan Kota Batu, diolah.

Dari data di atas, dapat dilihat bahwa target penerimaan Pajak Hotel di Kota Batu yang sudah ditetapkan sebelumnya selalu tercapai bahkan dapat terlampaui dengan tingkat pencapaian yang tinggi. Dengan kata lain, realisasi penerimaan Pajak Hotel di Kota Batu dapat dikatakan sangat efektif. Dalam 5 tahun terakhir target Pajak Hotel dapat dicapai bahkan terlampaui dengan nilai yang tinggi. Hal ini tentu menunjukkan suatu hal yang positif karena Pajak Hotel dapat menjadi salah satu sumber pendapatan yang dapat diandalkan oleh Kota Batu dengan selalu tercapainya target yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan selalu tercapainya target yang telah ditetapkan dalam waktu lima tahun terakhir, diharapkan target yang telah ditentukan sesuai dengan potensi yang ada di Kota Batu. Sehingga dengan adanya potensi yang besar maka dapat meningkatkan penerimaan pajak hotel yang maksimal yang pada akhirnya akan berkontribusi dalam peningkatan penerimaan daerah.

(5)

Menurut Yoeti (2008) kunjungan wisatwan mancanegara atau nusantara merupakan sumber penerimaan bagi daerah atau negara, baik dalam bentuk devisa atau penerimaan pajak dan retribusi lainnya, disamping dapat meningkatkan kesempatan kerja. Wisatawan yang tiba disuatu negara asing, baik secara individu maupun kelompok, apapun tujuan perjalanannya akan membelanjakan uangnya selama menetap di daerah tujuan untuk membayar jasa- jasa atau barang wisata dan membeli jasa-jasa atau barang yang tidak berkaitan dengan wisata. Semakin banyak jumlah wisatawan dan semakin lama wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut, paling sedikit untuk keperluan makan, minum, dan penginapan selama tinggal di daerah tersebut (Salah, 2003).

Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah, maka program pengembangan dan pemanfaatan sumber daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi.

Pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan.

Pembangunan sektor pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik (Spillane, 1994).

Perkembangan pariwisata juga mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kegiatan pariwisata menciptakan permintaan, baik konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan kegiatan produksi barang dan jasa. Selama berwisata, wisatawan berbelanja, sehingga secara langsung menimbulkan permintaan pasar barang dan jasa. Selanjutnya wisatawan secara tidak langsung menimbulkan permintaan akan barang modal dan bahan untuk berproduksi memenuhi permintaan wisatawan akan barang dan jasa tersebut. Dalam usaha memenuhi permintaan wisatawan diperlukan investasi di bidang transportasi dan komunikasi, perhotelan dan akomodasi lain, industri kerajinan dan industri produk konsumen, industri jasa, rumah makan restoran dan lain-lain (Spillane, 1994).

Dalam meningkatkan penerimaan pajak hotel selain objek pajak yang dibutuhkan maka perlu adanya subjek pajak yaitu penduduk atau masyarakat. Penduduk merupakan unsur penting dalam penerimaan pajak, penduduk merupakan potensi bagi pemerintah untuk dapat menghasilkan PAD. Pertumbuhan penduduk dianggap sebagai salah satu faktor positif dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Banyaknya jumlah penduduk akan memacu kegiatan produksi dan konsumsi, dari penduduk inilah yang akan menimbulkan permintaan agregat. Pada gilirannya, peningkatan konsumsi agregat memungkinkan usaha-usaha produktif berkembang, begitu pula perekonomian secara keseluruhan (Seetharam, dalam Putri, 2013).

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang

“ANALISIS POTENSI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK HOTEL (STUDI KASUS KOTA BATU TAHUN 2008-2015)

B. KAJIAN PUSTAKA Otonomi Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah, mengartikan otonomi daerah sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Sedangkat menurut Kaloh (2007:13) mengartikan “otonomi daerah sebagai suatu instrumen politik dan instrumen administrasi/manajemen yang digunakan untuk mengoptimalkan sumber daya lokal sehingga dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemajuan masyarakat di daerah, terutama menghadapi tantangan global, mendorong pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat, dan mengembangkan demokrasi”.

Pengertian Pajak Secara Umum

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam Mardiasmo (2009), pengertian pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang bersifat memaksa dengan tiada mendapat jasa imbal balik langsung yang dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Defenisi tersebut kemudian disempurnakan, menjadi pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengluaran rutin dan “surpus”-nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

Pajak Daerah

Pada Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menyatakan bahwa

“pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang atau pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, imbalan tidak diberikan secara langsung tetapi digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan kesejahteraan publik”.

(6)

Pajak Hotel

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, menyatakan bahwa pajak hotel ialah pajak yang diterima dari adanya pelayanan yang telah disediakan oleh hotel. Sedangkan menurut Siahaan (2005), pajak hotel ialah suatu pungutan yang disebabkan adanya pelayanan hotel. Selanjutnya menurut Kurniawan (2006) “hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk menginap/istirahat, memperoleh pelayanan, dan atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran.

Hubungan Jumlah Wisatwan Terhadap Pajak Hotel

Menuruut Yoeti (2008) kunjungan wisatwan mancanegara atau nusantara merupakan sumber penerimaan bagi daerah atau negara, baik dalam bentuk devisa atau penerimaan pajak dan retribusi lainnya, disamping dapat meningkatkan kesempatan kerja. Wisatawan yang tiba disuatu negara asing, baik secara individu maupun kelompok, apapun tujuan perjalanannya akan membelanjakan uangnya selama menetap di daerah tujuan untuk membayar jasa- jasa atau barang wisata dan membeli jasa-jasa atau barang yang tidak berkaitan dengan wisata. Semakin banyak jumlah wisatawan dan semakin lama wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut, paling sedikit untuk keperluan makan, minum, dan penginapan selama tinggal di daerah tersebut (Salah, 2003).

Hubungan Sektor Pariwisata Terhadap Pajak Hotel

Pengaruh sektor pariwisata terhadap pajak hotel ialah berjalan melalui pegaruh sektor pariwisata terhadap PDRB. PDRB merupakan salah satu faktor penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah tertentu dalam suatu periode tertentu. Apabila nilai PDRB mengalami peningkatan maka akan membawa pengaruh positif pada kenaikan penerimaan daerah. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pula kemampuan sesorang untuk membayar berbagai pungutan yang ditetapkan pemerintah, sehingga semakin tinggi pula kemampuan masyarakat daerah tersebut untuk membayar pajak daerah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan pemerintah (Davey dalam Prakoso, 2005).

Hubungan Jumlah Penduduk Terhadap Pajak Hotel

Menurut Siahaan (2005) penduduk merupakan salah satu faktor yang signifikan berpengaruh terhadap jumlah penerimaan pajak hotel. Penduduk mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi, selain itu keberadaan penduduk terlibat secara langsung dalam kegiatan dan usaha dibidang ekonomi. Sementara disisi lain penduduk juga merupakan sasaran obyek pajak. Sebagai salah satu sasaran obyek pajak, perkembangan penduduk akan mempengaruhi jumlah penerimaan pajak, terutama pajak daerah. Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka akan mempengaruhi luas obyek jumlah pajak sehingga akan meningkatkan penerimaan pajak hotel.

Menurut Arianto (2014), dengan meningkatnya jumlah penduduk maka semakin banyak penduduk yang menikmati jasa pelayanan yang diberikan pemerintah maupun pihak swasta yang menjadi sumber pendapatan daerah salah satunya pelayanan hotel. Sehingga penduduk akan mengeluarkan sebagian penghasilannya untuk membayar jasa pelayanan atas hotel dan akan semakin meningkat pajak hotel yang diterima oleh pemerintah.

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan di atas, dengan adnya otonomi dan sdesentralisasi fiskal yang berlandaskan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 maka setiap daerah diberikan kewenangan untuk mengurus dan mengelola sendirii kekayaan yang dimiliki dengan harapan pemerintah daerah mampu menggali potensi yang ada di daerahnya guna meningkatkan pendapatan daerah yang dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan setiap daerah masing-masing. Pajak daerah merupakan salah satu sumber potensial penerimaan daerah. Salah satu pajak daerah yang sangat potensial dalam penerimaannya adalah pajak hotel. Dalam pelaksanaan pemungutannya maka harus diupayakan memaksimalkan pajak hotel, salah satunya dengan menghitung besarnya potensi pajak hotel agar penerimaan pajak yang diperoleh benar-benar menggambarkan potensi yang sebenarnya. Penerimaan pajak hotel dipengaruhi oleh jumlah wisatawan, PDRB sektor pariwisata dan jumlah penduduk.

C. METODE PENELITIAN Ruang lingkup penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini ialah untuk melihat bagaimana pengaruh potensi penerimaan pajak hotel terhadap pertumbuhan sektor pariwisata di kota batu dalam kurun waktu sembilan tahun yaitu dari tahun 2008

(7)

hingga 2015. Objek analisis dalam penelitian ini ialah potensi pajak hotel dan juga pertumbuhan sektor pariwisata kota batu. Pengolahan data pada pnelitian ini menggunakan software spss.

Jenis penelitian

Untuk menganalisis tentang pengaruh jumlah wisatawan, PDRB sektor pariwisata dan jumlah penduduk terhadap penerimaan pajak hotel di Kota Batu menggunakan pendekatan deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

Jenis Data dan Sumber Data

Penilitian ini menggunakan data sekunder berupa data penerimaan pajak hotel, jumlah wisatawan, PDRB sektor pariwisata, jumlah penduduk di Kota Batu tahun 2008-2015. Data jumlah wisatawan, PDRB sektor pariwisata, jumlah penduduk didapatkan dari Kota Batu Dalam Angka yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik. Selanjutnya untuk data penerimaan pajak hotel, jumlah hotel, jumlah kamar dan tarif kamar di dapatkan dari Dinas Pendapatan Kota Batu.

Definisi Operasional Variabel

Berikut ringkasan definisi operational variabel yang digunakan untuk melakukan penelitian.

a. Pajak hotel (Y), adalah pajak atas pelayanan yang telah disediakan oleh hotel. Penerimaan pajak hotel dalam penelitian ini adalah total penerimaan pajak hotel di Kota Batu pada tahun 2008 sampai tahun 2015 dengan satuan rupiah.

b. Jumlah wisatawan (X1) adalah keseluruhan jumlah pengunjung wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara yang berkunjung di Kota Batu dengan satuan jiwa dari tahun 2008-2015

c. Sektor Pariwisata (x2) diukur dari sektor pariwisata dalam PDRB Atas Dasar Konstan (ADHK) tahun 2000 dan 2010 dan dalam bentuk persentase.

d. Jumlah penduduk (X3), yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah penduduk atau orang yang menetap secara keseluruhan yang ada di wilayah Malang Raya pada tahun 2006 sampai tahun 2015 dinyatakan dalam jumlah jiwa per tahun.

Metode Analisis Data a. Analisis potensi

Analisis perhitungan potensi digunakan untuk menilai seberapa besar potensi penerimaan pajak sesungguhnya yang terdapat pada suatu daerah. Cara Perhitungan potensi pajak hotel dapat dirumuskan sebagai berikut:

Yang pertama, menentukan rata-rata tarif kamar yang dapat dihitung menggunakan rumus (Nathania, 2016):

( ) ( ) ( ) Keterangan:

X1 = Jumlah kelas kamar suite X2 = Jumlah kelas kamar deluxe X3 = Jumlah kelas kamar standart Y1 = Tarif kamar suite

Y2 = Tarif kamar deluxe Y3 = Tarif kamar standart Z = Total jumlah kamar

Berdasarkan data yang ada yaitu jumlah hotel, klasifikasi hotel, tarif kamar rata-rata, jumlah hari dan tingkat hunian kamar, maka potensi pajak hotel dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut Mahmudi (2010):

PPH = (JK x TK x JH x TH) x 10%

Keterangan:

PPH = Potensi Pajak Hotel JK = Jumlah Kamar

(8)

TK = Tarif Kamar Rata-Rata JH = Jumlah Hari

TH = Tingkat Hunian Kamar 10% = Tarif Pajak Hotel

b. Analisa Regresi Linier Berganda

Dalam penelitian ini model analisis yang digunakan merupakan model regresi berganda untuk mengetahui apakah variabel independen (Jumlah wisatawan, sektor pariwisata dan jumlah penduduk) mempengaruhi penerimaan pajak hotel di Kota Batu. Persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:

PH= α + β1 JW+ β2 SP + β3 JP + e Keterangan:

PH = Pajak Hotel α = Konstanta

β1,… β3 = Koefisien Regresi JW = Jumlah Wisatawan SP = Sektor Pariwisata JP = Jumlah Penduduk

e = variabel penggangu (error of term)

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan Potensi Penerimaan Pajak Hotel

Perhitungan potensi pajak hotel ini dilakukan pada semua hotel yang ada di Kota Batu. Dengan berdasarkan data tarif rata-rata yang telah dihitung sebelumnya dan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) yang ada di BPS maka perhitungan potensi pajak hotel dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.1 Perbandingan Potensi Pajak Hotel dengan Realisai Pajak Hotel Kota Batu Tahun 2008-2015

Tahun Pajak Hotel

Potensi Realisasi Potential loss %

2008 Rp 35.582.052.575 Rp 2.107.860.000 Rp 33.474.192.575 94,1

2009 Rp 38.003.744.162 Rp 2.071.255.000 Rp 35.932.489.162 94,5

2010 Rp 43.650.520.205 Rp 2.674.676.000 Rp 40.975.844.205 93,9

2011 Rp 49.863.162.108 Rp 3.365.077.000 Rp 46.498.085.108 93,3

2012 Rp 62.097.948.990 Rp 5.244.491.000 Rp 56.853.457.990 91,6

2013 Rp 67.468.983.585 Rp 6.592.700.658 Rp 60.876.282.927 90,2

2014 Rp 68.114.935.492 Rp 14.390.391.081 Rp 53.724.544.411 78,9

2015 Rp 78.785.541.996 Rp 16.533.613.716 Rp 62.251.928.280 79,0

TOTAL Rp443.566.889.113 Rp52.980.064.455 Rp390.586.824.658 88,1 Sumber: peneliti, diolah

Berdasarkan data dari Dinas Pendapatan Kota Batu total dari realisasi penerimaan pajak hotel selama tahun 2008-2015 sebesar Rp 52.980.064.455, sedangkan total potensi sebenarnya yang dapat diterima sebesar Rp 443.566.889.113. Secara total potensi pajak hotel yang belum dimaksimalkan sebanyak 88,1% terhitung sejak tahun 2008 hingga 2015. Jika dilihat dari persentase kehilangannya, potensi yang hilang setiap tahunnya mengalami penurunan mulai tahun 2009 hingga 2015. Yang mana pada tahun 2008 potensi pajak hotel yang hilang adalah sebesar 94,1 % selanjutnya pada tahun 2009 potensi pajak yang hilang sebesar 94,5%. Setelah tahun 2009 potensi pajak yang hilang semakin menurun hingga tahun 2014 sebesar 78,9%. Hal ini menunjukkan bahwa potensi pajak hotel di Kota Batu setiap tahunnya dioptimalkan meskipun masih banyak terjadi potensi yang hilang

(9)

Analisis Data

Model regresi yang digunakan terbebas dari asumsi klasik yang menunjukkan bahwa model yang digunakan bebas dari BLUE. Best Linier Unbias Estimator). Uji asumsi klasik yang digunakan terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi dan uji multikolinearitas. Pengujian asumsi klasik pada penelitian ini menggunakan SPSS 20.

Regresi Linier Berganda

Berdasarkan hasil regresi yang dilakukan maka diperoleh rumus sebagai berikut : PH= -9,628 + 0,031 JW+ 1,575 SP + 0,749 JP + e

Dari persamaan di atas dapat diinterpretasikan hasil regresi dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

a. Nilai konstanta sebesar -9,628. Hal ini berarti bahwa ketika variabel bebas sebesar 0 atau konstan, maka nilai dari penerimaan pajak hotel sebesar -9,628.

b. Koefisien regresi dari Jumlah Wisatawan (JW) sebesar 0,031. Hal ini berarti bahwa adanya hubungan positif antara jumlah wisatawan dengan penerimaan pajak hotel. ketika jumlah wisatawan meningkat sebesar 1 jiwa maka penerimaan pajak hotel akan meningkat sebesar 0,031.

c. Koefisien regresi dari Sektor Pariwisata (SP) sebesar 1,575. Hal ini berarti bahwa adanya hubungan positif antara jumlah wisatawan dengan penerimaan pajak hotel. ketika jumlah wisatawan meningkat sebesar Rp 1 maka penerimaan pajak hotel akan meningkat sebesar 1,575.

d. Koefisien regresi dari Jumlah Penduduk (JP) sebesar 0,749. Hal ini berarti bahwa adanya hubungan positif antara jumlah wisatawan dengan penerimaan pajak hotel. ketika jumlah wisatawan meningkat sebesar 1 jiwa maka penerimaan pajak hotel akan meningkat sebesar 0,749.

Uji Simultan / Uji F

Berdasarkan hasil Uji F yang dilakukan didapatkan nilai Sig. sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Sig. (0,000) < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah wisatawan, sektor pariwisata dan jumlah penduduk secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak hotel di Kota Batu.

Koefisien Determinasi ( )

Berdasarkan hasil regresi linear berganda diperoleh hasil yang menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,691 dan nilai adj R2 sebesar 0,658. Nilai Adj R2 tersebut lebih akurat digunakan apabila jumlah varaiebl independen lebih dari dua variabel.

Tabel 4.2: Hasil Uji t

Variabel Sig. t Keterangan

Jumlah Wisatawan (X1) 0,952 Tidak Signifikan Sektor Pariwisata (X2) 0,043 Signifikan Jumlah Penduduk (X3) 0,032 Signifikan Sumber: Output SPSS 20.

Pembahasan

a. Dari Uji t didapatkan bahwa nilai sig. t untuk variabel Jumlah Wisatawan (JW) sebesar 0,952. Hal ini berarti nilai Sig t (0,952) lebih besar dari alpha (0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah

wisatawan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak hotel.

b. Dari Uji t didapatkan nilai sig. t untuk variabel Sektor Pariwisata (SP) sebesar 0,043. Hal ini berarti nilai Sig t (0,043) lebih kecil dari alpha (0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel sektor pariwisata

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak hotel.

c. Dari Uji t didapatkan nilai sig. t untuk variabel Jumlah Penduduk (JP) sebesar 0,032. Hal ini berarti nilai Sig t (0,032) lebih kecil dari alpha (0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah penduduk

berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan Pajak Hotel (Y).

(10)

E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan dari penelitian dan pembahasan terkait “ANALISIS POTENSI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK HOTEL (STUDI KASUS KOTA BATU TAHUN 2008-2015)”

dapat disimpulkan bahwa:

a. Potensi penerimaan pajak hotel di Kota Batu selalu mengalami peningkatan secara keseluruhan mulai tahun 2008-2015. Kenaikan ini disebabkan adanya peningkatan objek pajak hotel yang ada di Kota Batu. Namun upaya pemerintah Kota Batu dalam mengelola potensi penerimaan pajak hotel belum maksimal karena realisasi pajak hotel masih jauh di bawah potensi yang ada. Selama kurun waktu 2008-2015 potential loss sebesar Rp390.586.824.658 atau sebesar 88,1% dari potensi secara total. Hal ini dikarenakan kurangnya aparatur pajak yang menangani terkait pajak hotel, kurangnya pengawasan dari aparatur pajak, adanya penyelewengan dari oknum yang tidak bertanggung jawab dengan cara melakukan pungutan liar, dan juga wajib pajak yang cenderung menghindari membayar pajak.Selain permasalahan yang sudah disebutkan di atas terdapat pemasalahan yang lebih penting terkait sistem administrasi pemungutan pajak hotel yang masih rumit dan SDM yang masih kurang berkompeten. Hal ini berpengaruh kepada pungutan pajak yang cenderung dibebani oleh biaya pungut yang lebih besar. Salah satu sebab rendahnya pemungutan pajak dikarenakan Pemerintah Kota Batu menetapkan sistem target dalam pungutan pajak hotel sehingga daerah lebih condong memenuhi target tersebutwalaupun dari sisi potensi yang dimiliki sebenarnya penerimaan pajak hotel dapat melampaui target yang telah ditentukan.

b. Ketiga variabel independen yaitu jumlah wisatawan, sektor pariwisata dan jumlah penduduk secara bersama- sama berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak hotel di Kota Batu.

c. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah wisatawan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak hotel di Kota Batu. Hal ini dikarenakan banyak wisatawan yang berkunjung ke Kota Batu, namun sebagian besar tidak menginap di hotel. Bahkan mereka tidak menginap di hotel melainkan di rumah kerabat yang ada di Kota Batu.

d. Hasil penelitian menunjukkan Sektor Pariwisata memberikan pengaruh terhadap penerimaan pajak hotel di Kota Batu. Semakin banyak jumlah PDRB sektor pariwisata maka jumlah penerimaan pajak hotel juga semakin meningkat. Hal ini dikarenakan meningkatnya sektor pariwisata secara otomatis akan meningkatkan PDRB. Dimana PDRB selain sebagai indikator pertumbuhan ekonomi, PDRB juga sebagai indikator tingkat kemakmuran. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa PDRB memberikan pengaruh dalam penerimaan pajak hotel.

e. Variabel jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak hotel di Kota Batu.

Ha ini dikarenakan penduduk merupakan salah satu subyek pajak, yang mana mereka akan mengeluarka pendapatannya untuk membayar pajak atas jasa timbal balik terhadap pelayanan yang diberikan oleh pemerintah.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka saran yang dapa disajikan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

a. Bagi Dinas Pendapatan Kota Batu perlu melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak guna meningkatkan penerimaan pajak daerah khususnya pajak hotel, dimana salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah menjaring wajib pajak yang belum terdaftar, menggali potensi pajak hotel yang maksimal melalui intensifikasi pajak serta mengenakan sanksi pajak jika terdapat kesalahan sehingga wajib pajak dapat mewujudkan kepatuhan pajaknya.

b. Meningkatkan kepatuhan membayar pajak dengan cara melakukan kampanye sadar pajak, membuat poster tentang pajak, dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat sesering mungkin dalam memberitahukan pajak.

c. Pembentukan tim khusus untuk manangani masalah pajak hotel, mulai dari pendataan wajib pajak, perubahan jumlah kamar hotel, dan perubahan tarif kamar yang terbaru selama 3 bulan sekali atau 6 bulan sekali. Dengan begitu dapat diketahui potensi pajak hotel yang sebenarnya guna menetapkan target penerimaan pajak hotel untuk tahun yang akan datang.

(11)

d. Bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian ini diiharapkan untuk menyempurnakannya yaitu dengan menambah variabel yang lain yang dapat mendukung pertumbuhan sektor pariwisata di Kota Batu sehingga penelitian tersebut dapat lebh berkembang dan memperluas wawasan.

Daftar Pustaka

Arianto, Puspita Suci. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Hotel Di Kota Surabaya. Jurnal Ilmu & Riset Akuntans, vol. 3 no. 1.

Kaloh, J. 2007. Mencari Bentuk Otonomi Daerah Suatu Solusi Dalam Menjawab Kebutuhan Lokal dan Tantangan Global. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Kurniawan, Panca dan Agus Purwanto. 2006. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia. Malang: Anggota IKAPI Jatim

Mardiasmo. 2009. Perpajakan 2009. Yogyakarta: Penerbit Andi

Nathania, Yohana. 2016. Analisis Laju Pertumbuhan, Potensi dan Kontribusi Penerimaan Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Batu Tahun 2011-2014. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, Vol 4 (No.2).

Prakoso, Kesit Bambang. 2005. Pajak dan Retribusi Daerah Edisi Revisi. Yogyakarta: UII Press Yogyakarta (Anggota IKAPI).

Putri, Phany Ineke. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak. Journal of Economics and Policy (JEJAK): Vol 6 No.3

Salah, Wahab. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Siahaan, P. Marihot. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Spillane, J. 1994. Pariwisata Indonesia (Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan). Yogyakarta : Kanisius.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Yoeti, Oka. 2008. Ekonomi Pariwisata. Jakarta: Kompas.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana potensi penerimaan Pajak Hotel dan Pajak Restoran di Kota Bandar Lampung, serta membandingkan

Pengaruh Jumlah Wisatawan Terhadap'''' Penerimaan Pajak

mengadakan penelitian terhadap laporan Dinas pariwisata tentang jumlah wisatawan, Laporan Dinas Perijinan terhadap Hunian Hotel dan pertumbuhan Hotel , dan penerimaan pajak

Hasil pengujian dengan regresi berganda menemukan bahwa besarnya pengaruh jumlah wisatawan, jumlah hotel, dan tingkat hunian hotel terhadap penerimaan pajak hotel di Kota

Sehubungan dengan adanya perbedaan hasil penelitian dari penelitian terdahulu, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai “Analisis Potensi dan Efektifitas Pajak

1) Pajak Hotel yang dimaksud adalah Sejumlah uang yang harus dibayar oleh wajib pajak hotel kepada Dinas Pendapatan Daerah atas pendapatan hotel.. 2) Potensi adalah

Hasil pengujian dengan regresi berganda menemukan bahwa besarnya pengaruh jumlah wisatawan, jumlah hotel, dan tingkat hunian hotel terhadap penerimaan pajak hotel di Kota

Dari hasil analisis data didapatkan hasil beberapa faktor analisis yang mempengaruhi dan tidak mempengaruhi penerimaan pajak hotel kota surabaya tahun 2014-2017 antara lain :