• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PROGRAM LAFADZ DAN NAGHAM SEBAGAI MEDIA DAKWAH DI TVRI SUMATERA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "ANALISIS PROGRAM LAFADZ DAN NAGHAM SEBAGAI MEDIA DAKWAH DI TVRI SUMATERA BARAT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PROGRAM LAFADZ DAN NAGHAM SEBAGAI MEDIA DAKWAH DI TVRI SUMATERA BARAT

Rahmat Hafizullah, Ali Nupiah.

Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah UIN Mahmud Yunus Batusangkar, Kode Pos 27263

e-mail: [email protected]

Copyright © 2023

Abstract: Television media broadcast various da'wah programs, such as religious dialogues, grand recitation programs, films with da'wah messages, and competitions to become preachers. However, keep in mind that the data presented does not cover all da'wah shows on television, given the many national and private television channels in Indonesia. Among the many television da'wah programs, the Lafadz and Nagham programs on TVRI West Sumatra became interesting when researchers found the phenomenon that the material delivered by the preacher contained da'wah messages and there were elements of da'wah in the program. This research will discuss more deeply about the lafadz and nagham programs which are used as propaganda media as well as the elements of da'wah contained in the lafadz and nagham programs on TVRI West Sumatra. This research is a qualitative research. Data collection was carried out using the interview method with program producers Lafadz and Nagham. This study aims to analyze the Lafadz and Nagham Programs as Da'wah Media at TVRI West Sumatra. The research process will describe the lafadz and nagham programs based on the theories put forward by experts and then enter the data obtained through interviews, observation and documentation. Based on the results of the research, it can be concluded from this study that the Lafadz and Nagham programs contain da'wah messages about learning recitation and tahsin of the Qur'an and each segment contains an invitation to the audience to always read and study the Qur'an. The lafadz and nagham programs have 6 elements of da'wah, namely: Da'i, Mad'u, Maddah, Wasilah, Tariqah, Atsar.

Keywords: Media, Dakwah, Program, Nafadz and Nagham.

PENDAHULUAN

eiring perkembangan zaman, media menjadi hal pokok yang tidak dipisahkan dalam kehidupan manusia.

Media sangat berperan dalam berbagai aspek kehidupan seperti budaya, ekonomi, pendidikan, politik dan Agama. McLuhan

(dalam Morissan 2013: 10) menyatakan bahwa media berfungsi sebagai kepanjangan indra manusia pada masing- masing era, yaitu kesukuan (tribal), tulisan (literate), cetak (print), dan elektronik.

Di era modern sekarang ini media menjadi tempat terjadinya komunikasi

S

(2)

dan saling bertukar informasi. komunikasi melibatkan berbagai macam aspek, tanpa komunikasi seseorang tidak akan mendapatkan informasi komunikasi melibatkan komunikator kepada komunikan dan media sebagai perantara komunikasi.

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui suatu media. Melalui komunikasi di media massa, pesan yang disampaikan jangkauan nya lebih luas.

Pada perkembangan teknologi saat ini televisi sangat berkembang pesat hingga masuk ke pelosok-pelosok Indonesia. Hampir seluruh masyarakat telah memiliki televisi. Televisi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat sebab di televisi kita bisa menikmati berbagai hiburan, informasi dan pengetahuan.

Televisi menjadi salah satu media elektronik yang memberikan pengaruh sangat besar pada kehidupan manusia saat ni dimana manusia memiliki minat yang sangat besar dalam menonton televisi.

Banyak masyarakat menghabiskan waktunya hanya untuk menonton televisi.

Dari menonton elevisi masyarakat bisa mendapatkan Informasi, engetahuan dan juga Pesan. Menurut Arif, Samsinah, Mangasing (2017), Televisi merupakan media informasi yang sangat potensial dimana televisi saat ini tidak hanya menyajikan informasi tetapi juga televisi

membentuk perilaku manusia, baik kearah yang positif maupun negatif, baik ataupun yang buruk.

TVRI sebagai stasiun televisi pertama di Indonesia, mulai menyiarkan secara umum pada 24 Agustus 1962, saat upacara pembukaan pesta olahraga asia 1962.

Awalnya, televisi digunakan untuk menyiarkan acara penting seperti Asian Games dan upacara kemerdekaan. Namun seiring pekembangan zaman, program televisi menjadi lebih bervariasi dan mengutamakan hiburan daripada Pendidikan. Asal produksi program juga berubah, awalnya TVRI sering menayangkan secara impor hingga 1980- an, tapi setelah pelarangan iklan pada 1981, program TVRI lebih didominasi oleh acara lokal.

Televisi tidak terlepas dari program- program menarik yang menentukan kemajuan media televisi tersebut. Kebutuhan akan informasi dan hiburan yang tinggi dari masyarakat menuntut pihak media untuk terampil dalam mengolah dan menyajikan program. Salah satunya stasiun di TVRI Sumatera Barat.

TVRI stasiun Sumatera Barat dengan cikal bakal tiga stasiun transmisi yakni Transmisi Padang, Bukit Gompong dan Pandai Sikek. Kemudian pada tahun 1982 berdiri Stasiun Produksi Keliling (SPK), dengan jumlah karyawan 14 orang. Karyawan tersebut berasal dari daerah itu sendiri, dan ditambah dengan mutasi dari stasiun lain.

Stasiun produksi keliling hanya membuat

(3)

paket-paket siaran yang nantinya yang akan dikirim ke stasiun pusat Jakarta untuk di siarkan. Paket tersebut merupakan paket berita, paket hiburan maupun paket wisata.

TVRI Stasiun Sumatra Barat terletak di Jalan Raya By Pass KM 16 Koto Panjang, Padang. TVRI Stasiun Sumatera Barat Diresmikan Sebagai Stasiun Penyiaran pada 19 April 1997, yang diresmikan oleh menteri penerangan yang waktu itu dijabat oleh Harmoko. TVRI Sumatera Barat mengudara secara konsisten selama 4 jam setiap harinya.

Sejak 1 Januari 2005 TVRI Sumatera Barat dinaikkan statusnya dari stasiun penyiaran kelas C menjadi kelas B.

Selama berdirinya stasiun produksi keliling sampai dengan terbentuknya Lembaga penyiaran Publik, dari kurun waktu tahun 1982 sampai sekarang TVRI Stasiun Sumatera Barat telah dipimpin oleh 16 orang Kepala Stasiun.

Sejak awal berdirinya sampai saat ini TVRI Sumatera Barat tidak selalu menayangkan program yang bersifat menghibur, informatif dan mendidik. Program-program

tersebut diantaranya:

1. Entertainment (hiburan): Tamu Istimewa, Ayo Hidup Sehat, Pesona Indonesia

2. News (berita): Sumatera Barat Hari Ini dan Sumbar Bicara

3. Culture (Budaya): Budaya Alam Minangkabau dan jejak islam

4. Life (Kehidupan): Podcast Tampek Maota, Ngopi, Rumah UMKM, Ruang Psikolog.

5. Kids (Anak-anak): Anak Indonesia, dunia anak

6. Sport (olahraga): Lensa Olahraga.

Pada penelian ini program yang diangkat penulis yaitu program Lafadz dan nagham. Alasan penulis mengangkat program ini karena program ini merupakan salah satu program dakwah di TVRI Sumatera Barat yang cocok untuk semua umur termasuk anak-anak yang belajar membaca Al -Quran.

Lafadz dan Nagham merupakan sebuah program baru yang ditayangkan di TVRI Sumatera Barat. Lafadz dan nagham adalah sebuah program yang menayang- kan tentang bagaimana cara membaca alquran yang baik dan benar dengan irama yang tepat sehingga para penonton dapat mempraktekkan di rumah. Program ini mulai ditayangkan pada pertengahan tahun 2022 guna penambahan jam tayang yang awalnya 4 jam sehari menjadi 6 jam dalam sehari. Penambahan jam tayang ini disebabkan karena TVRI Sumatera Barat telah alih status dari stasiun penyiaran kelas C ke kelas B. Program Lafadz dan Nagham tayang setiap hari rabu dan kamis pada pukul 13.00 WIB. Program lafadz dan nagham dibawakan oleh Adilla Marsita dan narasumber Ustadz Farid Fauzi dan Qori. Program ini tentunya bersifat Pendidikan sekaligus dakwah untuk masyarakat agar bisa membaca Al-Quran dengan baik dan dengan irama yang bagus.

Menurut SELASAR KPI

(Nihayatul, H, 2021) Dakwah dalam Al-

(4)

Qur’an berarti ajakan kepada kebaikan, yaitu ajakan kepada agama Islam, membangun masyarakat madani yang qur’ani, selalu dalam amar ma’ruf nahi mungkar. Dakwah merupakan seperangkat aktifitas yang dilakukan oleh setiap muslim sesuai dengan kemampuannya, bertujuan menjadikan seluruh umat manusia meyakini dan mengamalkan ajaran Islam dengan baik dan bertanggung jawab serta diiringi dengan akhlak mulia demi memperoleh kebahagiaan sekarang dan yang akan datang.

Muhyiddin (dalam Ahmad, A, 2013) menjelaskan, sebagai sebuah sarana atau wasilah televisi sebagai media dakwah mempunyai kelebihan dibanding media lain. Kelebihan televisi sebagai media dakwah jika dibandingkan dengan media yang lainya adalah sebagai berikut;

a. Televisi memiliki jangkauan yang sangat luas sehingga ekspansi dakwah dapat menjangkau tempat yang lebih jauh. Bahkan pesan-pesan dakwah bisa disampaikan pada mad’u yang berada di tempat- tempat yang tidak sulit dijangkau.

b. Televisi mampu menyentuh mad’u yang heterogen dan dalam jumlah yang besar. Hal ini sesuai dengan salah satu kharakter komunikasi massa yaitu komunikan yang heterogen dan tersebar. Kelebihan ini jika dimanfaatkan dengan baik tentu akan berpengaruh positif dalam aktifitas dakwah. Seorang da’i yang bekerja

dalam ruang yang sempit dan terbatas bisa menjangkau mad’u yang jumlahnya bisa jadi puluhan juta dalam satu sesi acara.

c. Televisi mampu menampung berbagai varian metode dakwah sehingga membuka peluang bagi para da’i memacu kreatifitas dalam mengembangkan metode dakwah yang paling efektif.

d. Media televisi bersifat audio visual.

Hal ini memungkinkan dakwah dilakukan dengan menampilkan pembicaraan sekaligus visualisai berupa gambar. Dakwah terjadi karena adanya interaksi antara sejumlah unsur, dimana usur-unsur tersebut meliputi:

da’I (komunikator) orang yang menyampaikan pesan, Mad’u (komunikan) penerima pesan, lingkungan dan sarana atau media dakwah. Hukum melaksanakan dakwah adalah wajib bagi setiap muslim, sebagaimana dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 104:

رْيَخْلا ىَل ا َن ْوُعْدَّي ةَّمُا ْمُكْن م ْنُكَتْل َو رَكْنُمْلا نَع َن ْوَهْنَي َو ف ْو ُرْعَمْلا ب َن ْو ُرُمْأَي َو َن ْوُح لْفُمْلا ُمُه َكِٕى ٰۤ لوُا َو

Menurut Hamka (2018) terdapat dua pendapat tentang hukum berdakwah, yaitu fardhu ain dan fardhu kifayah. Fardhu

‘ain adalah kewajiban kepada keluarga sendiri sedangkan fardhu kifayah adalah kewajiban di saat kemungkaran

(5)

merajalela. Pada saat itu, harus ada segolongan umat yang tampil untuk mencegahnya dan menjelaskan kebenaran yang bersumber dari agama, sehingga jangan sampai kejahatan mengalahkan kebaikan. Apabila kejahatan merajalela, lalu semua orang berdiam diri, maka menurut hamka semua orang Islam mengandung dosa.

M. Natsir (dalam Abdullah, 2018) berpendapat bahwa hukum berdakwah adalah wajib sebagaimana yang ter- dapat dalam surat Ali Imran ayat 104 di atas.

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang- orang yang beruntung. Ma'ruf:

segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya."

Menurut Hamka (dalam Abdullah, 2018) terdapat dua pendapat tentang hukum kewajiban berdakwah yaitu fardhu „ain dan fardhu kifayah. Fardhu Menurut M.Natsir, umat islam adalah pendukung amanah untuk meneruskan risalah. Dakwah dalam makna yang luas itu adalah kewajiban yang harus dipikul oleh setiap muslim dan Muslimah dan mukhalaf dan tidak bisa seorang pun menghindar dari kewajiban ini.

Menurutnya, dakwah yang bertumpu pada amr ma‟ruf nahi mungkar merupakan syarat mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup manusia. Ditegaskan bahwa kewajiban ini sebagai pembawa fitrah manusia yang selalu cenderung kepada kebenaran, di samping manusia juga sebagai makhluk yang bermasyarakat.

Jika dakwah berhenti maka kemungkaran akan merajalela. Hamka dan M.Natsir sependapat tentang hukum berdakwah, yaitu wajib atau fardhu.

Menurut Al-Munzir (Aminuddin, 2016,) Proses dakwah terjadi karena adanya interaksi antara sejumlah unsur, unsur-unsur yang dimaksud meliputi: dai (komunikator) atau penyampai dakwah, penerima/pendengar, lingkungan dan sarana/media dakwah. Unsur-unsur tersebut merupakan sebuah sistem yang saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya dalam suatu aktivitas dakwah. Keberhasilan dakwah sangat ditentukan oleh peran dari semua unsur tersebut. Salah satu unsur yang sangat menunjang di dalam proses berlangsungnya dakwah yang dikenal pula dengan istilah media dakwah.

Menurut Aminuddin media dakwah yaitu segala sesuatu yang digunakan atau menjadi menunjang dalam berlansungnya pesan dari komunikan (da’i) kepada khalayak. Atau dengan kata lain bahwa segala sesuatu yang dapat menjadi penunjang/alat dalam proses dakwah yang berfungsi mengefektifkan

(6)

penyampaian ide (pesan) dari komunikator (da’i) kepada komunikan (khalayak).

Batasan ruang dan waktu mulai terhapus karena perkembangan teknologi komunikasi pada era globalisasi saat ini.

Oleh karena itu, masalah teknologi komunikasi menjadi penting dan perlu dikuasai oleh para da'i. Dakwah, pada hakikatnya, adalah proses komunikasi yang melibatkan berbagai media seperti visual, audio, dan terutama media audio visual, termasuk televisi. Dakwah, sebagai bentuk komunikasi agama, harus menghadapi perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi yang semakin maju.

Oleh karena itu, dakwah perlu menyesuaikan diri dengan kemajuan tersebut. Dalam hal ini, dakwah harus disampaikan melalui media komunikasi yang sesuai dengan berbagai audiens yang dihadapi. Perkembangan zaman seiring dengan tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk teknologi komunikasi, berperan sebagai sarana untuk menghubungkan masyarakat dengan masyarakat di tempat lain di dunia.

Salah satu peran penting media adalah sebagai alat untuk menyampaikan pendidikan. Pendidikan publik memegang peranan yang krusial dalam semua aspek kehidupan. Di sini, media tidak hanya memperhatikan pengetahuan umum, tetapi juga pentingnya mendidik tentang agama Islam, yang memiliki peran

besar dalam menanamkan dan menyebarkan nilai-nilai keislaman.

Media televisi menayangkan beragam program dakwah, seperti dialog keagamaan, acara pengajian akbar, film dengan pesan dakwah, dan acara kompetisi untuk menjadi da'i. Namun, perlu diingat bahwa data yang disajikan tidak mencakup keseluruhan tayangan dakwah yang ada di televisi, mengingat banyaknya saluran televisi nasional dan swasta di Indonesia.

Diantara banyaknya program dakwah televisi, program Lafadz dan Nagham di TVRI Sumatera Barat menjadi menarik ketika peneliti menemukan fenomena bahwa materi yang disampaikan oleh da’i yang berisi pesan-pesan dakwah dan adanya unsur- unsur dakwah dalam program tersebut.

Pada penelitian ini akan membahas lebih dalam tentang program lafadz dan nagham yang digunakan sebagai media dakwah. Program lafadz dan nagham seperti yang telah dijelaskan di atas merupakan salah satu program televisi yang ditayangkan di TVRI Sumatera Barat.

Melalui uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis program lafadz dan nagham di TVRI sumatera barat. maka perlu kajian yang komprehensif tentang Analisis Program Lafadz dan Nagham Sebagai Media Dakwah di TVRI Sumatera Barat.

(7)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan jenis metode pendekatan kualitatif deskriptif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan dari pada generalisasi (Sugiyono, 2016:1).

Menurut Sugiyono, (2013) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain, jadi data penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variable itu dengan variable yang lain. (Sugiyono, 2013).

Penelitian ini dilakukan di TVRI Sumatera Barat terletak di Jalan Raya ByPass KM 16 Koto Panjang, Padang dengan cara turun langsung ke lapangan dan menyaksikan tayangan program untuk mengetahui bagaimana program lafadz dan nagham sebagai media dakwah.

Subjek penelitian ini adalah Karyawan TVRI Sumatera Barat, karena peneliti mengganggap bahwa karyawan mampu memberikan keterangan yang dibutuhkan oleh peneliti khususnya dalam hal strategi program lafadz dan nagham.

Sumber data pada penelitian ini ada dua yaitu data primer dan data sekunder.

Pada penelitian ini, jawaban data primer diperoleh dari hasil wawancara dari karyawan TVRI Sumatera Barat. Sumber

data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari data yang sudah ada sebelumnya, dengan sengaja dikumpulkan oleh peneliti yang digunakan untuk melengkapi kebutuhan data penelitian, dan mempunyai hubungan masalah dengan yang diteliti. Dari data yang telah disediakan, peneliti bisa mengakses dan menggunakan terkait data apa yang diinginkan. Data sekunder umumnya didapat dari mencari sumber seperti jurnal, buku, majalah ilmiah, yang berkaitan dengan judul penelitian. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tiga teknik yaitu observasi, wawancara, dan pengambilan dokumen.

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat dinformasikan kepada orang lain.

Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan kita pelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat dicertiakan kepada orang lain (Sugiyono, 2013).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis Miles dan Huberman. Miles dan Huberman mengemukakan aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh (Sugiyono, 2013).

Terdapat tiga unsur dalam kegiatan proses analisis data, diantaranya reduksi

(8)

data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Program Lafadz dan Nagham Sebagai Media Dakwah

Setelah melakukan analisis dengan cara menonton, mengamati dan melakukan analisis terhadap hasil dokumentasi berupa screenshot scene-scene yang mengandung pesan dakwah dan unsur- unsur dakwah, peneliti telah menemukan adegan yang mengandung pesan dakwah dalam program Lafadz dan Nagham dan di analisis menggunakan analisis data serta apa saja unsur-unsur dakwah yang ada dalam program Lafadz dan Nagham.

Program Lafadz dan Nagham tentunya tayang di TVRI Sumatera Barat dan media sosial seperti Youtube, Instagram, Facebook dan Twitter setiap hari senin dan selasa pukul 13.00, media tersebut digunakan untuk menyebarkan pesan dakwah kepada penonton. Hal ini dilakukan agar Dakwah tentunya lebih mudah untuk menjangkau audiens dakwahnya. Karena berbagai media tersebut menjadi media utama dalam masyarakat modern.

Menurut Kustadi, S, (2013), media dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada mad‟u. Salah satu media dakwah yaitu Audiovisual yang merangsang indra pendengaran dan penglihatan atau keduanya, seperti Televisi, film slide,

OHP, Internet dan sebagainya. Televisi dan media sosial lainnya merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dakwah sehingga dapat memberikan manfaat yang sangat efektif bagi masyarakat yang sangat luas. program Lafadz dan Nagham tayang selama 60 menit dengan 3 segmen dan setiap segmen berisi dialog-dialog yang sangat memotivasi penonton dengan bacaan Al- Qur’an.

Lafadz dan Nagham merupakan merupakan program Pendidikan Al- qur’an yang berisikan dialog-dialog dan bertukar pikiran secara langsung antara Da’I dan pembawa acara, dialog tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan yang membahas Ilmu Tajwid dan tahsin sehingga da’i menjawab dengan memberikan penjelasan kepada pembawa acara dan penonton. Hal ini dilakukan dengan cara berdiskusi antara pembawa acara dan da’I saat program Lafadz dan Nagham di tayangkan, sebagaimana yang dikatakan oleh Ropingi, E, I, (2016), boleh dibilang khitabah (ceramah/pidato), dan hiwalah (dialog/diskusi) merupakan suatu media penyampai pesan yang dilakukan di awal dakwah Islamiyah.

Media Audiovisual seperti televisi, youtube, Instagram, Twitter, Facebook dll, digunakan sebagai media dakwah untuk menyiarkan program Lafadz dan Nagham yang bertujuan agar orang-orang di luar Sumatera Barat juga bisa menonton dan menerima pesan-pesan dakwah dalam program tersebut dengan tujuan untuk

(9)

berdakwah kepada orang luar, karena masyarakat yang beragama islam bukan hanya masyarakat Sumatera Barat saja.

Unsur-unsur Dakwah program Lafadz dan Nagham

a. Da’i

Da’i adalah orang yang bertindak menyampaikan dakwah, orang yang menyampaikan pesan dakwah kepada pendengar atau objek dakwah. Berhasil atau tidaknya suatu dakwah tergantung dari bagaimana da’i menyampaikan dakwah tersebut agar tersampaikan dengan baik kepada objek dakwah, da’i merupakan peranan penting dalam dakwah.

Pada program lafadz dan nagham Da’i atau pelaku dakwah biasanya di panggil dengan sebutan ustadz. ustadz yang akan mejelaskan materi yang akan disampaikan kepada penonton. Ustadz akan diberikan oleh pembawa Acara sebuah pertanyaan seputar materi yang dibahas pada episode terebut kemudian ustadz menjawab dengan memberikan penjelasan sekaligus akan memberi motivasi kepada pemirsa agar sungguh sungguh dalam mempelajari Al-quran.

b. Mad’u (Penerima Dakwah)

Pada umumnya yang menjadi Mad’u dalam program Lafadz dan Nagham adalah masyarakat Sumatera Barat, dikarenakan masyarakat Sumatera Barat itu agamis dan mayoritas beragama Islam sehingga program yang

berhubungan dengan pelajaran agama banyak yang menonton. Program ini tidak hanya tayang di televisi tetapi juga tayang di berbagai media sosial TVRI Sumatera Barat sehingga orang- orang di luar Sumatera Barat pun bisa menyaksikan program Lafadz dan Nagham ini.

c. Maddah (materi dakwah) 1) Masalah Akidah

Pada program Lafadz dan Nagham ini masalah akidahnya yaitu amal perbuatan. Membaca Al-quran termasuk ibadah-ibadah pokok yang merupakan kewajiban yang harus kita lakukan setiap hari, contoh nya saat shalat pasti membaca ayat-ayat Al-Quran. Program Lafadz dan Nagham ini mengajak kita untuk memperhatikan hal tersebut, karena mempelajari Al-qur’an wajib bagi kita sebagai umat Islam.

2) Masalah Syari’ah

Pelaksanaan syari’ah merupakan sumber yang melahirkan peradaban islam, yang melestarikan dan melindungi sejarah.

Pada program Lafadz dan Nagham berisi materi yang umumnya membahas masalah syari’ah yang memberikan materi bagaimana hukum-hukum dalam membaca Al- qur’an di antanya dibolehkan (mubah), dianjurkan (mandup), tidak dilakukan (makruh).

Contohnya ketika Ustadz

(10)

menjelaskan kesalahan dalam membaca Al- Qur’an, jika kita membaca Al-qur’an itu sampai menukar hurufnya maka akan menukar artinya dan itu akan menyebabkan kita berdosa.

3) Akhlak Masalah

Materi akhlak ini diorientasikan untuk dapat menentukan baik dan buruk, akal, dan kalbu berupaya untuk menemukan standar umum melalui kebiasaan masyarakat.

Karena ibadah dalam Islam sangat erat kaitanya dengan akhlak.

d) Wasilah (Media dakwah)

Berikut adalah media yang digunakan oleh TVRI Sumatera Barat untuk menyiarkan program Lafadz dan Nagham:

1. Instagram

Program lafadz dan nagham juga diposting pada akun sosial media Instagram @tvrisumbar. TVRI Sumatera Barat menggunakan instagram sebagai media untuk mempromosikan program lafadz dan nagham. Dengan mempromosikan program lafadz dan nagham pada media instagram akan menarik minat penonton untuk menyaksikan tayangan program lafadz dan nagham.

Sebelum ditayangkan di instagram, terlebih dahulu akan disebarkan banner dari program ini yang bertujuan untuk memberitahukan kepada masyarakat

tema yang akan di bahas.

2. Twitter

Selain media social instagram TVRI Sumatera Barat juga mempromosi- kan program afadz dan nagham pada media sosial twitter @TVRI Sumatera Barat. Pada postingan banner program lafadz dan nagham juga memberikan informasi mengenai materi yang akan di bahas pada episode yang akan datang.

3. Facebook

Selain instagram dan Twitter TVRI Sumatera Barat juga memposting banner program lagadz dan nagham pada media sosial Facebook. Promosi pada sosial media sangat diperlukam karena bisa menarik pengguna media sosial untuk menyaksikan program sehingga penonton pada saat tayangan program akan meningkat.

Kebanyakan pengguna Facebook adalah orang dewasa yang berumur 30 keatas dan bertujuan untuk mempromosikan kepada mereka.

e. Thariqah (Metode dakwah)

Pada saat program ini ditayangkan metode yang dipakai adalah Mau‟izatul Hasanah oleh Ustadz dengan cara mencontohkan bacaan Al-qur’an disertai ilmu tajwid yang benar, dengan demikian pemirsa juga dapat berlatih membaca Al- Quran dengan bimbingan narasumber untuk meningkatkan kemampuan

membaca mereka. Penayangan program Lafadz dan Nagham juga berisi contoh

(11)

dari Kisah Islami, Metode dakwah ini melibatkan penyampaian pesan dakwah melalui kisah-kisah Islami yang inspiratif.

f. Atsar (efek dakwah)

Dakwah yang di sampaikan akan memberikan pengaruh positif bagi penerima dakwah. Penerima dakwah akan mendapatkan ilmu baru yang akan diterapkannya pada kehidupan sehari-hari.

Efek yang ditimbulkan dari Program Lafadz dan Nagham yaitu:

1. Peningkatan Kemampuan Tajwid dan Tahsin: Program ini dapat memberikan dampak positif dalam meningkatkan kemampuan tajwid dan Tahsin penonton. Pembelajaran yang terstruktur dan praktik yang terus menerus alam program ini pemirsa dapat meningkatkan kualitas bacaan Al-Quran mereka dengan lebih baik dan benar.

2. Rasa Cinta dan Keterikatan pada Al- Quran: Melalui program ini, penonton dapat mendalami makna Al-Quran dan mengembangkan rasa cinta dan keterikatan yang lebih mendalam pada Al- qur’an.

Pemahaman yang lebih baik tentang ajaran Al- Quran akan memotivasi pemirsa untuk lebih mendekatkan diri kepada Al- Quran dalam kehidupan sehari-hari.

PENUTUP

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di TVRI Sumatera Barat mengenai Analisis program lafadz dan

nagham di TVRI Sumatera Barat dapat disimpulkan bahwa:

1. Program Lafadz dan Nagham adalah salah satu program dari TVRI Sumatera Barat. Program lafadz dan nagham termasuk kedalam media dakwah karena program tersebut ditayangkan dengan menggunakan media Audiovisual Sebagai mana dalam hadist yang diriwayatkan dari Abu Umamah al-bahili Rasulullah SAW bersabda “ Bacalah Al-qur‟an, maka sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat memberi syafaat kepada pembacanya”. Program Lafadz dan Nagham dibuat untuk mengedukasi penonton tentang bagaimana cara membaca Al-qur’an dengan baik dan benar dengan bacaan Al-qur’an yang indah.

2. Program Lafadz dan Nagham dikatakan sebagai media dakwah karena terdapat unsur-unsur dakwah di dalam program tersebut. Unsur- unsur dakwah tersebut di antaranya:

a. Da’I (pelaku dakwah), yang akan

menyampaikan pesan-

pesan dakwah kepada mad’u. da’I dalam program Lafadz dan Nagham ini adalah Ustadz Farid Fauzi yang menyampaikan dakwah dengan metode dakwah bil lisan dan metode dakwah bilkitabah.

b. Mad’u (Mitra Dakwah atau

Penerima Dakwah),

masyarakat Sumatera Barat dan luar Sumatera Barat yang menyaksikan program Lafadz dan Nagham dikatakan sebagai Mad’u, karena pada saat menyaksikan

(12)

program ini masyarakat akan menerima pesan dakwah untuk mempelajari Al-qur’an dan Hadist.

c. Maddah (Materi Dakwah), Materi dakwah yang disampaikan pada program lafadz dan nagham yaitu berupa ilmu mengenai membaca Al-quran dengan tajwid yang benar disertai dengan tahsinnya

d. Wasilah (media dakwah), Program lafadz dan nagham di tayangkan di media televisi TVRI Sumatera Barat dan di sosial media seperti Web, youtube, Instagram, dan Twitter TVRI Sumatera Barat e. Thariqah (metode dakwah),

metode dakwah bil lisan dan bil kitabah di gunakan dalam program Lafadz dan nagham ini.

Pada saat program ini ditayangkan metode yang dipakai adalah praktik secara langsung oleh Ustadz dengan cara mencontohkan bacaan Al-qur’an disertai ilmu tajwid dan tahsin yang benar

f. Atsar (Efek Dakwah), efek yang akan ditimbulkan dengan menyaksikan program Lafadz dan Nagham yakni akan memperbaiki bacaan Al-quran masyarakat, kualitas membaca Al-quran akan mengalami peningkatan dalam memahami ilmu tajwid dan tahsin yang di jelaskan oleh da’i.

KEPUSTAKAAN ACUAN

Abdullah, (2018). Ilmu Dakwah. Depok:

PT RAJAGRAFINDO PERSADA.

Aminuddin. (2016). Media Dakwah.

Kendari: Institut Agama Islam Negeri Kendari.

Arif, A. Dkk. (2017) TELEVISI SEBAGAI MEDIA DAKWAH (Analisis Konten Dakwah Program

Lentera Hati TVRI Sulawesi Tengah). Palu: Institut Agama Islam Negeri Palu.

Atabik, A. (2013). Prospek Dakwah Melalui Media Televisi. Kudus:

STAIN Kudus.

Morissan. (2013). Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta:

KENCANA.

Ishaq E, R .(2016). Pengantar Ilmu Dakwah, Studi Komprehensif Dakwah dari Teori ke Praktik.

Malang: Madani.

Husna, N .(2021). Metode Dakwah Islam Dalam Perspektif Al-Qur‟an.

Kebumen: Institut Agama Islam Nahdhatul Ulama Kebumen.

Suhandang, K. (2013). Ilmu Dakwah.

Bandung: PT REMAJA

ROSDAKARYA.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2016). Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

Banyaknya acara di TVRI membuat penulis memilih acara kajian kitab kuning shahih bukhari, salah satu alasannya karena acara ini merupakan acara yang dapat membantu

Dari pesan dakwah di atas bisa kita ambil pelajaran bahwasanya amalan yang dicintai Allah adalah shalat di aawal waktu, berbakti kepada orang tua, dan berjihad

Medan sebesar 46,5%. Dalam penelitian yang dilakukan Dosen IAIN Samarinda ini dibahas bentuk bentuk program siaran dakwah.. yang disiarkan TVRI Kalimantan

Manajemen strategis program Indonesia Malam LPP TVRI untuk memenuhi fungsinya sebagai televisi publik di Indonesia terlihat dari tahapan eksekusi

Program Safari Dakwah merupakan salah satu program acara religi yang diproduksi dan disiarkan oleh Sultan Agung TV (SATV). Jenis penelitian ini adalah penelitian

Dalam penyusunan skripsi yang berjudul “ Pesan Dakwah Dalam Program Jagad Wayang di TVRI Jawa Tengah (Analisis episode Wayang Santri Lakon Lupit vs Siluman Tikus)” penulis

Penelitian ini dilakukan untuk meninjau sejauhmana sebuah tayangan program acara televisi sebagai media dakwah yang dilakukan Nabawi TV dikaji menggunakan strategi

Menurut peneliti, model analisis data inilah yang tepat digunakan untuk menganalisis unsur-unsur sinematografi yang terdapat pada program acara SITKOM Kerabat Kerja Episode 7 LPP TVRI