Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh:
LAILA NURDIANA NIM: 109051000129
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Mei 2013
LAILA NURDIANA
Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Acara Kajian Kitab Kuning “Shahih Bukhari” di TVRI
Televisi sebagai media yang sangat efektif dalam menyebarkan dakwah dan medium paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian masyarakat secara luas. Program-program acaranya TVRI berorientasi pada keagamaan, pendidikan dan hiburan. Banyaknya acara di TVRI membuat penulis memilih acara kajian kitab kuning shahih bukhari, salah satu alasannya karena acara ini merupakan acara yang dapat membantu masyarakat agar mengetahui sebagai umat islam yang harus berpegang teguh dengan al-Qur’an dan hadits, karena dalam acara ini berbagai permasalan agama dibahas dengan menggunakan hadits shahih bukhari yang tidak diragukan lagi keshahihannya.
Dari pernyataan di atas, maka peneliti merumuskan masalah agar penelitian tidak jauh melebar, peneliti merumuskan masalah pada pesan dakwah yang terkandung dalam Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari di TVRI? Dan pesan dakwah yang paling dominan dalam Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari di TVRI.
Penelitian ini menggunakan metode Analisis Isi melalui deskriptif analisis, yaitu menerangkan dan menggambarkan keadaan sebenarnya yang kemudian menuangkannya dalam penulisan skripsi ini. Teknik pengumpulan data berupa observasi yaitu penulis terjun langsung berupa observasi.
Dalam penelitian ini, penulis menyimpulkan bawasannya pesan yang terdapat dalam Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari edisi januari-Maret, yaitu pesan yang memberitahukan sunnah-sunnah yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW dan juga mengajarkan cara bersuci dari hadats kecil dan besar serta memberikan cara berwdhu yang benar. Semua pesan yang terkandung dalam acara kajian kitab kuning shahih bukhari adalah pesan
akhlak, akidah dan syari’ah. Namun pesan yang sering banyak muncul
adalah pesan syariah. Dan kini penulis mengambil kesimpulan pesan yang
mengandung syari’ah bernilai ibadah yakni Thaharah ada dalam tema
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohim
Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur Alhamdulillah kepada
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, Dialah Allah yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah memberikan nikmat Iman, Islam
dan Ikhsan kepada seluruh umat manusia yang ada di muka bumi ini. Dialah
Tuhan yang menciptakan akal sebagai mediator untuk berfikir dan merenung
tentang kekuasaan-Nya, untuk mempelajari lautan ilmu-Nya dan yang terpenting
untuk menyadari, mengetahui, mengingat dan menyaksikan akan eksistensi-Nya
setiap saat.
Bersama rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dan merupakan
kewajiban akademis di Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar
Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan seluruh pengikutnya
yang senantiasa istiqamah dalam mengikuti dan memegang teguh ajaran-Nya dan
menjalankan agama Allah SWT. Semoga uswatu hasanah yang beliau contohkan,
menjadikan penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya pengikut yang
senantiasa mengikutinya dalam kehidupan sehari-hari.
Sepenuhnya penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini
iii
putus asa dan bosan pernah dirasakan. Namun, berkat doa, bantuan, motivasi,
bimbingan dan pengarahan yang sangat berharga dari berbagai pihak akhirnya
skripsi ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu dengan segala ketulusan, perkenankan penulis untuk
menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat:
1. Drs. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan
Pembantu Dekan I Drs. Wahidin Saputra, MA, Pembantu Dekan II Bpk.
Mahmud Jalal, M. Ag, serta Pembantu Dekan III Bpk. Study Rizal, LK,
M. Ag.
2. Drs. Jumroni, M. Si selaku Kepala Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
3. Hj. Umi Musyarrofah, MA selaku sekertaris Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam sekaligus dosen pembimbing yang telah banyak
membimbing dan memberikan pengarahan serta motivasi yang
terus-menerus seraya memberikan dukungan guna meraih masa depan yang
lebih baik. Penulis menganturkan terima kasih kepada beliau, semoga
Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan dan kebaikan setiap saat
kepada beliau beserta keluarga.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya
untuk Drs. H. Sunandar, MA yang sangat berjasa dalam skripsi ini. Serta
Semua dosen yang telah mengajarkan dan mendidik ilmu pengetahuan
iv
5. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memudahkan penulis untuk
mendapatkan berbagai refrensi dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Kedua orang tuaku, Kepada Ayah tercinta Mansur Yatin dan Mama
tersayang Satriyah yang telah memberikan doa, kasih sayang, semangat
dan motivasi serta bantuan yang bersifat materiil. Semoga kebahagiaan
dan keberkahan akan selalu menyertai serta mendapatkan balasan dari
Allah SWT.
7. Drs. Ahmad Lutfi Fathullah. M A selaku narasumber dalam acara ini, yang
telah banyak memberikan dan membantu banyak mengarahkan, motivasi,
semangat, dan doanya sehingga terselesaikannya skripsi ini.
8. Pihak-pihak stasiun TVRI. Khususnya, Ustadz Agus Idwar selaku
presenter dan Bapak Muhammad Rusli selaku produser dan juga seluruh
crew Acara Kajian Kitab Kuning “Shahih Bukhari”, dan juga terima kasih
banyak atas kerjasamanya yang telah membantu penulis untuk
mengadakan penelitian dan memperoleh informasi yang terkait dengan
judul skripsi penulis.
9. Pihak-pihak Pusat Kajian Hadits selaku tempat penulis mencari data yang
sangat membantu dan waktu luangnya untuk memberikan banyak petunjuk
sehingga dapat selesai dengan baik skripsi ini.
10.Teman-teman KPI angkatan 2009. Khususnya KPI D, Hidayati Nur
v
Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan teman-teman KKN yang telah
memberikan nuansa persahabatan, kekeluargaan selama akhir hayat.
Terima Kasih buat kalian yang telah memberikan motivasi dan do’a
kepada penulis.
11.Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil
kepada penulis sehingga terselesaikan penulisan skripsi ini.
Begitu besar ucapan terima kasih yang penulis sampaiakan, semoga Allah
SWT membalas semua kebaikan keluarga dan sahabat-sahabatku tercinta Amin Ya
Robbal Alamin.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidak terlepas dari
kekurangan. Karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan
dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Untuk itu penulis
berharapkarya semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat terutama bagi
penulis dan pembaca pada umumnya.
Jakarta, Mei 2013
vi
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
D. Tinjauan Pustaka ... 6
E. Metodologi Penelitian ... 7
F. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Pesan Dakwah ... 13
1. Pesan Akidah ... 14
2. Pesab Akhlak ... 17
3. Pesan Syari’ah ... 18
B. Ruang Lingkup Dakwah ... 19
C. Ruang Lingkup Televisi ... 32
D. Televisi Sebagai Media Dakwah ... 37
BAB III GAMBARAN UMUMACARA KAJIAN KITAB KUNING SHAHIH BUKHARI DI TVRI A. Gambaran Umum TVRI ... 43
B. Pengertian Kitab Kuning ... 50
1. Sejarah Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari ... 50
[image:10.595.101.494.148.718.2]vii
A. Kesimpulan ... 90
B. Saran-saran ... 91
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Televisi merupakan suatu inovasi di bidang teknologi yang sangat
canggih. Melalui kelebihan yang ia miliki, banyak sekali manfaat yang
dapat kita ambil. Banyak program Sesuai dengan ciri khas sistem
komunikasi massa Islam, bahwa media massa merupakan alat (media
dakwah) menyebarkan atau menyampaikan informasi kepada pendengar,
pemirsa atau pembaca tentang perintah dan larangan Allah Swt (Al-Qur’an
dan Hadis Nabi).
Penyebaran informasi yang identik dengan teknologi komunikasi.
Berbicara tentang teknologi komunikasi kita teringat dengan alat-alat utuk
ber-komunikasi, yang kerap kali disebut sebagai media massa. Adapun
fungsi dari komunikasi massa yaitu menyampaikan informasi, mendidik,
menghibur, dan mempengaruhi.1
Televisi adalah salah satu bentuk komunikasi massa. Dibandingkan
dengan media massa lainnya, seperti radio, surat kabar, majalah, dan
sebagainya, televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Televisi
merupakan gabungan dari media dengan media gambar (audio visual).
1
Penyampaian isi atau pesan juga seolah-olah langsung antara komunikator
(pembawa acara, pembaca berita, dan sebagainya) dengan komunikan
(pemirsa). Informasi yang disampaikan mudah dimengerti karena jelas
terdengar secara audio dan terlihat jelas secara visual.3
Media massa yang satu ini memang mempunyai kelebihan
dibanding media massa lainnya. Televisi juga dapat digunakan untuk
berdakwah dan mengajak orang kepada perintah untuk kebaikan dan
mencegah kemunkaran, sehingga mendapat keridhaan dari Allah SWT.
Sebagaimana diketahui, dakwah adalah suatu keharusan bagi umat Islam,
seperti dalam firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi:
Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu, segolongan ummat
yang mengajak manusia kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar, dan mereka adalah orang-orang yang beruntung. (Q. S. Ali Imran: 104)
Dakwah melalui media apapun perlu persiapan dan perencanaan
yang matang, karena dakwah merupakan suatu upaya merekonstruksi
masyarakat menuju masyarakat islami. Munculnya media televisi sebagai
wujud dari kemajuan teknologi menyadarkan kaum muslimin tentang
betapa pentingnya peranan televisi dalam usaha dakwah.
Televisi merupakan media yang mampu menarik banyak perhatian
orang. karenanya praktisi penggunaannya yang mudah dan terjangkau
3
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi).
untuk semua kalangan. Dan dapat banyak memberi manfaat bagi para
penonton, Disamping hanya untuk hiburan acar televisi juga menayangkan
acara-acara dakwah.
Banyak acara televisi di TVRI yang menyajikan beragam program,
seperti kuis, musik maupun Reality Show. Di bagian kerohanian tentu ada
yang dinamakan acara keagamaan, baik itu Islam, Katolik, Protestan,
Hindu maupun Budha. Salah satu acara Islami adalah acara dakwah yang
saat ini banyak diminati. Pembahasan kitab merupakan sajian program
Islam yang menarik karena disampaikan dengan dakwah billisan. Acara “
Kajian Kitab Hadits Shahih Bukhari” di TVRI bersama Ustadz Ahmad
Luthfi Fathullah MA, merupakan rekomendasi untuk acara dakwah.
Program “ Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari “ merupakan acara
Islamiyah yang materinya bersandar pada Kitab Hadits. Perlu diketahui,
kitab kuning merupakan salah satu pegangan untuk memahami ajaran
Islam yang lebih mendalam. Disamping itu kitab kuning ini wajib
dipelajari karena didalamnya mempelajari tentang hadits Rasullallah saw
yang merupakan sumber ajaran agama Islam setelah al-Qur’an. Oleh
karena itu, Hadis harus diketahui, dibaca, dikaji dan diamalkan
Satu hal yang menjadi ciri khas atau pembeda dari program
Dakwah lainnya adalah bisa dilihat dari Isi pesan atau materi-materi
dakwahnya dan disandarkan kitab hadits didalamnya. Dalam acara
“Kajian Kitab Kuning” banyak membahas mengenai persoalan hadits
Rasulullah SAW secara sistimatis tematis, dengan akurasi otentitas yang
sangat tinggi. Pada program Kajian Kitab Kuning ini mencoba menjawab
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan hadits shahih al-bukhari.
Selain persoalan hadits juga dalam acara ini dibahas juga mengenai
masalah Fiqih, Tauhid, Akhlak dan memberikan solusinya.
Acara Dakwah ini sengaja diberikan nama “ Kajian Kitab Kuning
Shahih Bukhari “ karena didalamnya mengungkap tentang keshahihan
suatu hadits dan pedoman sehari-hari untuk hidup nyaman yang bersandar
pada Kitab Hadits. Problematika kehidupan manusia yang begitu
kompleks membuat banyak manusia lupa akan arti kehidupan yang
sesungguhnya yakni untuk mencari dan menggapai keridhoan Allah SWT,
baik di dunia maupun di akhirat.
Acara Dakwah Kajian Kitab Kuning, bukanlah satu-satunya
program dakwah yang mesti dijadikan sebagai tunggal tayangan dakwah
bagi masyarakat, karena banyak sekali tayangan-tayangan dakwah yang
disiarkan oleh televisi-televisi lain, namun setidak-tidaknya program ini
telah ikut membantu memberikan pencerahan kepada masyarakat kita
khususnya ummat Islam dalam memahami ajaran Islam itu sendiri, dan
menjadi wahana bagi masyarakat untuk terus belajar dan menimba
pengetahuan agama lewat media televisi, khususnya TVRI.
Menariknya dalam acara ini adalah pesan dakwah yang
disampaikan dengan penjelasan yang jelas, singkat dan padat pada masalah
dimengerti. Dan acara ini adalah satu-satunya di stasiun Televisi yang
menyajikan langsung Kitab Hadits di depannya sebagai materi. Dengan
mempermudah untuk memahami acara ini narasumber memberikan
kemudahan dengan adanya DVD Sahih al-Bukhari, Terjemah dan Takhrij
Interaktif adalah Kitab digital Sahih al-Bukhari yang diterjemahkan dan
diberi cacatan takhrij sederhana, yang dibuat dalam aplikasi multimedia.
Melihat latar belakang diatas bahwa televisi merupakan sarana
efektif dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah dengan melalui
tayangan-tayangan atau acara-acara keagamaan. Hal ini yang membuat
peneliti tertarik mengangkat judul skripsi: Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Acara Kajian Kitab Kuning “Shahih Bukhari” di TVRI
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk lebih terarah dan fokusnya penelitian ini, maka penulis
merasa perlu untuk memberikan batasan penelitian. Dalam hal ini, peneliti
membatasi penelitian pada Pesan dakwah yang terdapat dalam Acara
Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari di TVRI (Edisi 07Januari- 10Maret)
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1) Apa Saja Isi Pesan Dakwah yang terkandung dalam Acara
2) Apa Pesan Dakwah yang Paling Dominan terdapat pada Acara
Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari di TVRI?
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui Isi Pesan Dakwah yang terkandung dalam Acara
Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari di TVRI?
2) Untuk mengetahui Pesan Dakwah yang paling Dominan terdapat
pada Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari di TVRI?
Kegunaan atau manfaat dari penelitian ini adalah:
a) Manfaat akademis
1) Untuk memberikan kontribusi yang positif dalam bidang studi ilmu
dakwah dan komunikasi penyiaran Islam
2) Untuk memberikan sumbangan yang berarti guna mengembangkan
wacana keilmuan dakwah, terutama dalam hal ini media televisi
sebagai sarana penyampaian syiar Islam dan juga untuk mengetahui
kitab kuning lebih mendalam.
b) Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan dan pedoman bagi
para praktisi dakwah dan teoritisi dalam mengembangkan dan
mengaplikasikan keilmuan dakwah, begitu juga bagi para praktisi televisi
yang selalu berfikir dan bekerja keras untuk mensyiarkan dakwah
D. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan
tinjauan pustaka yang terdapat dalam perpustakaan di fakultas ilmu
dakwah dan Ilmu Komunikasi maupun di Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk mengumpulkan bahan-bahan materi.
Menurut pengamatan penulis dari hasil observasi yang dilakukan
sampai saat ini belum menemukan analisis isi pesan dakwah dalam acara
Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari di TVRI. Yang penulis temukan
adalah Analisis Pesan Dakwah Dalam Acara “Untukmu Ibu Indonesia” di
TVRI Penulis Ummu Kulsum, NIM: 204051002865. Yang membedakan
dengan acara diatas adalah isi pesan dan penyampaian pesannya.
Di karenakan juga belum adanya yang menganalisis tentang acara
kajian kitab kuning ini maka penulis sangat tertarik untuk meneliti judul
tersebut karena acara ini sangat menarik, di zaman dulu kitab kuning
hanya di kenal di kalangan pondok pesantren saja. Tapi dengan adanya
acara ini kita dapat memahami, mengenal dan belajar tentang pesan apa
saja yang terkandung dalam kajian kitab kuning Shahih Bukhari tersebut
yang disiarkan di TVRI. Maka peneliti mengambil judul tentang: Analisis
Isi Pesan Dakwah Dalam Acara Kajian Kitab Kuning “ Shahih
Bukhari “ di TVRI
E. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
isi (content analisis). Metode ini merupakan metode yang sering
digunakan dalam mengkaji pesan-pesan dalam suatu media. Analisis isi
dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat
kabar, berita radio, dan iklan televisi serta bahan-bahan dokumentasi
lainnya. 2
Analisis Isi Kualitatif (Quality Content Analysis (QCA)), mencoba
untuk menggunakan kekuatan metodologi analisis isi dan penelitian
komunikasi untuk menganalisa secara sitematis sejumlah materi tekstual
tapi dengan elaborasi langkah-langkah analisa kualitatif. Dengan demikian
penelitian ini bermaksud menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif
yakni berupa kata-kata tertulis atau lisan dari pesan acara kajian kitab
kuning shahih bukhari. Dalam pendekatan deskriptif kualitatif penulis
melakukan upaya mencatat, mengamati, serta menganalisis isi program,
serta metode yang digunakan.
2. Tahapan Penelitian
a. Prosedur Penelitian
Adapun tahapan-tahapannya adalah, sebagai berikut:
a) Kategorisasi
Kategorisasi adalah instrumen utama dalam penelitian
analisis isi. Disini peneliti mengkategorisasikan pesan-pesan
dakwah yang terkandung dalam dalam acara kajian kitab hadits
2
shahih bukhari di TVRI, yang digolongkan dalam dakwah akhlak,
dakwah aqidah, dan dakwah Syari’ah.
b) Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah
Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari. Adapun yang
menjadi objek dalam penelitian ini adalah naskah atau isi pesan
dari kajian kitab kuning “Shahih Bukhari” yang dijadikan sebagai
objek penelitian.
c) Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama dari bulan
Januari-April, yakni terdapat empat tema berbeda setiap minggunya.
Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari ditayangkan di TVRI.
Bertempat di Jln. Gerbang Pemuda Senayan, Jakarta 12070.
b. Pengolahan Data
a) Observasi
Observasi merupakan pengamatan langsung untuk
memperoleh data yang diperlukan.3 Dengan mendatangi langsung
ke lokasi, menyaksikan dan mengamati jalannya Acara Kajian
Kitab Kuning Shahih Bukhari. Observasi juga dilakukan secara
tidak langsung, yakni dengan cara mengamati Acara Kajian Kitab
Kuning Shahih Bukharimelalui televisi dan dalam bentuk DVD/
Video atau typing.
3
Winartio Surahman “Menyusun Rencana Penelitian”, (Bandung: CV. Tarsia,
Observasi yaitu alat pengumpul data yang dilakukan dengan
cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang
diselidiki.4 Dalam observasi ini, penulis mengikuti kegiatan dakwah
”Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari” secara langsung di Studio
TVRI, kemudian penulis mencatat secara sistematis mengenai
kejadian-kejadian yang berlangsung.
b) Wawancara
Wawancara dilakukan secara langsung kepada narasumber
acara kajian kitab kuning “Shahih Bukhari” yakni Ahmad Lutfi
Fathullah, MA. Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh data mengenai Pesan yang disampaikan dalam Acara
tersebut.
c) Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari sumber data tambahan seperti
buku, website, arsip dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar,
foto, dan video yang berkaitan dengan penelitian ini.
d) Analisis Data
Data yang dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptip di mana
pelaporan data dengan menerangkan, memberi gambaran dan
4
mengklasifikasi kan serta menginterpretasikan data yang
terkumpul apa adanya, lalu kemudian disimpulkan.
e) Pedoman Penulisan
Teknik penulisan dengan berpedoman pada buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) terbitan
CeQDA (Center for quality Development and Assurance), tahun
2007, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar
mempermudah penulisan Skripsi ini, maka penulis menyusun
sistematika penulisan yang terdiri dari Lima bab, dengan rincian
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN Yang Membahas Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Kegunaan Penelitian, Kajian Pustaka, Metodologi Penelitian,
Sistematika Penulisan
BAB II : LANDASAN TEORITIS Yang Membahas Pengertian Pesan Dakwah terdiri dari Pesan Akhlak, Pesan Akidah dan Pesan
Syari’ah, Ruang Lingkup Dakwah terdiri dari Pengertian Dakwah dan
Unsur-unsur Dakwah terdiri dari Subyek dan Obyek Dakwah, Metode
dan Media Dakwah, Materi dan Tujuan Dakwah , Ruang Lingkup
Televisi terdiri dari Pengertian Televisi dan Sejarah dan
BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG ACARA KAJIAN KITAB KUNING SHAHIH BUKHARI DI TVRI Yang Membahas Gambaran Umum TVRI, Mencakup: Sejarah dan
Perkembangan TVRI, Visi dan Misi TVRI, Struktur Lembaga
Penyiaran Publik TVRI dan Gambaran Umum Program-program
TVRI, Pengertian Kitab Kuning meliputi: Sejarah Singkat Acara
Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari, Visi dan Misi Acara Kajian
Kitab Kuning Shahih Bukhari, Sasaran Acara Kajian Kitab Kuning
BAB IV : ANALISIS PESAN DAKWAH DALAM ACARA KAJIAN KITAB KUNING SHAHIH BUKHARI DI TVRI Pesan Dakwah yang terkandung dalam Acara Kajian Kitab Kuning Shahih
Bukhari dan Pesan Dakwah yang paling Dominan pada Acara Kajian
Kitab Kuning Shahih bukhari
13
A. Pengertian Pesan Dakwah
Pesan dakwah adalah materi atau isi pesan yang disampaikan dai
kepada mad’u yang bersumber dari Al-qur’an dan Hadits. Menurut
Ahmad Mansyur Suryanegara seperti yang dikutip oleh Asep Muhyiddin
dalam bukunya Metode Pengembangan Dakwah. Mendefinisikan dakwah
adalah menciptakan perubahan sosial dan pribadi yang didasarkan pada
tingkahlaku pembaharuannya. Dan yang menjadi inti tindakan dakwah
adalah perubahan kepribadian seseorang dan masyarakat secara cultural.1
Sedangkan pengertian dakwah menurut M. Ali Aziz adalah segala
aktivitas penyampaian ajaran Islam kepada orang lain dengan cara yang
bijaksana untuk terciptanya individu dan masyarakat yang bisa menghayati
dan mengaplikasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Usaha
dakwah juga bisa dilakukan melalui lisan maupun tulisan yakni yang
bersifat mengajak, menyeru agar mentaati perintah Allah SWT dan
menjauhi larangan-Nya.
Pada hakikatnya dakwah adalah komunikasi hanya saja berbeda pada
cara atau tujuan yang akan dicapainya. Dakwah juga mengaharpkan
komunikannya bersikap dan berbuat sesuai dengan isi pesan yang
1
disampaikan oleh komunikatornya. Dakwah juga merupakan komunikasi
yang khas yaitu pada cara pendekatannya dilakukan secara persuasif dan
bertumpu pada human oriented (hikmah dan kasih sayang).
Kategori pesan dakwah secara garis besar besarnya dapat
dikelompokkan menjadi tiga.2
1. Pesan Akidah
Kata akidah berasal dari bahasa arab yaitu aqidah yang berarti
keyakinan atau kepercayaan. Secara istilah akidah berarti keyakinan
atau kepercayaan yakni mengikat hati seseorang kepada sesuatu yang
diyakini atau diimaninya. Menurut Muhammad Syaltut, akidah ialah
sisi teoritis yang harus pertama kali diimani atau diyakini dengan
keyakinan yang mantap tanpa keraguan sedikitpun. Dalam Al qur’an
akidah disebutkan dengan istilah iman dan syari’ah dengan istilah
amal shaleh, keduanya saling berhubungan dan bersamaan. Itu artinya
keimanan atau kepercayaan harus diikuti oleh amal shaleh, karena
iman tidaklah sempurna tanpa disertai oleh amal shaleh.
Akidah atau kepercayaan dalam Islam mempunyai rukun-rukun
tertentu yakni hal yang harus dipercayai, adapun rukun iman ada 6:
1) Percaya kepada Allah yakni dengan sepenuh hati akan
ke-Esaan dan eksistensi Allah, meyakini kekuasaan bahwa
Allah lah yang maha menciptakan semua makhluk, tidak
menyekutukan-Nya dengan yang lain, semua hidup dan
2
perbuatan manusia hanyalah dilakukan untuk mencari
ridho Allah SWT.
2) Percaya kepada Malaikat Allah yaitu percaya dengan
adanya malaikat yang menjadi perantara Allah kepada
Makhluk-Nya. Malaikat yang wajib kita kenal ada 10 yakni
Malaikat Jibril bertugas menyampaikan wahyu, Mikail
bertugas menurunkan rizki, Malaikat Isrofil bertugas
meniup sangkakala pada hari kiamat, Malaikat Izroil
mencabut nyawa manusia, Malaikat Munkar menanyakan
dalam kubur, Malaikat Nakir menanyakan dalam kubur,
Malaikat Raqib mencatat amal baik manusia, Malaikat Atid
mencatat amal buruk manusia, Malaikat Malik menjaga
pintu neraka, Malaikat Ridwan menjaga pintu surga.
Malaikat diciptakan dari cahaya yang bersifat immaterial
being (bukan makhluk yang bersifat materi), maka wujud
malaikat tidak terikat pada bentuk tertentu yakni dapat
berubah-rubah atas izin-Nya.
3) Percaya kepada kitab Allah percaya pada kitabullah berarti
percaya bahwa Allah menurunkan kitab kepada Rasul yang
berisi tentang ajaran-ajaran, dan aturan-aturan Islam. Kitab
yang disebutkan dalam Al qur’an ada 4 macam, yakni
Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa As, Kitab
As dan yang terakhir adalah Al-Qur’an diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Pada dasarnya prinsip ajaran
Islam yang berada dalam kitab-kitab-Nya adalah sama,
meskipun diturunkan dalam kurun waktu yang berbeda dan
keadaan ummat yang berbeda pula. Jika terdapat perbedaan
prinsip ajaran agama Islam, itu bukanlah ajaran asli dari
Nabinya, yakni pemeluknyalah yang menyelewengkan dan
merubah isi ajaran kitab yang ada didalamnya.
4) Percaya kepada utusan Allah SWT yakni percaya bahwa
Allah memilih beberapa diantara manusia untuk menjadi
utusan dan menyampaikan ajaran-Nya. Nabi berbeda
dengan Rasul, persamaan-Nya hanya mereka sama-sama
menerima wahyu. Wahyu yang diturunkan kepada Nabi
untuk dilaksanakan dirinya sendiri, sedangkan Rasul
menerima wahyu untuk disampaikan kepada ummatnya.
Rasul yang disebutkan adalah dalam Al-Qur’an berjumlah
25 Rasul.
5) Percaya kepada hari akhir (hari kiamat) yakni percaya
tentang adanya hari kiamat dimana semua makhluk akan
mati, kemudian dibangkitkan kembali dan diperhitungkan
segala amalnya yang dilakukan semasa hidup akan
6) Percaya kepada takdir adalah rukun iman yang terakhir
yakni percaya bahwa Allah menciptakan manusia kodrat
(kekuasaan) dan iradat (kehendak-Nya). Sehingga segala hal yang menimpa manusia sudah sesuai dengan garis
takdir yang telah ditentukan oleh penciptanya. Manusia
hanya wajib berusaha melakukan yang terbaik dan
selebihnya memasrahkan usaha yang telah dilakukan
kepada yang menciptakan dan kehendak yang maha kuasa.
Inilah yang disebut tawakal. Tawakal bukan berarti
menyerah begitu saja pada keadaan, namun tawakal adalah
mewakilkan (menyerahkan) segala nasib usaha yang telah
dilakukan oleh Allah SWT.
2. Pesan Akhlak
Secara etimologi akhlak berarti budi pekerti, peringai, prilaku, atau tabiat. Secara terminologis ada beberapa definisi tentang akhlak:
Menurut Ibrahim Anis, “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa, yang dengannya lahirlah perbuatan-perbuatan, baik atau
buruknya tanpa membutuhkan atau pertimbangan”.
Menurut Abdul Karim Zaidan, akhlak adalah kumpulan
nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengan sorotan
dan timbangan seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau
buruk, untuk kemudian memutuskan untuk terus melakukan atau
adalah sifat yang pada diri seseorang yang terbit dari amal perbuatan
dengan mudah, yang keluar dengan spontan dan tanpa pertimbangan
yang matang.
Dari definisi diatas sama-sama menekankan makna akhlak yaitu
sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, yang muncul dengan
spontan tanpa pertimbangan dan tanpa memerlukan dorongan dari
luar. Akhlak juga sangat erat hubungannya dengan syari’ah, karena
sikap atau akhlak yang dilakukan haruslah sesuai dengan syari’at
Islam. Akhlak meliputi:
1) Akhlak terhadap Tuhan
2) Akhlak terhadap Makhluk
3. Pesan Syari’ah
Syari’ah secara bahas berarti jalan tempat keluarnya air minum,
secara istilah syari’ah adalah segala sesuatu yang diisyaratkan oleh
Allah kepada hamba-hamba-Nya, termasuk peraturan –peraturan dan
hukum segala hal yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Syari’ah
sangat erat kaitannya dengan akidah, kalau akidah adalah iman atau
keyakinan. Maka Syari’ah adalah hal yang perlu dilakukan sesudah
keimanan, yakni amal sholeh atau perbuatan sehari-hari yang sesuai
dengan syari’at Islam. Seperangkat aturan yang mengatur kehidupan
manusia dari segala aspek. Syari’ah merupakan aturan yang harus
mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, dan hubungan manusia
dengan manusia. Syari’ah meliputi:
1) Ibadah, dan meliputi:
a) Thaharah (bersuci)
b) Sholat
c) Puasa
d) Zakat
e) Haji
2) Muamalah yang meliputi:
a) Munakahat (hukum nikah)
b) Waratsah (hukum waris)
c) Muamalah (hukum jual beli)
d) Hinayah (hukum pidana)
e) Khilafah (hukum negara)
f) Jihad (hukum peperangan dan perdamaian)
B. Ruang Lingkup Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Secara etimologi kata “Dakwah” berasal dari bahasa Arab, yang
mengandung arti memanggil, mengajak, menjamu.3 Sedangkan perkataan
dakwah dapat diartikan sebagai sebuah panggilan, ajakan, dan undangan.4
Secara istilah, dakwah merupakan proses penyelenggaraan suatu aktivitas
yang dilakukan dengan sadar dan sengaja. Usaha yang diselenggarakan itu
3
Mahmud Yusuf, Kamus Arab- Indonesia, (Jakarta, Yayasan Penterjemahan / Penafsiran Al-Qur’an), h. 127
4Hamzah Ya’kub,
berupa mengajak orang itu untuk beriman dan mentaati Allah SWT atau
memeluk agama Islam, amar ma’ruf, perbaikan dan pembangunan
masyarakat (Ishlah) dan nahi munkar. Proses penyelenggaraan tersebut
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, baik kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup yang diridhoi oleh Allah SWT.5
Selanjutnya mengenai pengertian dakwah, banyak rumusan yang
dikemukakan oleh beberapa pakar agama, walaupun rumusan-rumusan
tersebut berbeda, namun mengandung makna yang hampir sama. Diantara
beberapa pengertian dakwah adalah sebagai berikut: Dakwah adalah suatu
kegiatan ajakan dalam bentuk lisan, tulisan, atau yang lain, yang dilakukan
secara sadar dalam usaha mempengaruhi orang lain, baik secara individu
maupun kelompok agar timbul suatu pengertian, kesadaran, penghayatan
serta pengamalan terhadap ajaran agama sebagai suatu pesan yang
disampaikan tanpa ada unsur paksaan.6
Dakwah dapat dikatakan sebagai suatu strategi penyampaian
nilai-nilai Islam pada umat manusia demi terwujudnya tata kehidupan yang
imani dan realitas hidup yang Islami. Dakwah juga dikatakan sebagai agen
mengubah manusia kearah kehidupan yang lebih baik.
2. Unsur-unsur Dakwah
a. Subyek dan Obyek Dakwah
5 Abdul Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta, Bulan Bintang 1977), h. 19-20
6
Subyek dakwah (ulama, mubaligh, dan da'i), yaitu orang yang
melaksanakan tugas dakwah. Pelaksana tugas dakwah ini bisa perorangan
atau kelompok. Pribadi atau subyek adalah sosok manusia yang
mempunyai nilai keteladanan yang baik (uswatun hasanah) dalam segala
hal.7
Pelaksana adalah seorang kader atau pemimpin, bahkan Sayyid
al-Qalam. Dia hidup dalam masyarakat yang terus berubah dan harus sadar
akan perubahan ini, kemudian memberikan petunjuknya. Daerah da'i
adalah mulai dari masyarakat desa yang primitif hingga masyarakat
industri yang telah terpengaruh diktatornya pengaruh ekonomi raksasa dan
teknologi ultra modern dan merajalelanya individualisme. Da'i berada di
tengah gejolak masyarakat yang bergejolak. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa da'i adalah seorang yang harus paham benar tentang
kondisi masyarakat itu dari berbagai segi, psikologi, sosial, kultural, etnis,
ekonomi, politik, makhluk Tuhan ahsani takwim.8 Sebagai orang yang
akan menjalankan amanah Allah di atas bumi, maka juru dakwah harus
memiliki sifat-sifat khusus, harus memiliki kepribadian muslim sejati.
Menurut M. Ghazali bahwa ada tiga sifat dasar yang harus dimiliki
seorang juru dakwah ke jalan Allah, yaitu : setia, pada kebenaran,
7
Rafiudin, Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1997), cet. Ke-1, hal. 47
8
menegakkan perintah kebenaran dan menghadapi semua manusia dengan
kebenaran.9
Obyek dakwah ini disebut juga mad'u atau sasaran dakwah, yaitu
orang-orang yang diseru, dipanggil, atau diundang. Maksudnya ialah orang
yang diajak ke dalam Islam sebagai penerima dakwah.10
Sehubungan dengan kenyataan yang berkembang dalam masyarakat,
bila dilihat dari aspek kehidupan psikologis, maka dalam pelaksanaan
program kegiatan dakwah, sasaran dakwahnya terbagi menjadi:
a. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi
sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil,
serta masyarakat di daerah marginal dari kota besar.
b. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi
struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.
c. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari
segi sosial kultural berupa golongan priyai, abangan dan santri.
Klasifikasi ini terutama terdapat dalam masyarakat di Jawa.
d. Sasaran yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi tingkat
usia berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua.
e. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi
tingkat hidup sosial ekonomi berupa golongan orang kaya, menengah
dan miskin.
9
A. Hasymi, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur'an, (Jakarta : Bulan Bintang, 1994), hal. 142
10
f. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi
okupasional (profesi dan pekerjaan) berupa golongan petani,
pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri, dan sebagainya.1
b. Metode dan Media Dakwah
Metode dakwah berasal dari bahasa Jerman methodica artinya ajaran
tentang metode. Dalam bahasa Yunani, metode berasal dari kata
methodos artinya jalan, yang dalam bahasa Arab disebut thariq.11
Dalam bahasa Inggris, metode berasal dari kata method, yang
mempunyai arti pelajaran atau cara yang ditempuh untuk mencapai
tujuan dengan hasil yang efektif.12
Metode dakwah berarti jalan atau cara atau teknik berkomunikasi
yang digunakan oleh seorang da'i dalam menyampaikan risalah Islam
kepada masyarakat (mad'u) yang menjadi obyek dakwahnya.13 Dari
pengertian ini dapat diketahui agar dakwah bisa berhasil haruslah
diketahui metode yang digunakannya. Pedoman dasar atau prinsip
penggunaan metode dakwah Islam sudah termaktub dalam al-Qur'an
dan Hadits Rasulullah SAW.
Dalam al-Qur'an, metode dakwah ini disebutkan dalam surat
an-Nahl ayat 125, dimana diterangkan dengan jelas tentang cara
berdakwah. Dengan kata lain, pada ayat tersebut Allah memberikan
11
Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, , hal. 35
12
Masdar Helmi, Problem Dakwah Islamiyah dan Pedoman Mubaligh, (Semarang : CV. Toha Putra, 1969), hal. 34
13
penjelasan yang dapat dijadikan patokan, bagaimana seharusnya
berdakwah itu. Allah pun memberikan ketentuan, agar ajaran Islam itu
disampaikan dengan hikmah yang kita terjemahkan dengan
kebijaksanaan, sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Allah berfirman dalam Surat an-Nahl ayat 125 :
                                
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah danpelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yanglebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.(QS. An-Nahl : 125).
Dari ayat di atas menunjukkan bahwa metode dakwah itu ada tiga
cara, yaitu dengan hikmah, dengan nasihat/pelajaran dengan baik
(mau'izhah hasanah), dan dengan mujadalah (berdebat dengan cara yang
baik).
1. Dengan Hikmah (bijaksana)
Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud an-Nasafi :
ل ز لا قحلل حض لا ل ل لا ه ة كح لا ةح حصلا ةلاق لاب ا ة كحلاب
ة بشلل
.
Artinya : "Dakwah dengan bil Hikmah adalah dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan pasti yaitu dalil yang
menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan".
Menurut Toha Yahya Omar, "hikmah adalah bijaksana, artinya
berusaha menyusun dan mengatur cara-cara dengan menyesuaikan kepada
keadaan dan zaman, asal tidak bertentangan dengan hal-hal yang dilarang
oleh Tuhan".14
Menurut al-Maraghi dalam kitab tafsirnya, "hikmah adalah perkataan
yang tepat lagi tegas yang dibarengi dengan dalil yang dapat menyingkap
kebenaran dan melenyapkan keserupaan".15
Menurut Ali Mustafa Ya'kub, "hikmah adalah sebagai ucapan-ucapan
yang tepat dan benar atau argumen-argumen yang kuat dan meyakinkan".16
Dari penjelasan para ahli di atas dalam memberikan definisi hikmah,
penulis dapat menyimpulkan bahwa hikmah adalah perkataan dan
perbuatan yang tepat berdasarkan ilmu, dalam arti menyesuaikan kepada
keadaan zaman yang tidak bertentangan dengan agama Allah.
2. Dengan Mau'izhah Hasanah (nasehat/pelajaran yang baik)
ام صقت ا ب م عصا ت ك ا م لع ف ا تلا ه ة سحلا ةظع لا
ارقلاب ا ا ف م عف
.
Artinya : "Al- Mau'izhatil hasanah yaitu perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mreka, bahwa engkau memberikan nasihat dan
menghendaki manfaat kepada mereka, atau dengan al-Qur'an.17
Mau'izhah hasanah juga merupakan nasihat-nasihat yang baik atau
memberi peringatan, kata-kata, ucapan, dan teguran yang baik.18 Dengan
lemah lembut dan perkataan yang enak didengar dan memberi pelajaran
14
Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, hal. 36
15
M. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta : al-Amin Press, 1997), hal. 21
16
Ali Mustafa Ya'kub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1997), hal. 121
17
Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1 , hal. 37
18
atau nasihat akan dapat membuka hati yang keras, dan akan mendapatkan
hasil yang lebih baik dari pada dengan ancaman dan penghinaan.
Jadi mau'izhah hasanah adalah nasihat yang baik, yaitu dengan
anjuran dan didikan yang baik serta dengan ajaran-ajaran yang mudah
dipahami. Memberi nasihat merupakan cara yang mudah dalam berdakwah
yang bisa dilakukan oleh seorang muslim, ia tidak harus melalui mimbar di
masjid atau majelis taklim tapi cukup dengan obrolan biasa atau diskusi
ringan yang menyejukkan.
3. Dengan Mujadalah (berdebat dengan cara yang baik)
Dalam Tafsir Jalalain disebutkan :
هتا اب ها لا ءاع لاك سحا ه تلا ةل اج لا ا سحا ه تلاب م ل اج
هتجح لا ءاع لا
.
Artinya : "Berbantahan yang baik yaitu mengajak ke jalan Allah SWT dengan menggunakan ayat-ayat-Nya dan hujjah-Nya
Adapun bentuk-bentuk metode dakwah yang lainnya antara lain : a. Metode pendekatan pribadi (personal approach)
Metode yang dilaksanakan dengan cara langsung melakukan
pendekatan kepada setiap individu.19 Metode ini pada prakteknya
dilaksanakan secara individu, yaitu dari pribadi ke pribadi secara tatap
muka, walaupun jama'ah yang dihadapinya melalui satu perkembangan.
Kelebihan memakai metode ini antara lain dapat mengetahui secara
langsung situasi dan kondisi individu. Sedangkan kekurangannya antara
lain, memerlukan tenaga dan waktu yang cukup lama.
19
b. Metode diskusi
Metode ini dilakukan dengan cara berdiskusi, khususnya dalam
penyampaian materi, sehingga menimbulkan pengertian serta perubahan
tingkah laku.20 Kelebihan pada metode ini antara lain kesimpulan yang
dihasilkan dalam diskusi akan mudah dipahami. Adapun
kekurangannya sulit untuk diramalkan arah penyelesaian diskusi, dan
diskusi akan gagal bila tidak dapat mengarahkannya.
c. Metode Ceramah
Metode ceramah ini sangat tepat, apabila jama'ah yang dihadapi
merupakan kelompok orang yang berjumlah besar dan perlu dihadapi
secara sekaligus. Kelebihan metode ini adalah adanya karakteristik
tersendiri dan peluang keberhasilannya pun berbeda dengan metode
lainnya, serta dalam waktu cepat dapat disampaikan materi yang
sebanyak-banyaknya. Sedangkan kekurangannya, bila penceramah tidak
memperhatikan segi psikologis jama'ahnya, maka materi ceramah yang
disampaikan tidak sesuai dan membosankan.
d. Metode Tanya Jawab
Metode ini dilakukan dengan cara menyampaikan materi dakwah
sehingga mendorong mereka yang mendengarkan atau menanyakan
masalah yang dirasa belum dimengerti dan da'i sebagai penjawabnya.
Kelebihan pada metode ini adalah dapat digunakan sebagai
komunikasi dua arah dan forum yang lebih hidup, dimana mubalig dan
20
jama'ahnya sama-sama aktif memberikan kesempatan untuk melakukan
hal-hal yang kurang jelas di hati para jama'ah. Sedangkan kekurangan
dari metode ini adalah hal ini membutuhkan banyak waktu untuk
menyelesaikannya.
Dalam arti sempit media dakwah dapat diartikan sebagai alat bantu
dakwah. Alat bantu dakwah berarti media dakwah memiliki peranan
atau kedudukan sebagai penunjang tercapainya tujuan. Artinya proses
dakwah tanpa adanya media masih dapat mencapai tujuan yang
semaksimal mungkin. Hakekat dakwah adalah mempengaruhi dan
mengajak manusia untuk mengikuti (menjalankan) ideologi
(pengajaknya). Sedangkan pengajak (da'i) sudah barang tentu memiliki
tujuan yang hendak dicapainya. Proses dakwah tersebut agar mencapai
tujuan yang efektif dan efisien, da'i harus mengorganisir
komponen-komponen (unsur) dakwah secara baik dan tepat. Salah satu
komponennya adalah media dakwah .
Ada beberapa media komunikasi dakwah, yang dapat digolongkan
menjadi lima golongan besar, yaitu:
1. Lisan : termasuk dalam bentuk ini adalah khutbah, pidato, diskusi, seminar, musyawarah, nasihat, ramah tamah dalam suatu acara, obrolan secara bebas setiap ada kesempatan yang semuanya dilakukan dengan lisan atau bersuara.
2. Tulisan: dakwah yang dilakukan dengan perantara tulisan umpamanya; buku-buku, majalah surat kabar, buletin, risalah, kuliah-kuliah tertulis, pamplet, pengumuman tertulis, spanduk-spanduk dan lain sebagainya.
disampaikan kepada orang lain termasuk umpamanya komik-komik bergambar islami untuk anak-anak.
4. Audio Visual : yaitu suatu cara menyampaikan sekaligus merangsang penglihatan dan pendengaran. Bentuk ini dilaksanakan dalam televisi, radio, film, dan sebagainya.
5. Akhlak : yaitu suatu cara menyampaikan langsung ditunjukkan dalam bentuk perbuatan yang nyata.21
Di zaman kemajuan sekarang ini dakwah tidaklah cukup disampaikan
dengan lisan belaka tanpa bantuan alat-alat modern yang sekarang ini
terkenal dengan sebutan alat-alat komunikasi massa, yaitu pers
(percetakan), radio, film dan televisi. Kata-kata yang terucapkan hanya
dapat terjangkau jarak yang sangat terbatas pada waktu dan ruang.
Dakwah yang disampaikan dalam surat-surat kabar, majalah, brosur
dan buku-buku, misalnya bukan hanya sampai pada orang-orang yang
hidup sekarang, tetapi sampai pada masyarakat yang hidup berabad-abad
sampai pada zaman yang akan datang. Dakwah yang disampaikan dengan
radio bukan hanya didengar oleh orang-orang setempat, tetapi pada saat itu
juga dapat menembus luar angkasa dan didengar bukan hanya diseluruh
Indonesia, tetapi diseluruh dunia. Lain pula dengan film dan televisi, disini
dakwah itu berbentuk audio visual, sehingga panca indera mata dan telinga
serta emosi manusia sekaligus menerima dan menanggapi maksud-maksud
dan tujuan dakwah yang diharapkan itu.22
Kenyataan membuktikan bahwa hubungan antara manusia sekarang
ini, hampir-hampir tidak bisa menghindarkan diri dari pemakaian alat-alat
21
Hamzah Ya'kub, "Publisistik Islam : Teknik Dakwah dan Leadership", (Bandung : Diponegoro, 1998), hal. 47-48
22
komunikasi massa bahkan menurut Carl Hovlan, ciri yang menonjol bagi
abad XX ini adalah kenyataan bahwa kita hidup dalam abad komunikasi
massa. Bagi masyarakat kita, koran, radio, televisi, film, majalah-majalah,
buku-buku dan lain-lain semua itu menjadi sumber pokok untuk
mengetahui kenyataan, pendapat, hiburan dan penerangan.23
e. Materi Dakwah
Tidak lain adalah Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits
sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syariah, dan akhlak dengan
berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya. Materi dakwah
bisa bermacam-macam. Ada berupa materi Tauhid atau akidah, fiqh
(hukum Islam) termasuk di dalamnya mu'amalah, akhlaq, tafsir, hadist
dan lain sebagainya yang substansinya mengajak pada agama Allah yaitu
Islam.
Hendaknya pemilihan materi harus disesuaikan dengan konformitas.
Publik yang diseru dan kemampuan penyeru atas materi dakwah yang
disampaikan. Sehingga dakwah berjalan efektif dan sampai tujuan. Tidak
menimbulkan perlawanan karena intinya memang menebar kedamaian
dan keselamatan. Maka dari itu persentuhan dengan budaya lokal harus
benar-benar disinergikan dengan baik.
Berdasarkan pada surat an-Nahl ayat 125 di atas, Sayyid Qutb
memberikan pendapat tentang metode yang dipakai dalam berdakwah.
Berikut ini penjelasannya;
23
"dengan ayat tersebut al Qur'an telah melukiskan pokok-pokok dan prinsip-prinsip dakwah, dan menunjukkan cara dan jalannya, dan menggambarkan sistem metode untuk para utusan (Nabi dan Rasul) yang mulia, dan bagi para penyeru (para da'i dan daiyah) yang datang setelah mereka, sesuai dengan undang-undang atau dasar hukum yang telah ditetapkan oleh Allah dalam kitab atau agama yang lurus. Sesungguhnya dakwah adalah seruan menuju jalan Allah. Tidak untuk jalan pribadi sang penyeru atau kelompoknya. Tidak boleh seorang penyeru (dai dan daiyah) dalam dakwahnya kecuali berniat untuk melaksanakan kewajibannya karena Allah lillah), jika tidak demikian, tidak manfaat seruannya tersebut, tidak juga seruan dan siapa saja yang mengikuti ajakannya, pahalannya
akan ditentukan oleh Allah SWT".
Dakwah merupakan suatu kegiatan mengajak umat manusia kepada
jalan yang hak dan diridhoi oleh Allah SWT. Penyampaian ajaran Islam
kepada umat manusia bisa dilakukan secara individu dan kelompok tertentu
untuk mencapai tujuan tertentu. Inti dari dakwah adalah perubahan dari
yang buruk menjadi baik, dari yang salah menjadi benar, dari yang gelap
menuju terang.
f. Tujuan Dakwah
Tujuan dari dakwah adalah untuk mengajak umat manusia kepada
jalan yang baik, jalan yang diridhoi Allah SWT sehingga terbentuknya :
1) Khoirul Bariyyah (sebaik-baik manusia)
2) Khoirul Usroh (sebaik-baik saudara)
3) Khoirul Jamaah (sebaik-baik kelompok)
4) Khoirul Ummah (sebaik-baik umat)
Selain itu dakwah Islam memiliki tujuan agar supaya timbul dalam
diri umat manusia suatu pengertian tentang nilai-nilai ajaran Islam,
kesadaran sikap, penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama
adalah nilai atau hasil yang ingin dicapai oleh keseluruhan tindakan yakni
terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat
yang diridhoi oleh Allah SWT.24
Tujuan dakwah menurut H.M. Arifin dalam bukuunya yang berjudul
“Psikologi Dakwah” adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur
serta mendapat ridha Allah SWT. Jika ditinjau dari aspek psikologis yaitu
untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan, dan pengalaman
ajaran agama yang disampaikan oleh seorang da’i. Sehingga ruang lingkup
dakwah meliputi masalah pembentukan sikap mental dan pengembangan
motivasi yang bersifat positif dalam aspek kehidupan.25
C. Ruang Lingkup Televisi
1. Pengertian Televisi
Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, televisi mempunyai
pengertian, pengubahan gambar (serta suara) menjadi sinyal listrik
kemudian disalurkan dengan perantaraan kabel atau gelombang elektro
magnetik untuk diubah menjadi bentuk semula oleh pesawat penerima.
Karena televisi merupakan peranti yang mengubah pantulan cahaya obyek
menjadi deretan pulsa-pulsa listrik.
Televisi dari segi etimologis berasal dari kata “tele” yang artinya jauh
dan “vision” yang berarti penglihatan. Segi jauhnya diusahakan oleh
prinsip radio dan penglihatannya oleh gambar26. Dengan demikian televisi
yang dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh.
24
Sayyid Qutb, fi dzilalil qur'an, Juz 4, hal. 190, mauqi'ut tafasir, Maktabah Syamilah.
25
H.M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bina Aksara, 1997) , Cet Ke-4, h.5
26
Melihat jauh disini yaitu dengan gambar dan suara yang diproduksi di
suatu tempat (studio televisi) dan dapat dilihat dari tempat “lain” melalui
sebuah perangkat penerima (televisi set).27
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka,
mengandung arti, televisi adalah pesawat sistem penyiaran gambar obyek
yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui angkasa dengan
menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara)
menjadi gelombang listrik dan mengubahnya menjadi berkas cahaya yang
dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran
pertunjukan berita dan sebagainya.28
Istilah televisi sendiri baru dicetuskan pada tanggal 25 Agustus 1906,
di Kota Paris, yang saat itu di kota tersebut berlangsung pertemuan para
ahli bidang elektronika dari berbagai negara.29
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa televisi yang
dimaksud di sini adalah televisi siaran yang dapat dilakukan melalui
transmisi atau pancaran dan dapat juga disalurkan melalui kabel (televisi
kabel). Dalam sistem transmisi atau pancaran gambaran dan suara yang
dihasilkan oleh kamera elektronik diubah menjadi gelombang elektro
magnetik dan selanjutnya transmisi melalui pemancar.
Gelombang elektromagnetik ini diterima oleh sistem antena yang
menyalurkan ke pesawat penerima (pesawat televisi). Di pesawat televisi
27
Sunandar, Telaah Format Keagamaan di Televisi, Studi Deskriptif Analisis TPI, Tesis, (Yogyakarta: 1998)
28
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), cet. ke-3, h. 59
29
lalu gelombang elektro magnetik diubah kembali menjadi gambar dan
suara yang dapat kita nikmati di layar televisi. Sedangkan pada televisi
kabel gelombang elektro magnetik tersebut disalurkan melalui kabel ke
pesawat penerima.
Jelas televisi siaran, untuk dapat diterima di rumah harus melalui
proses-proses tertentu. Kecanggihan yang ada pada televisi ini bila tidak
ditunjang dengan sumber daya manusia menyebabkan televisi yang
diterima menjadi tontonan yang membosankan. Karenanya untuk
menjadikan televis siaran ini tetap survive, maka dibutuhkan tenaga-tenaga
handal di bidangnya dan juga manajerial yang kuat, sedikitnya ada delapan
hal yang harus dimiliki individu-individu di televisi siaran, individu yang
handal tersebut harus memiliki :
a. Keahlian di bidang masing-masing
b. Tanggung jawab profesi
c. Kreativitas
d. Sifat untuk bekerja sama (tidak egoistis)
e. Kepemimpinan bijaksana (tegas tapi tidak kaku)
f. Kesadaran pada fungsinya masing-masing
2. Sejarah dan Perkembangan Televisi
Peletakan dasar utama teknologi pertelevisian dimulai tahun
1884, ketika insinyur Jerman bernama Paul Nipkow mampu menciptakan
sebuah alat yang kemudian disebut sebagai Nipkow disk atau Nipkow
Sheibe.30
Mesin penyaring gambar ciptaannya tersebut di kemudian hari akan
dikembangkan pada eksperimen sistem televisi 1923 – 1925 di Amerika
Serikat oleh Charles F. Jenkins dan di Inggris oleh John L. Baird.
Meskipun gambar masih kelihatan kasar tapi sudah nampak jelas.
[image:46.595.104.515.200.613.2]Bersamaan dengan itu lalu dikembangkan metode mesin penyaring
gambar yang disusun oleh seorang Inggris bernama A.A. Campbell-Swinton
(1908). Selanjutnya berturut-turut muncul nama Vladimir Kosma Zworykin
(1920) yang menyempurnakan konsep Campbell dengan tabung kamera
iconoscope-nya. Hal yang sama dilakukan penyempurnaannya oleh Philo
Taylor Farnsworth (1920) yang menemukan sistem elektronik televisi. Ia
sebut kamera televisinya dengan pemotong gambar atau "an image
dissector". Ia teruskan proyek tersebut sampai tahun 1930 dan terhenti
menjelang perang dunia kedua.
Program siaran televisi atau broadcasting pada publik pertama kali
terjadi pada tahun 1936 di London. Sedangkan, siaran televisi secara
reguler dimulai di Amerika Serikat pada tahun 1939, tapi dua tahun
kemudian ditutup sampai berakhirnya perang dunia kedua pada tahun
1945. Tahun 1946 siaran televisi mulai meledak. Pada tahun tersebut
hingga awal tahun 1950-an, perkembangan televisi berwarna hampir selalu
terlambat dibanding televisi hitam putih (monochrome).
30Deddy Iskandar Muda, “Jurnalistik Televisi,”
Tahun 1953, beberapa negara di Asia berusah mengejar ketinggalan
dalam bidang pertelevisian yang dimulai oleh Jepang dan Philipina pada
tahun 1953, kemudian diikuti oleh negara-negara Asia lainnya: Thailand
pada tahun 1955, Indonesia dan Republik Rakyat Cina (RRC) tahun 1962,
Singapura tahun 1963, dan lain-lain.
Memang televisi datang belakangan setelah koran dan radio, tapi
media ini memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh kedua media
sebelumnya, yaitu kemampuannya melipat jarak, ruang dan waktu,
ditambah dengan kekuatan audio-visualnya. Televisi dapat
memperlihatkan keadaan yang terjadi di manapun, dalam satu menit apa
yang terjadi di belahan dunia lain dapat disaksikan di layar televisi, luar
biasa. Oleh karena itu, televisi banyak mendapatkan julukan, jendela
dunia, kotak ajaib, dan lain sebagainya.
Televisi berwarna yang kompatibel tercipta pada tahun 1953, namun
siaran berwarnanya baru terwujud setahun kemudian. Perkembangan
selanjutnya pada kualitas televisi yaitu layar lebar, teknologi yang lebih
baik untuk siaran dan penerimaan sinyal televisi. Ukuran layar televisi
yang lebar menggunakan cathode-ray tubes (CRTs) dengan ukuran
diagonal 89 atau 100 cm. Pada tahun 1970 dikenalkan projection
television (PTVs), sekarang berupa layar seluas 2 m secara diagonal. Tipe
terbaru PTVs menggunakan teknologi liquid-crystal display atau LCD
juga dikenal dengan digital light processor (DLP), sebagai ganti dari
teknologi CRTs. Produksinya bahkan dikembangkan menjadi sangat kecil,
Kaset video perekam atau VCRs (videocassette recorders) sederhana
yang dikenalkan pada tahun 1970, telah menjadi perangkat umum televisi.
Di akhir tahun 1990-an dan awal tahun 2000-an digital video disk (DVD)
player menjadi produk paling sukses dalam sejarah elektronik yang
dilempar di pasaran.
Sebagai upaya untuk semakin jelas, televisi juga semakin menjadi
tipis. Panel display yang berbentuk flat hanya beberapa centimeter
tebalnya, menawarkan alternatif pengganti dari CRTVs yang berbodi
besar. Pun, televisi flat yang ukuran lebar cukup tipis untuk digantung
ditembok layaknya lukisan. Televisi flat banyak menggunakan layar LCD.
Teknologi LCD juga sudah digunakan secara luas oleh komputer laptop.
Datang kemudian televise flat yang terbuat dari gas-plasma display bisa
lebih lebar lagi dari LCD.
Seiring dengan populernya sistem jaringan komputer, televisi dan
komputer berkembang secara integratif. Seperti teknologi yang
mengkombinasikan kemampuan personal komputer, televisi, DVD
players, dan pada kasus yang sama telepon, dan banyak macam layanan
yang bisa disediakan. Contohnya, komputer yang dalam hard drivenya
dibenamkan program televise, dan berbagai produk home theatre yang
terdiri dari berbagai macam produk teknologi.
D. Televisi sebagai Media Dakwah
Berdakwah menggunakan media teknologi komunikasi (televisi),
merupakan salah satu bentuk pengoptimalan fungsi teknologi tersebut.
komunikasi secara umum dalam berkomunikasi kecanggihan media di
samping komponen lain, komunikator, isi pesan, komunikan dan feedback,
merupakan salah satu faktor sukses tidaknya suatu aktivitas komunikasi.
Media televisi khususnya sebagai hasil teknologi merupakan saluran
yang bisa dipergunakan untuk memperluas jangkauan dakwah islamiyah,
karena itu penguasaan IPTEK sangat penting termasuk infra strukturnya.
Dakwah merupakan kekuatan moral yang mampu menggerakkan
perubahan sosial serta menawarkan satu alternatif dalam membangun
dinamika masa depan umat, dengan menempuh cara dan strategi yang
lentur, kreatif dan bijak.31
Kehadiran televisi berbagai stasiun televisi baik nasional maupun
swasta secara tidak langsung menjadikan alternatif tontonan yang sangat
luas bagi pemirsa di rumah dan bagi pengelola stasiun televisi, menjadi
suatu kewajiban untuk menampilkan paket acara-acara menarik televisi
merupakan tempat yang potensial untuk berdakwah. Hal tersebut bisa
dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Roper Organization
(AS) 1982, menyebutkan bahwa TV mempunyai kredibilitas 53 %, surat
kabar 22 %, majalah 28 %, dan radio 6 %.32
Dari hasil penelitian tersebut kita maupun pihak pengelola harus
tanggap bahwa dakwah di televisi itu lebih efektif karena ditonton banyak
orang terlebih mayoritas negara kita 85 % pemeluk agama Islam, maka
sudah selayaknya para pengelola televisi bisa menghadirkan paket-paket
31
Makalah, Asep Saipul Muhtadi, Dakwah Dalam Pluralisme Masyarakat Modern
32
acara dengan nuansa islami sebagai penghormatan dan sebagai
penyeimbang bagi tayangan yang lebih tertuju kepada politis, informatif
dan hiburan.
1. Efektifitas Dakwah melalui Media Televisi
Abad ini adalah abad informasi. Teknologi telah melahirkan media
baru yang lebih efisien, efektif dan mencapai jangkauan yang lebih luas.
Semua teknologi komunikasi dapat digunakan sebagai media dakwah,
salah satunya adalah televisi. Dalam perkembangannya sekarang televisi
sudah memasyarakat seperti halnya radio. Kini hampir setiap orang sudah
dapat menikmati siaran televisi. Televisi merupakan hasil teknologi
komunikasi yang dapat menyiarkan suatu program dalam bentuk suara
sekaligus gambar (audio-visual) dari stasiun yang memancarkannya
sehingga Dr. Jack Lyle33, Director Of Communication Institute The West
Center pernah menyatakan di depan rapat staff Menteri Penerangan RI,
tentang efektifitas dalam menjalankan fungsi televisi, ia menyatakan
sebagai berikut :
Bahwa televisi untuk kita sebagai "jendela dunia". Apa yang kita lihat
melalui jendela ini sangat membantu dalam mengembangkan daya kreasi
kita, hal ini seperti diungkapkan oleh Walter Lippman beberapa tahun lalu,
bahwa dalam pikiran kita ada semacam ilustrasi gambar dan
gambar-gambar ini merupakan sesuatu yang penting dalam hubungannya dengan
proses belajar, terutama sekali yang berkenaan dengan orang, tempat
33
[