• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pesan dakwah dalam acara "untukmu ibu Indonesia" TVRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pesan dakwah dalam acara "untukmu ibu Indonesia" TVRI"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PESAN DAKWAH DALAM ACARA

“UNTUKMU IBU INDONESIA” TVRI

Oleh :

Umu Kalsum NIM : 204051002865

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ANALISIS PESAN DAKWAH DALAM ACARA

“UNTUKMU IBU INDONESIA” TVRI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh :

Umu Kalsum NIM : 204051002865

Dibawah Bimbingan:

Drs. Jumroni, M.Si NIP. 150 254 959

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul ANALISIS PESAN DAKWAH DALAM ACARA

“UNTUKMU IBU INDONESIA” TVRI telah diujikan dalam sidang

Munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 September 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 10 September 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap

Dr. H. Murodi, MA Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA NIP. 150 254 102 NIP. 150 299 324

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum Drs. Study Rizal, LK. M. Ag NIP. 150 244 766 NIP. 150 262 876

Pembimbing

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 September 2008

(5)

ABSTRAK

Umu Kalsum

ANALISIS PESAN DAKWAH DALAM ACARA “UNTUKMU IBU INDONESIA” TVRI

Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat pada saat ini, merupakan sebuah jalan kemudahan bagi semua orang yang ada di atas bumi ini. Selain itu banyak sekali keuntungan-keuntungan yang diperoleh atau didapat dengan adanya perkembangan tersebut salah satunya adalah kemajuan dibidang dakwah. Dakwah merupakan ajakan kepada manusia untuk mengerjakan segala perintah Allah swt dan menjauhi segala larangannya.

Pada zaman dahulu kegiatan dakwah sangat terbatas pada ruang dan waktu, sehingga kegiatan dakwah hanya bisa didengar dan disaksikan oleh jemaah-jemaah yanga berada disekitarnya saja. Contoh ceramah agama yang diadakan di masjid Al-Ikhlas hanya bisa dinikmati oleh warga sekitar masjid saja padahal kegiatan seperti ini sangat baik apabila disengar dan disaksikan orang banyak apalagi diluar lingkungan sekitar.

Dengan adanya terpaan teknologi dan informasi kegiatan dakwah mengalami perkembangan, dimana kegiatan dakwah sekarang melalui media audio dan visual yaitu televisi. Sehingga acara keagamaan yang disiarkan melalui televisi mudah dan dapat dilihat secara langsung serta dapat didengar siapapun dan dimanapun, dengan demikian ruang dan waktu bukan penghalang lagi untuk kegiatan dakwah. Yang perlu diperhatikan oleh kita adalah bahwa kegiatan atau acara dakwah yang ditayangkan melalui televisi harus menggandeng orang-orang yang kreatif dalam menyajikan acara pada sebuah televisi. Mengapa demikian, karena acara dakwah ditelevisi terlihat monoton dan kurang menarik, yang akhirnya menimbulkan orang-orang berpindah tayangan.

TVRI merupakan stasiun yang masih konsisten dengan acara keagamaan, salah satunya acara “Untukmu Ibu Indonesia”, acara ini terlihat sangat berbeda karena menghadirkan pakar psikolog yang turut mengulas tema yang dibahas selain itu mengandung banyak pesan dakwah.

Dari uraian di atas, peneliti ingin mengetahui pesan-pesan dakwah yang terkandung di dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia” bulan Februari tanggal 08 2008 yang bersifat audio dan visual serta dominan sebanyak empat keeping kaset CD. Adapun metode yang digunakan adalah analisis isi melalui pendekatan deskriftif kuantitaif dengan menggunakan alat bantu berupa tabel coding dan menggunakan tiga juri dalam menganalisisnya.

Berdasarkan hasil analisis terhadap data-data yang terkumpul, peneliti menyimpulkan bahwa pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam acara adalah: Pesan dakwah yang mengandung nilai aqidah 12,65%, pesan dakwah yang mengandung nilai syari’ah sebesar 48,20 % dan pesan dakwah yang mengandung nilaik akhlak 39,15%.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah swt yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah memberikan kemudahan dalam segala hal dalam penulisan skipsi ini, sehingga peneliti mampu menyelesaikan pembuatan skripsi ini walaupun masih jauh dari kesempurnaan.

Shalawat dan Salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw yang telah mengajarkan kita kebenaran yang hakiki yaitu Islam. Selain itu peneliti menyadari betul tanpa doa, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini akan sukar diselesaikan, oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi bersama para Pembantu Dekan (I, II, dan III), ketua dan sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, serta para dosen yang telah mentransfer ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi peneliti dan segenap karyawan FDK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Jumroni M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan motivasi, mencurahkan perhatian dan meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dan petunjuk yang sangat berharga bagi peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

(7)

saat ujian menghampiri hari-hari ananda, selalu mengajarkan arti kehidupan yang tak pernah ananda dapatkan dibangku kuliah. Permohonan ananda kepada Allah untuk Abah dan Mama tempatkanlah mereka dalam surga-Mu ya Allah amien.

4. Tersayang Rumlah, Muhammad, Matruji, Kholil, Hamdi dan Kholifah perjalanan yang kita lalui bersama sampai saat ini menjadi kenangan termahal dan terindah dalam garis-garis perjalananku di atas bumi, terimakasih atas doa dan dorongannya.

5. Kepada Segenap pengasuh Pondok Pesantren Al-Amin beserta ustad/zah, sahabat/i ARI-ZIVA (02), “KPI (04), IKBAL, PMII, Tem-kos dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih atas doa-doanya. 6. Kepada ibu Nei Kadek Suwardin selaku produser acara ‘Untukmu Ibu

Indonesia” beserta generap krunya yang bertugas yang telah memberikan waktunya kepada peneliti dalam menggali data di Stsiun TVRI.

Hanya kepada Allah swt peneliti berserah diri, atas segala kebaikan hati dan ketulusan jiwa, peneliti haturkan beribu terimakasih atas semua bantuan dan jasa baik dari semua pihak, semoga Allah swt membalas dengan berlipat ganda.

Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini menjadi buah karya yang bermanfaat bagi semua orang dan menjadi khasanah keilmuan khususnya Ilmu Komunikasi Penyiaran Islam. Amin.

Jakarta, 10 September 2008

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………. i

KATA PENGANTAR ……... ii

DAFTAR ISI ……….. iv

DAFTAR TABEL ……….. vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ……….. 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………. ...9

D. Metodologi Penelitian ………... 10

E. Sistematika Penulisan ………... 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pesan Dakwah ……… 15

B. Siaran Agama di Televisi ……….. 32

BAB III GAMBARAN UMUM ACARA “UNTUKMU IBU INDONESIA” TVRI A. Visi dan Misi ……… 43

B. Target Acara ………. 43

C. Format Acara ……… 44

D. Gambaran Umum Acara “Untukmu Ibu Indonesia” … 46 E. Gambaran Umum Program-program Acara di Stasiun TVRI ………. 49

(9)

B. Pesan Dakwah yang Dominan dalam Acara “Untukmu Ibu Indonesia”……… 71

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………... 72 B. Saran-saran ………... 73

DAFTAR PUSTAKA ………74

(10)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Acara Dakwah Islam di Waktu Pagi di Stasiun TV………… 41

2. Tabel 2 Program-program Acara TVRI 2008………... 50

3. Table 3 Temuan Data Umum Pesan Dakwah dalam Tema “Percaya Diri Bicara Seks pada Anak Usia 0-6 Tahun………54

4. Table 4 Temuan Data Kategori Pesan Aqidah………..55

5. Table 5 Temuan Data Kategori Pesan Syari’ah………56

6. Table 6 Temuan Data Kategori Pesan Akhlak………..56

7. Tabel 7 Hasil Temuan Data Berdasarkan Rumus Coefisien Reability……….57

8. Tabel 8 Hasil Kesepakatan Antar Juri...………58

9. Tabel 9 Perhitungan Antar Juri ……….58

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Sekarang dan di masa mendatang masih akan terus berlangsung proses diversivikasi kegiatan dakwah Islamiyah. Proses itu belum selesai menjelang akhir dasawarsa mendatang. Itu disebabkan oleh mekarnya pluralisasi nilai keragamaan, kebutuhan, serta meluasnya lapisan (stratifikasi) sosial.

Memasuki abad ke-21 memang terjadi sindrom globalisasi. Seakan-akan menciptakan tuntutan baru terhadap agama, agar agama melakukan adaptasi dengan globalisasi. Itu berarti timbulnya keperluan agama untuk menjalankan reaktualisasi (reidentifikasi) firman-firman Tuhan dalam Al-Quran. Jika tidak demikian, ajaran Islam (kegiatan dakwah) sulit dilibatkan untuk menerangkan globalisasi dalam berbagai dimensi kehidupan umat.1

Manusia dalam mencapai tujuannya memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam hal kemampuan, kepandaian, kesehatan, perhatian dan pengalaman. Menyadari kelemahan itu tadi, kemudian orang berusaha menjalin kerja sama dalam pencapaian tujuan tersebut. Termasuk usaha dalam dakwah diperlukan kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait, apalagi dalam era globalisasi saat ini.

1

(12)

Misalnya dengan media massa (media cetak atau media elektronik) agar tujuan dalam mendidik umat dapat tercapai dengan baik.2

Perkembangan dakwah sebenarnya ditentukan oleh kerjasama yang baik semua pihak terutama, menghadapi era globalisasi informasi dan keterbukaan seperti saat ini dalam adaptasi, misalnya menggunakan sarana canggih serta memanfaatkan manajemen dan teknologi modern yang ada.

Kerjasama yang ideal pada hakekatnya, bentuk-bentuk hubungan antara juru dakwah disatu pihak sebagai penyampai pesan-pesan dakwah dengan pengelola media itu sendiri. Sehingga interaksi positif antara juru dakwah dengan umatnya dapat terjalin secara optimal.

Dua istilah yang perlu digaris bawahi di atas adalah: Pertama media elektronik (Televisi), yakni informasi yang disampaikan dan kemudian dikemas dalam bentuk acara yang dapat disaksikan secara langsung oleh audient. Kedua adalah dakwah berasal dari bahasa arab yang artinya: ajakan, seruan dan panggilan.

Dakwah islamiyah adalah ajakan kepada semua orang untuk mengakui, menyakini dan mengamalkan ajaran Islam guna kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Orang yang menyeru disebut da’i dan apa-apa yang diserukannya adalah pesan-pesan dakwah.

Kewajiban untuk berdakwah datang dari Firman Allah yang berbunyi:

2

(13)

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah

dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang

beruntung” (Al-Imron:104).

Maka dari itu peranan TV untuk pengembangan dakwah di sisi lain harus diakui, bahwa dakwah melalui TV sungguh efektif ketimbang dakwah konvensional yang biasa digunakan oleh juru dakwah kita selama ini, seperti mimbar-mimbar dalam momentum jum’at maupun beragam pengajian yang diadakan. Contoh pengajian yang diadakan dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad saw. Sehingga kegiatan seperti ini hanya bisa dinikmati oleh khalayak yang terbatas, sebaliknya dakwah yang disampaikan melalui TV dapat disaksikan oleh siapapun dan dimanapun.

Manurut Skomis dalam bukunya “Television and Society: An Incuest and Agenda” (1965), dibanding media massa lainnya (radio dan lain sebagainya) TV

nampaknya mempunyai sisi istimewa. TV merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bersifat informatif, hiburan dan pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. TV menciptakan suasana tertentu, yaitu para pemirsanya dapat melihat sambil duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikannya. Penyampain isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh TV mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual. 3

3

(14)

Televisi telah menawarkan berbagai acara yang diformat dan disajikan sedemikian rupa, tentunya sesuai dengan visi dan misi dari TV tersebut. Dakwah sebagai salah satu kegiatan komunikasi keagamaan diharapkan pada perkembangan dan kemajuan teknologi yang makin canggih ini dapat beradaptasi terhadap kemajuan tersebut, artinya pesan-pesan dakwah di tuntut dikemas dan disampaikan dengan terapan media komunikasi dan sesuai dengan mad’u yang di hadapi.

Tentunya tidak semua stasiun TV dapat diajak kerja sama dalam penyampian dakwah. Karena acara keagamaan pada stasiun TV bisa dibilang kurang diminati sebagian masyarakat. Hanya ada beberapa stasiun TV yang bisa dijadikan sarana untuk penyampain pesan-pesan dakwah, kalau pun ada biasanya acara keagamaan hanya memiliki jam tayang yang sangat pendek selain itu penempatan jam tayangnya kurang tepat. Kita tahu bahwa pemegang dari stasiun-stasiun TV yang ada di Indonesia saat ini dominan dipegang oleh orang-orang nonmuslim, sehingga tidak memiliki komitmen dengan aturan-aturan Islam dalam mewarnai dan memberikan pengaruh yang baik pada acara yang disiarkan, melainkan media TV umumnya dikembangkan sebagai usaha bisnis yang hanya memenuhi selera rendah rohani.4

Kalau kita amati TV memiliki wajah yang kontra diktif dan produks, terutama dalam acara-acara yang ditayangkan. Satu sisi bersifat mendidik dan di sisi lain bersifat tidak mendidik sama sekali. Di satu pihak banyak menayangkan siaran

4

(15)

rohani, tetapi di lain pihak banyak pula menayangkan acara-acara hiburan yang menawarkan selera rendah kepada pemirsa menurut tolak ukur norma agama.

Sementara tiga dasawarsa belakangan ini merupakan kurun waktu yang memadai bagi kita untuk menilai diri sendiri, mental, moral, perilaku, wawasan, cita-cita dan sebagainya. Kesemuanya itu adalah dampak dari TV yang berhasil menampilkan realitas sosial melalui perangkat elektronik canggih (kamera dan mikrofon). Pemirsa dapat menikmati gambar dan suara yang nyata atas suatu kejadian di belahan bumi lain. Media TV pun pada akhirnya melahirkan istilah baru dalam pola peradaban manusia yang lebih dikenal dengan “mass culture” (kebudayaan massa).5

Di Indonesia kecenderungan TV swasta sudah mulai mengarah kepada system di Amerika Serikat. Ini dimulai dari garapan-garapan sinetron, kuis dan beberapa acara hiburan lainnya. Cara seperti ini memang sangat menguntungkan bagi stasiun TV tersebut karena semuanya dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bisnis yaitu untung dan rugi.

Pengaruh TV itu diibaratkan pisau bermata dua, ia merupakan alat yang ampuh dalam memberikan manfaat kepada masyarakat sesuai dengan ketepatan dan besarnya pengarahan. Namun sebaliknya secara ektrim dapat membentuk komunitas yang ragu-ragu terhadap suatu keyakinan yang tumbuh dikalangan masyarakat. Karena semua pesan-pesan yang disampaikan oleh TV bisa diterima total tanpa membantah, seolah-olah yang disampaikannya itu suatu kebenaran mutlak, di lain pihak disebut bak pasien yang tak berdaya menerima suntikan tadi,

5

(16)

dengan harapan ‘sakit’-nya (keinginan dan rasa hausnya terhadap informasi) dapat terobati.

Berbeda dengan stasiun yang lain, TVRI adalah stasiun yang dimiliki pemerintah memiliki latar belakang sejarah yang spesifik. Peraturan pemerintah yang saat itu masih belum mengizinkan lahirnya TV swasta sehingga menyebabkan TVRI harus memproduksi acara sendiri.6, di Indonesia media massa bukan saja menyuguhkan acara-acara yang serat dengan pesan-pesan moral dan agama, bahkan secara khusus ia menyajikan program atau kolom “mimbar agama”.

Melalui TVRI misalnya, dengan porsi tidak kurang dari 10% dari seluruh acaranya disediakan untuk mimbar agama, masyarakat kita bisa menikmati santapan rohani secara rutin. Bahkan, lebih dari itu pesan-pesan keagamaan bukan saja disalurkan melalui program-program mimbar keagamaan, tetapi juga lewat sajian-sajian film dan syair-syair lagu. Seringkali pesan-pesan itu jauh lebih mudah diterima audien. Ambil saja contoh seperti penayangan sinetron “Desaku Bumiku” arahan Ali Shahab.7

Perlu kita ketahui bahwa TVRI merupakan stasiun awal yang membuat acara-acara keagamaan yang masih eksis sampai saat ini, diantaranya Hikmah Pagi, Mutiara Jum’at, dan teletilawah. Selain itu TVRI juga menayangkan mimbar agama seperti Mimbar Agama Islam, Mimbar Agama Kristen Katholik dan Protestan, Mimbar Agama Hindu, Mimbar Agama Budha dan Mimbar Agama

6

Dedy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 8.

7

(17)

Kong Hu Chu. Tidak hanya itu TVRI menjalankan fungsinya sebagai media massa, yakni memberi penerangan (informatif), menghibur (rekreatif) dan mendidik (educatif).

Pada saat ini TVRI menambah produksi tayangan baru siaran keagamaan, yang diberi judul “Untukmu Ibu Indonesia”, ini merupakan pergantian dari acara Mutiara jum’at. Acara ini memiliki nuansa yang berbeda dan baru dalam penyajiannya dibandingkan dengan acara keagamaan yang lain dimana acara ini tidak hanya menghadirkan nara sumber bintang tamu dan pakar agama seperti acara-acara sebelumnya atau yang telah ada melainkan acara ini menghadirkan pakar psikolog guna ikut serta dalam mengkaji topik yang sedang diperbincangkan.

Sebelum acara ini masuk pada topik pembahasan terlebih dahulu dihantarkan oleh lagu yang disesuaikan dengan topik yang diangkat, kemudian bintang tamu dan nara sumber mengulas topik yang diangkat, selanjutnya topik tersebut ditanggapi atau dikomentari oleh pakar psikolog dan pakar agama juga terdapat peran aktif dari audien yang bertanya tentang topik tersebut. Acara ini diakhiri dengan lagu yang dinyanyikan oleh presenter sendiri yaitu Hj. Neno Warisman.

(18)

Acara “Untukmu Ibu Indonesia” ditayangkan pada hari jum’at tepatnya jam 11:00-12:00 WIB. Acara ini untuk semua kalangan dan agama, akan tetapi lebih dikhususkan untuk perempuan atau ibu karena pada jam tersebut semua laki-laki muslim sedang melaksanakan sholat jum’at dan biasanya pada jam ini para ibu atau perempuan memiliki waktu kosong alangkah baiknya bila waktu tersebut digunakan atau dimanfaatkan untuk menyaksikan acara “Untukmu Ibu Indonesia”dimana akan memberikan kita tambahan ilmu pengetahuan dalam berbagai hal.

Presenter dalam acara ini adalah Hj. Neno Warisman yang mana beliau seorang artis yang lebih banyak berkecimpung dalam kegiatan dakwah. Acara “Untukmu Ibu Indonesia” merupakan acara yang serat dengan ilmu pengetahuan baik pendidikan, psikologi, agama dan banyak mengandung pesan-pesan dakwah di dalamnya.

Melihat latar belakang di atas bahwa televisi merupakan sarana efektif dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah dengan melalui tayangan-tayangan atau acara-acara keagamaan. Hal ini yang membuat peneliti tertarik mengangkat judul skripsi: “Analisis Pesan Dakwah Dalam Acara “Uuntukmu Ibu Indonesia” TVRI

B.Batasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

(19)

terdapat dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia”. Penelitian ini menganalisis acara Tanggal 08-2-2008. dengan tema “Percaya Diri Bicara Seks pada Anak Usia 0-6 Tahun

Adapun alasannya adalah karena tema yang diangkat atau dibahas pada bulan tersebut adalah bagaimana cara mendidik anak-anak (0-6 tahun) khususnya pendidikan seks yanga mana agar anak-anak memilki dasar dan pengetahuan dalam hal tersebut sehingga tidak terjerumus dalam pergaulan bebas dan masuk ke lubang kemaksiatan. Ini semua demi masa depan mereka serta Agama dan bangsa. Anak merupakan generasi penerus untuk masa depan Agama, bangsa dan negara, baik buruknya semua itu berada di tangan mereka dan tak terlepas siapa yang mendidik mereka. Sehingga para orang tua dan kita semua dituntut untuk mampu mendidik anaknya. Didikan yang baik akan menciptakan generasi yang baik dimana ini yang sangat diharapkan Negara kita saat ini bukan sebaliknya. Jadi dengan acara ini para orang tua khususnya ibu dan kita semua di seluruh Indonesia mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan dan bisa belajar bagaimana mendidik anak yang baik dalam segala hal.

2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

a. Bagaimana pesan-pesan dakwah dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia”? b. Pesan dakwah yang dominan dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia”

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

(20)

a. Untuk mengetahui bagaimana pesan-pesan dakwah dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia”

b. Untuk mengetahui Pesan dakwah yang dominan dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia”

2. Manfaat Penelitian: a. Manfaat akademis

Untuk memberikan kontribusi positif dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya studi dakwah dan komuniksi, selain itu memberikan pengetahuan akan metode atau cara bagaimana dakwah yang dikemas dalam sebuah televisi dan kegunaan teferensi.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan sebagai masukan baru untuk menambah wawasan berbagai kalangan seperti, teoritis, praktisi dan yang paling utama para aktifis dakwah Islam (dai) dan pengelola televisi. Khususnya yang menjadikan televisi sebagai alternatif untuk menyampaikan, menyebarkan nilai-nilai agama dan pesan-pesan dakwah secara efektif dan efisien sehingga kegiatan dakwah di atas bumi ini terus berjalan demi kemaslahatan kita.

D. Metodologi Penelitian

(21)

Penelitian ini merupakan penelitian analisis isi (content analysis), dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, yakni peneliti menganalisis pesan-pesan dakwah dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia” bulan Februari 2008.

Dalam analisis ini peneliti dibantu tiga orang juri dengan menggunakan tabel coding guna mendapatkan hasil yang objektif dan akurat. Selain itu peneliti akan menampilkan transkip data dan gambar acara “Untukmu Ibu Indonesia” guna memperkuat data yang telah diperoleh.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian adalah Acara “Untukmu Ibu Indonesia” TVRI adapun objek penelitian adalah Pesan-pesan Dakwah dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia”.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang yang dilakukan adalah: a. Metode Observasi

Observasi yang peneliti lakukan adalah bersifat menyaksikan, mengamati dan mendengarkan secara tidak langsung (melalui kaset) acara “Untukmu Ibu Indonesia” di ruang sensor bersama bapak A. Sattar Gani, kemudian mengkopi acara tersebut khususnya bulan Februari 2008 sebagai bahan yang akan di analisis dalam penelitian ini.

b. Metode Wawancara.

(22)

“Untukmu Ibu Indonesia” khususnya gambaran umum acara tersebut. Selain itu peneliti mengadakan wawancara dengan telepon dengan mba’ Rahmah selaku sekretaris NSF (Neno Seto Fondation) yang bekerja sama dengan TVRI dalam acara ini, guna memperbanyak data untuk penelitian ini.

c. Dokumentasi

Data yang diperoleh berasal dari dokumen-dokumen stasiun TVRI seperti kaset CD, dimana peneliti mentransfer acara “Untukmu Ibu Indonesia” bulan Februari 2008 ke dalam CD (satu keping kaset) yang dibantu oleh pak Sudarsono selaku pasca produksi. Semua ini untuk memudahkan peneliti dalam menganalis pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam acara tersebut. Selain itu peneliti memperoleh berkas-berkas dan foto yang berhubungan dengan acara ini.

4. Analisa Data

Setelah peneliti memperoleh data yang ditentukan sebagai sample yaitu kaset acara ‘Untukmu Ibu Indonesia” bulan Februari 2008 yaitu satu keping kaset CD. kemudian peneliti merekam acara tersebut dan dijadikan ke dalam bentuk transkip data, dalam pengolahan data ini peneliti melakukannya dalam bentuk Cooding Sheet.

Unit analisa yang digunakan dalam penelitian adalah pesan dakwah dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia” bulan Februari 2008, kategori dibuat berdasarkan pesan dakwah yang terdapat dalam acara tersebut.

(23)

“Untukmu Ibu Indonesia” di mana mereka telah disediakan terlebih dahulu tabel koding guna memberikan penilaian terhadap data tersebut.

Penelitian ini menggunakan rumus Holsti untuk mencari koefisien reabilitas kategori antar juri dan untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri yaitu sebagai berikut :

Koefisien Reabilitas : 2M N1 +N2 Keterangan :

2M : Nomor keputusan yang sama antar juri N1, N2 : Jumlah item yang dibuat oleh tim juri Komposit Reabilitas : N (X antar juri)

1 + (N-1) (X antar juri) Keterangan :

N : Jumlah juri

X : Rata-rata koefisien reabilitas antar juri

Selanjutnya diketahui kesepakatan juri terhadap pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam acara “Untukmu Ibu Indonesia yang bersifat audio dan visual sebagaimana tabel berikut ini:

5. Pedoman Penulisan

Adapun teknik penulisan yang digunakan, berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, tesis dan desertasi) yang disusun oleh Hamid Nasuhi, dkk, (Jakarta: CeQDA 2007) cet ke-2.

E.Sistematika Penulisan

(24)

BAB I PENDAHULUAN: Memuat, Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI: Memuat, Tinjawan Tentang Pesan Dakwah dan Siaran Agama di Televisi.

BAB III GAMBARAN UMUM ACARA “UNTUKMU IBU

INDONESIA” TVRI: Memuat, Visi dan Misi, Target Acara, Format Acara, Gambaran Umum Acara “Untukmu Ibu Indonesia” dan Gambaran Umum Program-program Acara di Stasiun TVRI.

BAB IV ANALISIS PESAN DAKWAH DALAM ACARA

“UNTUKMU IBU INDONESIA": Memuat, Bagaimana Pesan-pesan Dakwah dalam Acara “Untukmu Ibu Indonesia”, Pesan Dakwah yang Dominan dalam Acara “Untukmu Ibu Indonesia”

BAB V PENUTUP: Memuat Kesimpulan yang merupakan jawaban

[image:24.595.112.515.171.562.2]
(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Tentang Pesan Dakwah

1. Pengertian Pesan Dakwah

Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti pesan yang sebenarnya menjadi pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat secara panjang lebar mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan akhir komunikasi itu.8

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pesan adalah perintah, nasehat, permintaan, amanat yang disampaikan lewat orang lain.9

Adapun bentuk pesan adalah:

a. Pesan verbal adalah pesan dengan menggunakan symbol-symbol verbal. b. Pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.10

c. Informatif adalah bersifat memberikan keterangan-keterangan (fakta-fakta), kemudian komunikasi mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri.

d. Persuasif adalah berisikan bujukan, yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan

8

Widjaja, Ilmu komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: Rineke Cipta, 1988), h. 32.

9

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 865.

10

(26)

perubahan sikap, tetapi perubahan ini adalah atas kehendak sendiri (bukan dipaksa) perubahan tersebut diterima atas kesadaran sendiri.

e. Koersif adalah pesan yang bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi apabila tidak dilaksanakan.11

Pesan atau materi dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Ajaran Islam berpangkal pada dua pokok: Al-Quran dan Sunnah Rasullah saw (hadits). Isi dakwah kalau dianggap perlu bisa ditambah dengan hasil ijtihad dari ulama atau sarjana muslim yang terpercaya dan kuat.12 Oleh karena itu seorang da’i tidak boleh menyimpang dari dua pokok yang menjadi pesan atau materi dakwah. Rasulullah saw di dalam berdakwah menjadikan Al-Quran (wahyu Allah) sebagai materi inti. Setiap Rasulullah berdakwah selalu membawa Firman Allah dan menyampaikan pula penjelasannya. Segala kata-kata dan perbuatan Rasulllah saw, yang merupakan penjelasan dari Al-Quran dipandang sebagai sunnah (hadits).

Ajaran-ajaran Islam itu meliputi aspek dunia dan akhirat, maka tentunya pesan atau materi dakwah itu luas sekali. Di sini perlu kiranya disampaikan pokok-pokok pesan atau materi dakwah (ajaran Islam) adalah:

a. Aqidah Islam, Tauhid dan Keimanan b. Pembentukan pribadi yang sempurna

c. Membangun masyarakat yang adil dan makmur d. Kemakmuran dan kesejahteraan dunia dan akhirat13

11

Widjaja, Ilmu komunikasi…, h. 32.

12

Hasanuddin. Rhethorika Da’wah dan Publisistik dalam Pemimpin (Surabaya: Usaha Ofcet Printing, 1982), h.41.

13

(27)

Bila kita memperhatikan Al-Quran dan As-Sunnah maka kita akan mengetahui, sesungguhnya dakwah menduduki tempat dan posisi utama, sentral, strategis dan menentukan, keindahan dan kesesuaian Islam dengan perkembangan zaman, baik dalam sejarah maupun dengan praktiknya, sangat ditentukan oleh kegiatan dakwah yang dilakukan umatnya. Pesan atau materi dakwah dan metodenya yang tidak tepat sering memberi gambaran (image) dan persepsi yang keliru tentang Islam.

Apapun pesan atau materi dakwah yang diberikan, pada dasarnya bersumber dari Al-Quran dan Hadits sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syari’ah dan akhlak.14

1. Aqidah

Dalam ajaran Islam, aspek aqidah secara umum termaktub dalam rukun-rukun iman (arkan al-iman) yang terdiri dari iman kepada Allah, iman kepada para malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada para rasul-rasul-Nya, iman kepada hari akhir dan iman kepada qada dan qadar-Nya.

Namun aspek aqidah yang terpenting adalah tauhid atau mengesakan Allah SWT. Dalam pandangan dan perspektif Islam, tauhid atau persaksian dan pengakuan tiada Tuhan selain Allah adalah doktrin sentral dan asasi. Semua ajaran Islam berpangkal dan berlandaskan pada doktrin tauhid dengan demikian, keimanan dan keislaman seseorang sangat ditentukan oleh sejauh mana ia memegang doktrin ketauhidan tersebut.

14

(28)

Bahkan prinsip tauhid ini merupakan inti dari semua ajaran para nabi sebelum datang risalah Muhammad saw. Semenjak Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad saw, tauhid dijadikan sebagai asas dan esensi ajaran. Semua nabi mengemban misi utama yang sama yaitu tegaknya tauhid sebagai landasan hidup dan kehidupan umat manusia di muka bumi.15 Aqidah berupa tauhid Islam, hampir separuh dari misi nabi Muhammad saw dalam waktunya diangkat sebagai Nabi dipergunakan untuk mengajarkan tauhid Islam “La-ila-ha illallah”, dan dosa yang terbesar adalah musyrik kepada Allah16

Dalam Al-Quran Allah menegaskan, bahwa Dia tidak akan pernah memberikan ampunan bagi setiap pelanggar prinsip tauhid. Hal ini ditegaskan dalam surat An-Nisaa ayat 48, yang berbunyi:

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu bagi orang yang

dikehendaki-Nya. Barangsiapa mempersekutukan Allah maka

sungguh ia telah berbuat dosa yang besar” (Q.S An-Nisa:48).

Sebagai ajaran yang sangat prinsipil, doktrin tauhid bukanlah konsep kosong yang tidak hanya ada dalam ucapan dan kenyakinan seseorang. Justru yang

15

Irfan Hielmy, Dakwah Bil-Hikmah (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002), h. 74-75.

16

(29)

terpenting adalah bagaimana mengaktualisasikan doktrin tauhid itu dalam prilaku keseharian umat Islam.17

Pembahasan mengenai aqidah Islam pada umumnya berkisar pada Arkanul Iman (rukun iman yang enam), yaitu:

1. Iman kepada Allah

2. Iman kepada Malaikat-malaikat-Nya 3. Iman kepada Kitab-kitabnya

4. Iman kepada Rasul-rasulnya 5. Iman kepada Hari Akhir

6. Iman kepada Qadha dan Qadar 18 2. Syari’ah

Aspek syari’ah, menurut prof. Dr. Syekh Mahmud Syaltut dalam bukunya “ Al-Islam Aqidah wa Syari’ah” berisi tentang susunan, aturan dan ketentuan yang disyari’atkan Allah dan Rasul dengan lengkap atau pokok-pokonya saja, supaya manusia mempergunakannya dalam mengatur hubungan dengan Allah, saudara seagama, sesama manusia serta hubungannya dengan alam dan kehidupan.

Secara umum syari’at Islam terdiri dari ‘ubudiyah, mu’amalah jinayah, qadhayah dan siyasah:

Aspek ubudiyah disebut dengan ibadah, diperluas lagi menjadi ibadah

mahdhah dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah seperti shalat, puasa haji dan lain-lain. Tata cara dan pelaksanaan ibadah mahdhah harus mengacu pada titah

17

Hielmy, Dakwah Bil-Hikmah, h. 73-75.

18

(30)

Allah dan Rasul-Nya, sehingga manusia dilarang dan diharamkan menambah atau mengurangi aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan di seputar ibadah mahdhah.

Sedangkan aspek ghairu mahdhah (mu’amalah, jinayah, qadhayah dan siyasah), kemungkinan untuk menambah atau memperbaharui (tajdid) dan menyempurnakan masih tetap ada, sejauh tidak bertentangan dengan dalil-dalil yang qath’i, baik qath’i al-wurud maupun qath’i al-dilalah.

Adapun yang perlu ditekankan adalah bahwa berbagai ketentuan dan aturan yang termuat dalam aspek syari’at itu adalah keharusan kita umat Islam untuk mematuhi dan mentaati. Sikap dan prilaku taat dan patuh terhadap aturan dan ketentuan yang termuat dalam syari’at itulah yang akan melahirkan kemaslahatan, keadilan, harmonisasi dan keseimbangan kehidupan, baik dalam hubungannnya dengan Allah swt, sesama muslim, sesama manusia maupun lingkungan alam secara keseluruhan.

Karena tujuan syari’at Islam pada hakikatnya adalah. pembentukan pribadi dan masyarakat yang:

1. Bersih dan suci jiwanya

2. Menegakkan keadilan dalam seluruh aspek kehidupan manusia 3. Menegakkan hak asasi manusia

4. Tercapainya kemaslahatan umum.19

Menurut yusuf Qordhowi, kata syari’ah mempunyai arti “jalan” dapat kita jumpai Firmana Allah swt surat Al-Jatsiyah ayat : 18 yang berbunyi :

19

(31)

Artinya: “kemudian kami jadikan kamu berada di atas yang syariat (peraturan) dari urusan (agama itu) , maka ikutilah syari’at itu

dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak

mengetahui”. (QS. Al-Jatsiyah :18)

Materi sayari’ah ini sangat luas dan mengikat seluruh umat manusia di dunia, ia merupakan jantung yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Selain itu sayari’ah bersifat universal yang menjelaskan hak-hak umat muslim dan nonmuslim bahkan hak seluruh umat manusia, dengan adanya syari’ah maka tatanan system di dunia akan teratur dan sempurna. Di samping itu syari’ah mengandung dan mencakup kemaslahatan social dan moral yang meliputi:

1. Ibadah (dalam arti kusus) : Tharah, Sholat, Zakat , Puasa dan Haji. 2. Mu’amallah (dalam arti khusus)

1) Al-Qununul khas (hukum perdata) • Mu’amallah (niaga)

• Mu’amallah (nikah)

• Mu’amallah (waris dan sebagainya)

2) Al-Qanunul’am (publik) • Hinayah ( pidana ) • Khilafah (Negara)

(32)

Mu’amalah adalah segala aturan agama yang mengatur hubungan antar sesama manusia baik yang seagama maupun tidak , antara manusia dengan kehidupannya dan antara manusia dengan alam sekitarnya.

Aturan agama yang mengatur hubungan antara manusia dengan kehidupannya, dapat kita lihat antara lain dalam hukum Islam tentang makanan, minuman, mata pencarian yang diharamkan atau sebaliknya. Adapun hubungan manusia dengan alam seperti memanfaatkan kekayaan alam semesta untuk kesejahteraan

Jadi jelaslah bahwa mu’amalah mempunyai ruang lingkup yang sangat luas karena mengenai segala aspek kehidupan manusia misalnya pendidikan terhadap anak dalam segala hal dimana semua itu akan menjadi tongkat atau bekal dalam kehidupan selanjutnya.

3. Akhlak

Aspek akhlak dalam bahasa sehari-hari sering disebut dengan etika, moral dan budi pekerti. Namun demikian konsep akhlak memiliki dimensi yang lebih luas dari pada konsep di atas. Sebab konsepsi akhlak tidak hanya mencakup hubungan antara manusia dengan sesama manusia, tetapi juga hubungan manusia dengan flora dan fauna, serta hubungan manusia dengan alam lingkungannya.

Menurut ajaran Islam aspek akhlak tidak dapat dipisahkan dari aspek aqidah,

(33)

buruk, melainkan juga berprilaku dan selalu condong pada al-akhlaq al-karimah

atau akhlak yang baik dan mulia.

Memang harus kita akui, bahwa upaya untuk menggali ajaran-ajaran diseputar

al-akhlak al-karimah dari Quran dan Sunnah masih sangat terbatas maka tidak heran, apabila pendidikan akhlak yang biasa diberikan baru berkisar pada konsep-konsep tentang: sabar, tawakal, qanaah, zuhud, iffah, berbakti kepada orang tua, sikap pada tetangga dan konsep sejenis lainnya.

Padahal kalau memiliki kemauan dan kemampuan untuk menggali konsepsi-konsepsi akhlak menurut Quran dan Sunnah secara lebih mendalam, maka kita akan menemukan solusi-solusi ajaran Islam yang berkaitan dengan etika politik, etika sosial, etika ekonomi, dan etika hubungan internasional.

Tanpa disadari bahwa pendidikan akhlak yang diterima oleh kita selama ini, telah membuai kita menjadi masyarakat yang dikuasai dan dikendalikan oleh gaya hidup modern yang materialistik. Dari kondisi ini saja kita sudah dapat mengatakan bahwa krisis yang tengah mendera bangsa kita saat ini, tiada lain diakibatkan oleh adanya krisis akhlak dan krisis moral.20

Selain itu akhlak memiliki pengertian yang sangat luas baik bersifat lahiriyah dan melibatkan pemikiran akhlak mencakup berbagai aspek yang meliputi :

a. Akhlak kepada Allah swt, akhlak ini bertolak pada pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah

b. Akhlak terhadap sesama

20

(34)

c. Akhlak terhadap lingkungan disini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik yang binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda yang tidak bernyawa.21

Adapun perinciannya adalah: 1. Akhlak terhadap Khalik 2. Akhlak terhadap Makhluk

a. Akhlak terhadap manusia Diri sendiri

Tetangga Masyarakat

b. Akhlak terhadap bukan manusia Flora

Fauna dan sebagainya

Materi dakwah yang berujud pesan-pesan sudah tentu mempunyai tujuan yang direncanakan, sebagaimana yang dipesankan oleh agama kepada para da’i dan muballigh serta cendikiawan atau ulama muslim.

Materi dakwah menyangkut dua hal penting ialah: a. Sifat materi dakwah:

i. Hendaknya materi itu berakar kepada akarnya, yakni ajaran Islam yang murni (Kitabullah dan Sunnatur Rasul)

21

(35)

ii. Hendaknya materi mampu memberikan bahan atau pelayanan kemasyarakatan yang mempunyai segi banyak sesuai dengan keperluan hidupnya dan kemampuan penerimannya.

iii. Hendaknya materi berpusat pada hidup dan kehidupan manusia, sebab keberhasilan hidup inilah yang akan menentukan kondisi kebaikan dunia dan akhiratnya.

iv. Hendaknya materi mampu memberikan tuntutan “keselarasan, keseimbangan dan keserasian” dalam kehidupan manusia.

b. Proses pengembangan materi:

i. Dakwah dapat menunjang dan menyempurnakan nilai system sosial para penerima dakwah, sehingga memungkinkan diperkembangkan materi dakwah oleh para penerima.

ii. Pemberian sarana pembantu terhadap materi dakwah itu sendiri. iii. Adanya evaluasi terus menerus hasil dakwah yang diberikan.

iv. Agar dakwah dengan materi yang diberikan itu mantap, hendaknya dipakai dan dipergunakan sistematik yang baik.

v. Perlunya dibina kerjasama yang baik antar penerima dakwah dengan da’i dan masyarakat lingkungan, agar memungkinkah pengembangan yang lebih maju untuk selanjutnya.22

2. Hakikat Pesan Dakwah

Hakikat pesan dakwah dengan merujuk pada ayat-ayat Al-Qur’an sebagai kitab dakwah, dapat dijelaskan secara singkat berikut ini adalah:

22

(36)

a. Di antara wujud kebenaran hakiki (al-haq) adalah al-Islam dan syari’ah, maka pesan dakwah adalah al-Islam atau syari’ah, sebagaimana kebenaran hakiki yang datang dari Allah melalui Malaikat Jibril kepada para nabi-Nya, dan sampai kepada nabi terakhir, yakni Muhammad saw. Pesan dakwah ini dalam Al-Quran diungkapkan dengan terma yang beragam yang menunjukkan fungsi kandungan ajaran-Nya, misalnya dalam Al-Quran An-Nahl ayat 125 disebut dengan sabili rabbika (jalan Tuhanmu), yang berbunyi:

Artinya: “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmahdan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan

cara yang baik (QS. An-Nahl :125)

(37)

c. Sumber utama ajaran Islam sebagai pesan dakwah adalah Al-Quran itu sendiri, yang memiliki maksud spesifik, paling tidak ada sepuluh maksud pesan Al-Quran sebagai sumber utama Islam yaitu berikut ini:

i. Menjelaskan tiga hakikat agama Islam, yaitu iman, Islam dan ihsan, yang didakwahkan oleh para nabi dan rasul.

ii. Menjelaskan segala sesuatu yang belum diketahui manusia tentang hakekat kenabian, risalah dan tugas para rasul Allah.

iii. Menyempurnakan aspek psikologi manusia secara individu, kelompok dan masyarakat.

iv. Mereformasi kehidupan sosial kemasyarakatan dan sosial politik di atas dasar kesatuan nilai kedamain dan keselamatan dalam agama.

v. Mengokohkan keistimewaan universalitas ajaran Islam dalam pembentukan kepribadian melalui kewajiban dan larangan.

vi. Menjelaskan hukum Islam tentang kehidupan politik Negara. vii. Membimbing penggunaan urusan harta.

viii. Mereformasi system peperangan guna mewujudkan kebaikan dan kemaslahatan manusia dan mencegah dehumanisasi.

ix. Menjamin dan memberikan kedudukan yang layak bagi hak-hak kemanusiaan wanita dalam beragama dan berbudaya.

x. Membebaskan perbudakan

d. Al-Quran menjelaskan Islam sebagai pesan dakwah memiliki karakteristik unik dan selalu masa kini yakni:

(38)

ii. Islam sebagai agama nasional dan pemikiran. iii. Islam sebagai agama ilmiah, hikmah dan fiqhiyah.

iv. Islaam sebagai agama argumentatif (hujjah) dan demonstaratif (burhan) v. Islam sebagai agama hati (qalb), kesadaran (wijdan) dan nurani (dhamir). vi. Islam sebagai agama kebebasan (huriyah) dan kemerdekaan (istiqlal). vii. Selain yang telah dikemukakan, Islam sebagai agama kedamian dan

kasih sayang bagi seluruh alam (rahmatan lil‘alamin).

Murtadha Mutahhari mengemukakan karakteristik filosofis pandangan dunia Islam sebagai pesan dakwah yang dirumuskan dalam proposisi berikut:

1) Alam semesta memiliki sifat Ilahi (devine nature).

2) Alam semesta yang realitasnya bergantung pada-Nya dan yang diciptakan dalam zat-Nya, juga diciptakan dalam arti temporal.

3) Apapun yang nyata dalam dunia ini adalah tingkatan yang lebih rendah dari pada realitas yang termasuk dalam dunia lain yang disebut alam gaib.

4) Alam semesta mempunyai tabiat kembali kepada-Nya.

5) Alam semesta adalah suatu system sebab akibat yang bersifat psikologi saja. 6) System sebab-akibat tidak terbatas pada sebab akibat yang bersifat psikologi

saja.

7) Ada serangkian tradisi (sunnah) dan hukum-hukum yang kokoh mengatur dunia dan esensal bagi system sebab dan akibat di dalam semesta.

(39)

9) Dunia mengandung kebaikan dan kejahatan, keserasian dan ketidak serasian, kemurahan dan kekikiran, cahaya dan kegelapan, cahaya dan diam, tetapi kebaikan, keserasian, kemurahan hati, cahaya dan gerakan mempunyai eksistensi yang asli, sementara kejahatan, kontradiksi, kekikiran, kegelapan dan mempunyai eksistensi yang parasitis dan subordinat. Namun eksistensi yang parasitis itu memainkan peranan penting dalam menciptakan kebaikan, keserasian, kemakmuran hati, cahaya, gerakan dan perkembangan.

10) Karena alam semesta merupakan kesatuan yang hidup, artinya karena alam semesta diatur oleh kekuatan-kekuatan yang cerdas, ia adalah alam semesta aksi dan reaksi. Alam semesta tidaklah acuh terhadap kebaikan dan kejahatan manusia, ada pahala dan hukuman, pertolongan dan pembahasan yang seimbang (qishash) di dunia ini, di samping yang akan datang di akhirat. bersyukur dan berbuat kufur tidaklah sama.

11) Sesudah kehidupan yang sekarang ini, manusia akan mengalami kehidupan abadi, yaitu akan diberi pahala atau hukuman sebagai hasil dari awal perbuatannya dalam kehidupan yang sekarang ini.

12) Ruh manusia adalah kenyataan yang abadi

13) Prinsip dasar dan dasar-dasar kehidupan, yakni perinsip-prinsip kehidupan moral dan manusiawi adalah abadi dan tetap

14) Kebenaran adalah abadi.

(40)

16) Kehendak Ilahi menggariskan kemenagan akhir dan kebenaran atas kebatilan.

17) Manusia diciptakan sederajat dan tak seorangpun mempunyai hak istimewa atas orang lain karena rupa kejadiannya, sebab manusia hanya dibedakan manurut:

• Ilmunya (Q.S.Az-Zumar [39] : 9), yang berbunyi:

Artinya: “Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak tidak mengetahui”?

(QS. Az-Zumar :9)

• Perjuangan keagamaan dan spritual di jalan Tuhan (QS. An-Nisa’: 95),

yang berbunyi:

Artinya: “Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (yang tidak turut berperang )tanpa mempunyai uzur (halangan) dengan orang yang

(41)

melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan

jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa

halangan).kepada masing-masing, Allah menjanjikan (pahala) yang

baik (surga )dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas

orang yang duduk dengan pahala yang besar. (QS. An-Nisa: 95)

18) Menurut tabiatnya, manusia mamiliki serangkaian pembawaan dan kapasitas batin, termasuk pembawaan moral dan relegius.

19) Karena setiap orang dilahirkan membawa fitrah manusiawai, orang yang peling jahatpun mempunyai kemampuan untuk menerima nasihat dan tobat. 20) Meskipun manusia merupakan satu kesatuan yang riel, ia juga merupakan

gabungan (dari unsur-unsur yang berbeda).

21) Karena manusia memiliki esensial spiritual yang tinggi dan kehendak seseorang bersumber realitas spritualnya, manusia adalah merdeka independent.

(42)

23) Tuhan tidak mengubah nasib suatu kaum, kecuali jika mereka mengubah diri mereka sendiri (terlebih dahulu) mengubah apa yang ada dalam diri mereka.

24) Tuhan yang maha kuasa yang menciptakan alam semesta termasuk manusia adalah zat yang maha kaya, lengkap dalam segala aspek dan sempurna secara mutlak.

25) Alam semesta memiliki ketetapan khusus, seperti keterpaduan organisasi dari suatu makhluk hidup sebab ia berasal dari suatu sumber (Tuhan) dan kembali kepada-Nya dalam jalan yang serasi.

Dakwah sebagai aktivitas internalisasi, transmisi, transformasi, dan difusi

ajaran Islam, dalam prosesnya melibatkan unsur da’i, pesan, metode, media dan mad’u yang merupakan satu kesatuan yang saling terkait antara satu unsur lainnya. Adapun respon, tujuan dan dimensi ruang dan waktu merupakan sesuatu yang melekat (iltizam) proses dakwah, yaitu sesuatu yang berbeda di luar unsur dakwah, tetapi tidak dapat terpisahkan dari proses dakwah.23

B.Siaran Agama di Televisi

Ketika Islam baru datang 14 abad yang lalu, dakwah Islam dilakukan dengan tatap muka langsung satu persatu atau kepada sekelompok orang. Selama berabad-abad kecuali di padang Arafah setiap musim haji metode inilah yang sering dilakukan, hal itu sudah memenuhi kebutuhan, yakni menjangkau mad’u.

23

(43)

Pada abad ke-19-20 mulai muncul forum dakwah dalam bentuk ceramah umum, dihadiri oleh sejumlah besar orang dan mulai menggunakan alat bantu, yaitu pengeras suara. Ceramah agama di stadion Senayan misalnya, dihadiri oleh lebih dari seratus ribu orang.

Dewasa ini, dikala globalisasi tak bisa dihindari di mana arus informasi dan kebudayaan manca Negara langsung masuk kerumah-rumah penduduk melalui media massa padahal arus kebudayaan asing itu menjadi saingan berat dari seruan dakwah Islam, maka dakwah melalui media massa meski hanya bagaikan setetes embun di tengah dinamika atau lebih tepatnya kegerahan masyarakat bumi merupakan suatu keharusan.24

Dalam buku Empat Windu TVRI disebutkan. TV merupakan temuan orang-orang Eropa. Perkembangan pertelevisian di dunia ini sejalan dengan kemajuan teknologi elektronik, yang bergerak pesat sejak ditemukannya transistor oleh William Sockley dan kawan-kawan pada tahun 1946.

Media televisi mengalami perubahan teknologi secara bertahap, TV generasi pertama adalah hitam putih, TV generasi kedua adalah warna dan TV generasi ketiga adalah High Definition TV (HDTV) TV inilah yang menjamin kesempurnaan tontonan.25

Karena kemampuannya dalam “menyihir” pemirsa TV mendapat julukan-julukan seperti kotak ajaib, electronic baby sitter, narkotik elektronik, “tuhan kedua” atau bahkan “tuhan pertama”. Julukan terakhir dapat dipahami mengingat TV dianggap sebagai suatu yang terpenting dalam kehidupan manusia dan

24

Ahmad Mubarok,Psikologi Dakwah (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), h. 151.

25

(44)

karenanya sangat mendominasi kehidupan mereka, seraya menyisihkan kegiatan-kegiatan lain.26

Tak bisa dibantah, TV punya banyak keunggulan dibandingkan jenis media massa lainnya yakni: 1. pesan TV disajikan secara audio visual, 2. dilihat dari sisi aktualitas peristiwa TV bisa lebih cepat memberikan informasi paling dini kepada para pemirsa, 3. dari segi khalayak TV menjangkau jutaan pemirsa, 4. efek

cultural TV lebih besar.

Dilihat dari sisi dakwah, TV jauh lebih efektif dari pada jenis media massa lain. Selain itu dakwah di TV memiliki relevansi sosiologis, mengingat mayoritas masyarakat kita beragama Islam. Secara ekonomis dakwah di TV punya pangsa pasar yang potensial. Fungsi dakwah di TV bisa membantu individu dan masyarakat untuk menemukan kembali dan memperkokoh nilai-nilai yang selama ini menjadi bagian dari identitas mereka.

1. Pertelevisian yang Relegius

Televisi Republik Indonesia harus menampakkan wajah bangsa Indonesia” kata R. Harmoko, ketika ia masih menjabat Menpen, TVRI harus memunculkan nilai-nilai budaya bangsa, bukan nilai-nilai budaya asing. Menpen menekankan, pertelevisian di negara ini harus menjadi tuan di rumah sendiri.

Dengan ungkapan lain, sebagaimana meng “Indonesia”kan pertelevisian Indonesia yang sudah relatif lama digaet era globalisasi. Bagaimanapun industri pertelevisian nasional harus memiliki komitmen religius, karena bangsa Indonesia

26

(45)

adalah bangsa yang beragama. Negara kitapun menjunjung tinggi agama (Sila Pertama Pancasila).

Sebagai sebuah Negara Pancasila yang menjunjung tinggi agama, harus memiliki lembaga penyiaran (TV, radio dan Internet yang relegius). TV Indonsia harus TV yang religius. Kenyataannya TV yang ada justru melakukan desak realisasi agama dan sekularisasi.

Konsekuensinya ialah apa yang “haram” bagi komunikasi dakwah belum tentu “haram” bagi kebutuhan industri media massa. Dengan demikian perintah agama melalui dakwah Islam belum tentu sepenuhnya bisa terakomodasikan ke dalam pengolaan media massa yang terikat pada tuntunan industralisasi. Akibatnya terjadilah apa yang biasa di sebut sinkretisme dalam system pemberitaan atau “ siaran rohani” (dakwah bil lisan dan dakwah bil hal).

Pada umumnya TV swasta bersikap sinkretis. Artinya, siarannya mencampurbaurkan yang haq dan yang bathil. Ada tayangan mimbar agama, pengajian dan sebagainya. Tetapi tayangan-tayangan lain menampilkan film yang menawarkan selera rendah, iklan yang jorok, wanita-wanita yang nyaris “polos” total dan semacamnya, mungkin menurut pengelola siaran hal itu sesuai ciri universalitas media massa yang banyak ragam isinya karena khalayak juga heterogen dan massal. 27

Jika kita simak acara-acara yang muncul di layar TV cenderung mempunyai kesaamaan materi (isi) pertama, kesamaan materi dalam paket acara berita reguler, kedua, kesamaan materi dalam paket acara infotaiment ketiga, kesamaan

27

(46)

materi dalam paket acara kuis, keempat, kesamaan materi dalam penayangan film-film.

Kemajuan dan keberagaman program acara televisi memang menjadi hal urgen Program acara yang sudah ada harus dikembangkan secara baik agar TV yang kini hampir dimiliki oleh seluruh masyarakat Indonesia tidak hanya menjadi sarana hiburan tapi juga sarana pendidikan dan penegakan moral. Program acara TV hendaknya tidak kebablasan, tidak menimbulkan kesan menjijikkan dan nyinyir.28 Pada dasarnya, tidak ada kelompok masyarakat yang menolak kehadiran TV, tapi bagaimana kebijakan dan format program TV dibuat, khususnya dalam kebijakan format dakwah. Dilihat dari volume program dakwah, proporsi acara dakwah di TV jauh lebih kecil dibanding acara informasi dan hiburan termasuk iklan. Dari segi materi dakwah, para produser TV masih lebih mementingkan siapa orangnya, bukan apa isinya. Agak sulit misalnya kita bisa memperoleh materi dakwah yang runtut tentang berbagai bidang dalam keislaman.

Sementara media yang dalam sajian materinya harus mempertimbangkan aktualitas, materi dakwah tampak masih belum kontekstual dan historis. Bagaimana mengangkat realitas kerusuhan, politik Islam, atau ketegangan berbabau SARA sebagai bagian dari bidikan dakwah agak belum terangkat optimal dalam dakwah di TV. Demikian pula sajian hiburan yang bernuansa dakwah atau dakwah yang bernuansa Islam juga kurang tampak mengimbangi dunia sinetron yang berkiblat pada mazhab Multivision-nya Ram Punjabi. Sajian

28

(47)

informasi, baik berupa komentar maupun feature yang mengangkat pengalaman-pengalaman spiritual belum nampak menjadi format acara dakwah.

Dilihat dari segi politik informasi, dakwah adalah suplemen dan komponen kecil dari politik penyiaran di TV. Ia bukanlah sebuah target yang ingin membentuk masyarakat religius, tapi sekedar asesoris untuk bisa mengklaim bahwa TV punya komitmen keagamaan. Di balik semua kepentingan muaranya adalah bisnis.

Implikasinya informasi apapun, termasuk dakwah haruslah menjadi sebuah komoditas dari sebuah produk yang layak jual. Rating bagi TV menjadi ukuran apakah acaranya lama atau sebentar, cita rasa dan kebutuhan penonton menjadi orientasi utama format siaran. Padahal apa yang dikehendaki kebanyakan orang belum tentu bermutu.

Format siaran dakwah yang cenderung formalistik, simbolik dan miskin kreativitas bukan saja ditentukan karena terbatasan penulis skenario atau naskah atau terbatasnya produser dan langkanya agen atau biro iklan yang mendanai acara-acara yang bernuansa Islam, tetapi lebih karena politik penyiaran yang memandang Islam hanya bagian dari sebuah kehidupan kecil di antara aspek-aspek kehidupan lainnya. Akibatnya porsi waktu yang disediakan untuk dakwah Islam lebih terbatas.

(48)

yang bernuansa Islami. Jadi, kreativitas itu ada dan akan muncul bila ada kebebasan waktu dan acara yang diberikan TV.29

2. Paket Keagamaan di Televisi

Diantara banyak paket acara di TV, yang paling menyedihkan dan jumlah pemirsa adalah paket-paket keagamaan. Dahulu sebelum ada RCTI dan TPI, stasiun TVRI berusaha membagi “jatah” untuk paket-paket keagamaan ini setiap hari dalam satu minggu. Kesamaan paket keagamaan ini selalu menampilkan tayangan monoton dan tidak mempunyai daya tarik sebagai tontonan rohani pemirsa.

Setelah masuknya RCTI dan TPI dalam khasanah pertelevisian Indonesia, secara tidak langsung mempengaruhi juga penanyangan dan bentuk paket acara di tiap-tiap materi yang disajikan. Salah satunya adalah kuliah subuh yang digarap oleh TPI sekaligus sebagai santapan rohani umat Islam di waktu pagi hari. Ternyata paket kuliah subuh ini mendapat daya tarik luas dan bermanfaat cukup besar bagi pemirsa di rumah. Ini disesuaikan dengan pemirsa tanpa meninggalkan intisari dari nilai agama itu sendiri.

Begitu juga pihak RCTI dengan menghadirkan paket penyegaran rohani dengan kemasan yang berbeda dengan TVRI dan TPI. Dengan berfariasinya tayangan paket keagamaan dari ketiga TV di Indonesia ini membuktikan bahwa paket keagamaan memang benar-benar paket yang “wajib” ada dalam setiap program TV.

29

(49)

Sampai saat ini mengapa peminat keagamaan yang ada di TV begitu terbatas sekali, apakah ini dikarenakan sudah seringnya ceramah-ceramah keagamaan di setiap tempat ibadah atau memang kemasan yang disajikan terlalu monoton atau istilahnya “ortodok”. Kalau kita mau jujur di tengah derasnya arus globalisasi dunia serta dekadensi moral yang melanda moral manusia perlu segera diambil jalan keluar untuk mengatasi masalah itu. Salah satunya adalah agama.

Hadirnya paket keagamaan di TV sedikit banyak memberikan “filter” bagi setiap tindakan manusia untuk berbuat sesuai aturan agama serta hukum tertulis dan berlaku secara universal. Jadi logis kalau paket keagamaan di TV dibenahi dalam penyajiannya. Hampir sebagian besar paket keagamaan baik di TVRI lebih banyak memberikan topik-topik yang baik dan bermakna tetapi dalam kemasan penyajian tidak “menarik”. Adalah sesuatu yang wajar bila para programmer TV kita mau berbenah dari dalam menyajikan paket keagaman.

Paket keagamaan tidak boleh “kalah” dengan paket lainnya yang juga mengisi tayangan layar kaca kita. Bukan tidak mungkin bila paket keagamaan ini kita kemas sebaik mungkin tanpa meninggalkan inti agama itu sendiri, maka paket keagamaan mempunyai tempat “tersendiri” di hadapan pemirsa. Hal ini pun pada akhirnya bermanfaat bagi pemirsa untuk berpola tingkah laku dalam setiap tindakan setelah melihat paket-paket keagamaan tersebut.30

Dakwah bukan lagi merupakan acara yang kaku dan penuh uraian dogmatis kaidah agama, tetapi sudah mengarah keberbagai topik masalah kehidupan sehari-hari sebagai aplikasi dari ajaran agama, tanpa menghilangkan unsur hiburan.

30

(50)

Format acara dakwah di TV saat ini adalah:

MONOLOG

Seorang ulama membawa satu topik dan menguraikan berdasarkan pandangan agama.

Cara ini bila tidak dibawakan dengan menarik atau ulama yang kurang menguasai retorika maka kurang disukai pemirsa.

Dalam kondisi tertentu masih ditampilkan, misalnya untuk ulama di luar jawa, karena peralatan syuting yang dibawa terbatas.

DIALOG

Dakwah seperti ini belum lama berkembang, yaitu sejak mulai TV swasta mengudara.

Dialog dipandu oleh pembawa acara, kemudian ada satu orang atau lebih ulama atau narasumber, bintang tamu dan peserta diskusi.

Dakwah dengan format dialog ini umumnya digemari pemirsa karena ada interaksi antar pengisi acara, sehingga terasa acara menjadi hidup.

Dialog ini juga dilaksanakan dalam siaran langsung (live)

Bentuk dialog yang lain adalah MOS (Man On the Street), gabungan antara dialog di studio dengan komentar orang-orang yang ditemui di jalan atau berbagai tempat.

FILM CERITERA

(51)

LIPUTAN PERJALANAN

Liputan perjalanan ketempat-tempat yang bernilai sejarah Islam, umumnya cukup menarik. Peninggalan kuno pada zaman kejayaan Islam yang ada di Spanyol, Maroko, Mesir, Yordania, Israel, Saudi Arabia, India dan Cina, merupakan informasi sejarah Islam yang banyak digemari pemirsa.

SIARAN LANGSUNG SHOLAT TARAWIH

Yang dimakdus di sini adalah siaran langsung shalat tarawih di Masjid Haram selama bulan Ramadhan, yang dipancarkan oleh TV Saudi Arabia ke-50 negara. Negara-negara yang berminat menyiarkan di wilayahnya bisa meminta untuk memperolehnya secara cuma-cuma.

KUIZ BERHADIAH

[image:51.595.108.515.247.657.2]

Format dakwah Islam yang lain adalah diselenggarakannya acara siaran langsung talk show pada bulan Ramadhan, dengan menyertakan acara berhadiah (kuiz). Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah seputar pengetahuan agama Islam. Acara seperti ini cukup banyak menarik pemirsa.31

Tabel 1

Acara Dakwah Islam di Waktu Pagi di Stasiun TV

STASIUN ACARA JAM PENAYANGAN KETERANGAN

TVRI Hikmah Pagi 05.30-06.00 WIB Setiap Minggu RCTI Hikmah Fajar 05.30-06.00 WIB Setiap Hari TPI Kuliah Subuh 05.30-06.00 WIB Setiap Hari

31

(52)

ANTEVE Mutiara Subuh 05.30-06.00 WIB Setiap hari SCTV Di Ambang Fajar 05.00-05.30 WIB Setiap Hari

IVM Fajar Imani 05.30-06.00 WIB Tiap Sabtu dan Minggu

Setelah TV menayangkan berbagai acara keagamaan secara terus-menerus dan berkualitas, maka persepsi negatif terhadap TV dapat dikurangi dan dinetralisir32

3. Wajah Televisi di Bulan Ramadhan

Interaksi antara agama dengan media massa meningkat dari waktu-kewaktu. Bukan saja media massa yang mengkhususkan diri sebagai media dakwah atau sebaliknya. Setiap kali tiba bulan Ramadhan semua media massa turut menyemarakkan suasana bulan suci bagi umat Islam, menyebarluaskan syiar Islam serta imbauan-imbaun pemerintah tentang perlunya memelihara kerukunan antar umat beragam.

Masalah-masalah agamapun memperoleh porsi yang memadai atau malahan makin banyak dikedepankan dalam tiap bulan Ramadhan, hampir semua stasiun TV menggelar buka puasa dalam berbagai seginya. Acara gema Ramadhan pada setiap tahunnya mengalami peningkatan yang agak tajam di hampir semua stasiun TV. Tampaklah dilayar TV kegiatan dakwah bil lisan dan dakwah bil hal, misalnya tayangan sedekah, infaq atau pemberian bingkisan kepada fakir miskin dan anak yatim.

Jika itu terjadi maka semaraknya syiar agama, suasana Ramadhan dan ceramah-ceramh agama, tak lebih dari sekedar kegiatan untuk memenuhi

32

(53)

norma sosial artinya syiar agama lebih sebagai tuntutan norma sosial (norma kelompok) yang jika tidak diikuti atau diramaikan merasa malu.33

Bulan Ramadhan semua stasiun TV seakan berlomba-lomba untuk memperbanyak siaran bernuansa Islam. Demikian pula halnya dengan para produsen yang tak mau ketinggalan untuk beriklan di TV swasta pada semua acara keagamaan Islam, dapat dikatakan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan “panen” duit.34

33

Abdul Muiz, Komunikasi Islam, h. 188-196.

34

(54)
[image:54.595.109.514.126.554.2]

BAB III

GAMBARAN UMUM ACARA

“UNTUKMU IBU INDONESIA” TVRI

F. Visi dan Misi

Setiap acara yang digarap dan di tampilkan disebuah stasiun televisi pasti memiliki visi dan misi. Begitupun dengan acara “Untukmu Ibu Indonesia”.

Adapun visi dan misi acara “Untukmu Ibu Indonesia” adalah:

Visi: Semua Ibu Adalah Bintang dan kebaikan yang dimiliki ibu sekecil apapun adalah bintang.

Misi: Untuk menyadarkan kita bahwa apa pun dan siapa pun ibu, memiliki peran yang sangat penting, selain itu acara ini untuk mengangkat derajat seorang ibu.

G.Target Acara

(55)

Format acara “Untukmu Ibu Indonesia” adalah dialog di mana acara ini dipandu oleh presenter yaitu mba’ Neno Warisman, kemudian menghadirkan narasumber, bintang tamu pakar psikolog, pakar agama dan peserta diskusi.

Format dialog biasanya digemari pemirsa karena ada interaksi antar pengisi acara, sehingga terasa acara ini menjadi hidup

C. Format Acara

Format acara “Untukmu Ibu Indonesia” adalah talk show dimana dalam acara ini menghadirkan nara sumber dan bintang tamu yang mengulas topik yang sedang diperbincangkan, menghadirkan audient dan terjadi dialog antara nara sumber, bintang tamu dan audient sehinggga acara ini terlihat hidup. Adapun format acara “Untukmu Ibu Indonesia” sebagai berikut:

Format Acara:

1. SEGMEN I

2. OPENING TUNE

3. HOST BUKA ACARA

• Host mengucapkan salam

• Host menjelaskan sedikit tentang tema yang diangkat

• Host sapa peserta dan memperkenalkan peserta, bintang tamu dan nara

sumber (TTP masih rahasia) • Host mengantar ke combreak

• Lagu : “Semua ibu pasti memberikan yang terbaik tuk generasi masa depan”

(56)

5. SEGMEN II

• Lagu (sesuai dengan tema atau topik yang diangkat)

• Host sapa pesera di studio dan rumah

• Host perkenalkan bintang tamu dan mengajak untuk berdialog tentang

tema yang diangkat

• Host perkenalkan nara sumber dan mengajak berdialog tentang tema

yang diangkat

• Host memberikan kesempatan kepada peserta (1 orang) di studio untuk

memberikan tanggapan terhadap pemaparan bintang tamu dan nara sumber

• Host mempersilahkan nara sumber memberikan pemaparan selanjutnya

• Host mengantar ke combreak

• Lagu “Semua ibu pasti memberikan yang terbaik tuk generasi masa depan

6. GO TO BREAK

7. SEGMEN III

• Host menyapa kembali pemirsa di studio dan rumah

• Host memperkenalkan narasumber dari psikolog dan mengajak berdialog • Host mengajak nara sumber berdialog lagi

• Host memperkenalkan nara sumber dari agama dan mengajak untuk

berdialog

• Host mengantar ke combreak tapi sebelumnya kita saksikan lagu berikut

(57)

8. GO TO BREAK

9. SEGMEN IV

• Host kembali menyapa pemirsa di studio dan rumah dan kembali

berdialog dengan nara sumber

• Host memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya tentang

topik yang di angkat (1 orang)

• Host mempersilahkan narasumber dari psikolog untuk menaggapi

pertanyaan

• Host mempersilahkan narasumber dari agama untuk menaggapi

pertanyaan

10.HOST TUTUP ACARA

• Host sebelum mengakhiri (menutup) acara memberikan kesimpulan,

mengucapkan terima kasih dan memberikan hadiah kepada peserta, nara sumber, dan kerabat kerja TVRI.

• Lagu penutup dibawakan oleh host Hj. Neno Warisman

Rolling telop kerabat kerja produksi TVRI

H.Gambaran Umum Acara “Untukmu Ibu Indonesia”

(58)

Asal mula terciptanya atau terbentuknya acara yang berjudul “Untukmu Ibu Indonesia” adalah adanya kerja sama dengan SNF (Seto Neno Fondation) yang perduli masalah keluarga khususnya ibu. Jadi acara “Untukmu Ibu Indonesia” bekerja sama dengan SNF milik Hj. Neno Warisman sendiri selaku presenter dalam acara ini.

Awalnya sebelum Mutiara Jum’at berganti acara “Untukmu Ibu Indonesia”. Mba’ Neno menawarkan sebuah ide acara kepada TVRI yang pada saat itu mba’ Neno sedang membuat buku yang berjudul “Semua Ibu Adalah Bintang”, dalam hal ini mengharapkan kita membangkitkan apapun ibu itu yang istri tukang becak, pemulung, pelacur, semua ibu adalah bintang di dalam hatinya terpercik suatu kebaikan kebaikan yang sekecil itu kita namakan bintang. Apabila yang baik itu kita tumbuhkan dan dibangkitkan, timbullah dia menjadi atau merubah pikiran dia jadi lebih baik. Kita harapkan ibu-ibu Indonesia seperti itu apapun ia kita ingin mengangkat derajatnya dia. Sehingga tercetuslah judul “Untukmu Ibu Indonesia”.

Sebelum itu, konsep yang ditawarkan oleh mba’ Neno dirundingkan terlebih dahulu bersama ibu Kadek selaku produser dan tim produksi lainnya. Tutur ibu Kadek “apa yang ditawarkan oleh mba’ Neno tidak kita terima begitu saja tapi kita rundingkan terlebih dahulu yang akhirnya melahirkan sepakatan bersama dengan judul “Untukmu Ibu Indonesia”.35

Selain itu kalau dulu Mutiara Jum’at ditayangkan selama dua jam, pertama iqro’, kedua dialaog dan ketiganya nasihat. Karena waktu yang terlalu panjang akhirnya diambil dialognya saja dan digantikan dengan acara “Untukmu Ibu

35

(59)

Indonesia” Dalam hal pembiayaan acara ini ditanggung oleh kedua belah pihak antara TVRI dan SNF (Seto Neno Fondation). TVRI hanya membiayai kru dan produksinya saja selebihnya ditanggung NSF.

Acara ini berbeda dengan acara agama lainnya karena dikemas dengan bentuk yang berbeda dan umum padahal ini acara agama, ini bisa kita lihat pada judulnya “Untukmu Ibu Indonesia” yang terkesan bukan acara agama. Dalam acara ini menghadirkan nara sumber dan bintang tamu dari berbagai kalangan baik dari perempuan dan laki-laki, jadi tidak selalu perempuan yang ditampilkan semuanya itu disesuaikan dengan topik yang sedang diperbincangkan. Uniknya lagi acara ini menghadirkan pakar psikolog dan pakar agama (ustd dan ustadzah) .

Topik yang diangkat beraneka ragam contoh narkoba, sedangkan audien yang hadir bermacam-macam seperti tukang pijit tuna netra, mahasiswa dan mahasiswi Universitas Tirtayasa Banten dan sebagainya. Jam tayangnya adalah jam11.00-12.00 dengan durasi waktu 1 jam atau 60 menit yang disiarkan secara tidak live

dan adanya pengulangan siaran, berlangsungnya acara ini kurang lebih satu tahun dan pertama tayang pada bulan April 2007.

(60)

Tak ada ibu 3X yang bodoh di muka bumi ini

Walaupun ibu2X tidak sempat sekolah tinggi

Tak ada ibu3X yang tak kuat hati nurani

Walaupun ada2X sisi gelap dihatinya yang tersembunyi

Tak ada ibu3X yang tak kenal dengan Tuhan

Walaupun ibu2X belum benar-benar teguh ber iman

Tak ada ibu3X yang kuat dan tegar

Gambar

GAMBARAN UMUM
Tabel 1 Acara Dakwah Islam di Waktu Pagi di Stasiun TV
GAMBARAN UMUM ACARA
Tabel 2 Program-program Acara TVRI 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dan berdasarkan presentasi yang dihasilkan maka penulis berkesimpulan bahwa pesan dakwah yang paling dominan dalam album kompilasi Restu Cinta-Mu adalah pesan Syariah sebanyak 77,8

Dengan demikian, pesan dakwah yang paling dominan yang terdapat pada novel Cinta-Mu Seluas Samudra karya Gola Gong adalah pesan aqidah dengan hasil prosentase

Dengan penelitian ini, dalam mencari pesan dakwah dalam buku Menabur Pesan Ilahi, maka ini menjadi landasan penulisan teorii dakwah yaitu ingin mengetahui isi pesan

Berdasarkan Tabel.I di atas, maka pada lagu Marhaban Ya Ramadhan pesan- pesan dakwah yang terdapat pada lagu tersebut adalah sifat dakwah yang terkandung lebih

Video yang dimaksud dalam penelitian ini adalah video tentang program acara Muslim Travelers perjalanan di negara Spanyol, yang berisi tentang pesan dakwah

Berdasarkan Tabel.I di atas, maka pada lagu Marhaban Ya Ramadhan pesan- pesan dakwah yang terdapat pada lagu tersebut adalah sifat dakwah yang terkandung lebih

Hasil penelitian menunjukkan pesan dakwah dalam novel Reem dikemas dalam tiga struktur wacana: (1) struktur makro berupa tema akidah, ayariah, akhlak, dan sejarah,

Hasil penelitian dari skripsi ini penulis menemukan pesan dakwah yang terkandung pada lagu satu dalam album laskar cinta adalah yang berhubungan dengan pesan dakwah ketauhidan