• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

B. Ruang Lingkup Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Secara etimologi kata “Dakwah” berasal dari bahasa Arab, yang mengandung arti memanggil, mengajak, menjamu.3 Sedangkan perkataan dakwah dapat diartikan sebagai sebuah panggilan, ajakan, dan undangan.4 Secara istilah, dakwah merupakan proses penyelenggaraan suatu aktivitas yang dilakukan dengan sadar dan sengaja. Usaha yang diselenggarakan itu

3

Mahmud Yusuf, Kamus Arab- Indonesia, (Jakarta, Yayasan Penterjemahan / Penafsiran Al-Qur’an), h. 127

berupa mengajak orang itu untuk beriman dan mentaati Allah SWT atau memeluk agama Islam, amar ma’ruf, perbaikan dan pembangunan masyarakat (Ishlah) dan nahi munkar. Proses penyelenggaraan tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, baik kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhoi oleh Allah SWT.5

Selanjutnya mengenai pengertian dakwah, banyak rumusan yang dikemukakan oleh beberapa pakar agama, walaupun rumusan-rumusan tersebut berbeda, namun mengandung makna yang hampir sama. Diantara beberapa pengertian dakwah adalah sebagai berikut: Dakwah adalah suatu kegiatan ajakan dalam bentuk lisan, tulisan, atau yang lain, yang dilakukan secara sadar dalam usaha mempengaruhi orang lain, baik secara individu maupun kelompok agar timbul suatu pengertian, kesadaran, penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran agama sebagai suatu pesan yang disampaikan tanpa ada unsur paksaan.6

Dakwah dapat dikatakan sebagai suatu strategi penyampaian nilai-nilai Islam pada umat manusia demi terwujudnya tata kehidupan yang imani dan realitas hidup yang Islami. Dakwah juga dikatakan sebagai agen mengubah manusia kearah kehidupan yang lebih baik.

2. Unsur-unsur Dakwah

a. Subyek dan Obyek Dakwah

5 Abdul Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta, Bulan Bintang 1977), h. 19-20

6

Muzayyin Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta, Bumi Aksara, 1993), Cet ke-2, h. 6

Subyek dakwah (ulama, mubaligh, dan da'i), yaitu orang yang melaksanakan tugas dakwah. Pelaksana tugas dakwah ini bisa perorangan atau kelompok. Pribadi atau subyek adalah sosok manusia yang mempunyai nilai keteladanan yang baik (uswatun hasanah) dalam segala hal.7

Pelaksana adalah seorang kader atau pemimpin, bahkan Sayyid

al-Qalam. Dia hidup dalam masyarakat yang terus berubah dan harus sadar

akan perubahan ini, kemudian memberikan petunjuknya. Daerah da'i adalah mulai dari masyarakat desa yang primitif hingga masyarakat industri yang telah terpengaruh diktatornya pengaruh ekonomi raksasa dan teknologi ultra modern dan merajalelanya individualisme. Da'i berada di tengah gejolak masyarakat yang bergejolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa da'i adalah seorang yang harus paham benar tentang kondisi masyarakat itu dari berbagai segi, psikologi, sosial, kultural, etnis, ekonomi, politik, makhluk Tuhan ahsani takwim.8 Sebagai orang yang akan menjalankan amanah Allah di atas bumi, maka juru dakwah harus memiliki sifat-sifat khusus, harus memiliki kepribadian muslim sejati.

Menurut M. Ghazali bahwa ada tiga sifat dasar yang harus dimiliki seorang juru dakwah ke jalan Allah, yaitu : setia, pada kebenaran,

7

Rafiudin, Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1997), cet. Ke-1, hal. 47

8

M. Syafaat Habin, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta : Wijaya, 1982), cet. Ke-1, hal. 106-107

menegakkan perintah kebenaran dan menghadapi semua manusia dengan kebenaran.9

Obyek dakwah ini disebut juga mad'u atau sasaran dakwah, yaitu orang-orang yang diseru, dipanggil, atau diundang. Maksudnya ialah orang yang diajak ke dalam Islam sebagai penerima dakwah.10

Sehubungan dengan kenyataan yang berkembang dalam masyarakat, bila dilihat dari aspek kehidupan psikologis, maka dalam pelaksanaan program kegiatan dakwah, sasaran dakwahnya terbagi menjadi:

a. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat di daerah marginal dari kota besar.

b. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga. c. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari

segi sosial kultural berupa golongan priyai, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat dalam masyarakat di Jawa.

d. Sasaran yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua.

e. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial ekonomi berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin.

9

A. Hasymi, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur'an, (Jakarta : Bulan Bintang, 1994), hal. 142

10

Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, hal. 34

f. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi okupasional (profesi dan pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri, dan sebagainya.1

b. Metode dan Media Dakwah

Metode dakwah berasal dari bahasa Jerman methodica artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani, metode berasal dari kata

methodos artinya jalan, yang dalam bahasa Arab disebut thariq.11

Dalam bahasa Inggris, metode berasal dari kata method, yang mempunyai arti pelajaran atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan dengan hasil yang efektif.12

Metode dakwah berarti jalan atau cara atau teknik berkomunikasi yang digunakan oleh seorang da'i dalam menyampaikan risalah Islam kepada masyarakat (mad'u) yang menjadi obyek dakwahnya.13 Dari pengertian ini dapat diketahui agar dakwah bisa berhasil haruslah diketahui metode yang digunakannya. Pedoman dasar atau prinsip penggunaan metode dakwah Islam sudah termaktub dalam al-Qur'an dan Hadits Rasulullah SAW.

Dalam al-Qur'an, metode dakwah ini disebutkan dalam surat an-Nahl ayat 125, dimana diterangkan dengan jelas tentang cara berdakwah. Dengan kata lain, pada ayat tersebut Allah memberikan

11

Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, , hal. 35

12

Masdar Helmi, Problem Dakwah Islamiyah dan Pedoman Mubaligh, (Semarang : CV. Toha Putra, 1969), hal. 34

13

Said bin Ali Qathani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta : Gema Insani Press, 1994), cet. Ke-1, hal. 101

penjelasan yang dapat dijadikan patokan, bagaimana seharusnya berdakwah itu. Allah pun memberikan ketentuan, agar ajaran Islam itu disampaikan dengan hikmah yang kita terjemahkan dengan kebijaksanaan, sesuai dengan kebutuhan yang ada.

Allah berfirman dalam Surat an-Nahl ayat 125 :

                                



Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah danpelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yanglebih mengetahui orang-orang

yang mendapat petunjuk.(QS. An-Nahl : 125).

Dari ayat di atas menunjukkan bahwa metode dakwah itu ada tiga cara, yaitu dengan hikmah, dengan nasihat/pelajaran dengan baik

(mau'izhah hasanah), dan dengan mujadalah (berdebat dengan cara yang

baik).

1. Dengan Hikmah (bijaksana)

Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud an-Nasafi :

ل ز لا قحلل حض لا ل ل لا ه ة كح لا ةح حصلا ةلاق لاب ا ة كحلاب

ة بشلل

.

Artinya : "Dakwah dengan bil Hikmah adalah dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan pasti yaitu dalil yang

menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan".

Menurut Toha Yahya Omar, "hikmah adalah bijaksana, artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya dan kitalah yang harus berpikir,

berusaha menyusun dan mengatur cara-cara dengan menyesuaikan kepada keadaan dan zaman, asal tidak bertentangan dengan hal-hal yang dilarang oleh Tuhan".14

Menurut al-Maraghi dalam kitab tafsirnya, "hikmah adalah perkataan yang tepat lagi tegas yang dibarengi dengan dalil yang dapat menyingkap kebenaran dan melenyapkan keserupaan".15

Menurut Ali Mustafa Ya'kub, "hikmah adalah sebagai ucapan-ucapan yang tepat dan benar atau argumen-argumen yang kuat dan meyakinkan".16

Dari penjelasan para ahli di atas dalam memberikan definisi hikmah, penulis dapat menyimpulkan bahwa hikmah adalah perkataan dan perbuatan yang tepat berdasarkan ilmu, dalam arti menyesuaikan kepada keadaan zaman yang tidak bertentangan dengan agama Allah.

2. Dengan Mau'izhah Hasanah (nasehat/pelajaran yang baik)

ام صقت ا ب م عصا ت ك ا م لع ف ا تلا ه ة سحلا ةظع لا

ارقلاب ا ا ف م عف

.

Artinya : "Al- Mau'izhatil hasanah yaitu perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mreka, bahwa engkau memberikan nasihat dan

menghendaki manfaat kepada mereka, atau dengan al-Qur'an.17

Mau'izhah hasanah juga merupakan nasihat-nasihat yang baik atau memberi peringatan, kata-kata, ucapan, dan teguran yang baik.18 Dengan lemah lembut dan perkataan yang enak didengar dan memberi pelajaran

14

Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, hal. 36

15

M. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta : al-Amin Press, 1997), hal. 21

16

Ali Mustafa Ya'kub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1997), hal. 121

17

Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1 , hal. 37

18

Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, (Malaysia : Nuur Niaga SDN, BHD, 1996), hal. 27

atau nasihat akan dapat membuka hati yang keras, dan akan mendapatkan hasil yang lebih baik dari pada dengan ancaman dan penghinaan.

Jadi mau'izhah hasanah adalah nasihat yang baik, yaitu dengan anjuran dan didikan yang baik serta dengan ajaran-ajaran yang mudah dipahami. Memberi nasihat merupakan cara yang mudah dalam berdakwah yang bisa dilakukan oleh seorang muslim, ia tidak harus melalui mimbar di masjid atau majelis taklim tapi cukup dengan obrolan biasa atau diskusi ringan yang menyejukkan.

3. Dengan Mujadalah (berdebat dengan cara yang baik)

Dalam Tafsir Jalalain disebutkan :

هتا اب ها لا ءاع لاك سحا ه تلا ةل اج لا ا سحا ه تلاب م ل اج

هتجح لا ءاع لا

.

Artinya : "Berbantahan yang baik yaitu mengajak ke jalan Allah SWT dengan menggunakan ayat-ayat-Nya dan hujjah-Nya Adapun bentuk-bentuk metode dakwah yang lainnya antara lain

: a. Metode pendekatan pribadi (personal approach)

Metode yang dilaksanakan dengan cara langsung melakukan pendekatan kepada setiap individu.19 Metode ini pada prakteknya dilaksanakan secara individu, yaitu dari pribadi ke pribadi secara tatap muka, walaupun jama'ah yang dihadapinya melalui satu perkembangan. Kelebihan memakai metode ini antara lain dapat mengetahui secara langsung situasi dan kondisi individu. Sedangkan kekurangannya antara lain, memerlukan tenaga dan waktu yang cukup lama.

19

Proyek Penerapan Bimbingan dan Dakwah/Khutbah Agama Islam Pusat, "Risalah Metodologi Dakwah Terhadap Narapidana", 1997, hal. 36

b. Metode diskusi

Metode ini dilakukan dengan cara berdiskusi, khususnya dalam penyampaian materi, sehingga menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku.20 Kelebihan pada metode ini antara lain kesimpulan yang dihasilkan dalam diskusi akan mudah dipahami. Adapun kekurangannya sulit untuk diramalkan arah penyelesaian diskusi, dan diskusi akan gagal bila tidak dapat mengarahkannya.

c. Metode Ceramah

Metode ceramah ini sangat tepat, apabila jama'ah yang dihadapi merupakan kelompok orang yang berjumlah besar dan perlu dihadapi secara sekaligus. Kelebihan metode ini adalah adanya karakteristik tersendiri dan peluang keberhasilannya pun berbeda dengan metode lainnya, serta dalam waktu cepat dapat disampaikan materi yang sebanyak-banyaknya. Sedangkan kekurangannya, bila penceramah tidak memperhatikan segi psikologis jama'ahnya, maka materi ceramah yang disampaikan tidak sesuai dan membosankan.

d. Metode Tanya Jawab

Metode ini dilakukan dengan cara menyampaikan materi dakwah sehingga mendorong mereka yang mendengarkan atau menanyakan masalah yang dirasa belum dimengerti dan da'i sebagai penjawabnya.

Kelebihan pada metode ini adalah dapat digunakan sebagai komunikasi dua arah dan forum yang lebih hidup, dimana mubalig dan

20

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, "Pedoman Guru Agama Lanjutan Atas", (Jakarta : 1974), hal. 15

jama'ahnya sama-sama aktif memberikan kesempatan untuk melakukan hal-hal yang kurang jelas di hati para jama'ah. Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah hal ini membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikannya.

Dalam arti sempit media dakwah dapat diartikan sebagai alat bantu dakwah. Alat bantu dakwah berarti media dakwah memiliki peranan atau kedudukan sebagai penunjang tercapainya tujuan. Artinya proses dakwah tanpa adanya media masih dapat mencapai tujuan yang semaksimal mungkin. Hakekat dakwah adalah mempengaruhi dan mengajak manusia untuk mengikuti (menjalankan) ideologi (pengajaknya). Sedangkan pengajak (da'i) sudah barang tentu memiliki tujuan yang hendak dicapainya. Proses dakwah tersebut agar mencapai tujuan yang efektif dan efisien, da'i harus mengorganisir komponen-komponen (unsur) dakwah secara baik dan tepat. Salah satu komponennya adalah media dakwah .

Ada beberapa media komunikasi dakwah, yang dapat digolongkan menjadi lima golongan besar, yaitu:

1. Lisan : termasuk dalam bentuk ini adalah khutbah, pidato, diskusi, seminar, musyawarah, nasihat, ramah tamah dalam suatu acara, obrolan secara bebas setiap ada kesempatan yang semuanya dilakukan dengan lisan atau bersuara.

2. Tulisan: dakwah yang dilakukan dengan perantara tulisan umpamanya; buku-buku, majalah surat kabar, buletin, risalah, kuliah-kuliah tertulis, pamplet, pengumuman tertulis, spanduk-spanduk dan lain sebagainya.

3. Lukisan: yakni gambar-ganbar dalam seni lukis, foto dan lain sebagainya. Bentuk terlukis ini banyak menarik perhatian orang banyak dan dipakai untuk menggambarkan suatu maksud yang ingin

disampaikan kepada orang lain termasuk umpamanya komik-komik bergambar islami untuk anak-anak.

4. Audio Visual : yaitu suatu cara menyampaikan sekaligus merangsang penglihatan dan pendengaran. Bentuk ini dilaksanakan dalam televisi, radio, film, dan sebagainya.

5. Akhlak : yaitu suatu cara menyampaikan langsung ditunjukkan dalam bentuk perbuatan yang nyata.21

Di zaman kemajuan sekarang ini dakwah tidaklah cukup disampaikan dengan lisan belaka tanpa bantuan alat-alat modern yang sekarang ini terkenal dengan sebutan alat-alat komunikasi massa, yaitu pers (percetakan), radio, film dan televisi. Kata-kata yang terucapkan hanya dapat terjangkau jarak yang sangat terbatas pada waktu dan ruang.

Dakwah yang disampaikan dalam surat-surat kabar, majalah, brosur dan buku-buku, misalnya bukan hanya sampai pada orang-orang yang hidup sekarang, tetapi sampai pada masyarakat yang hidup berabad-abad sampai pada zaman yang akan datang. Dakwah yang disampaikan dengan radio bukan hanya didengar oleh orang-orang setempat, tetapi pada saat itu juga dapat menembus luar angkasa dan didengar bukan hanya diseluruh Indonesia, tetapi diseluruh dunia. Lain pula dengan film dan televisi, disini dakwah itu berbentuk audio visual, sehingga panca indera mata dan telinga serta emosi manusia sekaligus menerima dan menanggapi maksud-maksud dan tujuan dakwah yang diharapkan itu.22

Kenyataan membuktikan bahwa hubungan antara manusia sekarang ini, hampir-hampir tidak bisa menghindarkan diri dari pemakaian alat-alat

21

Hamzah Ya'kub, "Publisistik Islam : Teknik Dakwah dan Leadership", (Bandung : Diponegoro, 1998), hal. 47-48

22

Abdul Munir Mulkan, "Idiologisasi Gerakan Dakwah", (Yogyakarta : SIPERS, 1996), hal. 58

komunikasi massa bahkan menurut Carl Hovlan, ciri yang menonjol bagi abad XX ini adalah kenyataan bahwa kita hidup dalam abad komunikasi massa. Bagi masyarakat kita, koran, radio, televisi, film, majalah-majalah, buku-buku dan lain-lain semua itu menjadi sumber pokok untuk mengetahui kenyataan, pendapat, hiburan dan penerangan.23

e. Materi Dakwah

Tidak lain adalah Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits

sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syariah, dan akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya. Materi dakwah bisa bermacam-macam. Ada berupa materi Tauhid atau akidah, fiqh (hukum Islam) termasuk di dalamnya mu'amalah, akhlaq, tafsir, hadist dan lain sebagainya yang substansinya mengajak pada agama Allah yaitu Islam.

Hendaknya pemilihan materi harus disesuaikan dengan konformitas.

Publik yang diseru dan kemampuan penyeru atas materi dakwah yang disampaikan. Sehingga dakwah berjalan efektif dan sampai tujuan. Tidak menimbulkan perlawanan karena intinya memang menebar kedamaian dan keselamatan. Maka dari itu persentuhan dengan budaya lokal harus benar-benar disinergikan dengan baik.

Berdasarkan pada surat an-Nahl ayat 125 di atas, Sayyid Qutb memberikan pendapat tentang metode yang dipakai dalam berdakwah. Berikut ini penjelasannya;

23

"dengan ayat tersebut al Qur'an telah melukiskan pokok-pokok dan prinsip-prinsip dakwah, dan menunjukkan cara dan jalannya, dan menggambarkan sistem metode untuk para utusan (Nabi dan Rasul) yang mulia, dan bagi para penyeru (para da'i dan daiyah) yang datang setelah mereka, sesuai dengan undang-undang atau dasar hukum yang telah ditetapkan oleh Allah dalam kitab atau agama yang lurus. Sesungguhnya dakwah adalah seruan menuju jalan Allah. Tidak untuk jalan pribadi sang penyeru atau kelompoknya. Tidak boleh seorang penyeru (dai dan daiyah) dalam dakwahnya kecuali berniat untuk melaksanakan kewajibannya karena Allah lillah), jika tidak demikian, tidak manfaat seruannya tersebut, tidak juga seruan dan siapa saja yang mengikuti ajakannya, pahalannya

akan ditentukan oleh Allah SWT".

Dakwah merupakan suatu kegiatan mengajak umat manusia kepada jalan yang hak dan diridhoi oleh Allah SWT. Penyampaian ajaran Islam kepada umat manusia bisa dilakukan secara individu dan kelompok tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Inti dari dakwah adalah perubahan dari yang buruk menjadi baik, dari yang salah menjadi benar, dari yang gelap menuju terang.

f. Tujuan Dakwah

Tujuan dari dakwah adalah untuk mengajak umat manusia kepada jalan yang baik, jalan yang diridhoi Allah SWT sehingga terbentuknya :

1) Khoirul Bariyyah (sebaik-baik manusia) 2) Khoirul Usroh (sebaik-baik saudara) 3) Khoirul Jamaah (sebaik-baik kelompok) 4) Khoirul Ummah (sebaik-baik umat)

Selain itu dakwah Islam memiliki tujuan agar supaya timbul dalam diri umat manusia suatu pengertian tentang nilai-nilai ajaran Islam, kesadaran sikap, penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama

adalah nilai atau hasil yang ingin dicapai oleh keseluruhan tindakan yakni terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhoi oleh Allah SWT.24

Tujuan dakwah menurut H.M. Arifin dalam bukuunya yang berjudul

Psikologi Dakwah” adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur

serta mendapat ridha Allah SWT. Jika ditinjau dari aspek psikologis yaitu untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan, dan pengalaman

ajaran agama yang disampaikan oleh seorang da’i. Sehingga ruang lingkup

dakwah meliputi masalah pembentukan sikap mental dan pengembangan motivasi yang bersifat positif dalam aspek kehidupan.25

Dokumen terkait