• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PROYEKSI KEBUTUHAN PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BERDASARKAN PROYEKSI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015-2030

N/A
N/A
Hamid Muzakki

Academic year: 2024

Membagikan "ANALISIS PROYEKSI KEBUTUHAN PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BERDASARKAN PROYEKSI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015-2030 "

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/352558234

ANALISIS PROYEKSI KEBUTUHAN PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BERDASARKAN PROYEKSI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015-2030

Article · June 2021

CITATIONS

0

READS

479 1 author:

Hafizh Meyzar Statistics Indonesia 7PUBLICATIONS   0CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Hafizh Meyzar on 21 June 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.

(2)

TUGAS MATA KULIAH PERENCANAAN KEPENDUDUKAN

ANALISIS PROYEKSI KEBUTUHAN PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BERDASARKAN

PROYEKSI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015-2030

Dosen Pengampu : Dr. Rika Harini, S.Si., MP.

Disusun Oleh:

Hafizh Meyzar Aqil 20/467914/PMU/10520

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPENDUDUKAN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS GAJAH MADA

YOGYAKARTA 2020

(3)

I. PENDAHULUAN

Sebagai landasan dalam bernegara, UUD 1945 Pasal 31 menjadi landasan penting bagi keberlangsungan pendidikan di Indonesia. Pada ayat 1 dan 2 menjelaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Sehingga setiap warga negara Indonesia tanpa terkecuali berhak atas pendidikan yang bermutu sesuai dengan pilihannya tanpa memandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender. Disini peran pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sangat besar dalam memenuhi kewajibanya dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Talpur (2014) mengemukakan bahwa pendidikan merupakan salah satu hak asasi manusia dan kebutuhan dasar bagi negara berkembang. Pendidikan memiliki peran yang vital dalam peningkatan kualitas hidup seseorang dan sebuah wilayah.

Dalam implementasinya, terhadap beberapa permasalahan yang harus dihadapi untuk tercapainya pendidikan yang bermutu untuk semua. Lasker (2001) mengemukakan permasalahan yang muncul dalam pelayanan pendidikan adalah kemudahan dalam akses pendidikan dan pemenuhan kebutuhan prasarana fisik pendidikan di berbagai daerah.

Ketersediaan prasarana pendidikan merupakan faktor pertama yang menjadi perhatian dalam pembangunan sosial ekonomi (Aref, 2011). Dengan kata lain pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan salah satunya dengan ketersedian fasilitas pendidikan yang memadai, akan membuat warga negara Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya pembangunan manusia seutuhnya serta masyarakat madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila, sebagaimana yang telah diamanatkan dalam UU No.

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, meliputi:

1) Standar isi kurikulum, 2) Standar Proses, 3) Standar Kompetensi Lulusan, 4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 5) Standar Sarana dan Prasarana, 6) Standar Pengelolaan, 7) Standar Pembiayaan, dan 8) Standar Penilaian Pendidikan: Evaluasi, Akreditasi, Sertifikasi, Penjaminan Mutu. dalam kaitanya dengan perencanaan kependudukan, SNP ini dijadikan acuan untuk mengukur perencanaan yang akan dibangun oleh pembuat kebijakan sektor pendidikan. Dalam pemenuhan standar nasional pendidikan ini, pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal. Sesuai dengan PP No. 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas PP No.19 tentang SNP, pada pasal 1, SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah Indonesia.

(4)

Perencanaan pendidikan memiliki empat pendekatan (Saud, 2013) yaitu: pendekatan kebutuhan sosial (social demand approach); pendekatan ketenagakerjaan (manpower approach); pendekatan untung rugi (cost and benefit approach); dan pendekatan keefektifan biaya (cost effectiveness approach) dan pendekatan integratif (pendekatan sistemik atau pendekatan sinergik). Perencanaan dengan pendekatan social demand merupakan pendekatan yang dimaksudkan untuk mengatasi pemerataan akses pendidikan dalam pemenuhan SPMP dan SNP. Seperti pendapat Kumar (2004, hlm 143) “Perkiraan social demand dilakukan berdasarkan tren demografis, juga didasarkan pada kemungkinan transisi pendaftaran, tingkat penerimaan, aturan retensi, dll, pada tingkat pendidikan yang berbeda”. Jadi, dasar dari perencanaan pendidikan dasar dan menengah dengan pendekatan social demand adalah pertumbuhan penduduk usia sekolah (PUS), artinya perencanaan ini didasarkan pada tren kependudukan. Dalam menghitung jumlah pertumbuhan PUS, menggunakan metode dengan teknik Proyeksi.

Dari penjelasan yang sudah disampaikan sebelumnya, maka tujuan dari ditulisnya tugas ini adalah sebagai berikut:

a. Menghitung perkiraan kebutuhan prasarana pendidikan dasar dan menengah di Provinsi Jawa Tengah tahun 2015-2030

b. Menghitung perkiraan kebutuhan sumberdaya manusia pendidikan (guru) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2015-2030

II. METODOLOGI A. Sumber Data

Dalam menganalisis kebutuhan prasarana dan sumber daya pada pendidikan dasar dan menengah dimasa mendatang dibutuhkan beberapa tahapan. Data diperoleh melalui proses pengumpulan data, dan mempersiapkan data yang akan digunakan. Data dasar yang digunakan dalam tugas ini adalah sebagai berikut:

1. Data Proyeksi Penduduk Jawa Tengah Tahun 2015-2030 (berdasarkan tugas Mata Kuliah Perencanaan Kependudukan sebelum UTS)

2. Standar Kebutuhan Sarana Pendidikan dan Pembelajaran berdasarkan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan dan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001

3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah

(5)

Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), Dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA)

B. Metode Penghitungan

Tugas ini menerapkan pendekatan social demand dalam perencanaan prasarana dan Sumberdaya Manusia pendidikan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2015-2030. Data yang menjadi acuan adalah proyeksi penduduk 2015-2030. Selain itu, proyeksi Angka Partisipasi Kasar (APK) juga digunakan untuk mendapatkan proyeksi jumlah siwa yang bersekolah menurut jenjang pendidikan SD Sederajat, SMP Sederajat, dan SMA sederajat.

Untuk mendapatkan perkiraan APK di masa depan, dilakukan berdasarkan data APK masa lalu (tahun 2006-2020) dengan fungsi logistik menggunakan formula:

𝑌 = 𝐿 + 𝑘 1 + 𝑏𝑒𝑎𝑡 Dimana:

Y = perkiraan APK

L = perkiraan asymptot bawah APK

k = konstanta untuk menentukan asymptot atas a dan b = koefisien fungsi logistik

t = waktu sebagai variabel bebas e = konstanta eksponensial

Adapun formula untuk mendapatkan proyeksi siswa menurut jenjang pendidikan adalah sebagai berikut:

Jumlah Siswa SD Sederajat𝑡 = Proyeksi APK SD𝑡 × 𝑃𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 7 − 12 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑡 Jumlah Siswa SMP Sederajat𝑡 = Proyeksi APK SMP𝑡 × 𝑃𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 13 − 15 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑡 Jumlah Siswa SMA Sederajat𝑡 = Proyeksi APK SMA𝑡 × 𝑃𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 16 − 18 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑡

a. Proyeksi Kebutuhan Prasarana Pendidikan

Prasarana pendidikan di Jawa Tengah terbagi menjadi dua skala pelayanan, yaitu pendidikan dengan skala lokal dan skala regional. Pendidikan skala lokal diantaranya adalah TK, SD Sederajat, dan SMP Sederajat. Sedangkan pendidikan dengan skala regional adalah SMA Sederajat dan Univeritas. Kebutuhan prasarana pendidikan semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk di Provinsi Jawa Tengah. Pemenuhan kebutuhan sarana pendidikan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Kebutuhan Sarana = Jumlah Penduduk Tahun ke n

Jumlah Penduduk Pendukung ... (5)

... (2)

... (3)

... (4)

... (1)

(6)

Dimana:

Jumlah penduduk pendukung untuk TK = 1.250 Jumlah penduduk pendukung untuk SD = 1.600 Jumlah penduduk pendukung untuk SMP = 4.800 Jumlah penduduk pendukung untuk SMA = 4.800

Standar kebutuhan minimum prasarana pendidikan berdasarkan SNI 03-1733-2004 adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Standar Minimum Kebutuhan Prasarana pendidikan

No. Jenis Sarana

Jumlah Penduduk pendukung

(jiwa)

Kebutuhan Per Satuan Sarana

Standard (m2/jiwa)

Kriteria Luas

Lantai Min.

(m2)

Luas Lahan

Min.

(m2)

Radius

pencapaian Lokasi dan Penyelesaian

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. TK 1250 216

termasuk rumah penjaga 36 m2

500 0,28 m2/j 500 m’ Di tengah kelompok warga.

Tidak menyeberang jalan raya. Bergabung dengan taman sehingga terjadi pengelompokan kegiatan.

2. SD 1600 633 2000 1.25 1.000 m’

3. SLTP 4800 2282 9000 1.88 1.000 m’ Dapat dijangkau dengan kendaraan umum.

Disatukan dengan lapangan olah raga. Tidak selalu harus di pusat lingkungan.

4. SMU 4800 3835 12500 2.60 3.000 m’

Sumber: SNI 03-1733-2004

Sedangkan untuk penghitungan kebutuhan akan ruang kelas didasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.24 Tahun 2007.

b. Proyeksi Kebutuhan Sumber Daya Manusia Sektor Pendidikan

Kebutuhan minimal akan tenaga pendidikan pada tulisan ini mengacu pada statement yang disampaikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yakni rasio guru-siswa yang ideal bagi Indonesia adalah 1:29 untuk jenjang pendidikan SD, 1:24 untuk SMP, dan 1:20 untuk SMA. Sehingga data yang akan digunakan adalah data siswa menurut jenjang pendidikan dikalikan dengan rasio tersebut.

𝑃𝐺 − 𝑆𝐷𝑡 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑆𝐷 𝑆𝑒𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑡× 1

29 ... (6)

(7)

𝑃𝐺 − 𝑆𝑀𝑃𝑡 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑆𝑀𝑃 𝑆𝑒𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑡× 1 24 𝑃𝐺 − 𝑆𝑀𝑃𝑡 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑆𝑀𝐴 𝑆𝑒𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑡 × 1

20 Dimana:

PG-SDt = Proyeksi kebutuhan guru SD Sederajat tahun t PG-SMPt = Proyeksi kebutuhan guru SMP Sederajat tahun t PG-SMAt = Proyeksi kebutuhan guru SMA Sederajat tahun t

Selain dengan jumlah siswa proyeksi akan kebutuhan guru juga dapat didekati dengan jumlah rombongan belajar. Dimana untuk satu rombongan belajar idealnya di damping oleh seorang guru (rasio guru per rombongan belajar adalah 1)

III. HASIL A. Proyeksi APK dan Variabel Pembentuknya

Berdasarakan Proyeksi APK dan Jumlah Penduduk diperoleh angka Jumlah Siswa menurut jenjang pendidikan. Hasil dari penghitungan tersebut disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2. Proyeksi APK, Jumlah Penduduk, dan Jumlah Siswa di Provinsi Jawa Tengah 2015-2030

Tahun

APK Jumlah Penduduk Jumlah Siswa

SD Sederajat

SMP Sederajat

SMA

Sederajat 7-12 13-15 16-18 SD Sederajat

SMP Sederajat

SMA Sederajat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

2015 110.36 91.40 82.15 3202902 1694648 1664661 3534723 1548908 1367519 2016 109.46 89.96 86.27 3140036 1697259 1669314 3437083 1526854 1440117 2017 108.44 91.09 84.35 3089317 1687882 1674206 3350055 1537492 1412193 2018 108.18 91.96 84.15 3059439 1661974 1680051 3309701 1528351 1413763 2019 107.74 91.70 86.76 3053697 1623813 1682655 3290053 1489037 1459871 2020 106.32 93.21 86.83 3069724 1582284 1673347 3263731 1474847 1452967 2021 107.05 93.43 88.84 3098804 1545884 1647650 3317176 1444302 1463781 2022 106.82 93.90 90.19 3126103 1521172 1609815 3339291 1428429 1451899 2023 106.60 94.35 91.39 3135588 1512020 1568658 3342406 1426520 1433641 2024 106.38 94.76 92.46 3137468 1518610 1532603 3337509 1438992 1417048 2025 106.16 95.14 93.40 3129214 1537689 1508144 3321969 1462966 1408678 2026 105.95 95.50 94.24 3110995 1562991 1499121 3296036 1492614 1412747 2027 105.74 95.83 94.97 3087351 1585600 1505699 3264576 1519464 1429996 2028 105.54 96.14 95.62 3067338 1593897 1524651 3237180 1532327 1457826 2029 105.34 96.42 96.18 3061032 1578084 1549761 3224442 1521643 1490598 2030 105.14 96.69 96.68 3053988 1557351 1572174 3211093 1505791 1519937

... (7) ... (8)

(8)

B. Proyeksi Prasarana Pendidikan

Berdasarakan penghitungan yang telah dilakukan pada bagian metodologi, hasil proyeksi kebutuhan prasarana pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Jumlah dan Luas Sekolah

Berdasarkan dari metodologi yang sudang dibangun sebelumnya, diperoleh kebutuhan akan jumlah dan luas lahan sekolah minimum di Jawa tengah yang disajikan pada table berikut:

Tabel 3. Proyeksi Kebutuhan Jumlah dan Luas Sekolah Minimum di Provinsi Jawa Tengah, 2015-2030

Tahun SD Sederajat SMP Sederajat SMA Sederajat

Jumlah Luas Lahan (Ha) Jumlah Luas Lahan (Ha) Jumlah Luas Lahan (Ha)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

2015 21115 4223.06 7038 6334.58 7038 8798.03

2016 21283 4256.66 7094 6384.99 7094 8868.04

2017 21448 4289.60 7149 6434.41 7149 8936.68

2018 21609 4321.85 7203 6482.78 7203 9003.86

2019 21767 4353.37 7256 6530.05 7256 9069.52

2020 21921 4384.12 7307 6576.18 7307 9133.58

2021 22070 4414.01 7357 6621.01 7357 9195.85

2022 22215 4442.98 7405 6664.47 7405 9256.20

2023 22355 4471.01 7452 6706.52 7452 9314.61

2024 22490 4498.09 7497 6747.13 7497 9371.01

2025 22621 4524.15 7540 6786.22 7540 9425.30

2026 22746 4549.13 7582 6823.69 7582 9477.35

2027 22865 4572.98 7622 6859.47 7622 9527.04

2028 22978 4595.68 7659 6893.52 7659 9574.33

2029 23086 4617.19 7695 6925.79 7695 9619.15

2030 23187 4637.50 7729 6956.25 7729 9661.45

2. Jumlah dan Luas Ruang Kelas

Tabel 4. Proyeksi Kebutuhan Jumlah Ruang Kelas di Provinsi Jawa Tengah, 2015-2030

Tahun SD Sederajat SMP Sederajat SMA Sederajat

Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

2015 126692 506767 21115 190038 21115 190038

2016 127700 510799 21283 191550 21283 191550

2017 128688 514752 21448 193032 21448 193032

2018 129656 518622 21609 194483 21609 194483

2019 130601 522404 21767 195902 21767 195902

2020 131524 526094 21921 197285 21921 197285

2021 132420 529681 22070 198630 22070 198630

(9)

2022 133289 533157 22215 199934 22215 199934

2023 134130 536522 22355 201196 22355 201196

2024 134943 539770 22490 202414 22490 202414

2025 135724 542897 22621 203587 22621 203587

2026 136474 545895 22746 204711 22746 204711

2027 137189 548758 22865 205784 22865 205784

2028 137870 551481 22978 206806 22978 206806

2029 138516 554063 23086 207774 23086 207774

2030 139125 556500 23187 208687 23187 208687

Catatan: Minimum dihitung berdasarakan jumlah rombongan belajar/ruang kelas minimum untuk 1 sekolah, sedangkan untuk maksimum sebaliknya.

Standar minimum dan maksimum pada proyeksi jumlah ruang kelas yang dibutuhkan disarakan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.24 Tahun 2007. Untuk satu sekolah dasar/madrasah (SD/MI) memiliki sarana dan prasarana yang dapat melayani minimum 6 rombongan belajar dan maksimum 24 rombongan belajar, untuk satu SMP/MTs memiliki sarana dan prasarana yang dapat melayani minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan belajar, dan untuk satu SMA/MA memiliki sarana dan prasarana yang dapat melayani minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan belajar. Baik untuk tingkat SD Sederajat, SMP Sederajat, dan SMA Sederajat, jumlah minimum ruang kelas adalah sama dengan banyaknya rombongan belajar dan memiliki luas minimum 2 m2 / peserta didik.

Tabel 5. Proyeksi Kebutuhan Luas Minimum yang Diperuntukkan untuk Ruang Kelas di Provinsi Jawa Tengah, 2015-2030 (Ha)

Tahun SD Sederajat

SMP Sederajat

SMA

Sederajat Tahun SD Sederajat

SMP Sederajat

SMA Sederajat

(1) (2) (3) (4) (1) (2) (3) (4)

2015 706.94 309.78 273.50 2023 668.48 285.30 286.73 2016 687.42 305.37 288.02 2024 667.50 287.80 283.41 2017 670.01 307.50 282.44 2025 664.39 292.59 281.74 2018 661.94 305.67 282.75 2026 659.21 298.52 282.55 2019 658.01 297.81 291.97 2027 652.92 303.89 286.00 2020 652.75 294.97 290.59 2028 647.44 306.47 291.57 2021 663.44 288.86 292.76 2029 644.89 304.33 298.12 2022 667.86 285.69 290.38 2030 642.22 301.16 303.99

(10)

C. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Pendidikan

Tabel 6. Proyeksi Jumlah Ideal Kebutuhan Guru Berdasarkan Rasio Guru per Murid di Provinsi Jawa Tengah, 2015-2030

Tahun SD Sederajat

SMP Sederajat

SMA

Sederajat Tahun SD Sederajat

SMP Sederajat

SMA Sederajat

(1) (2) (3) (4) (1) (2) (3) (4)

2015 121887 64538 68376 2023 115255 59438 71682 2016 118520 63619 72006 2024 115087 59958 70852 2017 115519 64062 70610 2025 114551 60957 70434 2018 114128 63681 70688 2026 113656 62192 70637 2019 113450 62043 72994 2027 112572 63311 71500 2020 112542 61452 72648 2028 111627 63847 72891 2021 114385 60179 73189 2029 111188 63402 74530 2022 115148 59518 72595 2030 110727 62741 75997 Tentunya hasil penghitungan tersebut belum mencakup kepala sekolah dan guru Bimbingan Konseling (BK). Berdasarkan Keputusan Mentri Pendidikan Nasional No.

60/U/2002 menjelaskan bahwa syarat minimum berdirinya sebuah sekolah baik jenjang SD, SMP, maupun SMA diwajibkan terdapat satu kepala sekolah. Selain itu untuk jenjang SMP dan SMA diharuskan terdapat satu orang guru bimbingan konseling (BK) lulusan S1 sesuai dengan latar belakang pendidikannya.

IV. PEMBAHASAN A. Proyeksi Penduduk

Pada umumnya, seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, kebutuhan akan fasilitas dan tenaga pendidikan akan semakin meningkat juga. Namun ketika kita merinci berdasarkan kelompok umur penduduk tentunya akan terjadi perubahan pada struktur penduduk. Untuk jumlah penduduk usia sekolah baik untuk kelompok umur, 7-12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-18 tahun pada tahun 2015-2030 terdapat pola kenaikan dan penurunan. Pada kelompok umur usia 7-12 tahun (usia sekolah SD Sederajat) tahun 2015-2019 mempunyai tren yang menurun, penurunan terjadi sebesar 149 ribu jiwa. Selanjutnya mengalami kenaikan pada periode 2016- 2024 sebesar 83 ribu jiwa, dan pada periode 2025-2030 mengalami penurunan sebesar 83 ribu jiwa.

Pada jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun (SMP Sederajat), pada tahun 2016 mengalami kenaikan yang tidak signifikan sebesar 2.000 jiwa, dan pada tahun 2017-2023 terus mengalami penurunan sampai dengan 185 ribu jiwa. Dalam rentang waktu 2024-2028

(11)

mengalami kenaikan yang tidak signifikan yaitu sebesar 82 ribu jiwa, dan sampai tahun 2030 mengalami penurunan 37 ribu jiwa. Untuk kelompok umur 16-18 tahun (SMA Sederajat) dinamika yang terjadi hampir serupa dengan kelompok umur 13-15 tahun

Gambar 1. Jumlah Penduduk Usia Sekolah Provinsi Jawa Tengah, 2015-2030 (ribu jiwa)

Secara umum jumlah penduduk usia sekolah di Provinsi Jawa Tengah tahun 2015-2030 mengalami penurunan. Tentunya banyak faktor yang mempengaruhi fenomena ini, terutama faktor demografi terutama kelahiran (TFR) dan Migrasi. Dimana TFR jawa tengah pada tahun 2005 sudah mencapai angka dibawah 2,1.

Gambar 2. TFR Provinsi Jawa Tengah 1971-2015

3203 3054 3137 3054

1695 1697 1512 1594 15571665 1683 1499 1572

1000 1500 2000 2500 3000 3500

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

7-12 13-15 16-18

5.33

4.37

3.82

3.05

2.44 2.51

2.01 2.20 2.06

(12)

B. Angka Partisipasi Kasar

Gambar 3. Angka Partisipasi Kasar (APK) Provinsi Jawa Tengah, 2015-2030

Sumber: BPS (Tahun 2015-2020), Angka Proyeksi (2021-2030)

Dari Gambar 3 dapat kita lihat pada APK SMP dan APK SMA secara umum mengalami kenaikan setiap tahunnya . Sebaliknya, pada Angka Partisipasi Kasar SD menunjukkan tren yang menurun. Walaupun APK SD sampai dengan tahun 2030 masih berada pada angka diatas 100 yang menunjukkan bahwa banyak anak yang terlambat masuk SD atau sebaliknya sangat dini (belum cukup umur) untuk bersekolah SD, atau masih ada murid SD yang tinggal kelas.

Sedangkan dapat kita lihat pada APK SMP dan APK SMA nilainya masih berada di bawah 100. Namun fenomena ini dimungkingkan karena terdapat anak yang bersekolah tidak tepat pada usia sekolah yang seharusnya.

C. Prasarana Pendidikan 1. Lingkungan Sekolah

Standarisasi penghitungan kebutuhan akan sekolah ini dilandaskan pada SNI 03-1733- 2004 (lihat Tabel 1). Yang menjadi dasar penghitungan adalah jumlah penduduk dan jumlah penduduk pendukung, bukan dari jumlah penduduk usia sekolah. Hal ini karena seperti yang kita lihat pada gambar 1 jumlah penduduk usia sekolah mengalami tren yang tidak linear, sedangkan pembangunan sebuah sekolah bukanlah hal yang mudah, perlu waktu, tenaga, dan biaya yang sangat besar. Sehingga dipakailah standarisasi tersebut.

Dari tahun 2015-2030 jumlah sekolah SD Sederajat yang dibutuhkan cenderung mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2030 dibutuhkan 3.187 sekolah SD Sederajat untuk menampung kebutuhan pendidikan SD bagi penduduk jawa tengah. Sedangkan kebutuhan jumlah Sekolah SMP dan SMA Sederajat juga mengalami kenaikan tetapi tidak terlalu signifikan.

80.00 85.00 90.00 95.00 100.00 105.00 110.00 115.00

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

SD Sederajat SMPSederajat SMA Sederajat

(13)

Gambar 4. Kebutuhan Jumlah Sekolah Ideal yang Sebaiknya Ada di Provinsi Jawa Tengah, 2015-2030

Untuk membangun lingkungan sekolah tentunya hal paling vital adalah penyediaan lahan. Penyediaan lahan yang dimaksud tidak hanya lahan 1 tingkat saja, tetapi juga bisa dalam arti total luasan lahan baik bertingkat maupun tidak. Standar yang dipakai untuk penghitungan luas lahan juga dipakai standarisasi SNI 03-1733-2004 (lihat Tabel 1).

Kebutuhan akan lahan didapatkan dengan mengalikan jumlah sekolah yang dibutuhkan dengan standar minimum pada Tabel 1 untuk masing-masing jenjang pendidikan.

Gambar 5. Kebutuhan Luas Lahan Lingkungan Sekolah Ideal yang Sebaiknya Ada di Provinsi Jawa Tengah, 2015-2030 (Ha)

Berbeda dengan kebutuhan sekolah, kebutuhan akan lahan sekolah paling kecil adalah pada jenjang SD Sederajat dan paling banyak adalah jenjang SMA Sederajat. Hal ini karena standar kebutuhan luas lahan untuk SD yang lebih kecil. Selain itu prasarana untuk mendukung kegiatan belajar mengajar tingkat SMA lebih kompleks sesuai dengan

21115 21283 21448 21609 21767 21921 22070 22215 22355 22490 22621 22746 22865 22978 23086 23187

7038 7094 7149 7203 7256 7307 7357 7405 7452 7497 7540 7582 7622 7659 7695 7729

6000 9000 12000 15000 18000 21000 24000

SD Sederajat SMP Sederajat SMA Sederajat

4223 4257 4290 4322 4353 4384 4414 4443 4471 4498 4524 4549 4573 4596 4617 4637

6335 6385 6434 6483 6530 6576 6621 6664 6707 6747 6786 6824 6859 6894 6926 6956

8798 8868 8937 9004 9070 9134 9196 9256 9315 9371 9425 9477 9527 9574 9619 9661

4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

SD Sederajat SMP Sederajat SMA Sederajat

(14)

kurikulumnya. Misalkan saja dibutuhkannya laboratorium kimia, fisika, biologi, dan bahasa untuk mendukung pembelajaran siswa SMA.

2. Ruang Kelas

Untuk menghitung kebutuhan ruang kelas adalah disesuaikan dengan jumlah rombongan belajar yang ada (satu kelas idealnya digunakan oleh satu rombongan belajar), sedangkan standarisasi rombongan belajar untuk satu sekolah adalah dalam range/interval sehingga akan disajikan data standar maksimum dan minimum jumlah ruang kelas yang dibutuhkan untuk menampung rombongan belajar yang ada.

Gambar 6. Kebutuhan Jumlah Ruang Kelas Maksimum dan Minimum Provinsi Jawa Tengah, 2015-2030

Baik standar minimum maupun maksimum kebutuhan ruang kelas semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah sekolah dan jumlah rombongan belajar di Provinsi Jawa Tengah. Kebutuhan jumlah ruang kelas SD Sederajat jauh paling banyak dibandingkan dengan SMP dan SMA. Pada standar minimum jumlah kebutuhan ruang kelas SMP dan SMA sama

506,767 510,799 514,752 518,622 522,404 526,094 529,681 533,157 536,522 539,770 542,897 545,895 548,758 551,481 554,063 556,500

168,922 170,266 171,584 172,874 174,135 175,365 176,560 177,719 178,841 179,923 180,966 181,965 182,919 183,827 184,688 185,500

190,038 191,550 193,032 194,483 195,902 197,285 198,630 199,934 201,196 202,414 203,587 204,711 205,784 206,806 207,774 208,687

0 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Maksimum

SD Sederajat SMP Sederajat SMA Sederajat

126,692 127,700 128,688 129,656 130,601 131,524 132,420 133,289 134,130 134,943 135,724 136,474 137,189 137,870 138,516 139,125

21,115 21,283 21,448 21,609 21,767 21,921 22,070 22,215 22,355 22,490 22,621 22,746 22,865 22,978 23,086 23,187

0 30,000 60,000 90,000 120,000 150,000

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Minimum

(15)

besar karena standar minimum untuk 1 sekolah SMP dan SMA adalah 3 rombongan belajar.

Namun pada standar maksimum kebutuhan akan ruang kelas SMA lebih banyak dibandingkan dengan SMP. Hal ini karena standar maksimum untuk satu sekolah SMA adalah 27 rombongan belajar, sedangkan untuk SMP 24 rombongan belajar. Untuk standar minimum luas kelas adalah 2 meter/siswa.

3. Prasarana Lainnya

Selain kebutuhan ruang kelas juga diperlukan fasilitas prasarana lain untuk menunjang pembelajaran di sekolah sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Beberapa fasilitas tersebut diantaranya Unit Kesehatan Siswa (UKS) dan Perpustakaan..

. Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan. Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu ruang kelas. Lebar minimum ruang perpustakaan 5 meter.

Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang memadai untuk membaca buku. d. Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai.

Setidaknya sekolah harus mempunyai satu ruang perpustakaan. Selain itu prasarana yang tidak kalah penting adalah ruang Unit Kesehatan Siswa (UKS). Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini peserta didik yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah.

Ruang UKS dapat dimanfaatkan sebagai ruang konseling. Luas minimum ruang UKS 12 m2. D. Kebutuhan Tenaga Pendidikan

1. Menurut Rasio Guru per Murid yang Ideal

Berdasarkan Gambar 7 dapat kita lihat kebutuhan akan guru SD masih mendominasi hingga tahun 2030. Namun tren yang terjadi cenderung menurun seiring penurunan APK SD.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya penurunan ini diduga semakin sedikitnya penduduk yang menyekolahkan anaknya tidak pada umur baku (dalam hal ini 7-12 tahun) dengan catatan masih di sekitar angka 100. Penurunan APK SD ini diikuti oleh kenaikan APK SMP dan APK SMA. Kenaikan ini masih dalam koridor mendekati angka 100. Tentunya angka APK yang ideal adalah 100.

Kebutuhan Jumlah Guru menurut rasio ideal yang dikemukan kementrian pendidikan yaitu 1:29 untuk jenjang pendidikan SD, 1:24 untuk SMP, dan 1:20 untuk SMA adalah sebagai berikut:

(16)

Gambar 7. Kebutuhan Jumlah Guru Menurut Rasio Guru per Murid yang Ideal (ribu jiwa)

2. Menurut Rasio Guru per Rombongan Belajar (1:1)

Gambar 8. Kebutuhan Jumlah Guru Minimum Menurut Rasio Guru per Rombongan Belajar (1:1) (ribu jiwa)

Jika kita perhatikan jumlah kebutuhan guru jika dihitung berdasarkan rasio guru-rombongan belajar, pada jenjang SD angkanya tidak jauh berbeda dengan metode rasio guru per siswa. Namun pada jenjang SMP dan SMA terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini dimungkinkan karena kualifikasi guru SMP dan SMA lebih kompleks dibandingkan guru SD. Misalnya terdapat guru mata pelajaran tersendiri, sedangkan pada jenjang SD hanya 1 guru per kelas (di luar guru agama dan olah raga).

121.89 118.52 115.52 114.13 113.45 112.54 114.39 115.15 115.26 115.09 114.55 113.66 112.57 111.63 111.19 110.73

64.54 63.62 64.06 63.68 62.04 61.45 60.18 59.52 59.44 59.96 60.96 62.19 63.31 63.85 63.40 62.74

68.38 72.01 70.61 70.69 72.99 72.65 73.19 72.59 71.68 70.85 70.43 70.64 71.50 72.89 74.53 76.00

40.00 80.00 120.00

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

SD Sederajat SMP Sederajat SMA Sederajat

126.69 127.70 128.69 129.66 130.60 131.52 132.42 133.29 134.13 134.94 135.72 136.47 137.19 137.87 138.52 139.12

21.12 21.28 21.45 21.61 21.77 21.92 22.07 22.21 22.36 22.49 22.62 22.75 22.86 22.98 23.09 23.19

0 30 60 90 120 150

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

(17)

E. Prioritas Pembangunan Provinsi Jawa Tengah

Sebagai pedoman dalam pembangunan sebuah wilayah, maka disusun rencana pembangunan daerah salah satunya adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Dalam upaya mencapai tujuan pembangunan di bidang pendidikan yang disusun oleh Pemda Provinsi Jawa Tengah dalam RPJMD Tahun 2018-2023.

Misi ke 4 dari RPJMD 2018-2023 adalah Menjadikan rakyat Jawa Tengah lebih sehat, lebih pintar, lebih berbudaya, dan mencintai lingkungan, dimana pada sasaran pertamanya adalah meningkatnya kualitas dan tingkat pendidikan masyarakat secara luas. Berikut indikator-indikator dan penacapaian dari sasaran tentang pendidikan yang tertuang dalam Program Prioritas Jangka Menengah Pemerintah Provinisi Jawa Tengah.

Tabel 7. Indikator dan Target Pencapaian Kinerja Bidang Pendidikan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018-2023.

No Indikator Kinerja

Nilai Ideal/

Proyeksi 2023

Batas Waktu Pencapaian

Target

2018 2019 2020 2021 2022 2023

1.

Rasio guru SMA dengan rombongan belajar SMA

1 5 0,6 0,7 0,7 0,8 0,8 0,8

2.

Persentase guru SMA memenuhi kualifikasi akademik

100 % 5 95,78 96,88 99,10 99,20 99,30 99,35

3.

Persentase serapan kurikulum SMA

100 % 5 96,48 98,96 100 100 100 100

4.

Persentase prasarana sarana SMA sesuai standar

100 % 5 63,61 65,61 67,61 69,61 71,61 73,61

5. APK SMA 91,39 5 26,70 27,03 27,36 27,69 28,02 28,36

Dari indikator tersebut yang dapat dihitung berdasarakan perhitungan proyeksi yang dilakukan adalah pada poin 1, 4, dan 5, dengan asumsi kondisi yang ideal.

(18)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil analisis pada bagian pembahasan telah menunjukkan bahwa pada umumnya kebutuhan akan prasarana dan tenaga pendidikan akan terus meningkat sampai tahun 2030 seiring bertambahnya jumlah penduduk. Namun tidak menutup kemungkinan periode setelah 2030 akan terjadi penurunan jumlah penduduk pada usia sekolah.

Fenomena ini tidak lepas dari efek aging population, Dimana jumlah kelahiran akan semakin berkurang, terutama di Jawa Tengah dengan TFR sudah dibawah angka 2.1, dan jumlah lansia semakin banyak karena Umur Harapan Hidup yang semakin meningkat.

B. Saran

➢ Tulisan ini dibuat dengan banyak keterbatasan data, data untuk perhitungan semata- mata didapatakan dari proyeksi dan kajian literatur akan standar minimum yang ditetapkan oleh pemerintah. Ada baiknya jika tulisan berikutnya dilakukan penghitungan proyeksi dengan metode yang sesuai, agar dapat menggambar kondisi yang mendekati realitas dibandingkan hanya kebutuhan / standarisasi minimum.

➢ Untuk pemangku kebijakan diharapkan mengakomodir setiap kebutuhan prasarana dan tenaga pendidik dengan melakukan perencanaan yang matang. Tidak hanya dari segi kuantitas, tetapi kualitas tentunya disesuaikan dengan biaya/anggaran yang tersedia

(19)

DAFTAR PUSTAKA

BPS Provinsi Jawa Tengah. 2020. Angka Partisipasi Kasar (APK), 2006-2020. Diakses 24 April 2021 melalui https://jateng.bps.go.id/indicator/28/70/1/angka-partisipasi-kasar- apk-.html

Badan Standarisasi Nasioanl. 2004. SNI 03-1733-2004 Tentang Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan. Diakses 24 April 2021 melalui http://nawasis.org/portal/download/digilib/369-SNI-2004_1733_03.pdf

Kementrian Pendidikan. 2002. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 060/U/2002 Tentang Pendoamn Pendirian Sekolah. Diakses 24 April 2021 melalui https://simpuh.kemenag.go.id/regulasi/kepmendiknas_060_02.pdf

Kementrian Pendidikan. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Diakses 24 April 2021 melalui https://bsnp-indonesia.org/wp-content/uploads/2020/12/Nomor-24-Tahun- 2007.pdf

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas. 2017. Peta Jalan SDG’s Indonesia Menuju 2030. Jakarta: Bappenas.

Kementrian Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2001. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Standar Pelayanan Minimal Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan Dan Permukiman Dan Pekerjaan Umum. Diakses pada tanggal 21 April

2021 melalui

http://ciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/Kepmen_Kimpraswil_No_534_KPTS _2001_-_spm.pdf

Pemda Jawa Tengah. 2019. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 5 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018- 2023. Diakses 24 April 2021 melalui https://ppid.diskominfo.jatengprov.go.id/wp- content/uploads/2020/01/RPJMD-2018-2023.pdf

View publication stats

Referensi

Dokumen terkait