• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Putusan Hakim Dalam Kasus Tindak Pidana Korupsi Jaksa Pinangki No. 10/PID.TPK/2021/PT DKI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Putusan Hakim Dalam Kasus Tindak Pidana Korupsi Jaksa Pinangki No. 10/PID.TPK/2021/PT DKI"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Para ahli hukum pidana mempunyai pandangan yang berbeda-beda mengenai tujuan hukum pidana, namun perbedaan tersebut menimbulkan kecenderungan yang sama, yaitu menyamakan tujuan hukum pidana dengan tujuan penuntutan atau pemidanaan pidana. Dalam penelitian yang berjudul “REVISI HUKUM PIDANA ISLAM TENTANG PENGURANGAN SANKSI PENJARA BAGI PIDANA OLEH APARATUR PENEGAKAN HUKUM JAK PINANGKI (STUDI KASUS PUTUSAN NO. 10/PID.TPK/2021/PT DKI)”.

Rumusan Masalah

Maksud dan tujuan utama pemberian pengurangan hukuman bagi pelaku korupsi di Indonesia pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari prinsip dasar hukum Islam. Dalam hal ini dapat kita ketahui bahwa maksud dan tujuan pemberian keringanan hukum pidana Indonesia adalah untuk kemaslahatan dan mengurangi dampak negatif, selain sebagai motivator atau perangsang apresiasi terhadap pertobatan narapidana, dan pengurangan pidana. dapat menghormati juga hak-hak narapidana, maka disinilah tujuan syariat Islam yang terpenting adalah kesejahteraan.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Penelitian Terdahulu

Ali Dahwir “Sistem koordinasi antara penyidik ​​kepolisian di Republik Indonesia dan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam penelitian ini membahas tentang pemberantasan korupsi di Indonesia”. Penelitian ini membahas bahwa pemberantasan korupsi hanya dapat dilakukan apabila terdapat komitmen yang kuat serta kerjasama dan koordinasi yang baik antara instansi pemerintah dan aparat penegak hukum.

Metode Penelitian

Sumber Data : Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari data yang telah diolah dan diperoleh dari bahan pustaka. Bahan hukum utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah hukum Islam: Al-Qur'an dan Hadits.

Sistematika Pembahasan

Teknik pengumpulan data penulis melakukan teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan buku atau bahan bacaan yang mengkaji pengurangan sanksi terhadap penegak hukum. Teknik analisis data, Penulis akan menunjukkan teknik analisis data yang digunakan untuk mengkaji suatu masalah yang ingin dikaji oleh penulis dengan cara menggambarkan, menyampaikan dan memberikan paparan yang sejelas mungkin agar hasil yang akan diselidiki dapat disampaikan dengan baik dan mudah. .

TINJAUAN UMUM

Tindak Pidana Korupsi

  • Pengertian Tindak Pidana Korupsi
  • Unsur-Unsur Tindak Pidana Korusi
  • Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Korupsi
  • Jenis-Jenis Tidak Pidana Korupsi
  • Korupsi dalam Fiqh Jinayah

Dalam Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi yang dimaksud dengan tindak pidana korupsi, dan dalam Pasal 2 disebutkan bahwa “setiap orang melakukan perbuatan melawan hukum yang memperkaya diri sendiri atau orang lain, atau korupsi yang dapat merugikan keuangan negara dan perekonomian nasional.” ." UU tentang Tindak Pidana Korupsi, No. 20 Tahun 2001, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 No. 134. keuangan yang mengancam perekonomian seringkali dicirikan sebagai tindakan korupsi). Secara umum gambaran mengenai unsur-unsur suatu perbuatan yang dapat dikatakan tindak pidana korupsi terdapat pada Pasal 2 dan Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. dan elemen berikut. :25 Ayat pertama Pasal 2 “Barangsiapa secara melawan hukum memperkaya dirinya sendiri atau orang lain atau suatu keuntungan sosial, yang dengannya ia dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dapat dipidana.

Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa kejahatan kerah putih merupakan suatu bentuk kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan sebagai pemegang kebijakan. Salah satu permasalahan yang mereka hadapi dalam memburu korporasi nakal adalah terkait mekanisme sanksi yang dapat diterapkan kepada korporasi yang melakukan tindak pidana. Misalnya, dalam Pasal 10 KUHP, ketentuan pokok pidana hanya menyebutkan beberapa jenis pidana yang dapat diterapkan, seperti: pidana mati, pidana penjara, kurungan, dan denda.

Permasalahan penegakan hukum terkait tindak pidana pencucian uang (TPPU) jelas bukan hanya permasalahan hukum dan penegakan hukum saja, namun juga merupakan permasalahan yang berkaitan langsung dan berdampak pada permasalahan keuangan dan perbankan nasional, termasuk permasalahan penanaman modal nasional. . Kejahatan perbankan atau disebut juga dengan kejahatan perbankan adalah suatu jenis kejahatan yang dilakukan melawan hukum pidana, baik disengaja maupun tidak disengaja, terhadap lembaga, perangkat, dan produk perbankan, sehingga mengakibatkan kerugian materiil dan/atau non materiil bagi perbankan itu sendiri dan nasabah atau orang lain. Pihak ketiga.

Penegak Hukum

  • Pejabat Kepolisian
  • Kejaksaan
  • Hakim

Dalam menjalankan tugasnya sebagai penuntut umum, ia wajib mempertanggungjawabkan hasil penyidikan berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan dan berdasarkan keterangan para saksi agar dapat menghasilkan tuntutan yang jelas dan mencapai keadilan bagi korban. Jadi kewenangan ini memberikan kedudukan kepada Jaksa baik sebagai penuntut umum maupun penyidik ​​dan dalam melaksanakan eksekusi. Melakukan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai penuntut umum sesuai dengan ketentuan undang-undang ini. J.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai penuntut umum, Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang yang tertuang dalam Pasal 30B huruf d) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004, yaitu melakukan pencegahan. dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004, Jaksa Penuntut Umum dapat meminta hakim untuk menempatkan terdakwa di rumah sakit, rumah sakit jiwa atau tempat yang sesuai dengan keadaan terdakwa, karena keadaan terdakwa tidak mencukupi atau sudah tidak ada lagi. mampu bertahan atau yang mungkin membahayakan lingkungan sekitar dan masyarakat sekitar. Kedudukan hakim telah diatur dalam Amandemen Ketiga UUD 1945, Pasal 24 ayat (1). 1 dan par.

Hukum Pidana Islam

  • Pengertian Hukum Pidana Islam
  • Unsur-Unsur Hukum Pidana Islam
  • Asas-Asas Hukum Pidana Islam
  • Jenis-Jenis Hukuman

Artinya, setiap perbuatan tidak dianggap melanggar hukum dan pelakunya tidak dapat dihukum kecuali ada teks atau undang-undang yang mengaturnya. Dalam hukum positif permasalahan ini dikenal dengan asas legalitas, yaitu suatu perbuatan tidak dapat dianggap bertentangan dengan hukum dan pelakunya tidak dapat dikenakan sanksi sampai ada peraturan yang menyatakannya. Mereka yang berpendapat bahwa hukum pidana Islam tidak mengenal asas legalitas hanyalah mereka yang belum mengkaji secara rinci berbagai ayat yang pada hakikatnya membuktikan adanya asas legalitas45.

Asas material dalam hukum pidana Islam menyatakan bahwa tindak pidana adalah segala sesuatu yang dilarang oleh undang-undang, baik berupa perbuatan yang dilarang maupun tidak melaksanakan perbuatan yang diperintahkan, yang diancam oleh hukum (hadi atau ta'zir). . Kemudian, tekzir adalah sanksi undang-undang yang definisinya tidak didefinisikan atau tidak jelas peruntukannya. e) Akhlak asas. Bezanya dengan hukuman hadd ialah hukuman hadd adalah hak Allah, manakala hukuman hadd tidak boleh diampunkan.

PEMBAHASAN

Posisi Kasus

Terdakwa kemudian meminta Rahmat untuk menemui Joko Soegiarto Tjandra yang masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) kasus Tipikor berdasarkan Putusan Peninjauan Kembali Nomor 12 tanggal 11 Juni 2009. Terdakwa kemudian mengatakan demi urusan Joko Soegiarto, Tjandra akan mengambil peduli itu. upaya hukum, namun Joko meminta Soegiarto Tjandra menjalani hukumannya terlebih dahulu, baru kemudian tersangka mengambil langkah hukum. Joko Soegiarto Tjandra tak langsung percaya karena merasa sudah banyak pengacara besar yang mencoba, namun tidak bisa membawa Joko Soegiarto Tjandra kembali ke Indonesia.

Joko Soegiarto Tjandra menyetujui usulan terdakwa untuk memperoleh Fatwa Mahkamah Agung, termasuk menyetujui usulan biaya yang diajukan terdakwa untuk memperoleh Fatwa Mahkamah Agung. Karena Tergugat adalah Penggugat, maka Joko Soegiarto Tjandra tidak bersedia melakukan transaksi dengan Tergugat mengenai Fatwa Mahkamah Agung Joko Soegiarto Tjandra, sehingga Tergugat menyetujuinya. Selain itu, dalam pertemuan tanggal 19 November 2019, tersangka juga mengusulkan kepada Joko Soegiarto Tjandra agar Joko Soegiarto Tjandra kembali ke Indonesia terlebih dahulu dan ditangkap oleh Kejaksaan, setelah itu tersangka akan menyelesaikan permasalahan hukumnya.

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan

Dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana diatur dan diancam dengan pidana sesuai dengan dakwaan pertama terhadap Anak Perusahaan, yaitu melanggar Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan dakwaan kedua yaitu pelanggaran Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan dakwaan subsider ketiga yaitu pelanggaran terhadap Pasal 15 jo. Menimbang bahwa dengan demikian menjadi jelas apa yang dimaksud dengan unsur siapa terdakwa dalam perkara ini, sedangkan yang menjadi pertanyaan apakah terdakwa dapat dinyatakan secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum. JPU tentunya akan dipertimbangkan lebih lanjut, dengan pembuktian seluruh unsur pasal yang didakwakan terhadap terdakwa. Dinyatakan bersalah secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana “Korupsi” sebagaimana didakwakan dalam Dakwaan PERTAMA – Anak Perusahaan dan.

Pencucian Uang” sebagaimana didakwakan dalam dakwaan KEDUA dan “Persekongkolan Kedengkian untuk Melakukan Tindak Pidana Korupsi” sebagaimana didakwakan dalam dakwaan KETIGA – Anak Perusahaan. Bahwa Terdakwa belum terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan dalam dakwaan Pratama I dan Pratama III, oleh karena itu hendaknya ia dibebaskan dari dakwaan tersebut. Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Korupsi” sebagaimana didakwakan dalam dakwaan pertama Anak Perusahaan dan “Pencucian Uang” sebagaimana didakwakan dalam dakwaan kedua dan “Persekongkolan Jahat untuk Melakukan Tindak Pidana Korupsi” sebagaimana didakwakan dalam dakwaan ketiga. dakwaan -anak perusahaan.

Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap

Tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini termasuk dalam kategori takzir. Sedangkan tindak pidana korupsi tidak dapat diartikan sebagai tindak pidana pencurian atau tindak pidana perampokan. Masih banyak ruang untuk pengembangan hukum pidana Islam, khususnya sanksi takzir. Hal ini terbukti bahwa hakim dapat menentukan sanksinya sesuai dengan perkembangan zaman, hakim dapat menjatuhkan hukuman penjara kepada pelanggar sesuai dengan berat atau ringannya kejahatan yang dilakukannya.

Asas hukum pidana Islam menyatakan bahwa tindak pidana adalah segala sesuatu yang dilarang oleh undang-undang, baik berupa perbuatan yang dilarang oleh undang-undang maupun tidak dilaksanakannya apa yang diperintahkan. Tinjauan hukum pidana Islam mengenai pengurangan pidana penjara bagi terpidana oleh penegak hukum yaitu penindakan. Dan ulasan hukum pidana Islam mengenai pengurangan pidana penjara bagi terpidana penegak hukum yang didalamnya termasuk ancaman hukuman takzir dan juga termasuk dalam asas hakikat hukum pidana Islam karena tindak pidana yang dilakukan Pinangki merupakan perbuatan yang dilarang. . menurut hukum.

PENUTUP

Kesimpulan

Pertimbangan hakim dalam menetapkan tindak pidana dan pengurangan sanksi dalam putusan perkara nomor 10/PID.SUS-TPK/2021/PT DKI adalah karena Pinangki adalah seorang istri dan ibu dari seorang anak berusia 4 tahun dan Pinangki telah berperilaku baik di pengadilan. . Pertimbangan hakim dalam memutus perkara adalah sesuai dengan aspek hukum (ketentuan hukum), filosofis (peraturan yang dibentuk dengan mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum) dan aspek sosiologis. Hakim dalam hal ini mementingkan dasar putusan pidana dengan melihat fakta-fakta di persidangan, surat dakwaan dan alat bukti.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dasar hakim dalam menjatuhkan pidana dalam putusan perkara nomor: 10/PID.SUS-TPK/2021/PT DKI yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun dan denda sebesar Rp. Salah satu tujuan pemberian pengurangan sanksi adalah untuk menjaga manfaat dan mencegah kerugian, serta menghormati hak asasi manusia atas penyesalan bagi pelaku kejahatan.

Saran

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah aki bekas kendaraan bermotor pada pelaku daur ulang informal di Kota Bandung adalah 19,5 ton/bulan pada pemulung, 5,9 ton/bulan pada tukang loak, 1,2 ton/bulan pada lapak, 1,6

"Analisa Perpanjanga Restrukturisasi Kredit Terhadap Likuiditas Perbankan Sebelum dan Sesudah Pandemi Covid 19." Jurnal Aktiva: Riset Akuntansi Dan Keuangan 2.3 2020: 140-148.. Analisa