PENDAHULUAN
Batasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan tidak menyimpang dari tujuan yang diinginkan, maka penulis membatasi masalah penelitian ini pada Fokus pada Kebijakan Ekonomi Umar bin Khattab dalam pengelolaan Baitul Maal dalam Kemakmuran Masyarakat dan Relevan dengan Kebijakan Ekonomi Indonesia.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Penelitian Terdahulu
Kesesuaian dengan penelitian yang akan peneliti lakukan terletak pada kebijakan yang diambil Umar Bin Khattab pada masa pemerintahannya, penelitian ini juga menggunakan metode kajian pustaka. 12 Rosmaniar, Kebijakan Umar Bin Khattab dalam Mengatasi Kemiskinan, (Disertasi Fakultas Ilmu Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau), 2010. Kebijakan Ekonomi Umar Bin Khattab dalam majalah ini membahas tentang manfaat dan kebijakan ekonomi Umar Bin Khatab pada periode ini, pemerintahannya.
Di negara Islam, aktivitas ekonomi khususnya menjadi permasalahan perekonomian pada era Khalifah Umar bin Khattab. 13 Rafika Aulia, Analisis Pemikiran Ekonomi Umar bin Khattab tentang Kebijakan Fiskal dan Relevansinya di Indonesia, (disertasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang), 2020.
Metode Penelitian
- Jenis dan Pendekatan Penelitian
- Waktu Penelitian
- Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
- Teknik Analasisi Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan buku-buku, majalah dan bahan-bahan lain yang relevan sebagai bahan pendukung penelitian. Deduktif, yaitu mengumpulkan, mengkaji, dan meneliti data umum untuk menarik kesimpulan khusus.
Sistematika Penulisan
Deskriptif yaitu penjelasan secara gamblang mengenai pandangan seluruh tokoh terhadap topik penelitian atau pembahasan pemikiran ekonomi Umar bin Khattab tentang kesejahteraan dan kemiskinan. BAB I merupakan pendahuluan yang memuat tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II merupakan kajian teoritis yang berkaitan dengan objek penelitian melalui teori-teori pendukung dan relevan dari buku-buku atau literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan juga sebagai sumber informasi referensi.
BAB III, merupakan gambaran umum mengenai objek penelitian yaitu biografi Umar Bin Khattab yang terdiri dari biografi kelahiran Umar Bin Khattab, pengangkatan Umar Bin Khattab sebagai khalifah dan sistem pemerintahan Umar Bin Khattab. BAB IV, merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang kebijakan ekonomi Umar Bin Khattab, relevansi kebijakan ekonomi Umar Bin Khattab terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Pengertian Kesejahteraan Masyarakat
Seseorang merasa hidupnya sejahtera apabila ketika ia merasa bahagia, ia kaya dan tidak kekurangan apa-apa hingga batas yang dapat dicapai, jiwanya tenteram lahir dan batin, ia merasa benar dalam hidupnya, bebas dari jeratan kemiskinan dan penderitaan. Ancaman Kemiskinan Menggambarkan tingkat kesejahteraan tidak lepas dari penggolongan keluarga sejahtera, sehingga keluarga sejahtera harus dikembangkan sebagai sarana terpenting dan pertama bagi pembangunan anggotanya. Artinya: Dan di antara mereka ada yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungi kami dari siksa Neraka.” Ayat Alquran di atas menjelaskan bahwa tujuan pembangunan nasional relevan dengan tujuan hidup seorang muslim.
Bagi merealisasikan prinsip kesejahteraan dalam al-Quran, ini dirumuskan dalam perkataan "baldatun thayibatun wa rabbun ghafuur".
Indikator Kesejahteraan Masyarakat
Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Penyelenggaraan Rencana Pembangunan Daerah, indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan dan pemerataan perekonomian adalah tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi provinsi, PDRB. per kapita, indeks gizi, distribusi pendapatan, versi Bank Dunia, persentase penduduk di bawah garis kemiskinan dan kejahatan yang ditangani. BPS mengukur kesejahteraan masyarakat melalui delapan bidang, yaitu kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, lapangan kerja, tingkat dan pola konsumsi, perumahan dan lingkungan hidup, kemiskinan dan aspek sosial lainnya.Konsep kesejahteraan dapat dirumuskan sebagai padanan makna dari konsep manusia. martabat, yang dapat dilihat dari empat indikator yaitu: rasa aman, kesejahteraan, kebebasan dan identitas. Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan keluarga di suatu daerah, antara lain tingkat pendapatan keluarga, komposisi pengeluaran keluarga dengan membandingkan pengeluaran makanan dan non makanan, tingkat pendidikan keluarga, tingkat keluarga.
Kesejahteraan Masyarakat dalam Perspektif Ekonomi Islam . 26
Dan sebaliknya, hanya yang lebih kecil harus diterima atau diambil untuk mengelakkan bahaya yang lebih besar, sedangkan itu tidak mungkin. Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, niscaya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan kepadanya dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah dikerjakannya.” Allah SWT juga membalas kebaikan orang-orang yang sabar dengan balasan yang lebih baik daripada amalan mereka.
Sehingga para pengurus Baitul Mal tidak lagi mengambil sisa dana untuk ditabung setelah menyelesaikan tugasnya. Namun ketika pemerintahan digantikan oleh Umar bin Khattab, pembagiannya tidak lagi serentak. Dana baitul mal disalurkan secara bertahap sesuai kebutuhan yang ada, termasuk penyediaan dana cadangan.
Adanya kebijakan mengenai dana cadangan yang disimpan untuk keperluan darurat menunjukkan adanya praktik pengelolaan yang dilakukan oleh seorang khalifah (pemimpin) dalam hal perencanaan pengelolaan dana di Baitul mal, mengingat pemekaran pada masa khalifah Umar semakin meningkat. meluas dan semakin banyak kekayaan mengalir ke Baitul mal dan kota Madinah sebagai perbendaharaan. Menurut Taqyuddin An-Nabhani, Baitul mall juga menjadi penyedia bagi seluruh masyarakat dan sarana menjaga keseimbangan keuangan. Umar bin Khattab dalam kepemimpinannya mempunyai peranan yang sangat penting dalam mensejahterakan masyarakatnya, salah satunya terkenal dengan kebijakannya dalam pengelolaan Baitul Mal.
Di bidang perekonomian, Umar secara permanen mengembangkan Baitul Mall yang artinya Baitul Mall bersifat mandiri. Pendirian Baitul Mal dilengkapi dengan sistem administrasi yang terorganisir dengan terbentuknya dipan (masing-masing departemen di lingkungan Baitul Mal). Umar bin Khatab tercatat dalam sejarah sebagai orang pertama yang mendirikan kamp militer permanen.
Relevansi Kesejahteraan Masyarakat Umar bin Khattab dan
Guna memaksimalkan sumber daya manusia yang ada pada negaranya, Umar bin Khathab mengambil langkah-langkah representatif dalam pengembangan sumber daya manusia umatnya, diantaranya fokus utama Umar bin Khathab dalam pengembangan sumber daya manusia adalah sebagai berikut. Pembinaan dan pemerataan jumlah pada masa Umar dilakukan dengan cara mendorong umatnya untuk memperbanyak keturunan.Langkah ini diambil karena pada masa awal umat Islam masih sedikit, sehingga untuk memperkuat keutuhan umat Islam. bin Khathab menyerukan umatnya untuk menikah dan memperbanyak keturunan.Langkah kedua, untuk pemerataan sumber daya manusia, Umar menyerukan umatnya untuk menghentikan migrasi internal dari satu daerah ke daerah lain dalam satu negara. Kesenjangan jumlah penduduk yang melakukan kegiatan perekonomian di Indonesia merupakan permasalahan yang sudah lama dihadapi oleh pemerintah Indonesia, hal ini terlihat dari tidak meratanya perputaran perekonomian antara satu daerah dengan daerah lainnya.
Kedua, mengenai hijrah internal, Umar bin Khathab mengeluarkan kebijakan politik untuk mengatur hijrah internal. Kemudian, jika migrasi internal lebih disukai oleh penduduk, maka Umar bin Khathab memerintahkan penduduknya untuk pindah ke daerah yang baik yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, sehingga dapat mengembangkan perekonomian di daerah tersebut di masa depan. Ketika membahas persoalan hubungan ekonomi internasional, aspek yang juga menjadi perhatian Khalifah Umar bin Khathab adalah perlindungan konsumen, karena pada masa beliau arus barang masuk dan keluar negeri oleh para pedagang semakin meningkat.
Dalam hal pangan, Umar bin Khattab bersikap terbuka dalam menyikapi kasus-kasus yang terjadi di masyarakat, misalnya ketika ia berkunjung ke Syam, masyarakatnya mengeluhkan adanya wabah penyakit yang parah, setelah itu beliau memerintahkan masyarakat Syam untuk minum madu, namun Masyarakat Syam tidak layak minum madu, akhirnya Umar memerintahkan minum thila setelah mendapat masukan dari penduduk. Salah satu penyebabnya adalah 90 persen bahan baku obat di Indonesia berasal dari impor yang tidak memperhatikan kehalalan dalam proses produksinya. Dalam pengembangan sumber daya alam, Khalifah Umar bin Khathab menerapkan kebijakan antara lain penghidupan kembali lahan mati, pembukaan lahan, perlindungan lahan, pengaturan eksplorasi lahan di wilayah pendudukan dan perairan.
Sampai saat ini, mungkin ada tiga poin penting dari kebijakan Umar bin Khattab yang penting untuk diperhatikan. Adapun kebijakan menghidupkan kembali tanah mati, Umar bin Khathab memberikan tanah kepada semua orang yang ingin menggarap tanah tersebut. Umar bin Khathab membagi dua kategori pembentukan modal yaitu modal intrinsik dan modal sosial.
BIOGRAFI UMAR BIN KHATTAB
Pengangkatan Umar bin Khattab Sebagai Khalifah
Sistem Pemerintahan Umar bin Khattab
- Dasar-dasar Pemerintahannya
- Lembaga-Lembaga Keuangan dan Peradilan
Ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah setelah wafat menggantikan Abu Bakar, kekayaan atau uang negara ada di Baitul. Pada masa Umar bin Khattab, agama Islam telah menyebar ke berbagai penjuru dunia dan wilayah negara pun semakin luas. Sejak saat itu aktivitas Khalifah Umar bin Khattab semakin berkembang dan kerja para gubernur di daerah pun semakin meningkat.
Di bidang politik dan ekonomi, Umar bin Khattab berhasil memperluas kekuasaan politiknya hingga ke Persia, Mesir, dan Suriah. 1 Esti Alfiah, “Pemikiran Ekonomi Umar Bin Khattab Mengenai Kebijakan Fiskal” (Jurnal Al-Intaj : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu) Vol. 9 Esti Alfiah, “Pemikiran Ekonomi Umar Bin Khattab Mengenai Kebijakan Fiskal” (Jurnal Al-Intaj : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu) Vol.
Baitul Mali yang saat itu didirikan oleh Rasulullah dan dilanjutkan oleh Abu Bakar Al-Siddiq semakin berkembang fungsinya pada masa pemerintahan Umar bin Khattab. Untuk mengelola lembaga tersebut, Khalifah Umar bin Khattab menunjuk Abdullah bin Ubaid al-Kari dan Muajkab sebagai wakilnya. Sebagaimana dijelaskan, Khalifah Umar bin Khattab mendirikan dana pensiun terlebih dahulu dalam bentuk jatah bulanan (arzaq) pada tahun 18 H, kemudian pada tahun 20 H dalam bentuk jatah tahunan (atya).
Zakat pada masa Khalifah Umar bin Khattab dan Zakat di Indonesia Zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Padahal jika dilihat saat ini, zakat bukanlah pendapatan utama negara Indonesia seperti pada masa Umar bin Khattab. Namun pendapatan PBB yang diperoleh harus sebesar-besarnya memberikan manfaat bagi umat, seperti pada masa Umar bin Khattab.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan berkaitan dengan Analisis Pentingnya Kebijakan Ekonomi Umar Bin Khattab Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia. Dalam hal ini penulis menyampaikan beberapa saran terkait pentingnya kebijakan ekonomi Umar Bin Khattab dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, sebagai berikut. Analisis Pemikiran Ekonomi Umar bin Khattab tentang Kebijakan Fiskal dan Pentingnya di Indonesia, (Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang), 2020.
Esti Alfiah, “Pemikiran Ekonomi Umar Bin Khattab Terkait Kebijakan Fiskal” Majalah Al-Intaj : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu Vol.