ANALISIS RISIKO DAMBREAK BENDUNGAN JENELATA DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA
Conference Paper · June 2022
CITATIONS
0
READS
222 3 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Rain Water HarvestingView project
Sedimentation in the Tanjung Api Api Port Banyuasin, PalembangView project Calvin Sandi
Bandung Institute of Technology 6PUBLICATIONS 0CITATIONS
SEE PROFILE
Eka Nugroho
Bandung Institute of Technology 54PUBLICATIONS 23CITATIONS
SEE PROFILE
Muhammad Cahyono Bandung Institute of Technology 32PUBLICATIONS 98CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Eka Nugroho on 21 June 2022.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
Civil Engineering, Environmental, Disaster and Risk Management Symposium 2022 KOMDA-3 BMPTTSSI dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
1
ANALISIS RISIKO DAMBREAK BENDUNGAN JENELATA DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA
Calvin Sandi 1),Eka Oktariyanto Nugroho 2), M. Cahyono 3)
1) Program Studi Magister Pengelolaan Sumber Daya Air, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha No. 10, Bandung 40132 Indonesia email : [email protected]
2) Program Studi Magister Pengelolaan Sumber Daya Air, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha No. 10, Bandung 40132 Indonesia email : [email protected]
3) Program Studi Magister Pengelolaan Sumber Daya Air, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha No. 10, Bandung 40132 Indonesia email : [email protected]
ABSTRAK
Kota Makassar merupakan wilayah yang seringkali dilanda banjir pada musim hujan dan kekurangan air pada musim kemarau. Oleh karenanya, direncanakan pembangunan Bendungan Jenelata yang akan dibangun di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan dengan luas DAS 221.22 km2. Setiap bendungan memiliki potensi daya rusak air berupa keruntuhan akibat bencana seperti gempa bumi atau peristiwa lain yang dapat menyebabkan keruntuhan bendungan. Analisis risiko dilakukan guna mengkaji solusi penanggulangan yang efektif dalam meminimumkan indeks risiko. Pemodelan hidrograf banjir akibat keruntuhan bendungan dilakukan menggunakan HEC-HMS dengan skenario keruntuhan yang paling ekstrim adalah akibat overtopping dengan debit puncak 48726.47 m3/s. Pemodelan genangan banjir dilakukan menggunakan HEC-RAS, dimana luas genangan akibat overtopping seluas 20842.48 ha. Hasil peta genangan dan data demografi kemudian dijadikan dasar dalam penentuan indeks risiko per kecamatan. Upaya penanggulangan berupa struktural dan non-struktural guna meminimalisir kerugian dan mengurangi indeks risiko akibat keruntuhan bendungan. Penentuan solusi struktural ditentukan melalui pengujian efektivitas solusi terhadap pengurangan luas genangan banjir, dimana pemasangan tanggul pada sungai utama dan cabang sungai setinggi 150 cm memberikan hasil yang paling baik. Penerapan upaya-upaya tersebut pada suatu kecamatan didasarkan pada nilai indeks risiko kecamatan tersebut beserta komponen-komponennya. Hasil akhir berupa indeks risiko dengan penerapan upaya penanggulangan sebagai pembanding terhadap indeks risiko tanpa upaya penanggulangan. Adapun hasil akhir yang didapat adalah adanya penurunan indeks resiko pada beberapa kecamatan dari tinggi menjadi sedang atau sedang menjadi rendah.
Kata Kunci :
Bendungan, Daya Rusak Air, Keruntuhan Bendungan, Analisis Risiko
PENDAHULUAN
Pada tahun 1970-an Kota Makassar dan daerah sekitarnya setiap tahun selalu menderita akibat banjir, hal ini disebabkan karena kapasitas Sungai Jeneberang yang tidak memadai dan kondisi drainase kota yang kurang baik. Namun sebaliknya pada saat musim kemarau terjadi masalah kekurangan air untuk keperluan air minum, industri dan irigasi, khususnya kebutuhan air
minum dan industri kota Makassar berdasarkan Laporan Akhir Detail Desain Bendungan Jenelata Kabupaten Gowa (2014). Cuaca ekstrim yang terjadi pada 22-24 Januari 2019 di wilayah Kota Makassar menyebabkan 61 Kecamatan yang tersebar di 13 kabupaten/kota terendam banjir (Musa dkk., 2020). Hal tersebut menyebabkan debit aliran Sungai Jenelata mencapai 1200 m3/detik (melebihi kapasitas tampungan sungainya
KOMDA-3 BMPTTSSI dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2 yang hanya ±900 m3/detik) dan menyumbang debit
banjir yang cukup besar di Sungai Jeneberang berdasarkan Laporan Inspeksi Luar Biasa Bendungan Bili-Bili oleh Balai Bendungan (2019).
Oleh karena permasalahan tersebut, direncanakan pembangunan Bendungan Jenelata pada aliran Sungai Jenelata di Kabupaten Gowa. Sebagai salah satu bendungan yang berpotensi terjadi Dam Break, maka dibutuhkan kajian analisis risiko akibat daya rusak air tersebut untuk menentukan solusi yang efektif dalam pengurangan indeks risiko.
Maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk melakukan analisis keruntuhan Bendungan Jenelata dan mengkaji potensi bahayanya terhadap wilayah hilir Bendungan Jenelata sebagai akibat dari adanya daya rusak air. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah membuat peta risiko akibat keruntuhan bendungan dan merancang suatu solusi untuk pengendalian daya rusak air pada bagian hilir Bendungan Jenelata.
Kontribusi yang dari makalah ini adalah memberikan analisis risiko keruntuhan bendungan untuk bendungan yang akan dibangun, yaitu Bendungan Jenelata, serta memberikan rekomendasi upaya penanggulangan yang efektif dan efisien.
METODOLOGI
Lokasi StudiBendungan Jenelata direncanakan terletak pada koordinat 5°17'21,70"S dan 119°36'3,59" dengan luas daerah tangkapan air sebesar 221,22 km2. Adapun data teknis Bendungan Jenelata disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Data Teknis Bendungan Jenelata
Nama Sungai : Sungai Jenelata
Luas Genangan : 1.128,15 Ha
Tipe Bendungan : Urugan Batu dengan Inti Kedap Air Tegak El. Dasar Sungai : +43,00 m El. Puncak Bendungan : +106,00 m Tinggi Bendungan dari Dasar
Sungai : 63 m
Tinggi Bendungan dari Galian
Terdalam : 67 m
Panjang Bendungan : 1433,88 m
Lebar Puncak : 10 m
El. Tampungan Mati : +73,49 m
El. NWL : +99,50 m
Tampungan Mati : 22 juta m³ Volume Tampungan Efektif : 201,58 juta m³ Volume Tampungan Total : 223,58 juta m³
Tipe Bangunan Pelimpah : Pelimpah Samping Tipe Mercu Pelimpah : Ogee
Lebar Ambang : 60 m
Pengumpulan Data
Data yang digunakan untuk keperluan studi ini adalah data yang diperoleh dari instansi terkait, yaitu BBWS Pompengan-Jeneberang, Badan Pusat Statistik
(BPS), dan Badan Informasi Geospasial (BIG). Adapun data yang diperlukan berupa data curah hujan, peta topografi dan tutupan lahan, data teknis bendungan, serta data kependudukan pada lokasi terkait.
Gambar 1 Lokasi dan Deliniasi DTA Bendungan Jenelata
Analisis Hidrologi
Data hujan yang digunakan berasal dari stasiun hujan Kampili dan Senre yang dapat dilihat pada Tabel 1. Analisa hidrologi dilakukan dengan mengacu kepada pedoman SNI 2415-2016. Data tersebut diolah guna mendapatkan curah hujan maksimum tahunan, yang selanjutnya dilakukan uji dan perhitungan hujan wilayah menggunakan metode Polygon Thiessen. Adapun berdasarkan SNI 7746-2012, data hujan yang digunakan pada setiap pos merupakan data hujan harian yang terbesar dalam satu tahun atau hujan harian maksimum tahunan, terlepas dari tanggal hujan tersebut.
Analisa frekuensi dan uji kecocokan data dilakukan untuk menentukan curah hujan rencana. Debit banjir rencana selanjutnya dihitung menggunakan 4 metode HSS (Hidrograf Satuan Sintetis), yaitu Nakayasu, SCS, ITB-1, dan ITB-2. Adapun pemilihan metode HSS menggunakan metode lengkung Creager.
Hal yang serupa kemudian dilakukan juga untuk curah hujan rencana PMP (Probable Maximum Precipitation), dimana penentuannya mengacu kepada pedoman SNI 7746-2012. Penentuan curah hujan PMP dilakukan dengan 2 metode, yaitu metode Hersfield dan Peta Isohit PMP.
Analisis Keruntuhan Bendungan
Keruntuhan bendungan diawali dengan rekahan (breach), sehingga analisis keruntuhan bendungan diawali dengan perhitungan dimensi rekahan berupa kedalaman, lebar, kemiringan sisi, dan waktu terbentuknya rekahan menggunakan persamaan Froehlich (2008) berikut.
𝐵 8,239𝐾 𝑉 , ℎ , (1)
𝑡 3,664 (2)
Civil Engineering, Environmental, Disaster and Risk Management Symposium 2022 KOMDA-3 BMPTTSSI dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3 Dimana:
Bavg = lebar rata-rata rekahan (ft);
Ko = konstanta (1,3 untuk overtopping, 1,0 untuk piping);
Vw = volume reservoir (ac-ft);
hb = tinggi rekahan (ft);
tf = waktu rekahan (s).
Parameter tersebut kemudian digunakan dalam routing keruntuhan bendungan dengan bantuan software HEC-HMS, serta memodelkan luas genangan dengan bantuan software HEC-RAS.
Tabel 2 Data Curah Hujan Maksimum Tahunan
Tahun CH maks Tahunan (mm)
St. Kampili St. Senre
1999 125 108
2000 150 193
2001 49 123
2002 150 183
2003 300 138
2004 135 125
2005 150 110
2006 250 303
2007 125 225
2008 120 190
2009 189 180
2010 117 123
2011 91 90
2012 150 118
2013 142 203
2014 100 115
2015 140 169
2016 155 114
2017 160 160
2018 159 193
2019 163 237
Analisis Resiko
Analisis risiko dilakukan dengan mengacu kepada Perka BNPB No. 2 Tahun 2012, dimana parameter yang digunakan ialah indeks ancaman, indeks kerentanan, dan indeks kapasitas yang ditentukan berdasarkan Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5.
Tabel 3 Komponen Indeks Ancaman
Kedalaman (m) Kelas Nilai Bobot (%) Skor
< 0.76 Rendah 1
100
0,333
0.76 - 1.5 Sedang 2 0,667
> 1.5 Tinggi 3 1,000
Tabel 4 Komponen Indeks Kerentanan No Parameter Bobot (%)
1 Kerentanan Sosial 40
2 Kerentanan Ekonomi 25
3 Kerentanan Fisik 25
4 Kerentanan Lingkungan 10
Tabel 5 Komponen Indeks Kapasitas
No Parameter Bobot (%)
1 Aturan dan Kelembagaan Penanggulangan
Bencana 15
2 Peringatan Dini dan Kajian Risiko Bencana 15
3 Pendidikan Kebencanaan 20
4 Pengurangan Faktor Risiko Dasar 25 5 Pembangunan Kesiapsiagaan pada Seluruh
Lini 25
Indeks risiko selanjutnya dihitung menggunakan persamaan di bawah ini.
𝑅 𝐻 (3)
Dimana:
R = Disaster Risk: Risiko Bencana;
H = Hazard Threat: Frekuensi (kemungkinan) bencana tertentu cenderung terjadi dengan intensitas tertentu pada lokasi tertentu;
V = Vulnerability: Kerugian yang diharapkan (dampak) di daerah tertentu dalam sebuah kasus bencana tertentu terjadi dengan intensitas tertentu. Perhitungan variable ini biasanya didefinisikan sebagai pajanan (penduduk, asset, dll) dikalikan sensitivitas untuk intensitas spesifik bencana;
C = Adaptive Capacity: Kapasitas yang tersedia di daerah itu untuk pulih dari bencana tertentu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis HidrologiDalam analisis hidrologi, dilakukan deliniasi DTA (Daerah Tangkapan Air) bendungan guna mendapatkan luas DTA bendungan tersebut. Deliniasi dilakukan menggunakan software ArcGIS 10.5 dengan data topografi bersumber dari DEMNAS. Hasil deliniasi DTA Bendungan Jenelata ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah ini.
Data dari 2 stasiun hujan tersebut kemudian diuji dengan metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums) dan outlier, serta dianalisis curah hujan wilayah menggunakan metode Polygon Thiessen. Setelah itu, dilakukan analisa frekuensi guna mengetahui hujan rancangan dengan kala ulang tertentu. Dari nilai tersebut kemudian di uji kecocokan data dengan uji Chi Kuadrat dan uji Smirnov Kolmogorov. Rekapitulasi hasil perhitungan di atas terdapat pada Tabel 6.
Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa Metode Distribusi Normal yang dipilih untuk digunakan dalam pengolahan selanjutnya. Dihitung juga hujan rancangan PMP, dimana Hasil perhitungan memberikan nilai hujan PMP sebesar 787.41 mm untuk metode Hersfield dan 943 mm untuk metode Peta PMP Isohit, sehingga digunakan nilai PMP dari metode Peta PMP Isohit sebagai nilai hujan rancangan PMP.
KOMDA-3 BMPTTSSI dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
4
Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Curah Hujan Rancangan DTA Jenelata
No. Periode Ulang (Tahun)
Hujan Rancangan ( mm ) Metoda
Gumbel
Metoda Normal
Metoda Log Normal
Metoda Pearson Type III
Metoda Log Pearson Type III
1 2 153,81 161,53 154,18 153,59 152,10
2 5 208,99 205,28 200,02 201,42 199,16
3 10 245,52 228,19 229,23 231,27 231,09
4 25 291,68 250,49 261,76 266,98 272,47
5 50 325,93 268,28 290,99 292,25 304,10
6 100 359,92 282,86 317,36 316,46 336,39
7 200 393,79 295,88 342,92 339,92 369,66
8 1000 472,24 322,44 401,63 392,18 451,71
UJI SMIRNOV KOLMOGOROF
D Maximum, D Max 0,121 0,165 0,157 0,165 0,157
Derajat Signifikansi 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000
D Kritis 0,286 0,286 0,286 0,286 0,286
HIPOTESA DITERIMA DITERIMA DITERIMA DITERIMA DITERIMA
UJI CHI SQUARE
Chi - Square hitung 11,857 4,357 6,143 6,143 9,000
Chi - Square kritis 7,815 7,815 7,815 7,815 7,815
Derajat Bebas 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000
Derajat Signifikansi 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000
HIPOTESA TIDAK
DITERIMA DITERIMA DITERIMA DITERIMA TIDAK
DITERIMA
Nilai hujan tersebut selanjutnya digunakan dalam menghitung debit banjir rancangan PMF (Probable Maximum Flood), yang merupakan debit desain Bendungan Jenelata, dengan berbagai metode HSS yang digunakan dengan hasil seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2 Rekapitulasi Debit Banjir PMF Bendungan Jenelata
Pemilihan metode HSS dilakukan menggunakan lengkung Creager dengan koefisien C adalah 100, dimana merupakan selimut banjir maksimum yang pernah terjadi di seluruh dunia. Dari lengkung Creager tersebut, terpilih metode Nakayasu sebagai debit banjir rancangan PMF Bendungan Jenelata.
Analisis Keruntuhan Bendungan
Karakteristik banjir yang terjadi akibat keruntuhan bendungan memiliki puncak banjir yang sangat tinggi
serta waktu terjadinya banjir sangat singkat antara awal hingga ke puncak banjir.
Gambar 3 Grafik Lengkung Creager Bendungan Jenelata
Adapun hasil perhitungan parameter keruntuhan dengan persamaan Froehlich (2008) adalah sebagai berikut:
Tinggi air (Hb) = 63 m
Volume waduk (Vw) = 303,44 juta m3
Slope rekahan:
Akibat overtopping, H : V = 1 : 1
Akibat piping, H : V = 0.7 : 1
Lebar rekahan (Bavg):
Akibat overtopping, Bavg = 214,59 m
Akibat piping, Bavg = 165,07 m
Waktu terbentuk rekahan (Tf) = 1,55 jam
Hasil perhitungan di atas digunakan sebagai parameter dalam routing keruntuhan bendungan
Civil Engineering, Environmental, Disaster and Risk Management Symposium 2022 KOMDA-3 BMPTTSSI dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
5 menggunakan software HEC-HMS. Nilai debit puncak
hasil routing keruntuhan bendungan ditunjukkan pada Tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7 Routing Keruntuhan Bendungan Jenelata Skenario
Keruntuhan
Debit Outflow Puncak (m3/s) Overtopping 48726,466 Bottom Piping 43779,949 Middle Piping 36724,008 Top Piping 24973,879
Dari hasil di atas, didapatkan nilai debit puncak tersebut adalah skenario keruntuhan akibat overtopping, sehingga digunakan skenario tersebut dalam pemodelan genangan banjir menggunakan HEC-RAS. Pemodelan genangan banjir berupa 2D dengan parameter Unsteady Flow dan data topografi bersumber dari DEMNAS.
Hasil pemodelan genangan banjir akibat overtopping ditunjukkan pada Gambar 4 di bawah ini.
Gambar 4 Hasil Pemodelan Genangan Banjir Bendungan Jenelata
Analisis Risiko
Analisis dilakukan menggunakan data demografi yang didapat dari BPS (Badan Pusat Statistik), analisis- analisis sebelumnya, dan data pendukung lainnya. Hasil analisis indeks risiko beserta peta risiko untuk kecamatan-kecamatan yang diperkirakan terkena dampak genangan akibat keruntuhan Bendungan Jenelata ditunjukkan pada Tabel 8 dan Gambar 5.
Solusi Daya Rusak
Dalam rangka mengurangi risiko dan menekan dampak yang dapat ditimbulkan oleh bencana keruntuhan bendungan, beberapa solusi ditawarkan agar bencana tersebut dapat diminimalisir. Adapun solusi yang ditawarkan dibagi menjadi solusi Non-Struktural dan Struktural.
1. Non-Struktural
a. Pendidikan kebencanaan
b. Destana (Desa Tangguh Bencana)
c. Penataan wilayah pemukiman dan industry
d. Sistem peringatan dini berbasis IoT 2. Struktural
Solusi struktural ditentukan melalui pengujian efektivitas pemasangan tanggul sungai dalam beberapa skenario sebagai berikut:
a. Skenario 1 : Pemasangan Tanggul setinggi 50 cm pada Sungai Utama
b. Skenario 2 : Pemasangan Tanggul setinggi 100 cm pada Sungai Utama
c. Skenario 3 : Pemasangan Tanggul setinggi 150 cm pada Sungai Utama
d. Skenario 4 : Pemasangan Tanggul setinggi 50 cm pada Sungai Utama dan Cabang Sungai
e. Skenario 5 : Pemasangan Tanggul setinggi 100 cm pada Sungai Utama dan Cabang Sungai
f. Skenario 6 : Pemasangan Tanggul setinggi 150 cm pada Sungai Utama dan Cabang Sungai
Skema penerapan skenario di atas ditunjukkan pada Gambar 6.
Tabel 8 Hasil Analisis Indeks Risiko
No Kecamatan
Skor Anca man
Skor Keren tanan
Skor Kapas itas
Total Skor Resiko
Kelas Resiko Kota Makassar
1 Biring Kanaya 0,67 0,78 0,92 0,57 Sedang
2 Mamajang 0,67 0,76 0,83 0,61 Sedang
3 Manggala 1,00 0,78 0,83 0,94 Tinggi
4 Mariso 0,67 0,80 0,83 0,64 Sedang
5 Panakkukang 0,67 0,77 0,92 0,56 Sedang
6 Rappocini 0,67 0,75 0,83 0,60 Sedang
7 Tallo 0,33 0,75 0,92 0,27 Rendah
8 Tamalanrea 0,33 0,76 0,92 0,28 Rendah
9 Tamalate 0,67 0,77 0,83 0,61 Sedang
Kabupaten Gowa
10 Bajeng 1,00 0,74 0,83 0,88 Tinggi
11 Bajeng Barat 0,67 0,67 0,77 0,59 Sedang
12 Barombong 1,00 0,71 0,85 0,83 Tinggi
13 Bontomarannu 1,00 0,58 0,83 0,69 Tinggi
14 Bontonompo 1,00 0,74 0,92 0,80 Tinggi
15 Bontonompo
Selatan 0,67 0,75 0,75 0,67 Sedang
16 Bungaya 1,00 0,58 0,75 0,78 Tinggi
17 Manuju 1,00 0,58 0,85 0,68 Tinggi
18 Pallangga 1,00 0,72 0,70 1,03 Tinggi
19 Pattallassang 1,00 0,49 0,78 0,62 Sedang
20 Somba Opu 1,00 0,71 0,92 0,78 Tinggi
Kabupaten Takalar
21 Galesong Utara 0,67 0,71 0,53 0,89 Tinggi 22 Mangara Bombang 0,33 0,57 0,45 0,42 Sedang
23 Mappakasunggu 0,33 0,61 0,62 0,33 Rendah
24 Pattallassang 0,67 0,77 0,65 0,79 Tinggi
25 Polombangkeng
Selatan 0,33 0,58 0,47 0,41 Sedang
26 Polombangkeng
Utara 1,00 0,62 0,58 1,06 Tinggi
27 Sanrobone 0,33 0,59 0,52 0,38 Sedang
Kabupaten Maros
28 Moncongloe 0,67 0,60 0,53 0,74 Tinggi
KOMDA-3 BMPTTSSI dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
6
Gambar 5 Peta Risiko
G Adapun penerapan solusi-solusi di atas guna mengurangi nilai indeks resiko pada kecamatan yang terdampak genangan, dimana solusi non-struktural untuk mengurangi nilai indeks kerentanan dan meningkatkan nilai indeks kapasitas, sedangkan solusi struktural untuk mengurangi nilai indeks ancaman.
Rekapitulasi hasil pemodelan kembali untuk keruntuhan bendungan dengan pemasangan tanggul disajikan pada Tabel 9. Hasil terbaik ditunjukkan oleh skenario 6 dengan nilai luas genangan terkecil, sehingga direkomendasikan penerapan skenario 6 untuk solusi struktural. Luas genangan banjir hasil pemodelan untuk skenario 6 ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 6 Skema Pemasangan Tanggul
Hasil analisis risiko kembali dengan penerapan solusi-solusi yang telah ditawarkan, serta penerapan
solusi struktural skenario 6 terhadap indeks risiko setiap kecamatan yang dianalisis beserta dengan peta risikonya ditunjukkan pada Tabel 10 dan Gambar 8.
Gambar 7 Hasil Pemodelan Genangan Banjir Skenario 6
Tabel 9 Rekapitulasi Hasil Pemodelan Genangan Banjir dengan Solusi Struktural
Skenario Luas Genangan (Ha) Tanpa Tanggul 21063,644
Skenario 1 20435,145
Skenario 2 19703,094
Skenario 3 19398,516
Skenario 4 19693,834
Skenario 5 18487,824
Skenario 6 17984,331
Utama Cabang
Civil Engineering, Environmental, Disaster and Risk Management Symposium 2022 KOMDA-3 BMPTTSSI dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
7
Gambar 8 Peta Risiko dengan Solusi
a
Tabel 10 Hasil Analisis Indeks Risiko dengan Solusi
No Kecamatan Skor
Anca man
Skor Keren tanan
Skor Kapas itas
Total Skor Resiko
Kelas Resiko Kota Makassar
1 Biring Kanaya 0,33 0,61 0,92 0,22 Rendah
2 Mamajang 0,33 0,67 0,83 0,27 Rendah
3 Manggala 0,67 0,63 0,83 0,50 Sedang
4 Mariso 0,33 0,78 0,83 0,31 Rendah
5 Panakkukang 0,33 0,67 0,92 0,24 Rendah
6 Rappocini 0,67 0,71 0,83 0,57 Sedang
7 Tallo 0,33 0,71 0,92 0,26 Rendah
8 Tamalanrea 0,33 0,64 0,92 0,23 Rendah
9 Tamalate 0,67 0,62 0,83 0,50 Sedang
Kabupaten Gowa
10 Bajeng 1,00 0,52 0,92 0,57 Sedang
11 Bajeng Barat 0,67 0,50 0,77 0,44 Sedang
12 Barombong 0,67 0,59 0,93 0,42 Sedang
13 Bontomarannu 1,00 0,44 0,92 0,48 Sedang
14 Bontonompo 0,67 0,57 0,92 0,41 Sedang
15 Bontonompo
Selatan 0,67 0,54 0,75 0,48 Sedang
16 Bungaya 1,00 0,45 0,83 0,54 Sedang
17 Manuju 1,00 0,45 0,93 0,48 Sedang
18 Pallangga 0,67 0,55 0,83 0,44 Sedang
19 Pattallassang 0,67 0,35 0,83 0,29 Rendah
20 Somba Opu 1,00 0,67 0,92 0,73 Tinggi
Kabupaten Takalar
21 Galesong Utara 0,67 0,59 0,72 0,55 Sedang
22 Mangara Bombang 0,33 0,48 0,63 0,25 Rendah
23 Mappakasunggu 0,33 0,53 0,80 0,22 Rendah
24 Pattallassang 0,33 0,61 0,85 0,24 Rendah
25 Polombangkeng
Selatan 0,33 0,44 0,63 0,23 Rendah
26 Polombangkeng
Utara 1,00 0,53 0,72 0,74 Tinggi
27 Sanrobone 0,33 0,40 0,68 0,20 Rendah
Kabupaten Maros
28 Moncongloe 0,33 0,41 0,72 0,19 Rendah
KESIMPULAN
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa beberapa kecamatan mengalami perubahan indeks risiko dari tinggi menjadi sedang atau dari sedang menjadi rendah, sebagai dampak dari penerapan solusi-solusi yang ditawarkan. Adapun solusi struktural yang direkomendasikan adalah skenario 6, yaitu pemasangan tanggul pada sungai utama dan cabang sungai setinggi 150 cm.
Berdasarkan perhitungan dan pengolahan data yang dilakukan, beberapa data diperoleh berdasarkan asumsi karena keterbatasan data yang dialami. Beberapa hal yang diasumsikan adalah data rasio orang miskin, rasio orang cacat, dan rasio kelompok umur yang digunakan dalam penentuan indeks kerentanan, dimana data-data tersebut diasumsikan tersebar merata di setiap kecamatan berdasarkan jumlah penduduk di kecamatan tersebut. Hal tersebut dikarenakan data yang diperoleh berupa data kabupaten.
Oleh karenanya, hasil yang didapat tidak akurat.
Untuk pengembangan lebih lanjut, disarankan untuk menggunakan data yang lebih valid, serta dilakukan kunjungan lapangan, sehingga analisis dapat lebih akurat serta saran penanganan dapat lebih tepat sasaran.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kepada Tuhan YME, Orang Tua, Para Dosen Pembimbing, dan semua pihak yang telah membantu dalam terwujudnya makalah ini.
KOMDA-3 BMPTTSSI dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
8
REFERENSI
Balai Bendungan, 2019, Laporan Inspeksi Luar Biasa Bendungan Bili-Bili, Balai Bendungan, Makassar.
BNPB, 2012, Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012:
Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jakarta.
BSN, 2012, SNI 7746-2012: Tata Cara Penghitungan Hujan Maksimum Boleh Jadi dengan Metode Hersfield, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
BSN, 2016, SNI 2415-2016: Tata Cara Perhitungan Debit Banjir Rencana, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Froehlich, D. C., 2008, Embankment Dam Breach Parameters and Their Uncertainties, Journal of Hydraulic Engineering, Vol. 134, No. 12, 1708-1721.
Musa, R., Ashad, H., Fahrial, A. F., 2020, Pengaruh Kapasitas Geometri Sungai terhadap Debit Banjir Rencana (Studi Kasus S. Jeneberang Kab. Gowa), Open Science Framework, Vol. 4, No. 1, 139-146.
PT. Wahana Krida Konsulindo, 2014, Laporan Akhir Detail Desain Bendungan Jenelata Kabupaten Gowa, Makassar.
View publication stats