• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RISIKO DAMBREAK BENDUNGAN JENELATA DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

N/A
N/A
M. Fadlun

Academic year: 2024

Membagikan "ANALISIS RISIKO DAMBREAK BENDUNGAN JENELATA DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO DAMBREAK BENDUNGAN JENELATA DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

Conference Paper · June 2022

CITATIONS

0

READS

222 3 authors:

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Rain Water HarvestingView project

Sedimentation in the Tanjung Api Api Port Banyuasin, PalembangView project Calvin Sandi

Bandung Institute of Technology 6PUBLICATIONS   0CITATIONS   

SEE PROFILE

Eka Nugroho

Bandung Institute of Technology 54PUBLICATIONS   23CITATIONS   

SEE PROFILE

Muhammad Cahyono Bandung Institute of Technology 32PUBLICATIONS   98CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Eka Nugroho on 21 June 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.

(2)

Civil Engineering, Environmental, Disaster and Risk Management Symposium 2022 KOMDA-3 BMPTTSSI dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

1

ANALISIS RISIKO DAMBREAK BENDUNGAN JENELATA DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

Calvin Sandi 1),Eka Oktariyanto Nugroho 2), M. Cahyono 3)

1) Program Studi Magister Pengelolaan Sumber Daya Air, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung

Jl. Ganesha No. 10, Bandung 40132 Indonesia email : [email protected]

2) Program Studi Magister Pengelolaan Sumber Daya Air, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung

Jl. Ganesha No. 10, Bandung 40132 Indonesia email : [email protected]

3) Program Studi Magister Pengelolaan Sumber Daya Air, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung

Jl. Ganesha No. 10, Bandung 40132 Indonesia email : [email protected]

ABSTRAK

Kota Makassar merupakan wilayah yang seringkali dilanda banjir pada musim hujan dan kekurangan air pada musim kemarau. Oleh karenanya, direncanakan pembangunan Bendungan Jenelata yang akan dibangun di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan dengan luas DAS 221.22 km2. Setiap bendungan memiliki potensi daya rusak air berupa keruntuhan akibat bencana seperti gempa bumi atau peristiwa lain yang dapat menyebabkan keruntuhan bendungan. Analisis risiko dilakukan guna mengkaji solusi penanggulangan yang efektif dalam meminimumkan indeks risiko. Pemodelan hidrograf banjir akibat keruntuhan bendungan dilakukan menggunakan HEC-HMS dengan skenario keruntuhan yang paling ekstrim adalah akibat overtopping dengan debit puncak 48726.47 m3/s. Pemodelan genangan banjir dilakukan menggunakan HEC-RAS, dimana luas genangan akibat overtopping seluas 20842.48 ha. Hasil peta genangan dan data demografi kemudian dijadikan dasar dalam penentuan indeks risiko per kecamatan. Upaya penanggulangan berupa struktural dan non-struktural guna meminimalisir kerugian dan mengurangi indeks risiko akibat keruntuhan bendungan. Penentuan solusi struktural ditentukan melalui pengujian efektivitas solusi terhadap pengurangan luas genangan banjir, dimana pemasangan tanggul pada sungai utama dan cabang sungai setinggi 150 cm memberikan hasil yang paling baik. Penerapan upaya-upaya tersebut pada suatu kecamatan didasarkan pada nilai indeks risiko kecamatan tersebut beserta komponen-komponennya. Hasil akhir berupa indeks risiko dengan penerapan upaya penanggulangan sebagai pembanding terhadap indeks risiko tanpa upaya penanggulangan. Adapun hasil akhir yang didapat adalah adanya penurunan indeks resiko pada beberapa kecamatan dari tinggi menjadi sedang atau sedang menjadi rendah.

Kata Kunci :

Bendungan, Daya Rusak Air, Keruntuhan Bendungan, Analisis Risiko

PENDAHULUAN

Pada tahun 1970-an Kota Makassar dan daerah sekitarnya setiap tahun selalu menderita akibat banjir, hal ini disebabkan karena kapasitas Sungai Jeneberang yang tidak memadai dan kondisi drainase kota yang kurang baik. Namun sebaliknya pada saat musim kemarau terjadi masalah kekurangan air untuk keperluan air minum, industri dan irigasi, khususnya kebutuhan air

minum dan industri kota Makassar berdasarkan Laporan Akhir Detail Desain Bendungan Jenelata Kabupaten Gowa (2014). Cuaca ekstrim yang terjadi pada 22-24 Januari 2019 di wilayah Kota Makassar menyebabkan 61 Kecamatan yang tersebar di 13 kabupaten/kota terendam banjir (Musa dkk., 2020). Hal tersebut menyebabkan debit aliran Sungai Jenelata mencapai 1200 m3/detik (melebihi kapasitas tampungan sungainya

(3)

KOMDA-3 BMPTTSSI dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2 yang hanya ±900 m3/detik) dan menyumbang debit

banjir yang cukup besar di Sungai Jeneberang berdasarkan Laporan Inspeksi Luar Biasa Bendungan Bili-Bili oleh Balai Bendungan (2019).

Oleh karena permasalahan tersebut, direncanakan pembangunan Bendungan Jenelata pada aliran Sungai Jenelata di Kabupaten Gowa. Sebagai salah satu bendungan yang berpotensi terjadi Dam Break, maka dibutuhkan kajian analisis risiko akibat daya rusak air tersebut untuk menentukan solusi yang efektif dalam pengurangan indeks risiko.

Maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk melakukan analisis keruntuhan Bendungan Jenelata dan mengkaji potensi bahayanya terhadap wilayah hilir Bendungan Jenelata sebagai akibat dari adanya daya rusak air. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah membuat peta risiko akibat keruntuhan bendungan dan merancang suatu solusi untuk pengendalian daya rusak air pada bagian hilir Bendungan Jenelata.

Kontribusi yang dari makalah ini adalah memberikan analisis risiko keruntuhan bendungan untuk bendungan yang akan dibangun, yaitu Bendungan Jenelata, serta memberikan rekomendasi upaya penanggulangan yang efektif dan efisien.

METODOLOGI

Lokasi Studi

Bendungan Jenelata direncanakan terletak pada koordinat 5°17'21,70"S dan 119°36'3,59" dengan luas daerah tangkapan air sebesar 221,22 km2. Adapun data teknis Bendungan Jenelata disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Data Teknis Bendungan Jenelata

Nama Sungai : Sungai Jenelata

Luas Genangan : 1.128,15 Ha

Tipe Bendungan : Urugan Batu dengan Inti Kedap Air Tegak El. Dasar Sungai : +43,00 m El. Puncak Bendungan : +106,00 m Tinggi Bendungan dari Dasar

Sungai : 63 m

Tinggi Bendungan dari Galian

Terdalam : 67 m

Panjang Bendungan : 1433,88 m

Lebar Puncak : 10 m

El. Tampungan Mati : +73,49 m

El. NWL : +99,50 m

Tampungan Mati : 22 juta m³ Volume Tampungan Efektif : 201,58 juta m³ Volume Tampungan Total : 223,58 juta m³

Tipe Bangunan Pelimpah : Pelimpah Samping Tipe Mercu Pelimpah : Ogee

Lebar Ambang : 60 m

Pengumpulan Data

Data yang digunakan untuk keperluan studi ini adalah data yang diperoleh dari instansi terkait, yaitu BBWS Pompengan-Jeneberang, Badan Pusat Statistik

(BPS), dan Badan Informasi Geospasial (BIG). Adapun data yang diperlukan berupa data curah hujan, peta topografi dan tutupan lahan, data teknis bendungan, serta data kependudukan pada lokasi terkait.

Gambar 1 Lokasi dan Deliniasi DTA Bendungan Jenelata

Analisis Hidrologi

Data hujan yang digunakan berasal dari stasiun hujan Kampili dan Senre yang dapat dilihat pada Tabel 1. Analisa hidrologi dilakukan dengan mengacu kepada pedoman SNI 2415-2016. Data tersebut diolah guna mendapatkan curah hujan maksimum tahunan, yang selanjutnya dilakukan uji dan perhitungan hujan wilayah menggunakan metode Polygon Thiessen. Adapun berdasarkan SNI 7746-2012, data hujan yang digunakan pada setiap pos merupakan data hujan harian yang terbesar dalam satu tahun atau hujan harian maksimum tahunan, terlepas dari tanggal hujan tersebut.

Analisa frekuensi dan uji kecocokan data dilakukan untuk menentukan curah hujan rencana. Debit banjir rencana selanjutnya dihitung menggunakan 4 metode HSS (Hidrograf Satuan Sintetis), yaitu Nakayasu, SCS, ITB-1, dan ITB-2. Adapun pemilihan metode HSS menggunakan metode lengkung Creager.

Hal yang serupa kemudian dilakukan juga untuk curah hujan rencana PMP (Probable Maximum Precipitation), dimana penentuannya mengacu kepada pedoman SNI 7746-2012. Penentuan curah hujan PMP dilakukan dengan 2 metode, yaitu metode Hersfield dan Peta Isohit PMP.

Analisis Keruntuhan Bendungan

Keruntuhan bendungan diawali dengan rekahan (breach), sehingga analisis keruntuhan bendungan diawali dengan perhitungan dimensi rekahan berupa kedalaman, lebar, kemiringan sisi, dan waktu terbentuknya rekahan menggunakan persamaan Froehlich (2008) berikut.

𝐵 8,239𝐾 𝑉 ,, (1)

𝑡 3,664 (2)

(4)

Civil Engineering, Environmental, Disaster and Risk Management Symposium 2022 KOMDA-3 BMPTTSSI dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3 Dimana:

Bavg = lebar rata-rata rekahan (ft);

Ko = konstanta (1,3 untuk overtopping, 1,0 untuk piping);

Vw = volume reservoir (ac-ft);

hb = tinggi rekahan (ft);

tf = waktu rekahan (s).

Parameter tersebut kemudian digunakan dalam routing keruntuhan bendungan dengan bantuan software HEC-HMS, serta memodelkan luas genangan dengan bantuan software HEC-RAS.

Tabel 2 Data Curah Hujan Maksimum Tahunan

Tahun CH maks Tahunan (mm)

St. Kampili St. Senre

1999 125 108

2000 150 193

2001 49 123

2002 150 183

2003 300 138

2004 135 125

2005 150 110

2006 250 303

2007 125 225

2008 120 190

2009 189 180

2010 117 123

2011 91 90

2012 150 118

2013 142 203

2014 100 115

2015 140 169

2016 155 114

2017 160 160

2018 159 193

2019 163 237

Analisis Resiko

Analisis risiko dilakukan dengan mengacu kepada Perka BNPB No. 2 Tahun 2012, dimana parameter yang digunakan ialah indeks ancaman, indeks kerentanan, dan indeks kapasitas yang ditentukan berdasarkan Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5.

Tabel 3 Komponen Indeks Ancaman

Kedalaman (m) Kelas Nilai Bobot (%) Skor

< 0.76 Rendah 1

100

0,333

0.76 - 1.5 Sedang 2 0,667

> 1.5 Tinggi 3 1,000

Tabel 4 Komponen Indeks Kerentanan No Parameter Bobot (%)

1 Kerentanan Sosial 40

2 Kerentanan Ekonomi 25

3 Kerentanan Fisik 25

4 Kerentanan Lingkungan 10

Tabel 5 Komponen Indeks Kapasitas

No Parameter Bobot (%)

1 Aturan dan Kelembagaan Penanggulangan

Bencana 15

2 Peringatan Dini dan Kajian Risiko Bencana 15

3 Pendidikan Kebencanaan 20

4 Pengurangan Faktor Risiko Dasar 25 5 Pembangunan Kesiapsiagaan pada Seluruh

Lini 25

Indeks risiko selanjutnya dihitung menggunakan persamaan di bawah ini.

𝑅 𝐻 (3)

Dimana:

R = Disaster Risk: Risiko Bencana;

H = Hazard Threat: Frekuensi (kemungkinan) bencana tertentu cenderung terjadi dengan intensitas tertentu pada lokasi tertentu;

V = Vulnerability: Kerugian yang diharapkan (dampak) di daerah tertentu dalam sebuah kasus bencana tertentu terjadi dengan intensitas tertentu. Perhitungan variable ini biasanya didefinisikan sebagai pajanan (penduduk, asset, dll) dikalikan sensitivitas untuk intensitas spesifik bencana;

C = Adaptive Capacity: Kapasitas yang tersedia di daerah itu untuk pulih dari bencana tertentu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Hidrologi

Dalam analisis hidrologi, dilakukan deliniasi DTA (Daerah Tangkapan Air) bendungan guna mendapatkan luas DTA bendungan tersebut. Deliniasi dilakukan menggunakan software ArcGIS 10.5 dengan data topografi bersumber dari DEMNAS. Hasil deliniasi DTA Bendungan Jenelata ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah ini.

Data dari 2 stasiun hujan tersebut kemudian diuji dengan metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums) dan outlier, serta dianalisis curah hujan wilayah menggunakan metode Polygon Thiessen. Setelah itu, dilakukan analisa frekuensi guna mengetahui hujan rancangan dengan kala ulang tertentu. Dari nilai tersebut kemudian di uji kecocokan data dengan uji Chi Kuadrat dan uji Smirnov Kolmogorov. Rekapitulasi hasil perhitungan di atas terdapat pada Tabel 6.

Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa Metode Distribusi Normal yang dipilih untuk digunakan dalam pengolahan selanjutnya. Dihitung juga hujan rancangan PMP, dimana Hasil perhitungan memberikan nilai hujan PMP sebesar 787.41 mm untuk metode Hersfield dan 943 mm untuk metode Peta PMP Isohit, sehingga digunakan nilai PMP dari metode Peta PMP Isohit sebagai nilai hujan rancangan PMP.

(5)

KOMDA-3 BMPTTSSI dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

4

Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Curah Hujan Rancangan DTA Jenelata

No. Periode Ulang (Tahun)

Hujan Rancangan ( mm ) Metoda

Gumbel

Metoda Normal

Metoda Log Normal

Metoda Pearson Type III

Metoda Log Pearson Type III

1 2 153,81 161,53 154,18 153,59 152,10

2 5 208,99 205,28 200,02 201,42 199,16

3 10 245,52 228,19 229,23 231,27 231,09

4 25 291,68 250,49 261,76 266,98 272,47

5 50 325,93 268,28 290,99 292,25 304,10

6 100 359,92 282,86 317,36 316,46 336,39

7 200 393,79 295,88 342,92 339,92 369,66

8 1000 472,24 322,44 401,63 392,18 451,71

UJI SMIRNOV KOLMOGOROF

D Maximum, D Max 0,121 0,165 0,157 0,165 0,157

Derajat Signifikansi 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000

D Kritis 0,286 0,286 0,286 0,286 0,286

HIPOTESA DITERIMA DITERIMA DITERIMA DITERIMA DITERIMA

UJI CHI SQUARE

Chi - Square hitung 11,857 4,357 6,143 6,143 9,000

Chi - Square kritis 7,815 7,815 7,815 7,815 7,815

Derajat Bebas 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000

Derajat Signifikansi 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000

HIPOTESA TIDAK

DITERIMA DITERIMA DITERIMA DITERIMA TIDAK

DITERIMA

Nilai hujan tersebut selanjutnya digunakan dalam menghitung debit banjir rancangan PMF (Probable Maximum Flood), yang merupakan debit desain Bendungan Jenelata, dengan berbagai metode HSS yang digunakan dengan hasil seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2 Rekapitulasi Debit Banjir PMF Bendungan Jenelata

Pemilihan metode HSS dilakukan menggunakan lengkung Creager dengan koefisien C adalah 100, dimana merupakan selimut banjir maksimum yang pernah terjadi di seluruh dunia. Dari lengkung Creager tersebut, terpilih metode Nakayasu sebagai debit banjir rancangan PMF Bendungan Jenelata.

Analisis Keruntuhan Bendungan

Karakteristik banjir yang terjadi akibat keruntuhan bendungan memiliki puncak banjir yang sangat tinggi

serta waktu terjadinya banjir sangat singkat antara awal hingga ke puncak banjir.

Gambar 3 Grafik Lengkung Creager Bendungan Jenelata

Adapun hasil perhitungan parameter keruntuhan dengan persamaan Froehlich (2008) adalah sebagai berikut:

 Tinggi air (Hb) = 63 m

 Volume waduk (Vw) = 303,44 juta m3

Slope rekahan:

 Akibat overtopping, H : V = 1 : 1

 Akibat piping, H : V = 0.7 : 1

 Lebar rekahan (Bavg):

 Akibat overtopping, Bavg = 214,59 m

 Akibat piping, Bavg = 165,07 m

 Waktu terbentuk rekahan (Tf) = 1,55 jam

Hasil perhitungan di atas digunakan sebagai parameter dalam routing keruntuhan bendungan

(6)

Civil Engineering, Environmental, Disaster and Risk Management Symposium 2022 KOMDA-3 BMPTTSSI dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

5 menggunakan software HEC-HMS. Nilai debit puncak

hasil routing keruntuhan bendungan ditunjukkan pada Tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7 Routing Keruntuhan Bendungan Jenelata Skenario

Keruntuhan

Debit Outflow Puncak (m3/s) Overtopping 48726,466 Bottom Piping 43779,949 Middle Piping 36724,008 Top Piping 24973,879

Dari hasil di atas, didapatkan nilai debit puncak tersebut adalah skenario keruntuhan akibat overtopping, sehingga digunakan skenario tersebut dalam pemodelan genangan banjir menggunakan HEC-RAS. Pemodelan genangan banjir berupa 2D dengan parameter Unsteady Flow dan data topografi bersumber dari DEMNAS.

Hasil pemodelan genangan banjir akibat overtopping ditunjukkan pada Gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4 Hasil Pemodelan Genangan Banjir Bendungan Jenelata

Analisis Risiko

Analisis dilakukan menggunakan data demografi yang didapat dari BPS (Badan Pusat Statistik), analisis- analisis sebelumnya, dan data pendukung lainnya. Hasil analisis indeks risiko beserta peta risiko untuk kecamatan-kecamatan yang diperkirakan terkena dampak genangan akibat keruntuhan Bendungan Jenelata ditunjukkan pada Tabel 8 dan Gambar 5.

Solusi Daya Rusak

Dalam rangka mengurangi risiko dan menekan dampak yang dapat ditimbulkan oleh bencana keruntuhan bendungan, beberapa solusi ditawarkan agar bencana tersebut dapat diminimalisir. Adapun solusi yang ditawarkan dibagi menjadi solusi Non-Struktural dan Struktural.

1. Non-Struktural

a. Pendidikan kebencanaan

b. Destana (Desa Tangguh Bencana)

c. Penataan wilayah pemukiman dan industry

d. Sistem peringatan dini berbasis IoT 2. Struktural

Solusi struktural ditentukan melalui pengujian efektivitas pemasangan tanggul sungai dalam beberapa skenario sebagai berikut:

a. Skenario 1 : Pemasangan Tanggul setinggi 50 cm pada Sungai Utama

b. Skenario 2 : Pemasangan Tanggul setinggi 100 cm pada Sungai Utama

c. Skenario 3 : Pemasangan Tanggul setinggi 150 cm pada Sungai Utama

d. Skenario 4 : Pemasangan Tanggul setinggi 50 cm pada Sungai Utama dan Cabang Sungai

e. Skenario 5 : Pemasangan Tanggul setinggi 100 cm pada Sungai Utama dan Cabang Sungai

f. Skenario 6 : Pemasangan Tanggul setinggi 150 cm pada Sungai Utama dan Cabang Sungai

Skema penerapan skenario di atas ditunjukkan pada Gambar 6.

Tabel 8 Hasil Analisis Indeks Risiko

No Kecamatan

Skor Anca man

Skor Keren tanan

Skor Kapas itas

Total Skor Resiko

Kelas Resiko Kota Makassar

1 Biring Kanaya 0,67 0,78 0,92 0,57 Sedang

2 Mamajang 0,67 0,76 0,83 0,61 Sedang

3 Manggala 1,00 0,78 0,83 0,94 Tinggi

4 Mariso 0,67 0,80 0,83 0,64 Sedang

5 Panakkukang 0,67 0,77 0,92 0,56 Sedang

6 Rappocini 0,67 0,75 0,83 0,60 Sedang

7 Tallo 0,33 0,75 0,92 0,27 Rendah

8 Tamalanrea 0,33 0,76 0,92 0,28 Rendah

9 Tamalate 0,67 0,77 0,83 0,61 Sedang

Kabupaten Gowa

10 Bajeng 1,00 0,74 0,83 0,88 Tinggi

11 Bajeng Barat 0,67 0,67 0,77 0,59 Sedang

12 Barombong 1,00 0,71 0,85 0,83 Tinggi

13 Bontomarannu 1,00 0,58 0,83 0,69 Tinggi

14 Bontonompo 1,00 0,74 0,92 0,80 Tinggi

15 Bontonompo

Selatan 0,67 0,75 0,75 0,67 Sedang

16 Bungaya 1,00 0,58 0,75 0,78 Tinggi

17 Manuju 1,00 0,58 0,85 0,68 Tinggi

18 Pallangga 1,00 0,72 0,70 1,03 Tinggi

19 Pattallassang 1,00 0,49 0,78 0,62 Sedang

20 Somba Opu 1,00 0,71 0,92 0,78 Tinggi

Kabupaten Takalar

21 Galesong Utara 0,67 0,71 0,53 0,89 Tinggi 22 Mangara Bombang 0,33 0,57 0,45 0,42 Sedang

23 Mappakasunggu 0,33 0,61 0,62 0,33 Rendah

24 Pattallassang 0,67 0,77 0,65 0,79 Tinggi

25 Polombangkeng

Selatan 0,33 0,58 0,47 0,41 Sedang

26 Polombangkeng

Utara 1,00 0,62 0,58 1,06 Tinggi

27 Sanrobone 0,33 0,59 0,52 0,38 Sedang

Kabupaten Maros

28 Moncongloe 0,67 0,60 0,53 0,74 Tinggi

(7)

KOMDA-3 BMPTTSSI dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

6

Gambar 5 Peta Risiko

G Adapun penerapan solusi-solusi di atas guna mengurangi nilai indeks resiko pada kecamatan yang terdampak genangan, dimana solusi non-struktural untuk mengurangi nilai indeks kerentanan dan meningkatkan nilai indeks kapasitas, sedangkan solusi struktural untuk mengurangi nilai indeks ancaman.

Rekapitulasi hasil pemodelan kembali untuk keruntuhan bendungan dengan pemasangan tanggul disajikan pada Tabel 9. Hasil terbaik ditunjukkan oleh skenario 6 dengan nilai luas genangan terkecil, sehingga direkomendasikan penerapan skenario 6 untuk solusi struktural. Luas genangan banjir hasil pemodelan untuk skenario 6 ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 6 Skema Pemasangan Tanggul

Hasil analisis risiko kembali dengan penerapan solusi-solusi yang telah ditawarkan, serta penerapan

solusi struktural skenario 6 terhadap indeks risiko setiap kecamatan yang dianalisis beserta dengan peta risikonya ditunjukkan pada Tabel 10 dan Gambar 8.

Gambar 7 Hasil Pemodelan Genangan Banjir Skenario 6

Tabel 9 Rekapitulasi Hasil Pemodelan Genangan Banjir dengan Solusi Struktural

Skenario Luas Genangan (Ha) Tanpa Tanggul 21063,644

Skenario 1 20435,145

Skenario 2 19703,094

Skenario 3 19398,516

Skenario 4 19693,834

Skenario 5 18487,824

Skenario 6 17984,331

Utama Cabang

(8)

Civil Engineering, Environmental, Disaster and Risk Management Symposium 2022 KOMDA-3 BMPTTSSI dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

7

Gambar 8 Peta Risiko dengan Solusi

a

Tabel 10 Hasil Analisis Indeks Risiko dengan Solusi

No Kecamatan Skor

Anca man

Skor Keren tanan

Skor Kapas itas

Total Skor Resiko

Kelas Resiko Kota Makassar

1 Biring Kanaya 0,33 0,61 0,92 0,22 Rendah

2 Mamajang 0,33 0,67 0,83 0,27 Rendah

3 Manggala 0,67 0,63 0,83 0,50 Sedang

4 Mariso 0,33 0,78 0,83 0,31 Rendah

5 Panakkukang 0,33 0,67 0,92 0,24 Rendah

6 Rappocini 0,67 0,71 0,83 0,57 Sedang

7 Tallo 0,33 0,71 0,92 0,26 Rendah

8 Tamalanrea 0,33 0,64 0,92 0,23 Rendah

9 Tamalate 0,67 0,62 0,83 0,50 Sedang

Kabupaten Gowa

10 Bajeng 1,00 0,52 0,92 0,57 Sedang

11 Bajeng Barat 0,67 0,50 0,77 0,44 Sedang

12 Barombong 0,67 0,59 0,93 0,42 Sedang

13 Bontomarannu 1,00 0,44 0,92 0,48 Sedang

14 Bontonompo 0,67 0,57 0,92 0,41 Sedang

15 Bontonompo

Selatan 0,67 0,54 0,75 0,48 Sedang

16 Bungaya 1,00 0,45 0,83 0,54 Sedang

17 Manuju 1,00 0,45 0,93 0,48 Sedang

18 Pallangga 0,67 0,55 0,83 0,44 Sedang

19 Pattallassang 0,67 0,35 0,83 0,29 Rendah

20 Somba Opu 1,00 0,67 0,92 0,73 Tinggi

Kabupaten Takalar

21 Galesong Utara 0,67 0,59 0,72 0,55 Sedang

22 Mangara Bombang 0,33 0,48 0,63 0,25 Rendah

23 Mappakasunggu 0,33 0,53 0,80 0,22 Rendah

24 Pattallassang 0,33 0,61 0,85 0,24 Rendah

25 Polombangkeng

Selatan 0,33 0,44 0,63 0,23 Rendah

26 Polombangkeng

Utara 1,00 0,53 0,72 0,74 Tinggi

27 Sanrobone 0,33 0,40 0,68 0,20 Rendah

Kabupaten Maros

28 Moncongloe 0,33 0,41 0,72 0,19 Rendah

KESIMPULAN

Dari hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa beberapa kecamatan mengalami perubahan indeks risiko dari tinggi menjadi sedang atau dari sedang menjadi rendah, sebagai dampak dari penerapan solusi-solusi yang ditawarkan. Adapun solusi struktural yang direkomendasikan adalah skenario 6, yaitu pemasangan tanggul pada sungai utama dan cabang sungai setinggi 150 cm.

Berdasarkan perhitungan dan pengolahan data yang dilakukan, beberapa data diperoleh berdasarkan asumsi karena keterbatasan data yang dialami. Beberapa hal yang diasumsikan adalah data rasio orang miskin, rasio orang cacat, dan rasio kelompok umur yang digunakan dalam penentuan indeks kerentanan, dimana data-data tersebut diasumsikan tersebar merata di setiap kecamatan berdasarkan jumlah penduduk di kecamatan tersebut. Hal tersebut dikarenakan data yang diperoleh berupa data kabupaten.

Oleh karenanya, hasil yang didapat tidak akurat.

Untuk pengembangan lebih lanjut, disarankan untuk menggunakan data yang lebih valid, serta dilakukan kunjungan lapangan, sehingga analisis dapat lebih akurat serta saran penanganan dapat lebih tepat sasaran.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kepada Tuhan YME, Orang Tua, Para Dosen Pembimbing, dan semua pihak yang telah membantu dalam terwujudnya makalah ini.

(9)

KOMDA-3 BMPTTSSI dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

8

REFERENSI

Balai Bendungan, 2019, Laporan Inspeksi Luar Biasa Bendungan Bili-Bili, Balai Bendungan, Makassar.

BNPB, 2012, Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012:

Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jakarta.

BSN, 2012, SNI 7746-2012: Tata Cara Penghitungan Hujan Maksimum Boleh Jadi dengan Metode Hersfield, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

BSN, 2016, SNI 2415-2016: Tata Cara Perhitungan Debit Banjir Rencana, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Froehlich, D. C., 2008, Embankment Dam Breach Parameters and Their Uncertainties, Journal of Hydraulic Engineering, Vol. 134, No. 12, 1708-1721.

Musa, R., Ashad, H., Fahrial, A. F., 2020, Pengaruh Kapasitas Geometri Sungai terhadap Debit Banjir Rencana (Studi Kasus S. Jeneberang Kab. Gowa), Open Science Framework, Vol. 4, No. 1, 139-146.

PT. Wahana Krida Konsulindo, 2014, Laporan Akhir Detail Desain Bendungan Jenelata Kabupaten Gowa, Makassar.

View publication stats

Referensi

Dokumen terkait