Analisis Safety stock dan Reorder point Persediaan Bahan Baku Produk Barside K-59 di PT. XYZ
Nangkulo Ika Bawono1*, Asep Erik2
1,2Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa Karawang Indonesia
*Koresponden email: [email protected]
Diterima: 12 Juli 2023 Disetujui: 13 Juli 2023
Abstract
PT. XYZ is an engineering company engaged in fabrication, machining, and part stamping. Several types of materials are needed to maintain the continuity of the function of the factory or other facilities. To achieve maximum profit, companies must pay attention to inventory being maintained to reduce the risk of not being able to meet customer needs and other potential hazards, such as customer dissatisfaction with the company's capabilities and services. Because managing a company's inventory has a significant impact on many inventory costs, such as purchasing costs, ordering costs, carrying costs, and shortage costs, companies must maintain the proper level of inventory in their warehouses in the form of raw materials for the right production activities. Various methods used in inventory control efforts have the goal of minimizing bad possibilities that will come and are not wanted by the company, therefore the safety stock and reorder point methods are considered appropriate to answer the problems that exist in the company.
The value of the safety stock required by the company before reordering the point ranges from 0 − 139 units, while the reorder point value required before running out of raw materials ranges from 1606 − 1745 units.
Keywords: PT. XYZ, supplies, raw materials, safety stock, reorder point
Abstrak
PT. XYZ merupakan perusahaan engineering yang bergerak di bidang fabrication, machining, dan part stamping. Beberapa jenis material diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan fungsi pabrik atau fasilitas lainnya. Untuk mencapai keuntungan maksimum, perusahaan harus memperhatikan persediaan yang dipelihara untuk mengurangi risiko tidak dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dan potensi bahaya lainnya, seperti ketidakpuasan pelanggan terhadap kemampuan dan layanan perusahaan. Karena mengelola inventaris perusahaan memiliki dampak yang signifikan terhadap sejumlah biaya inventaris, seperti biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya kekurangan, perusahaan harus menjaga tingkat inventaris yang tepat di gudang mereka dalam bentuk bahan baku untuk aktivitas produksi yang tepat.
Berbagai metode yang digunakan dalam upaya pengendalian persediaan memiliki tujuan agar meminimalkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan datang dan tidak diinginkan oleh perusahaan, oleh karena itu metode safety stock dan reorder point, dirasa tepat untuk menjawab permasalahan yang ada pada perusahaan. Nilai safety stock yang dibutuhkan oleh perusahaan sebelum dilakukannya reorder point berkisar antara 0 − 139 unit sedangkan Nilai reorder point yang dibutuhkan sebelum mengalami kehabisan bahan baku berkisar antara 1606 − 1745 unit.
Kata Kunci: PT. XYZ, persediaan, bahan baku, safety stock, reorder point
1. Pendahuluan
Dunia kerja saat ini didukung oleh perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang dimana membuat perkembangan perekonomian saat ini berkembang dengan sangat pesat yang dimana membuat persaingan perusahaan menjadi sangat ketat. Hal ini diiringi oleh tingginya permintaan dari konsumen untuk menunjang kelancaran operasional khususnya pada daerah Karawang dan salah satu perusahaan tersebut PT. XYZ merupakan perusahaan engineering yang bergerak di bidang fabrication, machining, dan part stamping.
Menurut Indrajit dan Pronto dalam [1] beberapa jenis material diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan fungsi pabrik atau fasilitas lainnya. Untuk mencapai keuntungan maksimum, perusahaan harus memperhatikan persediaan yang dipelihara untuk mengurangi risiko tidak dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dan potensi bahaya lainnya, seperti ketidakpuasan pelanggan terhadap kemampuan dan layanan perusahaan [2]. Jumlah persediaan tertentu yang minimal harus selalu tersedia di gudang,
memungkinkan perbaikan cepat atau penggantian barang yang rusak. Karena mengelola inventaris perusahaan memiliki dampak yang signifikan terhadap sejumlah biaya inventaris, seperti biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya kekurangan, perusahaan harus menjaga tingkat inventaris yang tepat di gudang mereka dalam bentuk bahan baku untuk aktivitas produksi yang tepat. mengingat keadaan mereka saat ini. Ini akan memastikan bahwa operasi mereka dapat berjalan seefisien mungkin [3].
Pada umumnya setiap perusahaan ingin melayani konsumen dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi kebutuhan industri dan setiap perusahaan menggantungkan kelangsungan hidup aktivitas bisnisnya dari penjualan, untuk menjaga kestabilan penjualan, maka bahan baku menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan.
Menurut Amirullah dan Endang dalam [4] mengatakan bahwa bahan baku merupakan salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi kelancaran dari proses produksi, oleh karena itu pentingnya bahan baku pada perusahaan akan mempengaruhi tingkat penjualan, semakin tinggi tingkat penjualan maka semakin tinggi pula keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan tersebut. Dalam dunia industri, produksi memegang peranan yang sangat penting. Tingkat produktivitas suatu industri dapat menurun jika ada masalah dengan proses produksi [5]. Sedangkan produktivitas adalah salah satu metrik yang digunakan oleh bisnis untuk menentukan apakah pendapatan mereka memadai. Menurut indah [6], strategi yang tepat diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan secara efektif. Merencanakan secara strategis dan bekerja secara efisien dapat membantu bisnis menghasilkan keuntungan. Perusahaan akan menyia-nyiakan dana yang dibayarkan jika perencanaan dilakukan dengan tidak benar [7].
Bisnis ingin untung. Banyak faktor, termasuk faktor yang mempengaruhi produksi yang efisien, berdampak pada tujuan ini. Ketersediaan sumber daya mentah untuk dimanfaatkan, diproses, dan diciptakan mempengaruhi seberapa proses manufaktur. Bahan baku yang diperlukan harus dapat diakses secara luas untuk memastikan produksi yang efisien. Proses produksi dapat diperlambat jika jumlah persediaan terlalu tinggi relatif terhadap modal yang terkandung di dalamnya dan biayanya tinggi tetapi tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah [8].
Kelebihan persediaan bahan baku mengakibatkan biaya penyimpanan yang signifikan. Jika korporasi memotong persediaan bahan bakunya, ia akan menghadapi masalah kehabisan stok [9]. Persediaan bahan baku pada perusahaan sangatlah penting untuk menjaga proses produksi agar tidak terganggu. Kekurangan hasil produksi menyebabkan terjadinya keterlambatan produksi yang mengakibatkan terlambatnya atau tertundanya pendistribusian produk kepada konsumen, sementara kelebihan hasil produksi menyebabkan penumpukan barang yang menyebabkan membutuhkan biaya perawatan yang lebih. Ketika bahan baku disimpan untuk waktu yang lama tanpa digunakan, mereka kehilangan sebagian kualitasnya [10].
Berbagai metode yang digunakan dalam upaya pengendalian persediaan memiliki tujuan agar meminimalkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan datang dan tidak diinginkan oleh perusahaan.
Pada kesempatan kali ini, pengendalian persediaan bahan baku dirasa perlu untuk dilakukan dengan menggunakan data historis yang tersedia untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dan berdasarkan pada permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, perusahaan harus mengelola pengendalian persediaan bahan baku untuk memastikan bahwa operasi manufaktur dan distribusi dapat beroperasi secara konstan, oleh karena itu metode safety stock dan reorder point, dirasa tepat untuk menjawab permasalahan yang ada pada perusahaan. Sehingga dapat menjaga keseimbangan produksi dan permintaan konsumen dapat terpenuhi.
2. Metode Penelitian
Teknik penelitian atau metode ilmiah adalah prosedur atau urutan tindakan yang digunakan untuk mencapai pemahaman atau informasi ilmiah. Akibatnya, prosedur penelitian adalah pendekatan metodis untuk belajar. Berbeda dengan metode penelitian yang merupakan cara melakukan penelitian, teknik penelitian merupakan cara melakukan penelitian. Bentuk penelitian biasanya disebut sebagai metodologi penelitian [11]. Penelitian ini dilakukan di PT. XYZ sebuah perusahaan manufaktur yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat. Penelitian ini memuat metodologi penelitian yang menjelaskan tahapan penelitian yang dilakukan untuk memenuhi tujuan penelitian. Gambar 1 menggambarkan metode penelitian.
.
Mulai
Observasi
Menentukan Topik Penelitian
Pengumpulan dan Pengolahan Data
Studi Pustaka
Perhitungan Safety Stock dan Reorder Point
Analisa Hasil
Kesimpulan
Selesai
A
A
Gambar 1. Alur Penelitian Sumber : Data peneliti, 2020
a. Mulai, dimulainya proses penelitian
b. Observasi, proses mencatat suatu gejala dengan menggunakan peralatan dan merekamnya untuk alasan ilmiah atau lainnya [12].
c. Menentukan Topik Penelitian, untuk mempelajari masalah penelitian secara menyeluruh, pilih fokus penelitian [13].
d. Pengumpulan dan Pengolahan Data, pengumpulan data penelitian dan mengubahnya menjadi pengetahuan yang dapat digunakan oleh banyak pemangku kepentingan.
e. Studi Pustaka, penelitian yang menggunakan berbagai sumber perpustakaan, termasuk buku, majalah, catatan, dan catatan sejarah, untuk mengumpulkan informasi dan data [14].
f. Perhitungan Safety stock dan Reorder point, perhitungan yang dilakukan untuk masalah persediaan bahan baku.
g. Analisis Hasil, Pada tahap ini dilakukan dengan menganalisis menemukan dan mengganti dengan data terorganisir dari observasi, wawancara, dan sumber lain sehingga peneliti dapat memahami kasus yang sedang dipelajari pada saat itu dan menyajikannya untuk hasil di masa mendatang [15].
h. Kesimpulan, keputusan ilmiah yang dibuat oleh peneliti setelah membahas temuan penelitian [16].
i. Selesai, penelitian telah selesai dilakukan.
3. Hasil dan Pembahasan
Berikut merupakan uraian hasil dan pembahasan yang diperoleh di PT. XYZ berdasarkan data lapangan yang ada ;
Data Pemakaian Bahan Baku
PT. XYZ yaitu perusahaan yang bergerak dibidang industri sparepart motor. Salah satu produk yang dihasilkan yaitu Barside K-59 (standar motor), kemudian dalam pembahasan ini akan membahas tentang safety stock dan Reorder point pada produk Barside K59 (standar motor). Berikut pada Tabel 1 merupakan hasil pengumpulan data untuk kebutuhan produksi selama 1 tahun yang dimulai pada bulan Januari 2020 sampai dengan bulan Desember 2020.
Tabel 1. Pemakaian Bahan Baku No. Bulan Pemakaian (Unit)
1. Januari 12000
2. Februari 11500
3. Maret 11000
4. April 12000
5. Mei 13000
6. Juni 12500
7. Juli 12500
8. Agustus 11500
9. September 12000
10. Oktober 11500
11. November 12000 12. Desember 12500
Total 144000
Sumber: PT XYZ, 2020
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat dalam bentuk grafik pada Gambar 1 seperti berikut :
Gambar 2. Grafik Pemakaian Bahan Baku Sumber: PT XYZ, 2020
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada tabel 1 dan gambar 1 tersebut, dapat dilihat bahwa data pemakaian bahan baku untuk kebutuhan produksi produk Barside dengan tipe K-59 pada PT. XYZ Januari 2020 sampai Desember 2020 yang berpola fluktuatif (tidak stabil) yang dimana hal ini dapat menjadi salah satu penyebab terganggunya produktivitas produksi.
Perhitungan Safety stock
Safety stock berguna untuk mencukupi kebutuhan persediaan bahan baku agar terhindar dari kehabisan atau kekurangan bahan baku dan keterlambatan penerimaan produk yang dipesan yang dimana akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Oleh karena itu perusahaan perlu mengadakan perhitungan safety stock dan berdasarkan tabel 4.1 maka dapat diketahui standar deviasinya pada Tabel 2 dibawah ini.
dengan menggunakan rumus s = √∑𝑖=1𝑛(𝑥𝑖−𝑥)2
12 10000
10500 11000 11500 12000 12500 13000 13500
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tabel 2. Perhitungan Standar Deviasi
No. Bulan Pemakaian (Xi) Xi-X (𝑋𝑖 − 𝑋)2
1. Januari 12000 0 0
2. Februari 11500 -500 250000
3. Maret 11000 -1000 1000000
4. April 12000 0 0
5. Mei 13000 1000 1000000
6. Juni 12500 500 250000
7. Juli 12500 500 250000
8. Agustus 11500 -500 250000
9. September 12000 0 0
10. Oktober 11500 -500 250000
11. November 12000 0 0
12. Desember 12500 500 250000
Rata-rata 12000 Rata-rata 291666,67
Sumber : Data peneliti, 2020
𝑠 = √291666,66
12 𝑠 = √540,06
12 𝑠 = 45.005 ≈ 45 unit
Setelah mendapatkan standar deviasinya berdasarkan rata-rata pemakaian selama setahun seperti pada Tabel 2 maka dapat dilakukan perhitungan persediaan pengaman dengan menggunakan rumus 𝑠𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝑠𝑡𝑜𝑐𝑘 = 𝑠 ∗ 𝑧 dan adapun perhitungan safety stock berdasarkan beberapa service level sebagai Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Hasil Perhitungan Safety stock Service
Level Service Factor Standar Deviasi Safety stock
50% 0 45 0
60% 0,3 45 11
70% 0,5 45 24
80% 0,8 45 38
85% 1 45 47
90% 1,3 45 58
93% 1,5 45 66
95% 1,6 45 74
97% 1,9 45 85
98% 2,1 45 92
99% 2,3 45 105
100% 3,1 45 139
Sumber : Data peneliti, 2020
Pada Tabel 3 merupakan hasil perhitungan safety stock dan jika diubah kedalam bentuk grafik, maka hasil perhitungan safety stock terdapat pada Gambar 2.
Gambar 3. Grafik Hasil Perhitungan Safety stock Sumber : Data peneliti, 2020
Pada Gambar 3 menggambarkan grafik hasil perhitungan safety stock berdasarkan nilai service level, semakin tinggi nilai service level yang digunakan perusahaan maka semakin banyak safety stock yang dibutuhkan.
Perhitungan Reorder point
Reorder point merupakan suatu kondisi dimana perusahaan harus melakukan pemesanan bahan baku kembali, sehingga bahan baku yang dipesan dapat diterima dengan tepat waktu. Perhitungan reorder point ini sangat penting dilakukan karena, pada perhitungan ini terdapat waktu tunggu kedatangan bahan baku yang dipesan dengan kata lain bahan baku yang dipesan tidak dapat tersedia pada waktu itu juga atau yang dimaksud adalah lead time. Sehingga perhitungan reorder point sebagai berikut :
𝑅𝑂𝑃 = 𝑠𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝑠𝑡𝑜𝑐𝑘 + (𝑙𝑒𝑎𝑑 𝑡𝑖𝑚𝑒 ∗ 𝑄) Lead time = 3 hari
𝑄 =144000
269 = 535,32 ≈ 535 𝑢𝑛𝑖𝑡
Perhitungan nilai Q dengan membagi jumlah banyaknya pemakaian bahan baku dengan banyaknya hari kerja dalam setahun maka dapat diperoleh hasil pemakaian bahan baku rata-rata per hari sebanyak 535 unit. Berdasarkan hasil akhir perhitungan nilai Q maka dapat dilakukan perhitungan reorder point dengan menggunakan rumus 𝑅𝑂𝑃 = 𝑠𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝑠𝑡𝑜𝑐𝑘 + (𝑙𝑒𝑎𝑑 𝑡𝑖𝑚𝑒 ∗ 𝑄) dan adapun perhitungan reorder point berdasarkan beberapa safety stock pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Perhitungan Reorder point Safety stock Lead time Q Reorder point
0 3 535 1606
11 3 535 1617
24 3 535 1630
38 3 535 1644
47 3 535 1653
58 3 535 1664
66 3 535 1672
74 3 535 1680
85 3 535 1691
92 3 535 1698
105 3 535 1711
139 3 535 1745
Sumber : Data peneliti, 2020
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4 dapat diubah ke dalam bentuk grafik yang terdapat pada Gambar 4.
0 20 40 60 80 100 120 140 160
50% 60% 70% 80% 85% 90% 93% 95% 97% 98% 99% 100%
Gambar 4. Grafik Hasil Perhitungan Reorder point Sumber : Data peneliti, 2020
Berdasarkan Gambar 4 diatas didapat nilai reorder point sebesar 1606 – 1745 unit dimana hasil tersebut diperoleh dari data safety stock, lead time dan penggunaan bahan baku rata-rata per hari.
Perusahaan pada titik tersebut harus melakukan pemesanan kembali agar tidak habisnya persediaan bahan baku dan tidak mengganggu aktifitas produksi perusahaan dan tidak terjadinya penumpukan pada gudang.
Dan semakin tinggi nilai safety stock yang digunakan maka semakin tinggi nilai reorder point dan pada titik tersebutlah dapat dilakukannya pemesanan kembali bahan baku kepada pemasok.
Data diatas diperoleh dari PT. XYZ yang menunjukkan hubungan antara safety stock dan reorder point bahan baku barside k-59 pada tahun 2020 dan lead time selama 3 hari. Penentuan atau perhitungan nilai safety stock menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi nilai reorder point. Perhitungan diatas bertujuan untuk menghindari terjadinya kehabisan bahan baku maka diperlukan titik pemesanan kembali atau reorder point. Berdasarkan perhitungan, didapatkan nilai safety stock dan reorder point untuk PT.
XYZ sebesar 0 – 139 unit safety stock dengan standar deviasi sebesar 45 unit data tersebut terdapat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
4. Kesimpulan
Setelah berbagai tahapan penelitian dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai safety stock yang dibutuhkan oleh perusahaan sebelum dilakukannya reorder point berkisar antara 0 − 139 unit dan data yang digunakan merupakan data pada tahun 2020 dan data ini dipengaruhi oleh nilai service level, semakin besar nilai service level maka semakin besar nilai safety stock yang dibutuhkan. Sedangkan untuk nilai reorder point yang dibutuhkan sebelum mengalami kehabisan bahan baku berkisar antara 1606 − 1745 unit dan nilai ini diperoleh berdasarkan nilai safety stock, lead time, dan rata-rata penggunaan bahan baku perhari selama setahun pada tahun 2020.
Selain itu penentuan service level seharusnya disesuaikan dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya untuk mengetahui nilai safety stock dan reorder point yang sebenarnya untuk mencegah habisnya bahan baku dan keterlambatan pemesanan bahan baku untuk kelancaran produksi dan perusahaan diharapkan sebaiknya mempertimbangkan safety stock dan reorder point dalam menentukan kebijakan persediaan minimun dan persediaan maksimum bahan baku.
5. Referensi
[1] A. P. Hendradewa and M. I. Aditiyana, “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Menggunakan Metode Min-Max Stock Pada Produk Semen Bima (Studi Kasus: PT Sinar Tambang Arthalestari),” J. Disprotek, vol. 13, no. 2, pp. 146–153, 2022, doi: 10.34001/jdpt.v13i2.3358.
[2] M. Aries, H. Rarindo, Y. A. Winoko, and S. Adiwidodo, “Analisis Penjualan Spare Part Mobil Dengan Metode ABC (Konsep 80-20) Pada Gudang Suku Cadang Di Bengkel PT. Astra Internasional Tbk. Auto2000 Pasuruan,” J. Ilm. Teknol. FST Undana, vol. 14, no. 2, 2020.
[3] F. Kurniawan and P. Adi Wicaksono, “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dalam Pembuatan Busa Dengan Perbandingan Metode EOQ, Metode POQ, Dan Metode Min-Max (Studi Kasus : PT Cahaya Murni Andalas Permai),” Ind. Eng. Online J., vol. 12, no. 2, 2023.
[4] H. Hazimah, Y. A. Sukanto, and N. A. Triwuri, “Analisis Persedian Bahan Baku, Reorder point dan Safety stock Bahan Baku ADC-12,” J. Ilm. Univ. Batanghari Jambi, vol. 20, no. 2, p. 675, 2020,
0 20 40 60 80 100 120 140 160
1606 1617 1630 1644 1653 1664 1672 1680 1691 1698 1711 1745
doi: 10.33087/jiubj.v20i2.989.
[5] R. A. Fauzi and R. Hartono, “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Benang Pada Produk Underwear Dengan Metode EOQ (Studi Kasus pada PT. Indonesia Wacoal),” J. Ilm. Binaniaga, vol. 14, no. 1, p. 1, 2019, doi: 10.33062/jib.v14i1.302.
[6] D. rosa Indah and Z. Maulida, “Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT. Aceh Rubber Industries Kabupaten Aceh Tamiang,” J. Manaj. dan Keuang., vol. 7, no. 2, p. 157, 2018, doi:
10.33059/jmk.v7i2.814.
[7] P. M. Palupi, L. Korawijayanti, and R. Handoyono, “Penerapan Metode Economic Order Quantity ( EOQ ) Untuk Meningkatkan Efisiensi Biaya Persediaan Bahan Baku (Studi Kasus pada PT Nusamulti Centralestari ),” J. Unimus, vol. 1, pp. 426–435, 2018.
[8] Nurhidayah, “Analisis Re Order Point (Rop) Terhadap Persediaan Bahan Baku Pada PT Zanur Hijau Lestari Kabupaten Bulukumba,” Universitas Muhammadiyah Makassar, Makassar, 2015.
[9] E. P. Lahu, O. : Enggar, P. Lahu, and J. S. B. Sumarauw, “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Guna Meminimalkan Biaya Persediaan Pada Dunkin Donuts Manado,” Anal. Pengendalian…
4175 J. EMBA, vol. 5, no. 3, pp. 4175–4184, 2017, [Online]. Available: http://kbbi.web.id/optimal.
[10] Turnip and Kartikasari, “Analisis Perbandingan Pengendalian Persediaan Bahan,” J. Appl. Manag.
Account., vol. Vol. 1 No., no. 2, pp. 77–99, 2017.
[11] Suryana, “Metodologi Penelitian : Metodologi Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,” Univ. Pendidik. Indones., pp. 1–243, 2012, doi: 10.1007/s13398-014-0173-7.2.
[12] H. Hasanah, “Teknik-Teknik Observasi (Sebuah Alternatif Metode Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-ilmu Sosial),” At-Taqaddum, vol. 8, no. 1, p. 21, 2017, doi: 10.21580/at.v8i1.1163.
[13] BKI ’A 20, The World of Counselor: Graflit. Jakarta: Anagraf Indonesia, 2022.
[14] B. Mirzakon, Abdi & Purwoko, “Library Research of the Basic Theory and Practice of Expressive Writing Counseling,” Univ. Negeri Surabaya, p. 10, 2005.
[15] Ahmad and Muslimah, “Memahami Teknik Pengolahan dan Analisis Data Kualitatif,” Proceedings, vol. 1, no. 1, pp. 173–186, 2021.
[16] Sidhi Laksono, AA Ayu Dwi Adelia Yasmin, Andrea Laurentius, Bambang Dwiputra, Gea Panindhita, Seri Praktis Publikasi Cara Membuat Artikel Jurnal untuk Pemula. Yogyakarta: CV.
Bintang Semesta Media, 2022.