• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tebal Shielding HotCell untuk Dismantling Limbah Radioaktif Aktivitas Tinggi dengan Microshield7

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Tebal Shielding HotCell untuk Dismantling Limbah Radioaktif Aktivitas Tinggi dengan Microshield7"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

Deskripsi Kerja KP: Kerja praktek penulis dengan topik Keselamatan radiasi di fasilitas pengolahan limbah nuklir, menganalisis desain tambahan pelindung sel panas untuk menentukan paparan radiasi di beberapa titik di IPLR menggunakan perangkat lunak MicroShield7. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan kerja praktek ini dapat diselesaikan dengan baik. Kerja praktek merupakan syarat wajib bagi setiap mahasiswa Universitas Gadjah Mada dan sebagai sarana pembelajaran untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh secara akademik.

Laporan kerja praktek ini berjudul “Analisis Ketebalan Perisai HotCell Untuk Pembongkaran Limbah Radioaktif Aktivitas Tinggi Dengan Microshield7” Pada Instalasi Pengelolaan Limbah Radioaktif. Alfiansyah Malik Nugroho, Asyiffa Rizky Daffa, Jasmine Sekar B.P. dan Nail Huga Diaulhaq, rekan kerja praktek di Instalasi Manajemen. Kepada teman-teman yang juga memberikan bantuan serta semangat dan motivasi selama proses kerja praktek dan penulisan laporan.

Kerja praktek berjudul “Analisis Ketebalan Perisai HotCell Untuk Pembongkaran Limbah Radioaktif Sumber Bekas Aktivitas Tinggi dengan MicroShield 7” di Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif (IPLR DPFK – BRIN) PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan. Tujuan dari kerja praktek ini adalah untuk menentukan bahan yang paling efektif sebagai pelindung tambahan untuk fasilitas ruang sel panas yang saat ini beroperasi untuk mengolah sumber silinder Cobalt-60.

  • Latar Belakang
  • Tujuan Kerja Praktik
    • Tujuan Utama
    • Tujuan Khusus
  • Lokasi Kerja Praktik
  • Waktu Kerja Praktik

Setelah sumber radioaktif tersebut kadaluarsa dan tidak lagi digunakan secara efektif, sumber radioaktif tersebut akan menjadi limbah radioaktif dan tentunya memerlukan pengelolaan yang aman dan selamat. Sumber radioaktif kemasan yang tidak terpakai tetap berada dalam wadah aslinya dan harus dikelola dengan aman dan dipindahkan ke fasilitas penyimpanan limbah jangka panjang yang dimiliki dan dikelola oleh Instalasi Pengelolaan Limbah Radioaktif (IPLR) – DPFK BRIN. Sumber radioaktif terselubung kategori 1 dan 2 memiliki potensi bahaya radiasi yang tinggi, karena aktivitasnya dapat mencapai ribuan Curie.

Salah satu strategi yang dapat diterapkan untuk menjamin keselamatan dan keamanan sumber radioaktif dalam jangka panjang adalah memindahkan sumber radioaktif untuk dipindahkan ke dalam kapsul stainless steel dan kemudian disimpan di fasilitas penyimpanan limbah radioaktif di bawah permukaan tanah. Pengambilan sumber radioaktif dari wadah aslinya memerlukan fasilitas sel panas dan manipulator robot untuk meminimalkan risiko bahaya radiasi bagi pekerja. Tujuan khusus dilaksanakannya kegiatan kerja praktek ini adalah untuk mengenal, memahami dan terlibat langsung dalam pelaksanaan keselamatan radiasi fasilitas limbah nuklir di IPLR - DPFK BRIN.

Kerja praktek dilaksanakan di Fasilitas Pengelolaan Limbah Radioaktif (IPLR) di bawah Departemen Pengelolaan Fasilitas Nuklir (DPFK), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kerja praktek di IPLR-DPFK BRIN dilaksanakan selama satu bulan, terhitung sejak tanggal 2 Januari sampai dengan 30 Januari 2023.

  • Sejarah dan Perkembangan Instansi
    • Sejarah BRIN
    • Sejarah IPLR – DPFK
  • Lokasi IPLR – DPFK
  • Struktur Organisasi IPLR – DPFK
  • Visi dan Misi IPLR – DPFK
    • Visi
    • Misi
  • Tugas Pokok dan Fungsi IPLR – DPFK
  • Instalasi Pengolahan Limbah Nuklir
    • Evaporator
    • Insenerator
    • Kompaktor
    • Condisioning
    • Chemical Treatment
    • Unit Sementasi
    • Storage
    • KH-IPSB3 (Kanal Hubung Instalasi Penyimpanan Sementara Bahan
    • Dekontaminasi
  • Standar Pelayanan
  • Proses Kegiatan Kerja Praktik di IPLR – DPFK

Fasilitas Pengelolaan Limbah Radioaktif (IPLR) adalah unit organisasi Departemen Pengelolaan Fasilitas Nuklir (DPFK) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Pada tahun 1992, IPLR dikenal sebagai Pusat Teknologi Pengelolaan Limbah Radioaktif (PTPLR), kemudian pada tahun 1998 berganti nama lagi menjadi Pusat Pengembangan dan Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif (P2PLR). 392/KA/XI/2005 tentang organisasi dan tata kerja BATAN, kemudian pada tanggal 24 November 2005, P2PLR berubah nama menjadi Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR).

IPLR bertugas melakukan penelitian dan pengembangan di bidang teknologi pengolahan limbah radioaktif untuk mendukung pengembangan industri nuklir dan penerapan iptek nuklir di berbagai wilayah pembangunan di Indonesia. Melaksanakan pengembangan teknologi pembuangan limbah radioaktif, meliputi: (1) pengembangan teknologi karakterisasi dan pemantauan limbah radioaktif dan kemasan limbah radioaktif, (2) pengembangan teknologi proses limbah radioaktif tingkat rendah dan menengah, (3 ) pengembangan teknologi pengkondisian limbah radioaktif rendah dan menengah, (4) pengembangan teknologi penyimpanan limbah radioaktif rendah dan menengah, (5) pengembangan teknologi dekontaminasi dan dekomisioning fasilitas nuklir dan fasilitas bahan radioaktif, dan (6) pengembangan teknologi penyimpanan limbah (bahan bakar bekas) tingkat tinggi; Dan. Melaksanakan pengembangan teknologi pembuangan limbah radioaktif, meliputi: (1) pengembangan desain teknologi pembuangan limbah radioaktif tingkat rendah, sedang, dan tinggi, (2) pengembangan teknologi keselamatan pembuangan limbah radioaktif tingkat rendah, sedang, dan tinggi limbah radioaktif, termasuk studi analisis keselamatan (pemilihan skenario, pemodelan dan perhitungan keselamatan), dan (3) penelitian tentang aspek ekonomi, sosial dan budaya pembuangan limbah radioaktif.

Meningkatkan penguasaan teknologi pengelolaan limbah radioaktif dengan melakukan penelitian, pengembangan dan penerapan teknologi sesuai dengan kebutuhan perkembangan teknologi, peraturan perundang-undangan dan persyaratan. Meningkatkan mutu pengelolaan limbah radioaktif secara aman, selamat, andal, dan berwawasan lingkungan bagi pemangku kepentingan dengan menerapkan standar pelayanan dan sistem manajemen mutu (SMM) untuk pengolahan limbah radioaktif. Meningkatkan pemahaman dan penerimaan masyarakat terhadap pengelolaan limbah radioaktif dengan melakukan pembinaan dalam pengelolaan limbah radioaktif.

Sedangkan limbah radioaktif dengan emisi tinggi (<962 TBq/m3) disimpan di Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Aktivitas Tinggi (PSLAT). Rumusan Standar Pelayanan di IPLR-DPFK BRIN tercantum di website eLIRA atau Layanan Elektronik Administrasi Limbah Radioaktif. Standar Pelayanan berlaku untuk melayani proses pengelolaan limbah radioaktif dan/atau bahan bakar nuklir bekas (SNF), baik yang berasal dari BRIN maupun penghasil limbah radioaktif dari luar BRIN (industri, rumah sakit, dll).

Kegiatan kerja praktek di IPLR - DPFK BRIN, Serpong, dilakukan dalam selang waktu 1 (satu) bulan, mulai tanggal 02 Januari 2023 sampai dengan 30 Januari 2023. Kemudian diarahkan untuk membuat tanda tamu tetap yang harus disimpan selama proses kerja praktek di IPLR - DPFK. Dijelaskan pula hotcell yang saat ini sedang direvitalisasi agar dapat mengolah limbah radioaktif dari sumber bekas dengan aktivitas tinggi.

Gambar 2 Instalasi Pengelolaan Limbah Radioaktif (IPLR)  Sumber: dokumen pribadi
Gambar 2 Instalasi Pengelolaan Limbah Radioaktif (IPLR) Sumber: dokumen pribadi
  • Pendahuluan
  • Tinjauan Pustaka
  • Dasar Teori
    • Radiasi
    • Interaksi Radiasi dengan Materi
    • Sumber Silinder
    • Limbah Radioaktif
    • Dismantling Limbah Radioaktif
    • Hotcell
    • MicroShield 7
  • Metodologi
  • Hasil dan Pembahasan
    • Hasil
    • Pembahasan

Penulis menjelaskan bahwa ketebalan perisai yang dibutuhkan bergantung pada jenis radiasi yang dihasilkan dan intensitasnya. Dalam pengelolaan limbah radioaktif tingkat tinggi, terdapat perlakuan yang disebut decommissioning pada hot cell chamber. 6 Tahun 2020, hotcell chamber adalah chamber yang didesain memiliki dinding dengan kerapatan dan ketebalan tertentu untuk menampung zat radioaktif dan dilengkapi dengan manipulator untuk pengolahan zat radioaktif jarak jauh dengan aktivitas dan paparan radiasi tinggi [16].

Hasil analisis ketebalan pelindung radiasi yang dihitung harus diverifikasi dengan melakukan simulasi pengukuran di dalam ruang Hot Cell. Semakin jauh jarak antara pekerja radiasi dengan sumber radiasi, maka semakin kecil paparan radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi. Perisai radiasi biasanya terbuat dari bahan yang memiliki sifat seperti ketebalan, kerapatan dan kekuatan yang berbeda-beda tergantung dari sumber radiasi dan jenis radiasi yang akan dilindungi.

Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan dengan software MicroShield 7, diketahui bahwa jika hot cell tidak mendapat tambahan pelindung radiasi, maka pekerja radiasi di sekitar area hot cell akan terpapar radiasi dengan dosis yang sangat tinggi. Berdasarkan tabel hasil simulasi yang didapatkan, pekerja radiasi untuk area hot cell dengan tambahan screen berupa material beton berdensitas normal masih terpapar dosis radiasi yang cukup tinggi. Di titik lain, paparan radiasi tidak diserap dari ruang sel panas dengan penambahan pelindung beton dengan kepadatan normal setebal 65 cm.

Selanjutnya, pada material beton berdensitas tinggi, pekerja radiasi sebelum sel panas menerima dosis paparan yang cukup rendah. Untuk titik di gedung 90 dan 31, mereka tidak terkena radiasi sama sekali atau 0 μSv/jam dari sumber silinder di ruang sel panas. Pada variasi ketebalan tertinggi 15 cm, pekerja radiasi di depan ruang sel panas menerima paparan sebesar 1366 μSv/jam untuk jarak 0 cm, 921 μSv/jam untuk jarak 20 cm dan 572 μSv/jam untuk jarak dari 50 cm.

Perisai dengan bahan ini memiliki nilai paparan radiasi yang sangat tinggi dengan ketebalan mencapai 25 cm. Hingga variasi ketebalan 75 cm, diperoleh nilai dosis yang sangat kecil dari 2 μSv/jam hingga 4 μSv/jam di depan ruang hotcell. Berdasarkan hasil simulasi yang telah dilakukan, beberapa material dan ketebalan yang berbeda telah dipilih untuk digunakan sebagai pelindung radiasi tambahan untuk ruang hotcell.

Pemilihan material didasarkan pada tingkat keefektifan material tersebut untuk penahan radiasi yang dibuktikan dengan nilai exposure yang rendah. Dari tabel hasil simulasi yang diperoleh, dilihat dari efektivitasnya sebagai pelindung, terdapat 2 material yang dapat dipilih sebagai pelindung tambahan untuk ruang hotcell.

Gambar 19 Pengukuran jarak ruang hotcell ke ruang staff Gedung 53
Gambar 19 Pengukuran jarak ruang hotcell ke ruang staff Gedung 53

Penulis berharap laporan kerja praktek ini dapat memberikan wawasan yang cukup mengenai desain shielding dari hot cell chamber yang akan dihidupkan kembali di masa mendatang. Penulis juga berharap agar IPLR dapat terus lancar dan sukses selalu dalam mengolah dan mengelola limbah radioaktif dari seluruh Indonesia dan dari luar negeri serta menghasilkan penelitian atau temuan praktis. DPFK-BRIN IPLR juga diharapkan dapat lebih mewadahi kegiatan seperti kerja praktek di masa mendatang.

Kesimpulan

Saran

2] Kepala Badan Tenaga Nuklir, Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir tentang rincian tugas satuan kerja di Badan Tenaga Nuklir. DIMODIFIKASI UNTUK PENGUAPAN JUS TEBU Pengujian Desain dan Efisiensi Energi dari Modifikasi Evaporator Efek Ganda untuk Penguapan Jus Tebu,” J. 12] IAEA, “Proteksi Radiasi dan Keamanan Sumber Radiasi: Standar Keselamatan Dasar Internasional,” dalam Seri Standar Keselamatan IAEA TIDAK. .

Xanthos, "Radiation protection of nuclear medicine workers and radiation workers in general: how to improve awareness and optimize education and training programs." Zhang, “Investigation of the physical and mechanical properties of high-density concrete with different steel slag aggregates”. Li, “Mechanical and durability properties of normal strength concrete containing recycled glass powder and fly ash,” J.

Romli, “Kerangka Acuan Kegiatan Peningkatan Hotcell Untuk Pengelolaan Limbah Sumber Radioaktif Terbungkus,” Tangerang Selatan, Mar.

Gambar

Gambar 2 Instalasi Pengelolaan Limbah Radioaktif (IPLR)  Sumber: dokumen pribadi
Gambar 3 Peta Persebaran Instalasi Kerja di DPFK – BRIN Serpong [1]
Gambar 4 Struktur Organisasi IPLR  Sumber: www.batan.go.id/profil-ptlr
Gambar 5 Skema Evaporasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun kemajuan besar telah diraih di berbagai bidang sejak tahun 1980- an, kemiskinan tetap ada di negara-negara berkembang, dengan lebih dari 2,1 miliar atau sepertiga dari

Figure 11 shows the experimental results of the settling velocity of fine grains at each time interval on the sample added with distilled water which has a salinity of 0 ppt.. It