• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of ANALISIS SISTEM JARINGAN DRAINASE DI KECAMATAN LANGSA BARAT, KOTA LANGSA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of ANALISIS SISTEM JARINGAN DRAINASE DI KECAMATAN LANGSA BARAT, KOTA LANGSA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

JCEBT, Vol 7 (No 2) September 2023 ISSN 2549-6379 (Print) ISSN 2549-6387 (Online)

JCEBT

(Journal of Civil Engineering, Building and Transportation)

Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jcebt

ANALISIS SISTEM JARINGAN DRAINASE DI KECAMATAN LANGSA BARAT, KOTA LANGSA

Siti Juleha1)*, Eka Mutia2) & Ellida Novita Lydia3)

Universitas Samudra1,2,3

Koresponden*, Email: [email protected]

Abstract

Langsa Barat District often experiences inundated floods, because the existing drainage cannot accommodate runoff water. Aim of this research is to know the direction of the drainage flow, Flood water level and to know the existing condition of the drainage network. Method used is descriptive evaluative, weighted and cluster random sampling. Identification results show that the land flow pattern is in accordance with the elevation. Research area is the form of a grid iron network. Highest flood water level is in Paya Bujok Teungoh Village with a height of 50 cm and lowest flood water level is in Matang Seulimeng Village with a height of 17 cm. Based on the field survey and based on the results of the questionnaire assessment, the existing drainage has a good or proper value. However, it is still experiencing inundation due to sedimentation and relatively large waste and inadequate maintenance of drainage in the study area.

Keywords: drainage; flow patterns; puddles

Abstrak

Kecamatan Langsa Barat merupakan kawasan yang sering terjadi banjir genangan, pada musim penghujan. Hal ini disebabkan karena kondisi drainase eksisting tidak dapat menampung limpasan air hujan. Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui arah aliran drainase, tinggi muka air banjir dan mengetahui kondisi eksisting jaringan drainase. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif evaluatif, pembobotan dan cluster random sampling. Hasil identifikasi menunjukan kondisi pola aliran lahan sudah sesuai dengan elevasi. Secara pola jaringan drainase, kawasan penelitian berbentuk grid iron. Tinggi muka air banjir tertinggi berada pada Desa Paya Bujok Teungoh dengan tinggi 50 cm dan tinggi muka air banjir terendah berada pada Desa Matang Seulimeng dengan tinggi 17 cm. Kondisi eksisting drainase wilayah penelitian, berdasarkan survey lapangan dan berdasarkan hasil penilaian kuesioner memiliki nilai yang baik atau layak. Akan tetapi, masih saja mengalami genangan yang di akibatkan oleh sedimentasi dan sampah yang relatif besar serta tidak memadainya pemeliharaan drainase di wilayah penelitian.

Kata Kunci: drainase; genangan air; pola aliran

PENDAHULUAN

Drainase diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan sanitasi (Pasaribu, 2014;

Bakar & Yahya, 2020; Ilmi et al, 2021). Jadi, drainase menyangkut tidak hanya air

yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara penanggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut (Yulius, 2018; Sianturi, 2020; Ziaulhag, 2022). Dari sudut pandang yang lain drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan

(2)

81 bersih dan sehat (Mutia & Alamsyah, 2015). Sistem drainase merupakan salah satu infrastruktur perkotaan yang sangat penting, dimana kualitas manajemen suatu kota dapat dilihat dari kualitas sistem drainase yang ada (Husaini et al, 2022).

Sistem drainase sendiri sangat erat kaitannya dengan kenyamanan masyarakat terhadap keberadaan air buangan di tempat tinggal mereka. Pada daerah perkotaan yang padat penduduk, sistem drainase yang baik sangatlah dibutuhkan karena di daerah seperti itu permasalahan drainase menjadi hal yang sangat vital seperti banjir genangan yang terjadi akibat dari intensitas hujan yang tinggi, jika tidak di imbangi dengan sarana drainase yang memadai maka kondisi pola aliran dalam pengelolaan jaringan tidak akan mampu melayani daerah layanan (Mamonto & Malik, 2015). Dalam perencanaan saluran drainase jalur (trase) saluran sedapat mungkin mengikuti pola jaringan yang sudah ada, kecuali untuk saluran tambahan, dan/atau saluran drainase di daerah perluasan kota.

Jaringan drainase adalah saluran-saluran drainase yang saling berhubungan membentuk suatu jaringan saluran drainase. Jaringan drainase memiliki pola dan fungsi tertentu untuk mengalirkan air ke saluran utama (Satria et al., 2021) Kawasan pemukiman pada Kecamatan Langsa Barat, sering terjadi banjir genangan khususnya pada musim penghujan. Pada akhir tahun 2021 bencana banjir akibat hujan deras melanda Kecamatan Langsa Barat. Hal ini disebabkan oleh kondisi saluran drainase eksisting tidak dapat menampung limpasan air hujan. Masalah drainase di daerah Langsa Barat sudah menjadi permasalahan utama. Timbulnya masalah-masalah seperti, tidak lancar aliran air hujan atau air buangan rumah tangga yang pada akhirnya dapat mengakibatkan banjir atau genangan di daerah pemukiman penduduk. Saluran eksisting tidak dapat lagi menampung masalah tersebut,

sehingga memerlukan perawatan yang intensif untuk menjaga saluran agar terhindar dari pendangkalan dan sampah.

Pentingnya sebuah penataan dan peningkatan fungsi jaringan drainase kota, maka dari itu diperlukan sebuah penelitian mengenai analisis sistem jaringan drainase di kecamatan langsa barat yang kemudian nantinya akan menjadi sebuah bahan rujukan dalam perencanaan pembangunan saluran drainase kedepannya di wilayah penelitian.

METODE

Saluran eksisting drainase di wilayah Langsa Barat akan di analisa dengan metode deskriptif evaluatif dan metode pembobotan. Deskriptif evaluatif yaitu metode studi yang mengevaluasi kondisi obyektif atau apa adanya pada suatu keadaan yang sedang menjadi obyek studi, metode deskriptif evaluatif merupakan salah satu alat analisis kualitatif. Metode pembobotan yaitu analisis data yang bersifat kuantitatif, akan tetapi pengolahan data yang di dapat dari survey primer berupa data kualitatif. Maka parameter tersebut harus dikonversikan ke dalam bentuk data kuantitatif, dengan menggunakan analisis skala sikap Likert.

Selanjutnya pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Cluster Random Sampling yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan jumlah penduduk dari masing-masing kelurahan yang diambil secara acak untuk pengumpulan data kondisi eksisting jaringan drainase yang dilakukan dengan cara observasi dilapangan serta pembagian kuisioner yang diolah untuk mendapatkan skor dengan cara pembobotan. Teknik analisis data dalam penelitian ini dapat di lihat sebagai berikut.

1. Populasi

Dalam penelitian ini, sebagai populasi adalah masyarakat yang tinggal di Kecamatan Langsa Barat.

(3)

2. Uji Kecukupan Sampel

Uji kecukupan sampel yaitu uji ketelitian yang menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari keadaan yang sebenarnya dan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tersebut.

3. Penentuan jumlah sampel

Dalam menetapkan jumlah sampel dan kuisioner pada prinsipnya tidak ada peraturan yang ketat secara mutlak menentukan berapa jumlah sampel tersebut yang akan diambil dari suatu populasi. Penentuan jumlah sampel yang diambil dalam studi ini menggunakan rumusan sebagai berikut.

(1) Keterangan :

n = Jumlah sampel / responden N = Jumlah populasi

d = Derajat kecermatan

4. Dalam penelitian ini, nilai derajat kecermatan yang diambil adalah 10 %.

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecermatan dalam penelitian ini dapat dikategorikan cermat, untuk tingkat kepercayaan 90 %. karena semakin besar nilai derajat kecermatan yang diambil maka akan semakin besar pula sampel yang dibutuhkan.

5. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cluster Random Sampling yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan jumlah penduduk dari masing-masing kelurahan yang diambil secara acak untuk pengumpulan data kondisi eksisting jaringan drainase yang dilakukan dengan cara observasi dilapangan serta pembagian kuisioner yang diolah untuk mendapatkan skor dengan cara pembobotan.

Skala likert di gunakan ketika adanya perbedaan jumlah skala yang dipergunakan, maka terlebih dahulu skala tersebut disamakan dengan menggunakan analisis skala sikap Likert.

Lokasi penelitian ini dilakukan di salah satu kecamatan kota Langsa yaitu kecamatan Langsa Barat dengan ibu kota desa Matang Seulimeng. Luas daratan mencapai 48,78 Km2 yang berarti 20,34 persen dari daratan Kota Langsa yang luasnya mencapai 239,83 Km2. Kecamatan Langsa Barat terdiri dari 13 desa yaitu Lhok Banie, Paya Bujok Teungoh, Paya Bujok Beuramo, Simpang Lhee, Seuriget, Matang Seulimeng, Sungai Pauh, Kuala Langsa, Telaga Tujuh, Serambi Indah, Sungai Pauh Pusaka, Sungai Pauh Firdaus dan Sungai Pauh Tanjong. Pola arah aliran drainse pada penelitian ini di gunakan untuk mengetahui arah pembuangan air pada setiap desa dari saluran sekunder ke saluran primer hingga ke pembuangannya, dengan cara menggambarkan peta arah aliran lahan wilayah Langsa Barat dengan survey langsung ke lapangan dan menentukan arah aliran dengan cara mengukur elevasi dengan alat bantu GPS yang kemudian di gambarkan pola arah alirannya menggunakan sofware autocad.

Daerah genangan di wilayah Langsa Barat terjadi di beberapa titik, maka dari itu peneliti akan mengukur tinggi muka air banjir di beberapa genangan di wilayah Langsa Barat dengan alat bantu bak ukur yang nantinya akan di ketahui berapa tinggi muka air banjir pada genangan di setiap titiknya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil identifikasi menunjukan bahwa kondisi pola aliran lahan secara topografi sudah sesuai dengan arah aliran ke saluran-saluran drainase, arah aliran menyebar dan menyeluruh sesuai dengan

(4)

83 jaringan grid iron dimana saluran-saluran cabang di kumpulkan dulu pada saluran pengumpul yang kemudian dialirkan ke sungai, namun terjadi limpasan karena intensitas curah hujan yang tinggi di tambah lagi sebagian kondisi drainase belum memadai pemasangan kisi-kisi penyaring (jeruji besi). Selain itu, kisi-kisi yang ada saat ini kurang diperhatikan

sehingga sampah dan rerumputan tertahan di kisi-kisi yang menyebabkan terhambatnya aliran air serta adanya pengaruh sedimentasi dan sampah yang relatif besar mengakibatkan terjadinya pendangkalan pada saluran yang dapat menyebabkan meluapnya air akibat curah hujan yang tinggi.

Gambar 1. Peta arah aliran lahan wilayah langsa barat

Berikut dibawah ini adalah uraian dari berbagai macam permasalahan dan solusi yang ditemukan pada beberapa lokasi yang mengalami banjir genangan di wilayah penelitian.

1. Desa matang seulimeng dan lhok bani terjadi genangan hanya pada daerah yang lebih rendah saja karna sifat air pasti akan mendatangi daerah yang lebih rendah dan genangan juga terjadi akibat adanya cekungan atau tikungan pada jalan sehingga adanya daerah yang lebih rendah yang menyebabkan terjadinya genangan.

Tinggi genangan pada desa matang seulimeng mencapai 17 cm akibat luapan air dari saluran sekunder, sedangkan untuk saluran drainase di desa tersebut baik, hanya saja sedimentasi yang ada relatif besar.

Cara mencegah terjadinya genangan di desa tersebut dapat di lakukan dengan cara menimbun/meninggikan daerah yang memiliki dataran rendah, dengan begitu tidak akan terjadi genangan dan masyarakat bisa lebih memiliki kesadaran diri untuk menjaga saluran drainase dengan tidak buang sampah

ke saluran dan pemerintah dapat lebih memperhatikan lagi saluran-saluran drainase tertutup yang ada agar tidak terjadi genangan, yaitu dengan melakukan pemeliharaan drainase seperti membersihkan sampah, rerumputan yang tertahan pada kisi- kisi dan mengeruk sedimen pada dasar saluran guna mencegah terjadinya pendangkalan.

2. Desa paya bujuk teungoh dan paya bujuk beuramo menjadi daerah yang sering tergenang akibat hujan deras dengan tinggi muka air banjir mencapai 50 cm akibat luapan air dari saluran primer. Genangan tersebut terjadi akibat intensitas curah hujan yang tinggi serta pembuangan air tidak langsung ke alur pembuang dan jarak tempuh ke outlet saluran masih jauh sehingga membutuhkan waktu tertentu. Cara mencegah terjadinya genangan di desa tersebut dapat di lakukan dengan cara mengalihkan pola aliran di beberapa titik, agar air yang ada pada saluran lain dapat memiliki waktu untuk mengalirkan air menuju outlet sebelum drainase

(5)

penuh akibat curah hujan yang tinggi.

Selanjutnya dapat di lakukan pembagian waktu konsentrasi (Tc) dimana, ada Tc yang di percepat dan ada Tc yang di perlambat, dengan begitu debit air tidak akan langsung berkumpul ke saluran induk dan genangan tidak akan terjadi. Cara mengalihkan pola aliran dapat di lakukan dengan meninggikan atau merendahkan beberapa titik daerah dengan begitu pola aliran akan berubah sesuai dengan topografi yang ada, sehingga genangan dapat di hindari. Kemudian pemasangan kisi- kisi penyaringan pada saluran dapat di lakukan guna mencegah terjadinya penumpukan sampah dan sedimentasi pada saluran serta melakukan pemeliharaan drainase dengan membersihkan saluran secara rutin dan mengeruk sedimen agar tidak terjadinya pendangkalan.

3. Desa serambi indah termasuk dalam desa yang langganan terjadinya genangan, hal tersebut di karenakan oleh intensitas curah hujan yang tinggi, dataran yang rendah dan jarak tempuh ke outlet saluran primer masih jauh sehingga membutuhkan waktu tertentu, serta sedimen yang ada pada saluran relatif besar sehingga terjadinya pendangkalan yang menyebabkan genangan.

Genangan yang terjadi pada desa Serambi Indah dapat di atasi atau di

cegah dengan cara

meninggikan/menimbun daerah yang memiliki dataran rendah dan mengalihkan pola aliran ke beberapa titik, agar air yang ada pada saluran lain dapat memiliki waktu untuk mengalirkan air menuju outlet sebelum drainase penuh akibat curah hujan yang tinggi. Cara mengalihkan pola aliran dapat di lakukan dengan meninggikan atau merendahkan beberapa titik daerah dengan begitu pola aliran akan berubah sesuai

dengan topografi yang ada, sehingga genangan dapat di hindari dan masyarakat bisa lebih memiliki kesadaran diri untuk menjaga saluran drainase dengan tidak membuang sampah ke saluran serta dapat melakukan pemeliharaan drainase dengan membersihkan saluran secara rutin dan mengeruk sedimen agar tidak terjadinya pendangkalan.

Analisa Data Kuesioner

Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara induktif, yaitu menggunakan metode deskriptif sebagai usaha mengemukakan suatu fakta dan peristiwa berdasarkan penilaian yang teridentifikasi sebelumnya. Metode ini dipilih karena parameter yang berpengaruh dalam studi ini merupakan parameter bersifat kualitatif yang didapat dari hasil survey primer. Setelah itu, digunankan metode pembobotan dimana data yang sebelumnya bersifat kualitatif dikonversi ke dalam bentuk kuantitatif, sehingga menjadi penilaian dari beberapa tingkatan dalam skala yang disamakan dengan menggunakan skala likert.

Penentuan Jumlah Sampel Responden Saluran eksisting drainase di wilayah Langsa Barat akan di analisa dengan metode deskriptif evaluatif, yaitu metode studi yang mengevaluasi kondisi obyektif atau apa adanya pada suatu keadaan yang sedang menjadi obyek studi. Metode ini merupakan salah satu alat analisis kuantitatif. Berdasarkan data yang diperoleh dari jumlah penduduk pada kecamatan Langsa Barat yaitu sebanyak 34.419 jiwa, maka jumlah yang diambil adalah :

Dalam penelitian ini, nilai derajat kecermatan yang diambil adalah 10 %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecermatan dalam penelitian ini dapat dikategorikan cermat, untuk tingkat

(6)

kepercayaan 90 %. Hal tersebut didasari alasan keterbatasan sumber daya yang tersedia waktu dan tenaga, karena semakin besar nilai derajat kecermatan yang diambil maka akan semakin besar pula sampel yang dibutuhkan.

Metode Cluster Random Sampling

Cluster Random Sampling adalah metode pengambilan sampel berdasarkan jumlah penduduk dari masing-masing kelurahan yang diambil secara acak untuk pengumpulan data kondisi eksisting jaringan drainase yang dilakukan dengan cara observasi dilapangan serta pembagian kuisioner yang diolah untuk mendapatkan skor dengan cara pembobotan. Analisis pembobotan ini merupakan metode analisis yang bersifat kuantitatif sehingga data yang digunakan harus bersifat kuantitatif. Maka dari itu, jika parameter yang digunakan bukan kuantitatif, maka parameter tersebut harus dikonversikan ke dalam bentuk data kuantitatif. Berdasarkan penjelasan

tersebut, maka digunakan analisis pembobotan untuk mengkuantitatifkan parameter kinerja, sehingga data tersebut dikatagorikan menjadi beberapa tingkatan dalam skala. Karena adanya perbedaan jumlah skala yang dipergunakan, maka terlebih dahulu skala tersebut disamakan dengan menggunakan analisis skala sikap Likert. Untuk analisis skala sikap Likert ini berdasarkan pada klasifikasi data yaitu dengan skala sikap, skor dan katagori.

Untuk mendapatkan nilai kerentangan kategori dari sikap dan skor yang telah di tentukan, maka dapat di lakukan skala penilaian sebagai berikut.

Skor : = selisih perkategori Skor A : = 3 (selisih pategori)

Skor B : = 2 (selisih perkategori) Skor C : = 3 (selisih perkategori)

Tabel 1. Penilaian sistem jaringan drainase di kecamatan langsa barat (Mamonto & Malik, 2015) No Kondisi Eksisting Drainase (Aspek A)

Sikap Skor Rentang Kategori Nilai

1 Ya 1 >3- 6 Tinggi

2 Tidak 0 0-3 Rendah

No Kondisi Peran Pemerintah (Aspek B)

Sikap Skor Rentang Kategori Nilai

1 Ya 1 >2- 4 Tinggi

2 Tidak 0 0-2 Rendah

No Kondisi Partisipasi Masyarakat (Aspek C)

Sikap Skor Rentang Kategori Nilai

1 Ya 1 >3- 6 Tinggi

2 Tidak 0 0-3 Rendah

Berikut dibawah ini merupakan hasil analisa saluran eksisting drainase di wilayah penelitian yang di lakukan dengan metode deskriptif evaluatif dan metode pembobotan.

1. Pengelolaan sistem jaringan drainase di Kecamatan Langsa Barat yang dilihat dari penilaian kondisi eksisting memiliki skor 0 (rendah) dengan bobot 2,88 pada kondisi eksisting daerah yang sering tergenang saat

musim hujan (A1). Pada kondisi eksisting saluran yang sesuai perencanaan/layak (A2) memperoleh skor 1 (tinggi) dengan bobot 5,94.

Pada kondisi eksisting saluran yang di pengaruhi oleh endapan/sedimen (A3) memperoleh skor 1 (tinggi) dengan bobot 3,12. Pada kondisi eksisting saluran yang mengalami kerusakan (A4) memperoleh skor 0 (rendah) dengan bobot 1,68. Pada

(7)

kondisi eksisting saluran tidak terhubung dengan saluran lainnya (A5) memperoleh skor 0 (rendah) dengan bobot 1,68. Pada kondisi eksisting saluran yang di pengaruhi sampah (A6) memperoleh skor 1 (tinggi) dengan bobot 5,28.

Berdasarkan uji deskriptif dari hasil kuisioner, pada aspek penilaian kondisi eksisting drainase di wilayah penelitian, untuk semua pertanyaan yang telah diajukan kepada masyarakat, memiliki bobot rata-rata 3,43. Hal ini mencerminkan bahwa kondisi eksisting drainase di wilayah penelitian tinggi. Dimana sub aspek yang paling tinggi adalah kondisi eksisting saluran yang sesuai perencanaanya/layak karna saluran eksisting di wilayah penelitian rata - rata bangunan salurannya dalam kondisi baik, namun tidak menutup kemungkinan bahwa penilaian ini bukan menjadi suatu masalah bagi wilayah penelitian dikarenakan dari hasil observasi ditemukan masih saja mengalami genangan yang di akibatkan oleh sedimentasi dan sampah yang dapat di lihat berdasarkan uji deskriptif dari hasil kuisioner dengan skor tinggi.

2. Pengelolaan sistem jaringan drainase di Kecamatan Langsa Barat yang dilihat dari penilaian aspek peran pemerintah memiliki skor 0 (rendah) dengan bobot 0,56 pada peran pemerintahmelibatkan/mengikutserta kan masyarakat dalam perencanaan dan pembangunan drainase (B1). Pada peran pemerintah tentang aturan /larangan untuk menjamin kinerja drainase (B2) memperoleh skor 1 (tinggi) dengan bobot 2,32. Pada peran pemerintah terkait pembentukan lembaga swadaya yang membawahi masyarakat (B3) memperoleh skor 0 (rendah) dengan bobot 0,48. Pada peran pemerintah dalam sebuah kegiatan sosialisasi/penyuluhan

tentang pemanfaatan drainase (B4) memperoleh skor 0 (rendah) dengan bobot 0,64. Berdasarkan hasil uji deskriptif dari kuisioner, untuk semua pertanyaan yang diajukan kepada masyarakat terkait aspek ini memiliki bobot rata-rata 1,00. Hal ini mencerminkan bahwa peran pemerintah dalam pengelolaan drainase di wilayah penelitian rendah.

Dimana sub aspek yang paling rendah adalah peran pemerintah terkait pembentukan lembaga swadaya yang membawahi masyarakat.

3. Pengelolaan sistem jaringan drainase di Kecamatan Langsa Barat yang dilihat dari penilaian aspek partisipasi masyarakat memiliki skor 1 (tinggi) dengan bobot 4,14 pada partisipasi masyarakat terkait pembuangan sampah ke dalam saluran drainase (C1). Pada partisipasi masyarakat dalam kegiatan bersih-bersih lingkungan secara rutin (C2) memperoleh skor 0 (rendah) dengan bobot 2,94. Pada partisipasi masyarakat dalam keterlibatan aktif pada kegiatan perencanaan drainase (C3) memperoleh skor 0 (rendah) dengan bobot 2,16. Pada partisipasi masyarakat membersihkan sampah pada saluran (C4) memperoleh skor 1 (tinggi) dengan bobot 4,14. Pada partisipasi masyarakat mengangkat timbunan tanah pada saluran (C5) memperoleh skor 0 (rendah) dengan bobot 2,70. Pada partisipasi masyarakat dalam usaha membabat rumput di saluran drainase (C6) memperoleh skor 1 (tinggi) dengan bobot 4,20. Berdasarkan penilaian partisipasi masyarakat, berdasarkan hasil uji deskriptif dari kuisioner, semua pertanyaan yang diajukan kepada masyarakat terkait aspek ini memiliki bobot rata-rata 3,38. Hal ini mencerminkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengelolaan drainase diwilayah penelitian tinggi.

(8)

Dimana sub aspek yang paling tinggi adalah partisipasi masyarakat dalam usaha membabat rumput di saluran drainase.

KESIMPULAN

Hasil identifikasi menunjukan bahwa kondisi pola aliran lahan secara topografi sudah sesuai dengan arah aliran ke saluran-saluran drainase, arah aliran menyebar dan menyeluruh sesuai dengan elevasi. Secara pola jaringan drainase, kawasan penelitian berbentuk pola jaringan grid iron dimana saluran-saluran cabang di kumpulkan dulu pada saluran pengumpul yang kemudian dialirkan ke sungai. Tinggi muka air banjir tertinggi berada pada Desa Paya Bujok Teungoh dengan tinggi 50 cm dari permukaan jalan akibat luapan air dari saluran primer dan tinggi muka air banjir terendah berada pada Desa Matang Seulimeng dengan tinggi 17 cm dari permukaan jalan akibat luapan air dari saluran sekunder. Kondisi eksisting jaringan drainase di wilayah penelitian berdasarkan survey lapangan sudah terencana dengan baik/layak karena saluran eksisting di wilayah penelitian rata-rata bangunan salurannya dalam kondisi bagus/baik. Berdasarkan penilaian kuesioner masyarakat di wilayah penelitian terkait penilaian kondisi eksisting drainase memiliki bobot 3,43 (tinggi) hal ini mencerminkan bahwa drainase eksisting di sana sudah terencana dengan baik/layak. Walaupun penilaian kondisi eksisting berdasarkan survey lapangan dan berdasarkan hasil penilaian kuesioner memiliki nilai yang baik/layak akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa penilaian itu bukan menjadi suatu masalah bagi wilayah penelitian dikarenakan dari hasil observasi di temukan masih saja mengalami genangan yang di akibatkan oleh sedimentasi dan sampah yang relatif besar serta tidak memadainya pemeliharaan drainase di wilayah penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, F. (2013). Mengurangi Genangan Airdalam Komplek Perumahan. 144–150.

Bakar, B. A., & Yahya, D. M. (2020). Analisis Pengendalian Air Permukaan Di Bawah Fly Over Dengan Sistim Drainase Terpadu Pada Kasus Ruas Jalan Mekar Mukti –Cibarusah Dengan Pendekatan Model Hidrolik Eksperimen Laboratorium. TECHNO-SOCIO EKONOMIKA, 12(1), 34-46.

Fauzi, M., Wibowo, H., & Yulianto, E. (2020). Kajian Sedimentasi Terhadap Kapasitas Saluran Drainase Sungai Bangkong Kota Pontianak.

JeLAST: Jurnal PWK, Laut, Sipil, 1–10.

https://jurnal.untan.ac.id/index.php/JMHMS /article/view/44632

Husaini, A., Fasdarsyah, F., Fahmi, M., Mirsa, R., &

Jalil, A. (2022). ANALISIS KAPASITAS SALURAN DRAINASE TERHADAP DEBIT MAKSIMUM DI KOTA LHOKSEUMAWE DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE SWMM 5.1. Malikussaleh Journal of Mechanical Science and Technology, 6(2), 24-27.

Ilmi, H. Z., Mundra, I. W., & Wedyantadji, B. (2021).

KAJIAN EVALUASI KINERJA SALURAN DRAINASE. STUDENT JOURNAL GELAGAR, 3(2), 118-125.

Mamonto, R. P., & Malik, A. A. (2015). Analisis Sistem Jaringan Drainase Di Kecamatan Kotamobagu Barat, Kota Kotamobagu.

Spasial, 2(1), 28–39.

Morphology, T. C. (n.d.). Kecamatan Langsa Barat Dalam Angka 2021.

Mudjiatko, & Siswanto. (2010). Di Kota Siak Sri Indrapura. 33–37.

Mutia, E., & Alamsyah, W. (2015). Penataan Jaringan Drainase Berdasarkan Tata Ruang Kota Langsa. Jurutera, 2(1), 38–47.

Muttaqin, A. Y. (2006). Kinerja sistem drainase yang berkelanjutan berbasis partisipasi masyarakat.

Satria, I., Azmeri, A., & Hayati, Y. (2021). Identifikasi Pola Aliran Di Sekitar Daerah Genangan Banjir. Jurnal Arsip Rekayasa Sipil Dan

Perencanaan, 3 (3), 220–226.

https://doi.org/10.24815/jarsp.v3i3.16646

(9)

Pasaribu, R. S. (2014). ANALISIS SISTEM DRAINASE PADA PERUMAHAN MUTIARA PALACE MEDAN (Doctoral dissertation, UNIMED).

Sianturi, N. M., & Saragih, D. S. (2020). Evaluasi Pembangunan Drainase Ringroad Pangururan–Tomok STA 32+ 000 Sampai Dengan STA 38+ 000 Di Kabupaten Samosir.

Jurnal Santeksipil, 1(1).

Siregar, E. A., & Area, U. M. (2016). Perumnas Mandala Medan Fakultas Teknik.

Suripin. (2004). : Buku Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. 37.

Ziaulhaq, W. (2022). Keberadaan Industri Kelapa Sawit terhadap Lingkungan Masyarakat.

Indonesian Journal of Agriculture and Environmental Analytics, 1(1), 1-12.

Yulius, E. (2018). Evaluasi Saluran Drainase pada Jalan Raya Sarua-Ciputat Tangerang Selatan.

Bentang: Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil, 6(2), 118-130.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi tingkat kinerja jaringan drainase di Kelurahan Gandekan, Kecamatan Jebres, Surakarta berdasarkan parameter penilaian kondisi

Berdasar atas uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang evaluasi tingkat kondisi jaringan drainase di Kota Sumenep yang didukung dengan peta lokasi

diketahui tidak saling mengikat antara aspek teknis, aspek ekonomi dan finasial, aspek social budaya, aspek legalitas atau perundang-undangan, aspek kelembagaan, dan

KAJIAN ASPEK TEKNIS PENGELOLAAN AIR DI SALURAN SEKUNDER JOMBANG DAERAH IRIGASI KENCONG BARAT.. (Studi Kasus di Jaringan Irigasi Kecamatan Kencong,

KAJIAN ASPEK TEKNIS PENGELOLAAN AIR DI SALURAN SEKUNDER JOMBANG DAERAH IRIGASI KENCONG BARAT.. (Studi Kasus di Jaringan Irigasi Kecamatan Kencong,

Secara struktur drainase di kota Kawasan Bacukiki Barat dan sekitarnya pada umumnya adalah pasang batu, namun pemeliharaan yang kurang baik sehingga sendimentasi

Tugas Akhir yang berjudul “Perencanaan Jaringan Drainase Sub Sistem Bandarharjo Barat ” untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan studi pendidikan Strata-1 pada Jurusan

Analisis probabilitas kemiskinan nelayan di gampong Kuala Langsa kecamatan Langsa Barat Kota Langsa dapat diketahui dari hasil analisis berupa pengaruh