PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
Manfaat penelitian
Batasan Masalah
Metode Pengumpulan data
Sistematika Penulisan
PUSTAKA
Airport Lighting
Alat bantu visual adalah perangkat bercahaya yang dapat memberikan informasi dan kebutuhan visual kepada pilot atau penerbang ketika pesawat mendekati bandara, mendarat atau lepas landas, dan sebagainya. Sesuai dengan ANNEXURE-14, bandar udara adalah suatu kawasan yang dipergunakan untuk pendaratan, lepas landas, atau pergerakan lain suatu pesawat udara (bandara). Penerangan bandar udara yang merupakan bagian dari alat bantu visual adalah peralatan penerangan yang dapat memberikan informasi dan kebutuhan visual kepada penerbang pada saat pesawat mendekati suatu bandar udara, mendarat, lepas landas dan sebagainya... Persyaratan penerangan bandar udara: 1. Harus mempunyai keandalan yang tinggi.
Runway Lighting
- CCR
- Runway Marking
- Runway Edge Lighting System
- Runway Centre line Lighting System
- Turning Area Lighting System
- Klasifikasi Runway
- Runway Threshold Lighting System
Marka Touch Down, Zone (TDZ) berupa sepasang garis berwarna putih yaitu di kiri dan kanan garis tengah runway. Terdiri dari pasangan-pasangan beberapa garis berbentuk persegi panjang yang dipisahkan oleh Garis Tengah secara simetris pada sisi kiri/kanan dengan jumlah garis pada setiap pasangannya tergantung pada panjang lintasan. RCLM merupakan garis putus-putus berwarna putih yang dibuat pada Center Line Runway, yaitu di antara kedua marka penunjukan runway.
Unit lampu ini dipasang secara simetris pada sisi kiri dan kanan runway membentuk garis lurus dengan jarak maksimal antar lampu yang berdekatan (runway instrument) 60 meter dan jarak lampu ke tepi runway kurang lebih 3 meter. . Jumlah lampu yang dipasang disesuaikan dengan panjang lintasan dengan memperhitungkan jarak antar lampu yang ditetapkan yakni maksimal 60 meter. Warna lampu yang digunakan adalah lampu putih untuk area yang tidak berkabut dan lampu kuning untuk area yang sering berkabut.
Penerangan runway centerline adalah penerangan runway yang dipasang pada lokasi garis tengah runway. Lampu ini juga dapat digunakan pada landasan pacu pendekatan presisi Kategori I jika landasan tersebut digunakan untuk pesawat berkecepatan pendaratan tinggi dan lebar landasan 50 meter. Dari titik 900 meter dari ujung landasan sampai ke titik 300 meter dari ujung landasan.
Ini adalah lampu penerangan landasan pacu yang dipasang pada titik balik pesawat di ujung landasan pacu dan merupakan kelanjutan dari lampu tepi landasan pacu. Landasan pacu yang digunakan untuk pendaratan pesawat tanpa bantuan alat pendaratan pesawat, cuaca umumnya cerah. Klasifikasi pekerjaan dimaksudkan untuk membedakan kelas/tingkat penggunaan suatu pekerjaan dengan memperhatikan faktor HVR.
Wing bar sepanjang 4,5 meter juga terdiri dari lampu merah yang ditempatkan 30 meter sebelum ambang batas di kedua sisi landasan. Pada runway edge light pendekatan presisi I, jumlah lampu didistribusikan secara merata dari satu runway edge light ke runway edge light lainnya dengan jarak 3 meter. Untuk runway edge light pendekatan presisi 11 dan III, jumlah lampunya didistribusikan secara merata dari satu runway edge light ke runway edge light lainnya dengan jarak kurang lebih 3 meter.
Peralatan Yang dipergunakan
- Transformator
- Intensitas Cahaya
- Arrester
- Relay Proteksi
- Kontaktor
- Resistor
- Lampu Pijar
- Selector Switch (Saklar Pilih)
- Cahaya
- Kesilauan Cahaya
- Kabel Tanah
- Penentuan Penampang Penghantar
- Armatur Pelampuan Bandar Udara
Trafo isolasi merupakan alat yang digunakan di bandar udara untuk mengatasi gangguan pada suatu sistem rangkaian. Lampu-lampu yang digunakan pada bandar udara pada umumnya dihubungkan secara seri, sehingga untuk menjaga kelangsungan aliran arus, apabila terjadi kerusakan pada suatu lampu maka digunakan trafo isolasi. Namun trafo isolasi yang digunakan di Bandara Hasanuddin merupakan jenis oli yang berfungsi meredam percikan api.
Sedangkan relai proteksi adalah relai listrik yang digunakan untuk melindungi peralatan listrik dari keadaan tidak normal. Instrumen bandar udara adalah suatu instrumen yang dirancang khusus untuk keperluan bandar udara, yang fungsinya memberikan petunjuk kepada penerbang mengenai keadaan di sekitar bandar udara. Yaitu melakukan diskusi/wawancara dengan dosen yang lebih mengetahui materi yang akan kita bahas atau dengan praktisi di Bandara Hasanuddin. Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut.
Sedangkan arah pancaran cahaya yang digunakan di Bandara Hasanuddin adalah Omni direction dimana arah pancaran sinar cahaya tersebar ke segala arah. Runway Light Bandara Hasanuddin dibagi menjadi 2 rangkaian beban, masing-masing rangkaian terdiri dari 59 titik muatan. Tegangan keluaran trafo isolasi pada saat lampu dibuka (rangkaian terbuka) adalah 17,5 volt atau arus yang melalui kabel primer adalah 6,6 ampere.
Kabel yang digunakan adalah jenis kabel FLYCY, yang mempunyai rintangan 2.97 ohm/km (boleh dilihat dalam fail yang dilampirkan). Formula yang digunakan dalam pengiraan ini ialah: Keamatan cahaya (I) =/W..(3.1). Lampu yang digunakan adalah sfera). Daripada data yang diperoleh, jumlah lampu landasan yang terdapat di lapangan terbang Hasanuddin adalah sebanyak 82 lampu dan lampu yang digunakan ialah lampu pijar, 100 watt.
Jika lampu yang digunakan adalah lampu pijar 100 watt, maka fluks cahaya yang dihasilkan setiap langkahnya adalah : Sistem seri banyak digunakan di bandar udara karena sistem ini mempunyai kelebihan yaitu intensitas cahaya di semua titik sama, sedangkan kelemahannya adalah jika salah satu titik lampu rusak, sistem akan mati. Ukuran (luas penampang kabel) yang digunakan di Bandara Hasanuddin adalah 1x6 mm2 dengan arus yang melewati rangkaian 6,6 Amps.
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Langkah-langkah Penelitian
Penyusunan tugas akhir ini akan dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu tanggal 15 September sampai dengan 15 Oktober 2017, sesuai dengan perencanaan waktu yang terdapat pada jadwal penelitian. Perlu diperhatikan bahwa hanya 20% sinar cahaya tersebut yang dapat menerangi runway, yang berarti arah sinar cahaya lebih besar dibandingkan dengan arah runway. Dalam hal ini, lampu harus didesain membentuk pola visual yang mudah dipahami oleh pilot.
Alat bantu visual di landasan pacu harus dirancang pada tahap ini untuk memberikan panduan. Lampu-lampu tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga membentuk pola visual yang mudah diinterpretasikan oleh pilot. Penerangan dengan lampu sorot dibatasi hanya pada arah pendaratan yang diinginkan dan tambahan lampu samping runway digunakan sebagai alat bantu visual di runway.
Dilanjutkan dengan penggunaan lampu pada garis tengah runway dan area kontak roda pesawat dengan runway.
Metode Penelitian
Pengaturan kecerahan menyuplai arus ke pengontrol dan digunakan sebagai pemicu sudut penyalaan SCR dengan melewati rangkaian pembalik (rangkaian pembalik fungsional). Jika arus beban (Is) tetap, maka besarnya tegangan yang diterima oleh rangkaian tersebut. rangkaian pembalik yang dihasilkan dari induksi trafo indra juga konstan dan triggernya untuk sudut Pengapian SCR akan konstan sehingga arusnya tetap 6,6 amp. Jika Is berkurang, sudut penyalaan bertambah dan Is bertambah lagi pada pengaturan arus 6,6 amp. Bila terjadi hubung singkat (pada AB) atau semua keluaran pada trafo isolasi dihubung pendek: arus beban (Is) mencapai maksimum dan tegangan pada AB menjadi nol, arus beban juga melalui trafo indera.
Kedua kondisi tersebut menunjukkan bahwa arus dijaga pada angka 6,6 ampere, sehingga semua kondisi antara kondisi 1 dan 2 juga menghasilkan arus sebesar 6,6 ampere. Catu daya Runway Light (CCR) Bandara Hasanuddin diproduksi oleh Siemens solid-state tipe 6SF 402, dimana lokasi peletakan kabel memiliki kandungan air yang cukup tinggi. Pada saat dilakukan pengukuran pada sambungan kabel penerangan runway Badara Hasanuddin, sambungan yang mengalami korosi menunjukkan tegangan yang sangat rendah yaitu 3 volt. Tegangan yang diberikan dibuat serendah mungkin (3 volt) karena adanya beban yang dilalui arus. hanya satu sambungan, sehingga dengan hambatan yang sambungannya sangat kecil tidak menghasilkan arus yang sangat besar.
Peningkatan daya tersebut akan merusak trafo suplai, karena kapasitas trafo suplai untuk lampu runway adalah 6,6 kVA, sedangkan kapasitas beban terpasang adalah 59 lampu x 100 watt = 5900 watt. Oleh karena itu, pengoperasian CCR merupakan kewenangan petugas lalu lintas udara dalam sistem operasi atau kendali penerbangan. Beban catu daya penerangan runway merupakan gabungan antara beban induktif dan reaktif, pada setiap titik beban terdapat trafo isolasi dan lampu.
Dapat dikatakan beban ringan pada runway merupakan beban yang seragam, karena karakteristik beban pada setiap titik beban sama, maka pengukuran secara acak juga memberikan hasil pengukuran yang sama. Melihat seluruh beban ringan pada runway, setiap titik beban mempunyai jarak yang sama satu sama lain pada jarak 50 meter, sehingga hambatan kabel pada jarak 60 meter harus dihitung. Dengan mengelompokkan setiap titik beban yang terdiri dari sebuah resistor dengan panjang kabel 60 meter dan satu buah trafo isolasi, maka masing-masing titik beban dapat digambarkan sebagai berikut.
Diketahui arus yang mengalir melalui kabel adalah 6,6 ampere, jadi jatuh tegangan pada kabel pada panjang 60 meter adalah. Tegangan operasi yang diperlukan untuk rangkaian beban yang terdiri dari 59 titik beban untuk arus 6,6 amp adalah. Untuk mengandalkan sistem ini digunakan trafo isolasi yang tujuannya untuk menjaga kontinuitas arus yang melewati rangkaian.
ANALISA SISTEM KELISTRIKAN RUNWAY LIGHTING
Prinsip Kerja CCR
Kondisi Catu Data Runway Light
Sistem Pengoperasian Dan Pengaturannya
Pada track ini pengoperasian dan pengendaliannya dikendalikan oleh saklar pemilih atau biasa disebut saklar pemilih yang masing-masing terbagi menjadi dua bagian. Dalam kondisi normal, sistem operasi dan kendali dioperasikan dari jarak jauh oleh petugas lalu lintas udara. Perlu ditegaskan bahwa selama berlangsungnya pengendalian lokal, kewenangan tetap berada pada pengontrol lalu lintas udara atau dengan kata lain untuk pemilihan tahapan intensitas yang ada, pengontrol lalu lintas udara akan memberikan perintah untuk pemilihan tahapan intensitas karena menyangkut komunikasi langsung dengan petugas lalu lintas udara pilot.
Menghitung Kapasitas Beban terpasang
Cara perhitungan beban II adalah dengan menghitung jatuh tegangan dari seluruh trafo isolasi setelah diperoleh kemudian dijumlahkan secara vektor dengan jatuh tegangan di sepanjang kabel yang dipasang.
Menghitung Besar Daya Untuk Setiap Step
Menghitung Intensitas Cahaya dan Kuat Penerangan
Sistem Rangkaian
Perhitungan Kapasitas Pengaman
- Perhitungan rapat arus dan KHA
PENUTUP
Kesimpulan
Saran