BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan berfungsi sebagai contoh yang menggambarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan dan sebagai bahan ukur untuk melakukan penelitian selanjutnya. Dalam hal ini peneliti mendapatkan beberapa penelitian yang relevan.
1. Penelitian yang berjudul “Respons Siswa terhadap Pesan Moral dalam Kumpulan Cerpen Orang-Orang Pinggiran Karya Lea Pamungkas: Kajian Resepsi Sastra”.
Penelitian tersebut dilakukan oleh Dinda Ardhias Putri dari Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2020. Hasil penelitian yang ditemukan oleh Dinda Ardhias Putri yaitu yaitu: adanya respon siswa terhadap pesan moral dalam kumpulan cerpen Orang-orang Pinggiran Karya Lea Pamungkas, dengan rincian sebagai berikut: (a) terdapat unsur-unsur intrinsik cerpen dalam kumpulan cerpen “Orang- Orang Pinggiran” Karya Lea Pamungkas, (b) adanya pesan moral yang tergambar dalam kumpulan cerpen “Orang-Orang Pinggiran” Karya Lea Pamungkas, (c) menjelaskan respons siswa terhadap pesan moral dalam kumpulan cerpen “Orang- Orang Pinggiran” Karya Lea Pamungkas.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini terletak pada sumber data yaitu kumpulan cerpen Orang-Orang Pinggiran Karya Lea Pamungkas.
Sedangkan jika dilihat dari segi perbedaan terletak pada objek penelitiannya.
Penelitian terdahulu menggunakan objek Respons Siswa terhadap Pesan Moral dalam kumpulan cerpen Orang-Orang Pinggiran karya Lea Pamungkas. Sedangkan penelitian saat ini menggunakan objek Analisis Nilai Sosial dalam kumpulan cerpen Orang-Orang Pinggiran karya Lea Pamungkas: sebuah kajian sosiologi sastra.
2. Penelitian yang berjudul “Ideologi Gender Cerita Pendek Mbok Nah 60 Tahun Karya Lea Pamungkas”.
Penelitian tersebut dilakukan oleh Amanda Ayu Lestari (2021) dari Universitas Jambi. Hasil penelitian ini adalah tentang ideologi gender Cerita Pendek Mbok Nah 60 Tahun karya Lea Pamungkas yaitu adanya ideologi patriarki, ideologi familialisme, idelogi ibuisme, ideologi umum yang tergambar dalam cerita pendek (cerpen). Serta ketidakadilan gender marginalisasi, subordinasi, stereotip,kekerasan, beban ganda dan diskriminasi.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini terletak pada objek dan sumber data. Penelitian terdahulu menggunakan objek Ideologi Gender Cerita Pendek Mbok Nah 60 Tahun Karya Lea Pamungkas dan sumber data hanya cerpen Mbok Nah 60 Tahun Karya Lea Pamungkas. Sedangkan penelitian saat ini menggunakan objek Analisis Nilai Sosial dalam kumpulan cerpen Orang-Orang Pinggiran karya Lea Pamungkas dan sumber data berupa kumpulan cerpen Orang- Orang Pinggiran karya Lea Pamungkas.
Dari beberapa penelitian di atas, membuktikan bahwa penelitian dengan judul Analisis Nilai Sosial dalam kumpulan cerpen Orang-Orang Pinggiran karya Lea Pamungkas: sebuah kajian sosiologi sastra, belum pernah dilakukan. Dengan demikian penelitian ini benar-benar berbeda dan perlu untuk dilakukan.
B. Hakikat Cerpen
Menurut Nurgiyantoro (2015:12)“cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam, suatu hal yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk sebuah novel.
Cerita pendek (cerpen) adalah salah satu karya sastra. Cerpen dapat menjadi sarana untuk mengungkapkan gagasan, ide dan pikiran dengan gambaran-gambaran pengalaman tentang kehidupan ( Sawali, 2016: 65 ).
Menurut pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa cerpen dapat dikatakan suatu karya sastra yang kejadianya itu tidak nyata hanya dibuat-buat oleh penulis melalui ide, pikiran seorang penulis seolah seperti pengalaman tentang kehidupan.
C. Tokoh dan Penokohan 1. Tokoh
Cerita rekaan pada dasarnya mengisahkan seseorang atau beberapa orang yang menjadi tokoh. Istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya dan pelaku cerita. Tokoh adalah pelaku suatu peristiwa (Ratna, 2014:246). Sementara Nurgiyantoro (2015:247), berpendapat bahwasanya “istilah tokoh menunjuk kepada orangnya, pelaku cerita.
Misalnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan “Siapakah tokoh utama novel itu?”
atau “ada berapa orang jumlah tokoh novel itu?”, dan sebagainya”. Tokoh adalah pelaku dalam sebuah cerita, jika tidak ada tokoh berarti tidak ada yang akan diceritakan dan itu bukan sebuah cerita fiksi. Sedangkan Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2015:247) menyampaikan tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh cerita menempati posisi startegis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada tokoh.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah pelaku dalam sebuah cerita dalam cerita rekaan, karena tokoh merupakan orang atau pelaku yang menjadi pemegang peranan di setiap peristiwa dalam cerita rekaan. Hidup atau tidaknya cerita dipengaruhi oleh kualitas tokohnya.
2. Penokohan
Menurut Ratna (2014:247) penokohan adalah pelukisan tokoh oleh pengarang.
Penokohan yaitu gambaran tentang tokoh yang di dalamnya terdapat penyajian watak dan penciptaan citra. Sementara Jones (dalam Nurgiyantoro, 2015:247) menyatakan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang tokoh yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan juga lebih menyarankan pada teknik pewujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, penokohan merupakan pelukisan watak tokoh yang memfokuskan pada deskripsi tokoh oleh pengarang.
Sugihastuti dan Suharto (2015:50) menyampaikan ada beberapa metode penokohan, yaitu:
a. Metode analitik atau metode langsung.
Pengarang melalui narator memaparkan sifat-sifat, hasrat, pikiran, dan perasaan tokoh, dan kadang-kadang disertai keterangan tentang watak tokoh tersebut secara langsung (Sugihastuti dan Suharto, 2015:50). Sementara Nurgiyantoro (2015:279-280) menyampaikan bahwa teknik analitis merupakan pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung dan dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca secara tidak berbelit-
belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi diri tokoh yang berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku atau ciri fisik tokoh. Jadi metode analitik dan teknik analisis sama-sama cara penggambaran tokoh secara langsung.
b. Metode dramatik atau tidak langsung.
Metode dramatik disebut juga metode ragaan atau metode tidak langsung.
Pada metode ini, pembaca dapat menyimpulkan watak tokoh dari pikiran, cakapan, dan tingkah laku tokoh yang disajikan pengarang melalui narator. Bahkan, watak tokoh dapat disimpulkan dari penampilan fisik tokoh, dari gambaran lingkungannya, serta dari pendapat dan cakapan tokoh-tokoh lain tentang tokoh tersebut (Sugihastuti dan Suharto, 2015:51). Sementara Nurgiyantoro (2015:283-296) mengatakan bahwa penampilan tokoh cerita dalam metode dramatik dilakukan secara tidak langsung.
Maksudnya, pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh tetapi pengarang membiarkan tokoh cerita untuk menunjukan kedirinya sendiri melalui aktivitas yang dilakukan. Dalam metode dramatik, tokoh cerita dapat ditampilkan melalui beberapa teknik yaitu teknik cakap, teknik tingkah laku, teknik pikiran dan perasaan, teknik arus kesadaran, teknik reaksi tokoh, teknik reaksi tokoh lain, teknik pelukisan latar, teknik pelukisan fisik.
D. Nilai Sosial
1. Pengertian Nilai Sosial
Zubaedi (2012:12) nilai sosial merupakan seperangkat sikap individu yang dihargai sebagai suatu kebenaran dan dijadikan standar bertingkah laku guna memperoleh kehidupan masyarakat yang demokratis dan harmonis.
Dari pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan nilai sosial adalah anggapan ataupun keyakinan yang sudah biasa digunakan dalam suatu masyarakat, atau dapat dikatakan suatu nilai yang berada di sekitar lingkungan masyarakat yang biasanya nilai sosial itu dapat dihargai masyarakat karena memiliki nilai yang baik bagi kehidupan manusia.
2. Jenis-Jenis Nilai Sosial
Zubaedi (2012:13) menyebutkan bahwa nilai sosial terdiri atas beberapa subnilai, yaitu: (a) Kasih Sayang (Loves), (b) Tanggung Jawab (Responsibility) dan (c) Keserasian Hidup (life Harmony). Di bawah ini peneliti mencoba menjelaskan beberapa nilai sosial sebagai berikut:
a. Kasih Sayang (Loves)
Kasih sayang menciptakan kerja sama di antara manusia. Bila kasih sayang tidak ada maka tidak akan terwujud persaudaraan di antara manusia; tak seorang pun yang merasa memiliki tanggung jawab terhadap orang lain; keadilan dan pengorbanan akan menjadi hal yang absurd utopis. Oleh sebab itu, sikap kasih sayang sesama manusia, khususnya dalam dunia pengajaran dan pendidikan, adalah hal esensial. Di samping itu, kasih sayang juga menyebabkan keselamatan jasmani dan ruhani, menjadi solusi tepat dalam memperbaiki perilaku amoral dan mengharmoniskan hubungan manusia (Erfan, 2013).
Menurut Marsudi (2008) makna kasih sayang tidaklah berujung, sedangkan rasa kasih sayang adalah sebuah fitrah yang mesti direalisasikan terhadap sesama sepanjang kehidupan di dunia ini ada, tentunya dalam koridor-koridor Islam. Ini
berarti bahwa Islam tidak mengenal waktu, jarak, dan tempat akan sebuah kasih sayang baik terhadap teman, sahabat, kerabat, dan keluarganya sendiri.
Menurut Zubaedi (2012: 14) kasih sayang adalah sebuah gambaran perasaan yang dimiliki manusia. Gambaran kasih sayang seseorang dapat ditunjukkan melalui sikap seseorang kepada orang lain.
Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan kasih sayang adalah sebuah perasaan yang dimiliki setiap manusia yang dapat menimbulkan sebuah persahabatan maupun dalam hal percintaan.
Menurut Zubaedi (2012: 13) kasih sayang dapat dibagi lagi menjadi lima yaitu, Kelima nilai sosial yang berupa kasih sayang yaitu: (1) pengabdian, (2) tolong menolong, (3) kekeluargaan, (4) kesetiaan, dan (5) kepedulian. Penjelasan mengenai nilai-nilai sosial tersebut peneliti jelaskan seperti berikut ini.
1) Pengabdian
Menurut Depdiknas (2012: 2) pengabdian adalah proses, cara, perbuatan mengabdi atau mengabdikan. Pengabdian merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang dalam mengabdikan dirinya untuk melakukan suatu kegiatan. Kegiatan yang dilakukan didasari oleh rasa ikhlas dan tanpa pamrih.
Menurut Poerwadarminta (2003: 02) pengabdian adalah suatu penyerahan diri kepada suatu yang dianggap lebih, biasanya dilakukan dengan ikhlas, bahkan diikuti pengorbanan.
Pengabdian merupakan salah satu fungsi ataupun memiliki tujuan tertentu, maka pelaksanaannya perlu dilakukan dan didukung oleh segenap warga dengan pengertian yang cukup tentang konsep pengabdian pada masyarakat dan metode- metode pelaksanaannya (Sitompul, 1993: 33).
Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan pengabdian dapat dikatakan sebuah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mengabdi kepada suatu masyarakat dengan tujuan mempunyai kegiatan yang dilakukan dengan rasa ikhlas.
2) Tolong Menolong
Manusia adalah makhluk sosial, dia tak bisa hidup seorang diri, atau mengasingkan diri dari kehidupan bermasyarakat (Abdillah, 2007). Tolong menolong merupakan kebiasaan yang mengarah pada kebaikan hati seorang individu yang muncul dari kesadaran diri sendiri sebagai makhluk ciptaan Tuhan agar wajib menolong sesama, apalagi yang sedang mengalami kesulitan. Jika kesulitan menimpa orang yang ada di sekitar kita, baik orang yang kita kenal, maupun orang yang tidak kita kenal, maka suatu saat bantuan akan datang dari orang yang kita pernah tolong ataupun orang yang baru pertama kita jumpai. Dengan menolong orang lain kita akan mendapatkan kepuasan yang amat sangat, kebahagiaan yang tak terkira, juga rasa bahwa kita ini ada dan berguna bagi orang lain.
Tolong menolong dapat diartikan sebagai perbuatan membantu meringankan beban orang lain dari kesulitan yang sedang dihadapi seseorang tersebut.(Sriwilujeng, 2017: 59).
Depdiknas (2012:1478) mendefinisikan bahwa tolong menolong artinya saling menolong, menolong sendiri mempunyai arti membantu untuk meringankan beban penderitaan, kesukaran, dan sebagainya, membantu supaya dapat melakukan sesuatu, melepaskan diri dari bahaya, bencana, dan sebagainya, menyelamatkan, dapat
meringankan penderitaan, sehingga tolong menolong merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain guna membantu meringankan beban, kesulitan atau usaha yang dilakukan seseorang kepada orang lain dengan cara saling menolong satu sama lain.
Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan tolong menolong adalah perbuatan tolong menolong sesama manusia untuk meringankan beban maupun kesulitan yang sedang dihadapi seseorang itu, sehingga dengan adanya tolong menolong maka beban atau kesulitan akan menjadi lebih ringan.
3) Kekeluargaan
Menurut Seth (2015), nilai kekeluargaan adalah perlakuan yang dibina daripada suatu sistem dan kepercayaan yang menyatukan anggota keluarga dalam suatu struktur keluarga
Kekeluargaan adalah sebuah rasa yang diciptakan manusia dengan tujuan untuk mempererat hubungan kekeluargaan, dan lingkungan yang lebih luas memegang peranan penting, bahkan mungkin lebih penting, dalam pembentukan karakter seseorang (Jihad 2010: 90).
Menurut Purwaningsih, (2010) mendefinisikan nilai kekeluargaan adalah merupakan satu proses memahami, mengenalpasti dan membentuk motivasi serta melakukan proses pemodelan yang akan membentuk nilai-nilai kekeluargaan.
Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan kekeluargaan dapat dikatakan sebagai tempat hubungan antar manusia yang membentuk rasa saling memiliki dan terhubung satu sama lain.
4) Nilai Kesetiaan
Kesetiaan adalah sikap teguh pada pendirian dan taat pada janji, aturan atau nilai-nilai yang sudah disepakati bersama (Purwati, 2018:254).
Zuriah (2008: 84) mendefinisikan kesetiaan sebagai suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat.
Menurut Depdiknas (2012: 8) kesetiaan adalah sifat seseorang yang adil. Adil dalam hal ini berarti suatu keadaan seseorang yang tidak ingin menang sendiri.
Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan kesetiaan adalah sebuah ketulusan atau tidak melanggar sebuah perjanjian yang sudah disepakati serta mempertahankan cinta, ketulusan dan menjaga janji bersama.
5) Kepedulian
Menurut Retno (2012:06) kepedulian adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
Kepedulian adalah merasakan kekhawatiran terhadap orang lain atau keinginan untuk memberi bantuan kepada masyarakat (Yaumi, 2014: 77). Sebagai makhluk sosial, manusia tentu mempunyai rasa kepedulian. Kepedulian seseorang ditunjukkan dengan memperlakukan orang lain dengan penuh kebaikan dan kedermawanan, peka terhadap perasaan orang lain dan siap membantu orang lain yang sedang membutuhkan. Seseorang yang mempunyai sikap peduli akan memberikan perhatian terhadap sesuatu yang terjadi di dalam masyarakat.
Menurut Zuchdi (2011: 170) kepedulian merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan kepedulian adalah suatu bentuk peduli terhadap kondisi atau keadaan di sekitar dan dengan penuh kebaikan, peka terhadap perasaan orang lain serta siap untuk membantunya.
b. Tanggung Jawab (Responsibility)
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja atau tanggung jawab berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran atau kewajiban (Purwati, 2018:274).
Menurut Sriwilujeng (2017:70) tanggung jawab adalah kesadaran diri terhadap semua tingkah laku dan perbuatan yang dilakukan, baik disengaja maupun tidak disengaja.
Menurut Zubaedi (2012:13) tanggung jawab merupakan sikap seseorang yang mampu menanggung segala sesuatu dalam segala hal.
Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan tanggung jawab adalah kesadaran seseorang akan kewajiban untuk menanggung segala akibat dari sesuatu hal yang telah diperbuatnya.
Menurut Tirtorahardjo (2005:43) tanggung jawab berdasarkan wujudnya terdiri dari: (1) tanggung jawab kepada diri sendiri, (2) tanggung jawab kepada masyarakat. Penjelasan mengenai nilai-nilai sosial tersebut peneliti jelaskan seperti berikut ini.
1) Tanggung Jawab kepada Diri Sendiri
Hakikat manusia sebagai makhluk individu yang mempunyai kepribadian yang utuh, dalam bertingkah laku, dalam menentukan perasaan, dalam menentukan
keinginannya, dan dalam menuntut hak- haknya. Namun, sebagai individu yang baik maka harus berani menanggung tuntutan kata hati, misalnya dalam bentuk penyesalan yang mendalam (Tirtorahardjo, 2005: 43).
2) Tanggung Jawab kepada Masyarakat
Selain hakikat manusia sebagai makhluk individu, manusia juga sebagai makhluk sosial yang berada di tengah-tengah masyarakat dan tidak mungkin untuk hidup sendiri. Oleh karena itu, manusia dalam berpikir, bertindak, berbicara dan segala aktivitasnya, manusia terikat oleh masyarakat, lingkungan dan negara. Maka dari itu segala tingkahlaku ataupun perbuatannya harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.Tanggung jawab kepada masyarakat juga menanggung tuntutan- tuntutan berupa sanksi-sanksi dan norma-norma sosial, misalnya seperti cemoohan masyarakat, hukuman penjara, dan lain-lain (Tirtorahardjo, 2005:43).
c. Keserasian Hidup (life Harmony)
Menurut Hornby As (1995: 544) keserasian hidup adalah suatu keadaan kesepakatan dalam perasaan yang dimiliki oleh seseorang, kepentingan dan pendapat untuk mencapai keserasian hidup bersama.
Keserasian hidup merupakan suatu keserasian dalam sebuah perasaan yang sesuai dan masih terus ada dalam setiap manusia sebagaimana mestinya dalam kehidupan (Poerwadarminta, 2003: 1098).
Keserasian hidup merupakan memberi pedoman bagi masyarakat untuk hidup berkasih sayang dengan sesama manusia, hidup harmonis, hidup demokratis, dan hidup bertanggungjawab (Zubaedi, 2012:13).
Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan keserasian hidup merupakan suatu perasaan yang ada pada diri seseorang yang menjalin harmonis dalam kehidupan.
Menurut Zubaedi (2012:13) keserasian hidup dibagi menjadi tiga yaitu: (1) toleransi, (2) kerja sama, dan (3) musyawarah.
1) Toleransi
Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya (Listyarti, 2012: 6).
Menurut Sriwilujeng (2017: 19) toleransi adalah sikap membiarkan orang lain memiliki pendapat yang berbeda dengan pendapat kita sendiri, atau melakukan hal yang tidak sesuai dengan pendapat kita, tanpa kita ganggu.
Tolerasi berdasarkan asal katanya berasal dari kata bahasa latin tolerare.
Sedangkan secara harafiah berarti menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang lain berpendapat berbeda, dan berhati lapang terhadap orang-orang yang berpendirian berbeda. Toleransi merupakan sikap yang bersedia menenggang pendirian pihak lain yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian diri sendiri (Saptono: 2011: 132- 133).
Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan toleransi adalah sikap saling menghargai pendirian baik itu perbedaan agama maupun pendapat dari seseorang yang berbeda dengan pendapat kita tanpa bertentangan pada pendiriannya.
2) Kerjasama
Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut
berkembang apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima (Alfin, 2010).
Menurut Charles dalam Sriwilujeng (2017:54) kerja sama timbul jika suatu kelompok sadar bahwa mereka memiliki kepentingan yang sama dan perlu dipenuhi pada saat yang sama pula. Jadi kerjasama dapat dikatakan sebagai suatu bentuk kerjasama untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai bersama.
Menurut Sriwilujeng (2017: 54) kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yang berarti kegiatan ini dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan kerjasama adalah bentuk usaha bersama yang dilakukan oleh beberapa orang untuk mencapai sebuah tujuan bersama yang sudah diharapkan.
3) Musyawarah
Musyawarah adalah upaya bersama dengan sikap rendah hati untuk mengambil keputusan guna menyelesaikan atau memecahkan masalah (Sriwilujeng, 2017:57).
Musyawarah merupakan sistem, suatu cara yang ditempuh untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi bersama, dengan cara mengadakan rapat sebagai forum untuk pertukaran pendapat untuk mencapai kesepakatan bersama (Suyahmo, 2012:
176).
Musyawarah adalah pengambilan keputusan bersama yang telah disepakati dalam memecahkan suatu masalah. Cara pengambilan keputusan bersama dibuat jika
keputusan tersebut menyangkut kepentingan orang banyak atau masyarakat luas (Nurmuharimah, 2007: 65).
Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan musyawarah adalah bentuk kegiatan untuk memecahkan suatu masalah dengan cara mengambil keputusan bersama dengan masyarakat melalui rapat bersama.