• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis SWOT Penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh dan Produktivitas Pembelajaran Anak Didik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis SWOT Penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh dan Produktivitas Pembelajaran Anak Didik "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis SWOT Penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh dan Produktivitas Pembelajaran Anak Didik

selama Pandemi Covid-19

Meinarini Catur Utami1*, Suci Ratnawati2, Mamduh Tirmidzi3

1,2Infomation System Department, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Tangerang Selatan

3Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Tangerang Selatan

*Koresponden email: meinarini@uinjkt.ac.id

Diterima: 4 Maret 2022 Disetujui: 31 Maret 2022

Abstract

Education is a basic right of every human being, especially for school-age children. When the Covid-19 pandemic hit the world, including Indonesia, since March 16, online education or called Distance Learning (PJJ) was implemented. PJJ has been running since March 2020, and PJJ continues to be improved and adjusted to the PJJ policy from the education-related office. Researchers are interested in conducting research using observation and interview methods related to student learning outcomes during PJJ, whether there is a difference in learning productivity before PJJ and during PJJ, as well as wanting to know whether the implementation of PJJ is appropriate or not by using SWOT analysis (Strength, Weakness, Opportunity, Threats) . After observing and analyzing learning outcomes during PJJ, it is known that there is a tendency for student productivity from the UTS/UAS side to decrease compared to before the pandemic, while for students it tends to be slightly stable. For the task side, the productivity of students and students tends to decrease all. While the presence of students, student productivity is still good. The results of the SWOT analysis on the implementation of PJJ, the researcher proposes a thematic learning model, a personal model with the Problem Base Learning (PBL) method.

Keywords: SWOT analysis, distance learning, productivity, problem base learning, Covid-19

Abstrak

Pendidikan merupakan salah satu hak dasar setiap manusia, terutama untuk anak-anak usia wajib belajar.

Saat pandemi Covid-19 melanda dunia, tak terkecuali Indonesia, sejak tanggal 16 Maret diberlakukan pendidikan secara online atau disebut dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). PJJ sudah berjalan terhitung dari bulan Maret 2020, dan tentunya PJJ terus mengalami perbaikan dan disesuaikan dengan ketentuan PJJ dari Dinas terkait pendidikan. Penulis tertarik melakukan dengan metode pengamatan dan wawancara terkait hasil belajar anak didik selama PJJ ini, apakah ada perbedaan produktivitas belajar saat sebelum PJJ dan saat PJJ, sekaligus ingin mengetahui penyelenggaraan PJJ sudah tepat atau belum dengan menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats). Setelah melakukan pengamatan dan analisis hasil belajar selama PJJ, maka dapat diketahui bahwa adanya kecendurungan produktivitas dari sisi UTS/UAS siswa menurun dibanding saat sebelum pandemi, sedangkan untuk siswi cenderung sedikit stabil. Untuk sisi tugas, produktivitas siswa dan siswi cenderung turun semua. Sedangkan kehadiran, produktivitasnya tetap baik siswa dan siswi. Hasil analisis SWOT terhadap penyelenggaran PJJ, penulis mengusulkan model pembelajaran tematik, model personal dengan metode pembelajaran Problem Base Learning (PBL).

Kata Kunci: analisis SWOT, pembelajaran jarak jauh, produktivitas, problem base learning, Covid-19

1. Pendahuluan

Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting bagi setiap manusia di muka bumi ini. Pendidikan dapat diperoleh dengan kita belajar, sedangkan cara paling efektif untuk belajar adalah dengan membaca. Maka, tak heran wahyu sekaligus perintah pertama yang ditujukan Allah S.W.T kepada Nabi Muhammad S.A.W adalah agar senantiasa mambaca/Iqra’ (QS. Al-Alaq [96]: 1-5), bukan perintah agar shalat, puasa, dan amalan saleh lainnya. Dengan senantiasa menuntut ilmu dan membaca, maka Allah akan meninggikan status kita, baik di mata orang maupun di mata Allah (QS. Al-Mujadilah [58]: 11). Oleh karena peran vital ilmu pengetahuan terhadap kesuksesan seseorang, baik di dunia maupun di akhirat, maka Islam sebagai agama yang sangat manusiawi wajar bila mewajibkan kaum adam dan hawa untuk senantiasa menuntut ilmu, sebagaimana yang termaktub dalam hadits Riwayat Ibn Majah [1] dan Riwayat Imam Muslim [2].

(2)

Inti dari pendidikan dalam prespektif Islam adalah senantiasa mencari kebenaran tanpa henti, tanpa memperdulikan apakah itu dengan tatap muka atau cukup dengan mendengar melalui perantara orang lain atau benda. Prasyarat pendidikan sudah harus dimulai sejak dini seperti secara tidak sadar sudah kita mulai sejak kita masih bayi. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Nashrullah bahwa menurut Abdullah Nashih Uwan dalam kandungan, seorang ibu sudah harus mengajarkan akhlak yang positif, saat anak lahir ke dunia seyogjanya dilantunkan kalimat tauhid (adzan) pada sisi telinga kanan dan kiri [3]. Hal selanjutnya yang perlu dilakukan yaitu memberikan nama baik pada sang anak, melaksanakan aqiqah, mengkhitankan serta menyekolahkannya. Kesemuanya ini merupakan bentuk kepedulian orangtua terhadap anak dalam mendidiknya. Pendidikan dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan dan tanpa henti.

Belajar untuk mendapatkan pendidikan, bisa kita peroleh melalui jalur formal dan non formal. Jalur formal biasanya ditempuh dengan mendatangi sekolah-sekolah dengan jadwal yang sudah ditetapkan sesuai dengan kebijakan sekolah masing-masing. Untuk jalur non formal, biasanya untuk mendapatkan tambahan ilmu di luar sekolah yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan kita, baik di bidang akademik maupun non akademik.

Jalur formal terselenggarakan dari tingkat kanak-kanak, sekolah tingkat dasar, sekolah tingkat menengah, sekolah tingkat atas bahkan universitas. Hal lazim yang biasa terjadi pada pendidikan di Indonesia adalah adanya pembelajaran secara tatap muka setiap harinya antara tenaga pengajar dan anak didiknya. Sistem penyelenggaraan pendidikan di Indonesia telah diatur oleh aturan perundang-undangan di Indonesia [4]. Penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan secara tatap muka ini berlangsung hingga pertengahan bulan Maret 2020.

Pendidikan yang semula berlangsung tatap muka, tiba-tiba harus terhenti karena adanya pandemi Covid-19 yang menyerang seluruh dunia tak terkecuali negara Indonesia. Hal ini membuat beberapa kepala daerah seperti Gubernur Jawa Barat dan Gubernur DKI Jakarta memberikan instruksi untuk menyelenggarakan pembelajaran secara jarak jauh (online) mulai tanggal 16 Maret 2020 [5], adapun alasan yang dikemukakan oleh kepala daerah tersebut yaitu bahwa anak-anak tidak mudah terjangkiti tapi anak- anak akan menjadi carrier bagi virus covid-19. Begitu pula untuk pendidikan tingkat universitas seperti kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, proses KBM juga diadakan secara online per tanggal 16 Maret 2020 [6].

Langkah yang ditempuh kepala daerah maupun kepala sekolah/pimpinan universitas dalam menyenggarakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) tidak lepas sebagai upaya agar kegiatan belajar mengajar bisa berjalan semestinya dengan situasi dan kondisi yang terbatas, pada mulanya, dengan harapan kurikulum yang sudah dirancang di awal tahun pelajaran bisa tersampaikan dengan baik kepada anak didik.

Perubahan metode pengajaran ini sesuai dengan yang difirmankan oleh Allah SWT dalam surat Ibrahim ayat 1 yang mengandung makna bahwa manusia bahkan masyarakat perlu melakukan suatu perubahan ke arah yang positif, serta dalam surat Ar Radu’ ayat 11 yang menyatakan bahwa sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum sebelum suatu kaum itu mengubah pada diri mereka sendiri.

Penyelenggaraan PJJ saat ini sesuai dengan kisah sahabat Rasulullah dimana ada suatu ketika terdapat sebuah kondisi masayarakat Arab pada saat itu yang jauh dari kata maju, khususnya di bidang IPTEK, ditambah dengan kesibukan para sahabat yang tidak hanya fokus untuk belajar dan mendengarkan wahyu secara langsung dari Rasulullah telah memaksa sebagian sahabat untuk atur strategi agar tetap mengikuti perkembangan wahyu tanpa meninggalkan rutinitas mereka.

Sahabat Umar bin Khattab R.A. dikenal mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan Rasulullah, namun mereka terpisah oleh jarak geografis yang begitu jauh. Hal ini membuat Umar dan para tetangga muslimnya mengatur strategi agar tidak ketinggalan satu wahyu pun. “Kami, yang tinggal di dataran tinggi kota Madinah, silih berganti menghadiri majelis Rasulullah, saya hadir hari ini lalu dia di hari yang lain. Di saat pulang, saya selalu menyampaikan wahyu yang baru turun, dia pun melakukan hal yang sama sepulang dari majelis Rasulullah”. HR. Bukhari dan Muslim[2].

Cerita sahabat Umar ini cukup memberikan gambaran jelas bahwa praktek PJJ telah ada dalam tradisi para sahabat Rasulullah S.A.W, walaupun berbeda konteks. Jika pada zaman dahulu konteksnya adalah jarak dan waktu tempuh, maka konteks saat ini adalah merajalelanya penyebaran Covid-19. Jika pada saat itu media penyampaian wahyu (pelajaran) adalah melalui orang lain (tetangga/utusan), maka saat ini cukup melalu berbagai aplikasi komunikasi berbasis audio visual.

Proses pembelajaran yang diadakan secara jarak jauh bisa dipastikan akan mengalami perbedaan jika dibandingkan dengan pembelajaran secara tatap muka. Adapun perbedaan bisa dilihat secara nyata adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh pengajar terhadap anak didiknya, baik itu merupakan metode pengajarannya, metode pemberian tugasnya, maupun dalam metode pengambilan nilai terutama untuk UTS (Ujian Tengah Semester) dan UAS (Ujian Akhir Semester).

(3)

Perubahan metode pembelajaran ini pastinya akan membuat semua pihak yang terlibat, terutama tenaga pendidik (guru/dosen), orang tua dan peserta didik (siswa-siswi/mahasiswa-mahasiswi) membuat panik secara tidak langsung. Di sisi tenaga pendidik, memikirkan metode/model pembelajaran yang tepat dan cukup memadai untuk disesuaikan dengan kemampuan rata-rata anak didiknya, dari sisi anak didik dapat dibedakan berdasarkan range usianya. Jika usia anak masih di taraf sekolah tingkat dasar, maka masih membutuhkan peran orang tua yang cukup besar terutama untuk anak di bawah kelas 6 SD (Sekolah Dasar)/MI (Madrasah Ibtidaiyah). Untuk usia anak sekolah tingkat menengah dan atas, secara teknolgi sudah cukup memahami dan bisa mengoperasikan secara mandiri tanpa bantuan orang tua secara full. Usia anak didik di bangku perkuliahan, sudah sangat memahami dan mengoperasikan teknologi dengan baik.

PJJ ini telah berlangsung selama pandemi menimbulkan ketertarikan pada penulis untuk mengetahui bagaimana penerapan PJJ selama ini dengan menggunakan metode SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and Threats) serta bagaimana produktivitas PJJ terhadap hasil belajar anak pendidik.

Analisis SWOT telah banyak digunakan dalam beberapa penelitian diantaranya yaitu Salamah [7] di mana Salamah menerapkan SWOT untuk mengkaji bagaimana perspektif integrasi Asia Tenggara. Hasilnya adalah potensi negara-negara yang tergabung di ASEAN dalam berkancah di dunia internasional, memiliki peluang yang besar, akan tetapi tetap ada rintangan yaitu kurangnya sense of belonging akan nilai-nilai unity in diversity.

Selain itu analisis SWOT juga diterapkan oleh Mahaputra [8], Mahaputra menggunakan SWOT setelah adanya perhitungan indek produktivitas yang menggunakan rumus total output dibagi dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Hasilnya adalah diusulkannya strategi dari hasil analisis SWOT, seperti strategi SO dengan mengusulkan peningkatkan kualitas pengendalian biaya perusahaan, meningkatkan produktivitas perusahaan dengan mengendalikan biaya input, terus mempertahankan fasilitas perusahaan yang sudah tersedia dan tetap mempertahankan mitra kerja yang sudah ada selama ini. Strategi-strategi lainnya juga diberikan oleh Mahaputra. Susilawati [9] menggunakan analisis SWOT penyelenggaraan diklat online TIK untuk guru dan hasilnya adalah adanya rumusan sejumlah usulan untuk penyelenggaraan diklat online selanjutnya.

Untuk produktivitas, penulis di sini tidak menghitung produktivitas secara kuantitas akan tetapi lebih tepatnya ke kinerja (hasil belajar) anak didik saat belajar secara online selama pandemi menerpa. Adapun pengukuran hasil belajar anak didik ternyata telah dilakukan beberapa peneliti, yang mana waktu penelitian yang dilakukan bersamaan dengan penulis artikel ini. Peneliti tersebut diantaranya yaitu Tarigan [10] dan Pramesti [11]. Terdapat perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Tarigan dan Pramesti terhadap penelitian yang dilakukan oleh penulis artikel ini, Adapun perbedaan tersebut yaitu adanya analisis SWOT pada proses ataupun program PJJ pada objek penelitian sehingga diketahui kelebihan, kekurangan, tantangan dan kesempatan apa kira-kira yang bisa ditempuh oleh pihak sekolah.

Dengan hasil penelitian penulis ini, diharapkan akan mendapatkan gambaran produktivitas anak didik selama PJJ, lebih bagus atau tidak bila dibandingkan saat offline dan memberikan suatu usulan model pembelajaran yang sesuai dengan hasil analisis SWOT.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini didesain dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan melakukan interview terhadap orang tua dan guru sekolah untuk mendapatkan data-data terkait dengan pelaksanaan PJJ selama pandemi. Metode Kuantitatif dilakukan melalui survei dengan populasi anak didik pada sekolah dasar di Tangerang Selatan. Dengan menggambil sampel anak didik satu kelas 5 yang siswa/siswinya merupakan kelas yang paling majemuk anak-anaknya dengan segala kriterianya, baik secara akademik maupun non akademik, di sebuah sekolah tingkat dasar”X” (Madrasah Ibtidaiyah) yang berlokasi di daerah Ciputat Timur. Adapun pengamatan yang dilakukan selama 7 bulan dari awal penerapan PJJ April 2020 hingga Oktober 2020.

Untuk melakukan analisis produktivitas siswa selama PJJ digunakan tiga faktor yaitu pengumpulan tugas, kehadiran siswa dan perolehan nilai UTS dan UAS baik ketika offline (luring) dan online (daring).

Analisis SWOT dilakukan dengan melibatkan data terkait guru, sekolah, murid dan orang tua serta tekonologi yang digunakan dalam PJJ.

3. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara dan survei yang dilakkukan dalam maka data hasil penelitian dikelompokkan menjadi menjadi beberapa bagian, yang hasilnya adalah sebagai berikut:

(4)

a. Karakteristik orang tua siswa

Orang tua siswa di sini yang menjadi objek pengamatan yaitu ibunda dari siswa kelas ini. Adapun deskripsi karakteristik ini akan dijabarkan dalam beberapa hal, yaitu :

• Usia

Untuk rentang usia, orang tua siswa hampir memiliki usia yang hampir seusia semuanya. Jika ada yang memiliki rentang usia jauh, bisa dihitung dengan jari hingga akhirnya adanya kesamaan persepsi antar orang tua dalam hal pendidikan putra/putrinya. Akan tetapi untuk orang tua yang usianya di atas rata-rata usia orang tua yang ada, biasanya bisa menjalin komunikasi dengan mudah sehingga tidak ada kendala dalam berkomunikasi di antara mereka.

Adapun rentang usia orang tua yang ada pada satu kelas tersebut antara 35 tahunan, dan ada juga yang sekitar 40 tahunan dan 50 tahunan sehingga bisa disimpulkan bahwa terdapat 90 % orang tua usia 35 tahun dan 10 % usian 40 dan 50 tahun.

Background Pendidikan

Rata-rata orang tua kelas ini telah menempuh pendidikan hingga tahapan sarjana, ada beberapa yang magister. Bisa dikatakan bahwa 98 % adalah lulusan sarjana dan 2 % adalah magister.

• Strata Sosial

Tidak dapat dipungkiri bahwa Sekolah Dasar (SD) berbasis agama Islam ini merupakan salah satu sekolah yang bisa dibilang mahal untuk biaya masuknya sehingga tidak heran bahwa orang tua di sekolah ini rata-rata merupakan kalangan menengah ke atas. Sedikit yang di bawah kelas menengah.

Jika sampai ada, biasanya merupakan anak petugas kebersihan di sekolah tersebut ataupun anak yang orang tuanya tiba-tiba terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di tengah anak tersebut sudah menempuh pendidikan di sekolah ini selama beberapa tahun.

Kebetulan orang tua di kelas ini kesemuanya berada di level menengah ke atas sehingga bisa dibilang berkecukupan.

• Pengetahuan dan Kemampuan Teknologi Informasi

Oleh karena secara strata sosial rata-rata menengah ke atas, maka bisa dipastikan bahwa orang tua semuanya sudah pada melek teknologi karena berdasarkan pengamatan penulis, orang tua sudah pada membawa smartphone dan terkadang membawa laptop sehingga bisa dikatakan bawa orang tua kelas ini sudah cukup memiliki pengetahuan teknologi informasi.

Akan tetapi jika membahas masalah kemampuan orang tua dalam teknologi informasi, ternyata tidak semuanya orang tua tersebut paham akan penggunaan teknologi informasi. Hasil pengamatan penulis, smartphone yang biasa digunakan oleh orang tua tersebut, dalam hal ini adalah ibunda- ibunda, lebih banyak menggunakannya untuk media sosial.

b. Karakteristik guru siswa

Untuk guru kelas, maka yang akan dibahas adalah guru saat kelas 4 dan guru saat kelas 5. Di mana saat kelas 4, hampir ¾ Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dilaksanakan secara offline alias tatap muka dan

¼ KBM diselenggarakan secara online karena terjadi pandemic Covid-19 ini. Untuk penyelenggaraan KBM kelas 5, sepenuhnya secara online. Adapun jumlah guru yang mengajar kelas 4 sebanyak 13 dan kelas 5 juga sebanyak 13.

Karakteristik guru akan dideskripsikan berdasarkan beberapa hal, sama halnya dengan orang tua siswa, yaitu :

• Usia

Untuk rentang usia guru, dapat diklasifikasi menjadi 3 kelompok yaitu usia tua, usia sedang dan usia muda. Di mana untuk usia tua, rata-rata sudah di atas 50 tahun dan berjumlah 7 guru. Ada beberapa yang akan pensiun di tahun depan. Untuk usia sedang di atas 40 tahun ke atas berjumlah 7 orang dan untuk usia muda yaitu di atas 30 tahun sebesar 12 orang.

Background Pendidikan

Untuk background pendidikan para bapak/ibu guru di kelas ini adalah 2 guru yang telah menempuh pendidikan magister dan sisanya sebesar 24 guru menempuh pendidikan sarjana.

• Strata Sosial

Rata-rata guru pengajar di sekolah ini merupakan guru yang sudah berstatus PNS sehingga sudah dipastikan tiap bulannya sudah mendapatkan gaji dan serdos. Bisa dikatakan bahwa strata sosial bapak/guru sama jika dilihat dari sisi penghasilan PNS.

• Pengetahuan dan Kemampuan Teknologi Informasi

Berkaitan dengan pengetahuan teknologi informasi, berdasarkan pengamatan penulis dapat diketahu bahwa untuk bapak/ibu guru yang masuk usia tua pada umumnya kurang literasi teknologi informasi

(5)

terutama untuk guru yang mengajar di bidang agama. Untuk guru yang berusia sedang dan muda, bisa dibilang sudah cukup melek teknologi informasi.

Untuk perihal yang berkenaan dengan kemampuan teknologi informasi, untuk guru yang termasuk usia tua dan sedang, rata-rata masih belum memiliki kemampuan dalam mengoperasikan suatu aplikasi teknologi informasi, akan tetapi untuk guru yang usia muda sudah cukup, bahkan bisa dibilang lebih dari cukup dalam menguasai dan menggunakan suatu aplikasi.

c. Karakteristik Siswa

Untuk karakteristik siswa, juga dideskripsikan sebgai berikut yaitu :

• Usia

Jumlah siswa di kelas yang menjadi obyek artikel ini adalah 30 orang, di mana yang berjenis kelami laki-laki sebanyak 18 orang dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 12 orang. Rata-rata usia anak kelas ini adalah 10 tahun, terdapat 1 anak yang sudah usia 11 tahun tapi juga ada 1 anak yang masih berusia 9 tahunan.

Background Pendidikan

Rata-rata siswa di kelas ini merupakan alumni dari Taman Kanak-Kanak (TK) yang berlatar belakang islami sehingga saat memasuki sekolah ini cukup mudah dalam mengikuti mata pelajaran yang berbasis agama.

• Strata Sosial

Untuk poin ini, mengikuti strata sosial orang tua yang sudah dijabarkan oleh penulis di atas.

• Pengetahuan dan Kemampuan Teknologi Informasi

Oleh karena strata sosial yang dimiliki orang tuanya maka secara tidak langsung berdampak juga kepada kebiasaan siswa-siswi di kelas ini, Berdasar pengamatan penulis adalah bahwa walaupun para siswa tidak membawa smartphone ke sekolah karena memang tidak diperbolehkan oleh aturan sekolahnya, mereka memiliki smartphone di rumah dan menggunakannya dalam kehidupan sehari- harinya saat weekend dan berdasar pengamatan, siswa-siswi ini telah memiliki pengetahuan teknologi informasinya terutama untuk siswa-siswanya dalam hal gaming dan penggunaan media sosial oleh beberapa siswa dan siswi yang sudah diperkenankan orang tuanya.

Analisis Produktivitas

Dalam melakukan analisi berkaitan dengan produktivitas, penulis menentukan 3 faktor sebagai penilaiaan yaitu pengumpulan tugas, kehadiran saat KBM serta penilaian ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS). Penulis membandingkan antara saat pandemi Covid-19 dengan saat belum terjadinya pandemi. Untuk data, penulis mendapatkan data dari wali kelas sehingga data tersebut oleh penulis dituliskan dalam bentuk Tabel 1.

Tabel 1. Analisis produktivitas

Gender Inisial Faktor Penilaian Offline Online Analisis Produktivitas Anak Laki-

Laki (Siswa)

A(K9) Tugas Cukup Cukup Tetap

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Kurang Cukup Naik

B(K8) Tugas Rajin Cukup Turun

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Kurang Kurang Naik

C(K5) Tugas Rajin Cukup Turun

Kehadiran Rajin Kurang Turun

Penilaian UTS dan UAS

Cukup Cukup Tetap

D(K4) Tugas Rajin Rajin Tetap

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Cukup Bagus Naik

E(K6) Tugas Rajin Rajin Tetap

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Cukup Cukup Tetap

F(K6) Tugas Rajin Cukup Turun

(6)

Gender Inisial Faktor Penilaian Offline Online Analisis Produktivitas

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Cukup Cukup Tetap

G(K5) Tugas Rajin Cukup Turun

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Cukup Kurang Turun

HK6) Tugas Rajin Kurang Turun

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Cukup Kurang Turun

I (K6) Tugas Cukup Cukup Tetap

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Cukup Bagus Naik

J(K5) Tugas Rajin Rajin Tetap

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Cukup Bagus Naik

K(K8) Tugas Rajin Kurang Turun

Kehadiran Rajin Kurang Turun

Penilaian UTS dan UAS

Kurang Bagus Naik

L(K6) Tugas Rajin Rajin Tetap

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Cukup Kurang Turun

M(K5) Tugas Rajin Rajin Tetap

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Cukup Cukup Tetap

N(K5) Tugas Rajin Kurang Turun

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Cukup Kurang Turun

O(K5) Tugas Rajin Cukup Turun

Kehadiran Rajin Kurang Turun

Penilaian UTS dan UAS

Cukup Cukup Tetap

P(K3) Tugas Rajin Rajin Tetap

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Bagus Cukup Turun

Q(K2) Tugas Rajin Kurang Turun

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Bagus Bagus Tetap

R(K6) Tugas Rajin Cukup Turun

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Cukup Kurang Turun Anak

Perempuan (Siswi)

A1(K5) Tugas Bagus Bagus Tetap

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Cukup Bagus Naik

B1(K9) Tugas Cukup Bagus Naik

Kehadiran Rajin Kurang Turun

Penilaian UTS dan UAS

Kurang Kurang Tetap

(7)

Gender Inisial Faktor Penilaian Offline Online Analisis Produktivitas

C1(K5) Tugas Bagus Bagus Tetap

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Cukup Bagus Naik

D1(K9) Tugas Bagus Bagus Tetap

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Kurang Cukup Naik

E1(K4) Tugas Bagus Kurang Turun

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Cukup Cukup Tetap

F1(K7) Tugas Bagus Bagus Tetap

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Kurang Bagus Naik

G1(K7) Tugas Bagus Kurang Turun

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Kurang Sangat Kurang

Turun

H1(K3) Tugas Kurang Bagus Naik

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Bagus Cukup Turun

I1 (K2) Tugas Bagus Bagus Tetap

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Bagus Bagus Tetap

J1 (K6) Tugas Bagus Bagus Tetap

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Cukup Kurang Turun

K1(K1) Tugas Bagus Bagus Tetap

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Bagus Bagus Tetap

L1(K4) Tugas Cukup Cukup Tetap

Kehadiran Rajin Rajin Tetap

Penilaian UTS dan UAS

Cukup Bagus Naik Sumber: Data penelitian (2020)

Selain karakterisitik siswa yang dapat diidentifikasi diatas peneliti juga mengelompokkan anak didik kedalam kelompok berikut. Pembagian ini untuk mengidentifikasi apakah terdapat perbedaan dalam produktivitas mereka selama PJJ.

• K1: Siswa siswi cerdas tapi pendiam = 1

• K2: Siswa siswi cerdas tapi cukup ramai = 2

• K3: Siswa siswi cerdas tapi ramai = 2

• K4: Siswa siswi cukup cerdas tapi pendiam = 3

• K5: Siswa siswi cukup cerdas tapi cukup ramai = 8

• K6: Siswa siswi cukup cerdas tapi ramai = 7

• K7: Siswa siswi kurang cerdas tapi pendiam = 2

• K8: Siswa siswi kurang cerdas tapi cukup ramai = 2

• K9: Siswa siswi kurang cerdas tapi ramai = 3

Dari data yang disajikan diatas dapat diketahui adanya perbedaan produktivitas yang dihasilkan saat sebelum pandemi dan saat pandemi, terutama berkaitan dengan pengumpulan tugas dan penilaian (evaluasi

(8)

hasil belajar). Terkait dengan kehadiran, hanya tiga orang yang sering tidak hadir di pembelajaran secara online, hal ini menunjukkan bahwa PPJ mempangaruhi motivasi siswa dan siswi untuk belajar.

Pada Tabel 1 dapat terlihat bahwa untuk pengumpulan tugas, adanya penurunan pada beberapa siswa dan bahkan hal tersebut juga berpengaruh terhadap siswa/siswi yang tergolong cerdas. Hal ini bisa jadi dimungkinkan adanya kejenuhan dalam pembelajaran secara online, keterlambatan pengumpulan tugas terjadi terutama di saat tugas itu berupa pembuatan video. Selain itu saat PJJ, banyak sekali siswa/siswi yang harus remedial untuk suatu mata pelajaran. Berdsarkan hasil wawancara dengan siswa/siswa mereka merasa bahwa pembelajaran secara online lebih sulit untuk memahami suatu materi untuk dicerna, jika dibandingkan pembelajaran secara tatap muka. Tabel 2 menunjukkan perbandingan produktivitas antara siswa dan siswi terkait dengan tugas, kehadiran dan UTS/UAS.

Tabel 2. Perbandingan produktivitas

Gender Tetap Turun Naik

Tugas Anak laki-laki (siswa)

8 10 0

Anak perempuan (siswi)

8 3 1

Kehadiran Anak laki-laki (siswa)

15 3 -

Anak perempuan (siswi)

12 - -

UTS/UAS Anak laki-laki (siswa)

6 7 5

Anak perempuan (siswi)

4 3 5

Sumber: Data penelitian (2020) Analisis SWOT

Dalam melihat proses pembelajaran jarak jauh kita bisa melakukan analisis SWOT untuk melihat secara lebih komprehensif apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, kesempatan dan tatangan dalam pembelajaran jarak jauh sehingga kita bisa menentukan strategi pembelajaran yang tepat [12] [13] [14].

Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Tabel 3. Analisis strategi SWOT

Sumber: Data penelitian (2020)

(9)

Tabel 3 adalah analisis SWOT PJJ untuk Sekolah “X”. Dari tabel SWOT dapat kita lihat strategi- strategi yang dapat dilakukan oleh sekolah maupun orang tua terkait dengan pembelajaran jarak jauh.

Diantaranya seperti melakukan pelatihan untuk guru dalam meningkatkan kompetensi mereka di bidang teknologi informasi dan pelatihan tentang metode pembelajaran sehingga mereka memahami metode yang tepat dilakukan dalam pembelajaran jarak jauh. Strategi yang lainnya adalah pemilihan model dan metode pembelajaran. Pemilihan model dan metode pembelajaran yang sangat efektif dalam peningkatan produktifitas adalah pembelajaran dimana siswa menjadi subyek pembelajaran, sehingga mereka selalu terlibat aktif dalam pembelajaran [15].

Keterlibatan secara aktif ini akan mengurangi rasa bosan selama pembelajaran jarak jauh dimana interaksi hanya melalui layar monitor. Model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan hasil analisis dan pembahasan di atas adalah model pembelajaran tematik [16], model personal dengan metode pembelajaran Problem Base Learning (PBL) [17]. Model pembelajaran Tematik sangat sesuai dengan kurikulum 2013 yang digunakan saat ini sedangkan metode PBL sangat cocok agar siswa selalu terlibat aktif dalam pembelajaran. Karena metode ini guru berperan sebagai fasilitator, siswa sebagai pemegang peran dalam pembelajaran.

4. Kesimpulan

Setelah melakukan pengamatan sekaligus mengumpulkan data, yang kemudian dilakukan olahan data serta analisis terhadap data maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dari segi tugas, produktivitas anak laki-laki (siswa) cenderung turun selama pandemi, untuk anak perempuan (siswi) cenderung tetap bahkan ada yg naik sebanyak 1 siswi. Untuk segi kehadiran, antara siswa dan siswi sama-sama rajin sebenarnya hanya 3 siswa yang turun kehadirannya dikarenakan ada 1 siswa yang sakit selama beberapa hari sehingga on off dalam mengikuti pembelajaran, yang dua lagi karena tidak ada orang dewasa yang mendampingi sehingga suka bingung saat pembelajaran online berlangsung. Dari segi hasil ujian, anak laki-laki cenderung turun, begitu juga untuk anak perempuan tetapi di ada yang naik 1 siswi.

Sedangkan dari hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa dalam pembelajaran jarak jauh diperlukan guru-guru yang mampu melibatkan siswa secara aktif dan memilih model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa sehingga dengan keterbatasan tatap muka langsung antar guru dengan siswa tidak mengurangi produktifitas dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini pada studi kasus yaitu Sekolah “X” dipilihlah model pembelajaran tematik dan model personal dengan metode pembelajaran Problem Base Learning (PBL) yang terbukti dapat mempertahakan produktivitas para siswa dan siswi.

5. Daftar Pustaka

[1] A. A. M. bin Yazid, “Matan Sunan Ibnu Majah.” p. 632. 2016

[2] J. Al-Nasir, “Ringkasan Kitab Hadist Shahih Imam Muslim,” p. 81, 2007.

[3] M. Yasin, I. Tohari, and J. ami’un Nafi’in, “Konsep Pendidikan Anak Dalam Perpektif Al-Qur ’ an,”

EDudeena, pp. 9–20, 2017.

[4] “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17,” 2010, [Online]. Available:

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/5025/pp-no-17-tahun-2010.

[5] M. Kesehatan, D. A. N. Menteri, D. Negeri, M. Kesehatan, D. A. N. Menteri, and D. Negeri,

“Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, Dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia,” p. 7, 2021.

[6] “Surat Edaran 23 Maret 2020.” [Online]. Available: https://www.uinjkt.ac.id/wp- content/uploads/2020/04/Informasi-Mengenai-Perpanjangan-Penutupan-Sementara-Kampus-UIN- Jakarta-1.pdf.

[7] L. Salamah, “Analisa Strengths, Weaknesses, Opprotunities, and Threats (SWOT): Peluang dan tantangan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dalam mewujudkan integrasi Asia Tenggara,” Masyarakat, Kebud. dan Polit., vol. 30, no. 3, p. 300, 2017, doi:

10.20473/mkp.v30i32017.300-310.

[8] M. S. Mahaputra, “Pengukuran Kinerja Perusahaan Produktivitas Menggunakan Marvin E. Metode Mundel Dan Analisa SWOT Pada PT. Esbe Gas Putra Bandung,” Nustrial, vol. 1, no. 1, pp. 21–29, 2018.

[9] E. Susilawati, “Analisis SWOT penyelenggaraan diklat online teknologi informasi dan komunikasi (TIK) bagi guru (SWOT analysis of the implementation of online ICT training for teachers),” J.

Pendidik. dan Kebud., vol. 1, no. 3, pp. 349–364, 2016.

(10)

[10] A. L. Tarigan, “Evaluasi Pembelajaran Online Di Masa Pandemi Covid-19 Di Kecamatan Minas,”

Strateg. Pembelajaran di Masa Pandemi, 2021, [Online]. Available: https://jurnal.uhnp.ac.id/psn- uhnp/article/view/129.

[11] D. A. PRAMESTI, “Evaluasi Pelaksanaan Dan Pengukuran Capaian Hasil Pembelajaran Jarak Jauh Pada Jenjang Sekolah Dasar Selama Pandemi Corona Di Desa Gondang Kabupaten Sragen,” Akrab Juara, vol. 5, no. 1, pp. 43–54, 2020, [Online]. Available:

http://www.akrabjuara.com/index.php/akrabjuara/article/view/919.

[12] N. Hasanah, M. Sobry, and E. Anggraini, “Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Daring Di Masa Pandemi Dalam Perspektif Strengt, Weakness, Opportunities, Threats (SWOT): Studi Di SD Negeri 42 Ampenan,” Pgmi, vol. 13, no. 1, p. 18, 2021.

[13] A. Hadi, “Konsep Analisis SWOT Dalam Peningkatan Mutu Lembaga Madrasah,” J. Ilm. Didakt., vol. 14, no. 1, pp. 143–158, 2013, doi: 10.22373/jid.v14i1.494.

[14] N. W. Sukma Adnyani and V. Krisda Elvina, “Analisis SWOT Pembelajaran Daring Mahasiswa Kebidanan Pada Masa Pandemi Covid-19,” J. Kependidikan J. Has. Penelit. dan Kaji. Kepustakaan di Bid. Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran, vol. 7, no. 2, p. 437, 2021, doi:

10.33394/jk.v7i2.3027.

[15] P. Setyosari, “Menciptakan Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas,” JINOTEP (Jurnal Inov. dan Teknol. Pembelajaran) Kaji. dan Ris. dalam Teknol. Pembelajaran, vol. 1, no. 5, pp. 20–30, 2017, doi: 10.17977/um031v1i12014p020.

[16] L. Kholisotin, “Strategi Pembelajaran Tematik Kelas Awal Di SD Muhammadiyah,” Strateg.

Pembelajaran Temat. Kelas Awal Di SD Muhammadiyah, vol. 2, pp. 60–78. 2014

[17] Esema, David, Evi Susari, and Daniel Kurniawan. "Problem-Based Learning." Satya Widya 28.2: 167- 174. 2012

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan di Lithuania pada tahun 2006 yang melibatkan responden anak laki-laki dan perempuan di usia sekolah menunjukkan bahwa anak yang pernah