ISSN: 2549-6182 (Online)
ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN:
STUDI KASUS DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MAROS
Lola Novita
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Wira Bhakti Makassar [email protected]
ABSTRACT
This research aims to know the level of self-taxpayer compliance reporting annual income tax from 2016 to 2018 at the Internal Revenue Service (KPP Pratama Maros). Analytical quantitative descriptive techniques was used to compare the number of self-taxpayers who report their annual income tax on time to the number of registered self-taxpayer. The results showed that the level of compliance by self-taxpayers in reporting Annual income tax at the Internal Revenue Service (KPP Pratama Maros) in 2016 to 2018 isfluctuating . Attempts made to the level of compliance by self-taxpayers in reporting Annual income tax at the Internal Revenue Service (KPP Pratama Maros) is socialization of taxation and law enforcement.
Keywords: evaluation, taxpayer compliance, SPT reporting
History of article Received: 10-05-2021 Reviewed: 29-05-2021 Revised: 08-06-2021 Accepted: 20-06-2021 Published: 30-06-2021
PENDAHULUAN
Pembangunan infrastruktur di Indonesia yang kian gencar dilakukan oleh pemerintah, dilakukan untuk memberikan kenyamanan kepada masyarakat Indonesia. Sepanjang tahun 2018 saja sudah ada berbagai rencana pembangunan infrastruktur yang sedang digarap. Pembangunan infrastruktur akan memacu pertumbuhan ekonomi dengan memeratakan distribusi logistik di seluruh pelosok Indonesia. Distribusi logistik yang merata dilakukan guna mewujudkan tujuan Indonesia yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Infrastruktur merupakan salah satu tolak ukur perkembangan suatu Negara.
Pembangunan infrastruktur yang terus dilakukan tentunya akan meningkatkan daya saing ekonomi di kancah nasional maupun internasional. Rencana pembangunan infrastruktur tentunya membutuhkan biaya untuk merealisasikannya. Sumber pendanaan proyek pembangunan infrastruktur salah satunya berasal dari APBN yang 80-nya berasal dari pajak. Tidak dipungkiri lagi, pajak merupakan penopang terbesar APBN. Melihat pengertian pajak yang tertuang pada Undang- Undang (UU) Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan (KUP), Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Setiap warga negara yang telah memenuhi syarat subjektif dan objektif sebagai wajib pajak mempunyai kewajiban untuk membayar dan melaporakan pajaknya sebagai wujud kontribusi terhadap pembiayaan negara dalam pembangunan nasional.
Masyarakat yang telah membayar pajak tidak mendapatkan imbalan secara langsung dari pembayaran pajak tersebut. Pajak yang dibayarkan oleh masyarakat akan dikembalikan secara tidak langsung kepada masyarakat melalui pembiayaan negara dan pembangunan infrastruktur yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia, sehingga slogan pajak dari rakyat untuk rakyat bukan isapan jempol belaka.
Pembangunan infrastruktur yang dibiayai oleh APBN kini dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Manfaat pajak sepenuhnya untuk masyarakat dan negara. Pajak sebagai ujung tombak pembangunan sudah sepatutnya didukung oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Menghitung, membayar, dan melaporkan pajak penghasilan dengan benar merupakan salah satu bentuk dukungan terhadap upaya
ISSN: 2549-6182 (Online) pengumpulan penerimaan negara guna
pembangunan bangsa. Membangun kesadaran dan kesukarelaan dalam membayar pajak memang bukanlah perkara yang mudah.
Namun, hal tersebut menjadi lebih mudah jika
dimulai dari diri anda sendiri. Pajak yang anda bayarkan merupakan bukti kontribusi anda sebagai rakyat Indonesia dalam pembangunan negeri kita tercinta. Berikut ini adalah realisasi sumber penerimaan negara.
Tabel 1.
Realisasi Penerimaan Negara Tahun 2016 Sampai 2018 (Miliar Rupiah)
Sumber:https://www.bps.go.id
Berdasarkan tabel 1, penerimaan pajak dari tahun 2016 sampai tahun 2018 mengalami peningkatan tiap tahunnya dan persentase penerimaan pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) lebih besar dibanding dengan sumber penerimaan negara lainnya. Pemerintah sangat mengharapkan agar penerimaan pajak dapat dioptimalkan karena memberikan peranan penting untuk meningkatkan penerimaan. Melaksanakan kewajiban perpajakan akan lebih mudah jika wajib pajak memahami siklus hak dan kewajibannya sebagai wajib pajak. Salah satu kewajiban sebagai wajib pajak adalah melakukan pelaporan pajak tahunan, namun pelaporan pajak saat ini kenyataannya masih belum sesuai dengan harapan pemerintah, karena masih ada saja hambatan-hambatan yang ditemui mulai dari wajib pajak terlambat melaporkan SPT tahunan hingga wajib pajak tidak melaporkan SPT tahunan. Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti dan Valianti (2016) menunjukkan hasil bahwa kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lahat belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari sisi kepatuhan penyampaian SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap penerimaan pajak. Kepatuhan Wajib PajakOrang Pribadi pada tahun 2011 sampai dengan 2015 antara 18,2% sampai dengan 36
% sedangkan Penerimaan Pajak Orang Pribadi pada tahun 2011 sampai dengan 2015 antara 89,74% sampai 98,12%. 2). Berdasarkan
uraian tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam pelaporan SPT tahunan PPh di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Maros.
TINJAUAN LITERATUR
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Halim, dkk.
2014). Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut Mardiasmo (2019), pengelompokan pajak sebagai berikut: 1) Menurut golongannya, a) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Penghasilan, b) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh:
Pajak Pertambahan Nilai, 2) Menurut sifatnya, Uraian
Tahun
2016 2017 2018
Realisasi
% terhadap Pendapatan
Negara
Realisasi
% terhadap Pendapatan
Negara
Realisasi
% terhadap Pendapatan
Negara Penerimaan Pajak 1.284.970 82,6% 1.343.529 80,6% 1.518.789 78,1%
Peerimaan Negara
Bukan Pajak 261.976 16,8% 311.216 18,7% 409.320 21,1%
Hibah 8.987 0,6% 11.629 0,7% 15.564 0,8%
Total Penerimaan 1.555.934 100% 1.666.375 100% 1.943.674 100%
ISSN: 2549-6182 (Online) a) Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal
atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
Contoh: Pajak Penghasilan, b) Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, 3) Menurut lembaga pemungutannya, a) Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh:
Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Bea Materai, b) Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan pajak daerah terdiri atas: i) Pajak Propinsi, contoh:
Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, ii) Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan.
Sistem pemungutan pajak, Mardiasmo (2019) adalah sebagai berikut: 1) Official Assessment System, adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Adapun ciri-ciri sistem ini adalah:
a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus, b) Wajib pajak bersifat pasif, c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) oleh fiskus, 2) Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak terutang.
Adapun ciri-ciri sistem ini adalah: a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri, b) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, c) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi, 3) With Holding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenangkepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang olehWajib Pajak.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, subjek Pajak adalah sebagai berikut: 1) orang pribadi, 2) warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, 3) badan dan bentuk usaha tetap. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, tarif pajak penghasilan orang pribadi adalah sebagai berikut:
Tabel 2.
Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp 50.000.000 5%
Diatas Rp 50.000.000-Rp 250.000.000 15%
Diatas Rp 250.000.000-Rp 500.000.000 25%
Diatas Rp 500.000.000 30%
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 243/PMK.03/2014 Tentang SPT. SPT adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/ bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan. Undang-Undang No. 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, SPT tahunan adalah surat pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak). Menurut Hidayati (2013) menyatakan bahwa SPT tahunan PPh wajib pajak orang pribadi adalah SPT yang digunakan untuk melaporkan besarnya PPh yang terutang dalam suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak oleh wajib pajak orang pribadi. Salinan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-01/PJ/2016 Tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan, menyatakan bahwa jenis formulir SPT Tahunan PPh orang pribadi adalah sebagai berikut: 1) SPT Tahunan 1770 SS, yaitu SPT tahunan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi sangat sederhana yang digunakan oleh wajibpajak orang pribadi yang mempunyai penghasilan selain dari usaha dan/atau pekerjaan bebas dengan jumlah penghasilan bruto tidak lebih dari Rp 60.000.000 setahun, 2) SPT Tahunan 1770 S, yaitu SPT tahunan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi yang digunakan oleh wajib pajak orang pribadi yang mempunyai usaha selain dari usaha dan/atau pekerjaan bebas dengan jumlah penghasilan bruto lebih dari Rp 60.000.000 setahun, 3) SPT Tahunan 1770, yaitu SPT tahunan pajak penghasilan wajib
ISSN: 2549-6182 (Online) pajak orang pribadi yang digunakan oleh wajib
pajak orang pribadi yang mempunyai penghasilan dari usaha/pekerjaan bebas, dari satu atau lebih pemberi kerja, yang dikenakan pajak penghasilan final dan/atau bersifat final, dan/atau dalam negeri lainnya/luar negeri.
Menurut Wulan (2007), evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pegambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrument tes maupun non tes. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544/KMK.04/2000 tentang Kriteria Wajib Pajak Yang Dapat Diberikan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak.Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan atas kelebihan pembayaran pajak. Kriteria Wajib Pajak Patuh tersebut antara lain sebagai berikut: 1) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak baik Pajak Tahunan maupun Pajak Masa, 2) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, 3) Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindakan pidana dibidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir yang mengakibatkan kerugian Negara, 4) Apabila dilakukan pemeriksaan pajak, koreksi fiskal yang dilakukan oleh pemeriksa pajak untuk setiap jenis pajak yang terutang tidak lebih dari 10% dilihat dari penghaslan bruto (PKP).
Dewi (2014) menyatakan kepatuhan terdapat dua jenis, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material.Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan.
Sedangkan kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan sesuai isi undang-undang.
Tahapan ketiga dalam siklus hak dan kewajiban wajib pajak adalah pelaporan pajak.
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), wajib pajak menggunakan SPT sebagai suatu sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang terutang.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 243/PMK.03/2014 Tentang SPT Wajib pajak dapat menyampaikan SPT tahunan dengan cara: 1) Langsung, 2) Dikirim melalui pos dengan bukti penerimaan surat ke Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar, 3) Dikirim melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat ke Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar, 4) Saluran tertentu yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sesuai dengan perkembangan teknologi informasi. Saluran tertentu yang telah ditetapkan oleh DJP yang dapat digunakan oleh wajib pajak dalam menyampaikan SPT tahunannya adalah aplikasi e-Filing.e-Filingadalah suatu cara penyampaian SPT secara elektronik yang dilakukan secara online dan real time melalui internet pada website DJP.
Wajib pajak orang pribadi menyampaikan SPT Tahunan PPh paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak. Sanksi Terlambat atau Tidak Melaporkan SPT Tahunan yaitu: 1) Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp100.000,00 untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi, 2) Wajib Pajak karena kealpaan tidak menyampaikan SPT Tahunan atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara tidak dikenakan sanksi pidana apabila dilakukan pertama kali oleh Wajib Pajak dan Wajib Pajak tersebut wajib melunasi jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan 200% dari jumlah pajak yang kurang bayar, 3) Wajib Pajak dengan sengaja tidak menyampaikan SPT sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana paling singkat 6 bulan penjara dan paling lama 6 tahun penjara dan denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang bayar.
Evaluasi tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi adalah menilai tingkat ketaatan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam memenuhi kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
ISSN: 2549-6182 (Online) perpajakannya. (Dewi, 2014). Penelitian
Widiantari (2018), dengan judul “Evaluasi Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Secara Online Melalui E-Filling Pada KPP Singaraja Tahun 2015-2016”
menunjukkan hasil bahwa Prosedur Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan dengan e-filingpada KPP Pratama Singaraja tahun 2015-2016 sudah sesuai dengan Prosedur Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan dengan e-filing yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Lokasi penelitian yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Maros. Jenis data penelitian yaitu data kuantitatif dan sumber data penelitian yaitu data sekunder. Teknik pengumpulan data melalui teknik dokumentasi dengan cara mengumpulkan dokumen yang berhubungan dengan penelitian, melihat/menilai data-data historis/masa lalu (Juliandi, 2014). Dokumen berupa Wajib Pajak yang terdaftar SPT tahunan PPh dan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pelaporan SPT tahunan PPh tepat waktu, data kepegawaian (personalia) dan sebagainya.
Metode analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, yaitu analisis yang menggunakan rumus-rumus statistik yang disesuaikan judul dengan rumusan masalah, untuk perhitungan angka-angka dalam rangka menganalisis data yang diperoleh (Sunyoto, 2016). Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase tingkat kepatuhan wajib pajak adalah:
Persentase Kepatuhan =
Persentase kepatuhan wajib pajak dalam pelaporan SPT tahunan PPh diidentifikasi dengan pedoman konversi absolut skala lima.
Tabel 3.
Pedoman Konversi Absolut Skala Lima Tingkat
Penguasaan
Skor Standar 90-100% Sangat Tinggi
80-89% Tinggi
65-79% Cukup
55-64% Kurang
0-54% Rendah
Sumber: Dewi (2014).
HASIL DAN PEMBAHASAN Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Maros merupakan Kantor Pelayanan Pajak yang berada dibawah Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara yang memiliki tugas untuk melaksanakan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan terhadap wajib pajak di bidang perpajakan. Beberapa tugas dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros adalah Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data perpajakan, serta pengolahan Surat Pemberitahuan.
Jenis kepatuhan terbagi atas dua, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material.Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan.Sedangkan kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan sesuai isi undang-undang.
Dalam penelitian ini, kepatuhan yang dimaksud peneliti adalah kepatuhan formal.
Wajib pajak yang melakukan pelaporan SPT Tahunan PPh tepat waktu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan, dapat dikatakan bahwa wajib pajak memenuhi kepatuhan formal. Jadi, wajib pajak dapat dikatakan memenuhi kepatuhan formal apabila melakukan pelaporan pajak tepat waktu.
Kepatuhan wajib pajak dalam pelaporan SPT Tahunan PPh dilihat dari perbandingan antara Jumlah Wajib pajak Orang Pribadi yang Terdaftar Wajib SPT Tahunan PPh dengan Jumlah Wajib pajak orang pribadi yang melaporkan SPT tahunan PPh tepat waktu.
ISSN: 2549-6182 (Online) Tabel 4.
Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Terdaftar
Wajib SPT Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2016-2018 No Tahun Jumlah WP OP Terdaftar Wajib
SPT Tahunan PPh
1 2016 49.272
2 2017 50.844
3 2018 35.340
Sumber: Seksi Pengolahan Data Informasi (2020) Berdasarkan data yang terdapat pada tabel
4, menunjukkan bahwa jumlah wajib pajak orang pribadi terdaftar wajib SPT tahunan pajak penghasilan mengalami fluktuatif.
Tahun 2016 jumlah wajib pajak adalah 49.272, tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi 50.844, dan pada tahun 2018 mengalami penurunan menjadi 35.340. Jumlah wajib
pajak orang pribadi terdaftar wajib SPT tahunan pajak penghasilan pada tahun 2016 ke tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 1.572, dan tahun 2017 ke tahun 2018 mengalami penurunan sebesar 15.504 wajib pajak.
Tabel 5.
Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melaporkan SPT Tahunan PPh Tepat Waktu Tahun Pajak 2016-2018
No Tahun Jumlah WP OP Terdaftar Wajib SPT Tahunan PPh tepat waktu
1 2016 24.292
2 2017 24.800
3 2018 29.776
Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi (2020).
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 5, menunjukkan bahwa jumlah wajib pajak orang pribadi yang melaporkan SPT tahunan PPh tepat waktu mengalami peningkatan.
Tahun 2016 jumlah wajib pajak adalah sebesar 24.292, tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi 24.800, dan tahun 2018 mengalami
peningkatan sebesar 29.776. Jumlah wajib pajak orang pribadi yang melaporkan SPT tahunan PPh tepat waktu pada tahun 2016 ke tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 508, dan tahun 2017 ke tahun 2018 mengalami peningkatan sebesar 4.976 wajib pajak.
Tabel 6.
Persentase Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Pelaporan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2016-2018 No Tahun
Jumlah WP OP Terdaftar Wajib SPT Tahunan PPh
Jumlah WP OP Yang Melaporkan
SPT Tahunan PPh tepat waktu Persentase
1 2016 49.272 24.292 49,30%
2 2017 50.844 24.800 48,78%
3 2018 35.340 29.776 84,25%
Rata-rata Tingkat Kepatuhan 60,78%
Sumber: data primer diolah (2020) a) Persentase Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi dalam Pelaporan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2016 adalah:
= 49,30%
ISSN: 2549-6182 (Online) b) Persentase Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi dalam Pelaporan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2017:
= 48,78%
c) Persentase Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Pelaporan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2018:
= 84,25%
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 6, menunjukkan bahwa persentase tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam pelaporan SPT tahunan PPh untuk tahun pajak 2016-2018 masih tidak stabil. Keadaannya
masih fluktuatif, yaitu mengalami peningkatan dan penurunan.
Persentase tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam pelaporan SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak 2016 sampai dengan tahun pajak 2018 adalah 49,30%, 48,78%, dan 84,25%. Penurunan terjadi pada tahun pajak 2016 ke tahun pajak 2017 sebesar 0,52%, dan tahun pajak 2017 ke tahun pajak 2018 mengalami peningkatan sebesar 35,47.
Mengidentifikasi tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam pelaporan SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak 2016- 2018 menggunakan pedoman konversi absolut skala 5.
Tabel 7.
Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Pelaporan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2016-2018 No Tahun
Jumlah WP OP Terdaftar Wajib SPT Tahunan PPh
Jumlah WP OP Yang Melaporkan SPT Tahunan PPh tepat
waktu
Persentase Kriteria
1 2016 49.272 24.292 49,30% Rendah
2 2017 50.844 24.800 48,78% Rendah
3 2018 35.340 29.776 84,25% Tinggi
Sumber: data primer diolah (2020)
Berdasarkan tabel 7, dapat diketahui bahwa: 1) Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam pelaporan SPT Tahunan pajak penghasilan tahun pajak 2016 sebesar 49,30%. Berdasarkan pedoman absolut skala lima, tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam pelaporan SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak 2016 berada diantara 0-54%
dengan skor standar rendah, 2) Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam pelaporan SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak 2017 sebesar 48.78%.
Berdasarkan pedoman absolut skala lima, tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam pelaporan SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak 2017 berada diantara 0-54%
dengan skor standar rendah, 3) Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam pelaporan SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak 2018 sebesar 84,25%.
Berdasarkan pedoman absolut skala lima, tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam pelaporan SPT Tahunan Pajak Penghasilan
tahun pajak 2018 berada diantara 80-89%
dengan skor standar tinggi.
Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam pelaporan SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak 2016-2018 mengalami fluktuatif, disebabkan karena: 1) Pengetahuan masyarakat mengenai perpajakan masih kurang. Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai perpajakan yang masih kurang, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah atau pelosok-pelosok.
Masyarakat kurang paham mengenai prosedur perpajakan dan tata cara pelaporan pajak, sehingga masyarakat yang merupakan wajib pajak mengabaikan kewajiban perpajakannya, 2) Kesadaran wajib pajak dalam pelaporan SPT Tahunan masih kurang. Tingkat pengetahuan wajib pajak mengenai perpajakan sudah ada, namun kesadarannya sebagai wajib pajak yang masih kurang. Masih ada wajib pajak yang tidak melaporkan SPT Tahunan tepat waktu, bahkan ada wajib pajak yang tidak melaporkan SPT Tahunan, 3) Aplikasi perpajakan yang digunakan dalam pelaporan
ISSN: 2549-6182 (Online) pajak masih belum maksimal penggunaannya.
Pelaporan pajak menggunakan aplikasi e- Filing digunakan secara online. Wajib pajak tidak perlu melakukan pengisian dan pelaporan SPT Tahunan secara manual, namun masih banyak wajib pajak yang kurang paham cara penggunaannya. Selain itu, penggunaan e- Fillingdalam jumlah banyak membuat wajib pajak khawatir, jika tiba-tiba jaringan internet error sehingga data yang di input tidak terekam.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros telah melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang Pribadi Dalam Pelaporan SPT Tahunan PPh.
Upaya yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Melakukan sosialisasi kepada seluruh Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Maros baik dengan media konvensional maupun digital, 2) Melakukan sosialisasi kepada seluruh Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Maros baik dengan media konvensional maupun digital, 3) Mengadakan kelas bimbingan pengisian SPT Tahunan, 4) Membuka layanan khusus pendampingan pengisian SPT Tahunan di kantor, 5) Menerbitkan STP (Surat Tagihan Pajak), 6) Melakukan penegakan hukum bagi wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban dalam melakukan pelaporan pajaknya
. Sedangkan hambatan
yang dihadapi adalah sebagai berikut: 1) Wajib Pajak tidak mengetahui kewajibannya untuk melaporkan SPT Tahunan, 2) Wajib Pajak mengetahui kewajibannya untuk melaporkan SPT Tahunan tetapi tidak melapor, 3) Wajib Pajak terkendala teknologi.PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka simpulan dari penelitian ini adalah: Tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam pelaporan SPT tahunan PPh untuk tahun pajak 2016-2018 mengalami fluktuasi. Berdasarkan Norma absolut skala lima, tingkat kepatuhan wajib pajak dalam pelaporan SPT tahunan PPh tahun pajak 2016- 2017 tergolong kriteria rendah yaitu 49,30%, 48,78%, dan tahun 2018 kriteria tinggi yaitu 84,25%.
Meskipun tingkat kepatuhan wajib pajak masih fluktuatif, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros telah melakukan upaya untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam pelaporan SPT tahunan PPh, diantaranya adalah: 1) Melakukan sosialisasi kepada seluruh Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Maros baik dengan media konvensional maupun digital, 2) Melakukan kerjasama kepada Pemerintah Daerah, pemberi kerja, konsultan pajak dan perhimpunan/asosiasi pengusaha, 3) Mengadakan kelas bimbingan pengisian SPT Tahunan, 4) Membuka layanan khusus pendampingan pengisian SPT Tahunan di kantor, 5) Menerbitkan STP (Surat Tagihan Pajak). Berdasarkan upaya yang telah dilakukan terdapat hambatan yang dihadapi, diantaranya adalah: 1) Wajib Pajak tidak mengetahui kewajibannya untuk melaporkan SPT Tahunan, 2) Wajib Pajak mengetahui kewajibannya untuk melaporkan SPT Tahunan tetapi tidak melapor, 3) Wajib Pajak terkendala teknologi.
Saran
Kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam pelaporan SPT Tahunan PPh yang masih fluktuatif, sebaiknya menjadi dorangan bagi pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros untuk lebih meningkatkan sosialisasi, terutama bagi wajib pajak yang masih kurang paham mengenai prosedur dan tata cara perpajakan yang sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan. Semakin tinggi pengetahuan masyarakat khususnya wajib pajak mengenai perpajakan, maka dapat dapat memberikan motivasi dan kesadaran agar wajib pajak mematuhi kewajibannya sebagai wajib pajak
Sumber daya manusia di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros sangat dibutuhkan untuk memberikan kemudahan dalam segala pemenuhan kewajiban perpajakan dan meningkatkan mutu pelayanan kepada Wajib Pajak agar semakin berkualitas, sehingga, sumber daya manusia yang ada lebih ditingkatkan lagi kinerjanya untuk memberikan kenyamanan bagi pihak wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya,
ISSN: 2549-6182 (Online) Penelitian ini dapat dikembangkan
melalui sudut pandang pihak wajib pajaknya dan diharapkan bagi peneliti selanjutnya, untuk melakukan penelitian menggunakan tempat penelitian yang berbeda agar terlihat bagaimana tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam pelaporan SPT tahunan PPh.
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, R., & Valianti, R.M. (2016).
Analisis Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak Di KPP Pratama Lahat. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Palembang: Universitas PGRIP
Dewi, F.S. (2014). Evaluasi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2011-2013 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purworejo. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Hidayati. (2013). Evaluasi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2010- 2012 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Juliandi, A. (2014). Metodologi Penelitian Bisnis. Medan: Umsu Press.
Mardiasmo. (2019). Perpajakan. Yogyakarta:
Andi Press
Sunyoto, D. (2016). Metodologi Penelitian Akuntansi. Bandung: Refika Bandung Widiantari, K.A. (2018). Evaluasi Pelaporan
Spt Tahunan Wajib Pajak OrangPribadi Secara Online Melalui E-Filing Pada KPP Pratama Singaraja Tahun 2015-2016.
Skripsi Tidak Dipublikasikan Bali:
Universitas Pendidikan Ganesha
Wulan. (2007). Pengertian dan Esensi Konsep Evaluasi, Asesmen, Tes, dan Pengukuran:
Skripsi Tidak Dipublikasikan. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.